You are on page 1of 33
PANDUAN CODE BLUE SK DIREKTUR UTAMA NOMOR 788/UNI/RSA/Y ANMED/SK/2018, RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2018 KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 788/UNI/RSA/YANMED/SK/2018 TENTAN PEMBERLAKUAN PANDUAN CODE BLUE, RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan Kesehatan yang paripurna bagi pasien yang berada dalam keadaan gawat atau kritis, perlu pengelolaan penanganan resusitasi yang terpadu; b. bahwa untuk pengelolaan penanganan resusitasi yang terpadu di Rumah Sakit Akademik UGM, perlu adanya Panduan Code Blue; ¢. bahwa schubungan dengan huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada; Mengingat 1. Undang-UndangNomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor $072); 4, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang, Pendidikan Tinggi; 5. Peraturan Pemerinteh Nomor 32 Tahun 1996 tentang Ti Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nom 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 6. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Mentri Kesehatan nomor 2/V/PB/2013 dan Nomor 38 Tahun 2013 Tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri; i 7. Peraturan Menteri Keschatan Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; | 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/IU/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; | 9, Peraturan Majelis Wali Amanat Nomor 4/SK/MWAV2014 tentang Organisasi dan Tata Kelola (Governance) Universitas Gadjah Mada sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Majelis Wali Amanat Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Majelis Wali ‘Amanat Universitas Gadjah Mada Nomor 4/SK/MWA/2014 tentang Organisasi dan Tata Kelola (Governance) Universitas Gadjah Mada; 10. Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 17 Tahun 2017 tentang Tata Kelola Intemal Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (Hospital By Laws) beserta perubahannya nomor, 12 tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Rektor Universitas Gadjah Mada nomor 17 Tahun 2017 Tentang Tata Kelola Internal Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (Hospital| By Laws); 11. Keputusan Rektor Universitas Gadjah_ Mada. Notnor 1831/UNLP/SK/HUKOR/2017 tentang Perubahan Nama Rurnah Sakit Universitas Gadjah Mada menjadi Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada; 12.Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Noor NOW/UNIP/SK/HUKOR/2018 tentang Pengangkatan Direktur Utama Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada; Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT MEMUTUSKA! KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS GADJAH MADATENTANG PANDUAN CODE BLUE DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA. Memberlakukan Panduan Code Blue Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada. Panduan Code Blue Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Surat Keputusan ini dibebankan pada anggaran biaya Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada, Keputusan Direktur Utama ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 2018 DIREKTUR UTAMA, IT AKADEMIK UGM, udiyanto, Ph.D. SpKK (K) 4241957021001 YL DAFTAR ISI BAB I DEFINISL... BAB I RUANG LINGKUP BAB II TATA LAKSANA. BAB IV DOKUMENTASI. BABI DEFINISI 1. Resusitasi adalah dan stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak terabe, atau tidak bemapas) misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR). 2. Code Blue Team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan, Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. 3. BLS atau Bantuan Hidup Dasar BLS merupakan awal respons tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang awam yang melihat pertama kali korban, Skills BLS haruslah dikuasai oleh paramedis dan medis, dan sebaiknya ofang awam juga menguasainya Karena seringkali Korban justuditemukan pertamakali bukan oleh tenaga medis, BLS adalah suatu cara memberkan bantu pertolongan hidup dasar yang ‘tmeliputi bebasnya jalan napas (airway/A), permapasan yang adekuat (breathing/B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C), 4. Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan | pertama pada penyakit jangtung. 2.2 Tujuan Tim Code Blue 22 Tujuan Code Blue Tujuan dari code blue adalah : 2.2 Tujuan Code Blue ‘Tujuan dari code blue adalah : 1. Mempersiapkan kompetensi BLS staff Rumah Sakit dan kompetensi ALS Tim Code Blue 2. Mempersiapkan sistem dan fasilitas Tim Code Blue 3. Melaksanakan pelayanan respon cepat resusitasi pasien kegawatdaruratan, cardiorespiratory arrest 2.3 Organisasi Tim Code Blue Gambar 1. Susunan Organisasi Tim Code Blue RS UGM SUSUNAN TIM RESUSITASI (CODE BLUE) RS UGM KONSULTAN TIM CODE BLUE | __.....| MANAJER TIM CODE BLUE ANGGOTA TIM CODE BLUE Code Blue Response Team (on duty): 1, Leader (dokter jaga) 2. Penanggung jawab ventilasi-kompresi (2 orang perawat) 3. Sirkuler (1 orang perawat) TUGASTIM RESUSITASI (CODE BLUE) RS UGM A B. rea Rf. E AREA TUGAS a. Membangun komitmen pelayanan resusitasi pasien b. Memantapkan mekanisme/ sistem resusitasi pasien ¢. Mengembangkan informasi yang cepat dan tepat untuk mendukung kecepatan pelayanan resusitasi AREA TUGAS, KEBLJAKAN, TANGGUNG JAWAB, HASIL KERJA DAN URAIAN | | KEBUJAKAN RS melaksanakan sosialisasi dan informasi tentang pelaporan pasien henti jantung, RS menyediakan sestem aktivasi tim resusitasi RS menyediakan emergency kit dan defibrilator yang lengkap dan berfungsi baik RS melaksanakan pelatihan Code Blue System dan kepada semua staf RS UGM ae se TANGGUNG JAWAB ‘Menyusun SPO Code Blue System Menyusun SPO Pemeliharaan Alat Defibrilator dan Emergency Kit ‘Membuat Laporan Kejadian Resusitasi Code Blue Mengadakan pelatihan Code Blue System secara berkala untuk seluruh staf RS UGM, ). HASIL KERJA a. SPO Code Blue System b. SPO Pemeliharaan Alat Defibrilator dan Emergency Kit I ¢. Checklist Monitoring Troley Emergency dan checklist Alat Defibrilator d. Laporan dan Evaluasi Kejadian Tindakan Code Blue ¢. Sertifikasi dan laporan Pelatihan Sistem Code Blue URAIAN TUGAS 1. Supervisor | a. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program dan kinerja Tim Code Blue kepada Direksi s Melakukan supervisi kinerja Tim Code Blue Mengawal penyusunan Program dan Rencana Kerja Tim Code Blue Mengawal penyusunan rancangan Kebijakan Pelayanan Resusitasi Mengawal penyusunan prosedur pelaksanaan resusitasi (Code Blue) Mensosialisasikan Tim Code Blue pada semua karyawan di lingkungan RS UGM Melakcukan pengajuan Sarana dan Prasarana serta Pelatihan yang diperlukan|oleh Tim Code Blue kepada Direksi berdasarkan usulan Tim Code Blue. emeae 2. Manajer Tim Code Blue a. Mengusulkan sesuai hierarki dan ketentuan untuk upaya perbaikan, pem pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka upaya Resusitasi b. Bersama Seluruh Tim menyusun Program Kerja dan Rencana Kerja Tim Code pre c. Menyusun standar prosedur program Tim. | d. Merancang daftar kebutuhan Sarana dan Prasarana, Prosedur dan Sistem) dan mengusulkan kepada Supervisor Tim | . Melaksanakan koordinasi Tim Code Blue | ‘Memantau pelaksanaan program Divisi Pendidikan Dan Latihan, Divisi Fasltas, Dan Divisi Pelayanan, dan melaporkan kepada Supervisor Tim | 8. Menyiapkan laporan dan analisis Tim Code Blue dan mengajukan usulan h. Melakukan evaluasi dan melaporkannya kepada Supervisor Tim Code Blue i i. Menyusun laporan kegiatan Tim Resusitasi (Code Biue) tiap 6 bulan | j. Membantu proses administrasi surat menyurat Tim Resusitasi (Code Blue) RS UGM | 3. Divisi Pendidikan dan Latiban | a. Mengevaluasi secara berkala Kesiapan dan kemampuan seluruh staf RS UGM dalam melaksanakan Bantuan Hidup Dasar dan Code Blue System. | b. Mengevaluasi secara berkala kesiapan dan kemampuan Tim Code Blue. | ©. Merancang dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pendikan|dan latihan Tim Code Blue. | | 4. Divisi Fasilitas | a. Mengevaluasi secara berkala fungsi sarana prasarana Tim Code Blue | b. Mengajukan usulan perbaikan jika ada kerusakan | 5 ¢. Mengajukan Usulan pengadaan untuk sarana prasarana yang belum ada| dan dibutuhkan Tim Code Blue. | | 5. Divisi Pelayanan a, Memastikan pelayanan Tim Code Blue berjalan dengan baik, b, Memastikan pelayanan Code Blue terdokumentasikan dalam rekam medis pasien, . Melaporkan rekapitulasi pelayanan Tim Code Blue | 4. Mengidentifikesi permasalahan, hambatan dan rintangan tim Code Blue selama melakukan pelayanan. ¢. Bersama manager Tim Code Blue mengajukan solusi dan meminta pertimbangan supervisor. | 6. Anggota Tim Melaksanakan prosesur Resusitasi sesuai SPO Code Blue Resuscitation dengan ketentuan : a. Pemimpin _: Bertugas menentukan peran dan tugas msing-masing anggota dan ‘menginstruksikan tindakan yang diambil tim, melakukan cek nadi dan kesadaran penderita, melakukan defibrilasi sesuai indikasi, berkoordinasi dengan IGD|dan ICU saat terjadi kasus henti jantung. b. Petugas pengatur jalan nafas dan nafas (ventilator) :Bertugas engamankan jalan nafas penderita, memberikan bantuan nafas, tugasnya bisa bergantian dengan Kompressor ©. Petugas pijatjantung lar (kompressor): Bertugas melakukan pijatjantung Ivar, bila pada saat kejadian hanya ada 1 kompressor, maka peran kompressor dan ventilator dapat bergantian | 4. Petugas sirkulator : Bertugas membantu memimpin dalam menyediakan peralatan, memberikan obat-obatan intravena dan mencatat jalannya Resusitasi Jantung Paru (RIP) , mengecek kelengkapan emergency kit, melaporkan AMHP dan BMHP yang digunakan, dan memastikan emergency kit siap dipakai. €. Antara Kompressor, airway, dan ventilator sangat dimungkinkan Aika penukaran posisi/tugas untuk menjaga kualitas RIP. 2.4. Pendidikan, Pelatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue a. Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan semua staf Tumah sakit Pelatihan code blue Dan atau harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 3 tahun. Meninjau semua kebijakan dan prosedur secara berkala paling lama setiap 3 tahun, | Melakukan review standar peraturan paling lama setiap 3 tahun, ‘Melakukan pengukuran standar pelayanan secara berkala Tim Code Blue dengan simulasi dan alat bantu cek list penilaian kompetensi code blue. | g. Melakukan pengukuran standar pelayanan BHD secara berkala dengan cek list penilaian BHD. | h. Pemeliharaan alat dan fasilitas yang mensupport kinerja Tim Code Blue i. Melakakukan pendataan dan evaluasi pelayanan tahunan. | means BABII RUANG LINGKUP Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikanbahwa semua kondisi darurat medis Ikritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagidalam 2 tahap. L Respon primer (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya, Reffesh paling lama tiap 6 bulan Tabel 1. Alert Phase 3. Immediate response ‘Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest) telah terjadi memiliki tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) Kedatangan Team Code Blue Pengaktivan sistem emergensi menggunakan alarm code blue, atau sam! telepon jika alarm sedang tidak berfungsi. | Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan pemberital lokal untuk meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia. mel gan Sementara menunggu kedatangan tim code blue, harus dilakukan BLS Opsist airway, bantuan pemapasan,kompresi dada dll) Jika monitor jantung, defibrillator manual atau defibrillatoreksternal otomatis (AED) tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien untuk menentu kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim yang berpengalaman atau terlatih jika sumber daya lokal memadai, maka trolly emergency dan defibrilator monitor (sesuai ketersediaan) harus segera di siapkan an, tim ‘atau Jika korban berhasil ROSC/ sadar kembali saat menunggu kedatangan tim respon code blue, pasien diposisikan posisi recoveri. a. Setelah anggota tim code blue on duty menerima aktivasi code blue,mereka harus melimpahkan dan menghentikan tugas mereka yang sedang dilakukan, il tas emergensi mereka dan bergegas mencari rute terdekat ke lokasi darurat medis. Respon time code blue yang diharapkan tidak lebih dari 5 menit Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim respon code tiba di lokasi, tim akanmengambil alih tugas resusitas; tim di lokasi kejadian tinggal di sekitar untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan | ue s Setiap tindakan resusitasi tim code Blue harus di dokumentasikan dalam form resusitasi Code Blue Tindak lanjut pasien pasca resusitasi dibagi menjadi kriteria: nu Jika korban cardiorespiratory arrest adalah pasien rawat inap rumah wl dan ROSC, maka selanjutnya pasien akan ditransfer ke Instalasi Rawat Intensif dengan persetujuan dokter unit intensif. | 2. Jka korban cardiorespiratory arrest adalah pasien rawat inap rumah wail dan meninggal, maka selanjutya pasien akan diserahterimakan kembali ke petugas ruang perawatan. | . Jika korban cardiorespiratory arrest adalah pasien rawat jalan rumah si bukan pasien, dan ROSC, maka selanjutnya pasien akan ditransfer ke Instalasi ‘gawat darurat sebagai pasien triage level 1 4. Jika korban cardiorespiratory arrest adalah pasien rawat jalan rumah sakit/ bukan pasien, dan meninggal, maka selanjutnya pasien akan ditransfer ke Instalasi gawat darurat sebagai pasien death on arrival. 4.2 Tata laksana A. Bantuan Hidup Dasar Dewasa 1. Definisi | Bantuan Hidup Dasar adalah tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung sebetum diberi tindakan pertolongan medis lanjutan 1 2. Tujuan | ‘Memberikan bantuan sirkulasi yang adekuat sampai keadaan henti janfung teratasi atau sampai penderita dinyatakan meninggal | 3. Henti nafas (respiratory arrest) dan henti jantung (cardiac arrest) Henti nafas adalah bethentinya pemafasan spontan disebabkan gan jalan nafas, baik parsial maupun total atau karena gangguan di , Penyebab Henti nafas: | 1. Sumbatan jalan nafas Sumbatan jalan nafas dapat menimbulkan henti jantung katena berhentinya suplai oksigen baik ke otak maupun miokard. Sumbptan jalan nafas parsial umumnya lebih lambat menimbulkan keadaan enti 12 Jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bemafas apa menyebabkan kelelahan Kondisi-kondisi yang menyebabkan gangguan jalan nafas: benda sing, muntahan, edema laring/ bronkhus akibat trauma langsung, spasme laring atau bronkhus akibat radang atau trauma, tumor, . Gangguan paru Kondisi-kondisi yang bisa menyebabkan gangguan oksigenasi dan Yentilasi antara lan: infeksi,aspirasi, edema paru, kontusio paru, pneumotoraks, hematotoraks, dan efusi pleura, | . Gangguan dan neuromuskuler Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama pemafasan antara lain: Myestenia gravis, Sindrom Guillian Barre, Multiple skerosis, poliomyelitis, Kifiskoliosis, Distrofi muskuler, dan penyakit motor neuron, Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah ka kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif, a tersebut bisa disebabkan penyakit jantung primer atau penyakit sekunder non jantung, Kondisi primer penyebab henti jantung: 1. Gagal jantung Tamponade jantung Miocarditis, Kardiomyopati hipertrofi Fibrilasi ventrikel yang. bisa disebabkan oleh iskemik myoKard, infark miokard, tersengat listrik, gangguan elektrolit, dan abat- obatan Indikasi dilakukannya bantuan hidup dasar adalah 1. Henti jantung, 2. Henti nafas | 3, Tidak sadarkan diri 2B | 4. Pelaksanaan bantuan dasar Gambar . chain of survival Gambar. Profesiensi penolong pada BHD ‘Multirescuer Coordinated CPR 30:2CPR Hands-only cPR 5. Penilaian respon = Dilakukan setetah penolong yakin akan keamanan diri, korban, dan lingkungan., maka usahakan tetap dalam posisi saat ditemukan atau posisi mantap (recovery position) = _Jika penderita menjawab atau bergerak tethadap respon ~ Jika penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas atau gasping, paka penderita dianggap mengalami kejadian henti jantung, yang perlu dilakukan adalah aktivasi 4 istem emergensi. 6. Pengaktifan sistem layanan gawat darurat 1 |. Airway and breathing (ventilation) | Hendaknys penolong meminta bantuan orang terdekat untuk ‘mengaktifkan sistem emergensi. | + Bila tidak ada orang terdekat yang bisa membantu maka sebaiknya ‘mengaktifian sistem emergensi. | Kompresi jantung ( circulation) - Baringkan penderita pada alas yang datar dan keras - Lakukan pemeriksaan nadi paling maksimal selama 10 menit - Pemeriksaan nadi dilakukan di arteri karotis, sebelah lateral adam’s apple, medial otot stemocleidomastoidea. = Jika tidak ditemukan nadi atau ragu-ragu segara lakukan kompresi dada. - Tata laksana kompresi: 1. Kompresi dada dilakukan di pusat dada 2. Frekuensi minimal 100x/menit 3. Kedalaman minimal 5 cm | 4. Penolong terlatih melakukan kompresi dan ventilasi dengan perbandingan 30:2 }. Minimal interupsi 6. Full recoil. Setelah melakukan kompresi 30 kali maka dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas 2 kali dalam waktu 1 detik setiap hembusan yang diawali dengan membuka jalan nafes, Tehnik membuka jalan nafas: 1. Head tilt chin tift manuever. Gambar. Head tilt chin lift 2. Jaw thrust Gambar. Jaw thrust ye 3. Tripple manuever Gambar. Tripple manuever ~ ~ Or Saat ~ 16 ‘Tebnik pemberian nafas bantuan dari mulut ke mulut, jika tidak ada peralatan pocket mask, lakukan hands-only CPR, Pemberian bantuan nafas yang disarankan adalah menggunakan: 1. Pocket mask (sungkup) - Letakkan sungkup pada muka penderita dan dipegang dengan kedua ibu jari = Lakukan head tilt chin lisf/ jaw thrust, tekan sungkup ke muka penderita dengan rapat, kemudian hembuskan udara melalui Jubang sungkup sampai dada terangkat ~ Hentikan hembusan dan amati turunnya dinding dada ~ gambar 2. Bag-valve mask = Pasang kantung reservoar jika ada sumber oksigen ~ _Jika tidak ada sumber oksigen biarkan reservoar tidak terpasang. ~ Cara menggunakannya dengan menempatkan tangan_ untuk membuka jalan nafas dan meletakken sungkup menutup mulut dan hhidung penderita dengan teknik C-1 clamp. Gambar. C-E clamp > Cf as < ie) 8. Bantuan hidup dasar dengan dua penolong ~ Satu orang memberikan pernafasan bantuan, sedangkan penolong yang Iain melakukan kompresi dada. - Pemberian nafas bantuan dilakukan setiap penolong kompresi melakukan satu siklus kompresi, - Penolong kompresi harus menghitung dengan keras = Sebaiknya dilakukan pergantian peran setelah 5 siklus v7 Gambar 2. Algoritma Bantuan Hidup Dasar B. Bantuan Hidup Lanjut Dewasa Gambar 3. Bantuan Hidup lanjut 19 1 Resusitasi oleh Tim Code Blue Irama shokable (VT tanpa nadi/ VF) No.) Petugas Tangkellangkah simalian | Waku] 1 | Leader = Memasang monitor | secepataya defibrilator/ AED \ Penanggung jawab ventilasi__|- Mengambil__ BVM yang sesuai dan menghubungkan dengan sumber | oksigen + Membuka set ET | = Memberikan — nafas | bantuan | Penanggung jawab kompresi_ | - _ Melaksanakan Kompresi Sirkuler - Menyiapkan IV line, | obat + Mendokumentasikan identitas pasien dan pelaksanaan resusitasidi form resusitasi code blue 2 Leader + “stop compresi, | Sampai dengan pindah posisi, analize” | selesai analisis Penanggung jawab ventilasi = Menyiapkan ET | monitor ‘Penanggung jawab kompresi ~ Menghentikan kompresi ‘Sirkuler - Menyiapkan obat TRAMA SHOACKABLE 1 3 | Leader > “Lanjutkan Secepatnya Kompresi” | 20 Persiapan gel, dan charging Penanggung jawab ventilasi Lanjut —_bantuan ventilasi Penanggung jawab kompresi Lanjut kompresi Sirkuler Persiapan IV line ‘Leader “stop kompresi” “Im clear, youre clear, everybody clear?” Pasang paddle Shock delivery Lanjut kompresi ‘Sampai dengan shock deliver ‘Penanggung jawab ventilasi clear Penanggung jawab kompresi clear ‘Sirkuler clear Leader instruksi dan monitor: high quality ventilation high Quality CPR pasang jalur IV Penanggung jawab ventilasi ventilasi dengan BVM Penanggung jawab kompresi High Quality CPR Sirkuler PasangV line Leader “Stop compresi, pindah —_posisi, analize” Analisis, gelombang tanpak cek nadi monitor 2 Penanggung jawab ventilasi Tanjut— bantuan ventilasi Penanggung jawab kompresi ‘Menghentikan Kompresi/ bertukar | posisi Situler Epineitin Img | Leader “Lanjutkan secepatnya kompresi” Persiapan gel, dan i charging Penanggung jawab ventilasi Tanjut bantuan ventilasi | Penanggung jawab kompresi ‘Lanjut kompresi | Sirkuler Dokumentasi Leader “stop kompresi” “im clear, youre | shock delivery clear, everybody clear?” Pasang paddle Shock delivery Lanjut kompresi Penanggung jawab ventilasi ‘lear Penanggung jawab kompresi clear i Sirkuler clear | Leader instruksi dan | 2 menit monitor: pasang ET high Quality CPR epineffin 1 mg Penanggung jawab ventilasi Pasang ET Penanggung jawab kompresi High Quality CPR 2 Sirkaler > Epinefrin I mg ‘dan seterusnya Tabel 2, Resusitasi code blue irama shockable ] 2. Irama non- shockable (Asisto/ PEA) : No._| Petugas Langkah-langkah simultan | Waktu T | TCeader = Memasang monitor | defibrilator/ AED | Penanggung jawab ventilasi | - _Mengambil BVM yang sesuai dan menghubungkan dengan sumber oksigen = Membuka set ET = Memberikan nafas bantuan | Penanggung jawab kompresi | - _ Melaksanakan kompresi ‘Sirkuler = Menyiapkan IV Ine, i obat ~ Mendokumentasikan j identitas pasien dan | pelaksanaan resusitasidi form resusitasi code blue | 2 | Leader = "Wop eompresi, | Sampal dengan pindah posisi, analize” | selesai analisis Penanggung jawab ventilasi = Menyiapkan ET | monitor Penanggung jawab kompresi ~ Menghentikan : Sirkaler = Menyiapkan obat | TRAMA NON SHOACKABLE { 23 | Leader Asistol: cek tre asistol Dengan irama: cek nadi Leader “Lanjutkan kompresi” “Pasng — definitif Monitor high quality CPR Penanggung jawab ventilasi Pasang ET Penanggung jawab kompresi Lanjut kompresi Sirkuler Persiapan IV line ‘2 menit Leader “stop compresi, pindah —_posisi, Analisis gelombang tanpak ek nadi Penanggung jawab ventilasi Lanjut — bantuan ventilasi Penanggung jawab Kompresi ‘Menghentikan kompresi/ bertukar ‘si Sirkuler Dokumentasi Sampai dé selesai monitor Kompresi” Monitor high quality CPR, dan ventilasi Penanggung jawab ventilasi Lanjet —_ bantuan ‘ventilasi 2 menit 24 Penanggung jawab Kompresi = Lanjut kompresi Sirkuler ~~ Epineftin I mg dan seterusnya | Tabel 3. Resusitasi code blue irama non-shockable i 455 Dosis Obat | NO] OBAT/ indikast DOSIS KETERANGAN | 1 | Epinefiin > hentijantung TV/i0 Tmng/3-5 menit Diikuti flush 20 | mi NaCl 0,9 % dan elevasi engan 10-20 detik += hentijantungrateET | 2-2,5mg/3-Smenit | Diencerkan dengan| 10 miNS 2 | Amiodaron | = bent jantung 300 mg IV cepat Diencerkan dengan 20- 30 ec D5% | Bisa diulang 150 mg selang 3-5 menit 3 | Sulfas Atropin ~~ bradycardi symptomatis | 0,5 mg IV tiap3-5 menit | Maks 0,04 nota ey 4_| Norepinettin = syok BB <70kg t 0,1-0,5 meg/kg/menit | BB>70 kg | 7-35 meg/menit 3 | Dopamin = syok 2-20 megikg/menit | Dosis titrasi | 25 6 =| Dobutamin syok 2-20 meghkg/menit Dosis titrasi Tabel 4. Daftar Dosis Obat Emergensi Dewasa t ioc om a T ny 8 pha msi 6 ap) 7} T ‘Seed de 0.2 mg ra 12m Patt AD tw a | ltrs Simpha RA: mayen bce ww 1S ghg ant EO ane rece: eit air pecy Mum sng 90 9 (put eng cdo ovat mae soto 2-6 enw) ‘usa ten pet ensaten sry omen pi ‘he en perf a pert non ie casinos whee Gog a pag OT (ct eget coms, 1 Avge 0.02 mg HP Haper Gos may bo aed wi ergaeptesetate posoni 01-006 gpg ET Repeat ere feted Nera ose 9 | Mesan ug cose asim (atte Coe 20 gig 0 2 mn ‘eri ty com Moca eng do 2 | ome 01 hg ng 110000 0 May peat ny 3-5 ten | 1 gh ag 1100 | Maton Ge 1 m9 WD: 25 29 ET Geos 05-1 oho Mm evar: 510 gD ‘rs en ee: 24g OM eae 1-2 hg Daf ncene tes 1 gg 0 nator: 29-50 epg j Magion Stn 25-50 hg NAD or 10-20, ft / ‘uncte panies | Moanam ene 29 tae Fl Reve: oer dso ene pty apresin stn wth Byer 220g 01 egg MOET erected ue (sey sac) ‘2oy >i 2g NOT reezrame 1smghg WO ota E06 a tot presen: | ‘ct Dour 20 pron sa we maximum Ge soto 30-0 a, Us eatn wen ng ae 17 mh ‘weer Gus a ply OT tah een ease secn 1 tag ers PD sty te ade ets eter Tabel . Dosis obat resusitasi pediatri 26 Medication tnamrinone Mirinone Dose Range 0.75-1 mg/kg WWAO over ‘5 minutes; may repeat 2 ‘then: 5-10 meg/kg per minute 2-20 mog/kg per minute ‘wAD 2-20 mog/kg per minute ‘wo 0.1—1 mg/kg per minute who ‘Loading dose: 50 mog/kg ‘AO over 10-60 min then 0.25-0.75 mog/kg per ‘minute 0.1-2 mop/kg per minute Inia: 0.51 meghkg per minute; titrate to effect up Comment Inotrope; vasodilator Inotrope; chronotrope; renal ‘and splanchnic vasodilator in low doses; pressor in high doses Inotrope; chronotrope; ‘vasodilator in tow doses; pressor in higher doses ‘nodttator \Vasopressor Vasodilator Prepare only in DW 1V indicates intravenous; and I to 8 mop/kg per minute ‘abel . Dosis obat stabilisasi post resusitasi pediatri 27 BABIV DOKUMENTASI 1, Lembar Code blue Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Oktober 2018 DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT AKADEMIK UGM, 0 28 4 atte [Semen oe = aa =e Taee a —

You might also like