You are on page 1of 15

ISSN: 2301-797X

Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN


PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

Lamhot, Riodinar Harianja


Jurusan Akuntansi, Politeknik Mandiri Bina Prestasi
Email: lamhot_pasaribu@ymail.com : dinarharianja@yahoo.com

ABSTRACT

This research aim is to give an empiric evidence whether cash position, growth, firm
size, debt to equity ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio
partially and simultaneously. The independendt variables are cash position, growth, firm size,
debt to equity ratio, and profitability, meanwhile the dependendt variable is dividend payout
ratio (DPR). The type of this research is description method which means a correlation
research with quantitative approach.
The object of this research is Bursa Efek Indonesia. The boundary is financial
management, with the specification is discussing the about the making of company’s dividend
roles. The aspect of this research is limited only to all the go public companies which have DPR
higher than zero (DPR>0). In choosing the sample, this research uses purposive sampling
method or olso mentioned as judging sampling method. The samples are 25 companies. This
research use the secondary data with ratio scale.
The data analisis has 95% significant level of believing. The first hypotesis uses multiple
regression analisys method and exemine the independent variables simultaneously and the
second hypothesis uses simple regression analisys method and examine the independent
variable partially. The result of this reseach is cash position, growth, firm size, debt to equity
ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio simultaneously.
Partially, cash position, and growth have significant influence to dividend payout ratio.

Keyword : Cash Position, Growth, Firm Size, Debt To Equity Ratio, Profitability

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang, Tujuan dan Rumusan saham, tetapi kedua tujuan tersebut selalu
Masalah bertentangan. Sebab apabila menejemen
Kebijakan dividen (dividend policy) perusahaan memilih untuk membagikan laba
adalah berhubungan dengan penentuan bersih setelah pajak sebagai dividen, maka
keputusan apakah laba bersih setelah pajak akan mengurangi laba ditahan yang akhirnya
(profit after tax) yang diperoleh perusahaan mengurangi total sumber dana internal
akan dibagikan kepada pemegang saham (internal financing). Sebaliknya, jika
sebagai dividen atau akan ditahan dalam menejemen perusahaan memilih untuk
bentuk laba ditahan (retearned earning ) guna menahan laba yang diperoleh, maka
pembiayaan investasi dimasa yang akan da- kemapuan perusahaan dalam pembentukan
tang. Laba ditahan merupakan salah satu dari dana intern akan semakin besar.
sumber dana yang paling penting untuk mem- Kebijakan terhadap dividen
biayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan perusahaan selalu mengakibatkan
dividen merupakan aliran kas yang dibayar- pertentangan dua pihak yang berkepentingan,
kan kepada pemegang saham (Atmaja, 1999). yaitu kepentingan para pemegang saham
Setiap perusahaan selalu mengingin- dengan dividennya, dan kepentingan
kan adanya pertumbuhan (growth) bagi perusahaan dengan laba ditahannya.
perusahaan, dan juga dapat membayar Disamping itu, juga kepentingan kreditur
dividen   secara konsisten kepada pemegang

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 65


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

yang dapat mempengaruhi besarnya kas mempunyai pengaruh yang signifikan


untuk membayar dividen. terhadap dividend payout ratio?”
Kebutuhan dana bagi perusahaan Tujuan dari penelitian ini adalah
pada kenyataannya merupakan faktor yang untuk memberikan bukti empiris apakah cash
harus dipertimbangkan dalam menentukan position, growth, firm size, debt to equity
kebijakan terhadap dividen yang akan ratio, dan profitability baik secara simultan (
diambil. Posisi kas (cash position) bersama-sama ) dan secara parsial
perusahaan merupakan pertimbangan utama mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam banyak kebijakan terhadap dividen. terhadap dividend payout ratio.
Semakin tinggi posisi kas perusahaan maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk 1.2 Tinjauan Pustaka
membayar dividen, yang berarti semakin Dividen adalah bagian laba
besar dividend payout ratio (DPR). perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
Perusahaan yang sedang mengalami saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001)
pertumbuhan dan dalam kondisi profitable Besarnya dividen yang dibagikan kepada
akan memerlukan dana besar guna pemegang saham tergantung pada jumlah
membiayai investasinya. lembar saham yang dimiliki pemegang
Besarnya dividen yang dibayarkan saham. Dividen biasanya dibagikan dalam
kepada pemegang saham tergantung kepada bentuk uang tunai. Selain dalam bentuk uang
kebijakan masing-masing perusahaan, tunai, dividen juga dapat dibagikan dalam
sehingga memerlukan pertimbangan yang bentuk aktiva selain kas, dan saham baru.
lebih serius bagi manajemen perusahaan. Jogiyanto (1998) menyatakan bahwa
Persentase dividen yang dibagikan dari laba pembayaran dividen dapat dikelompokkan
setelah pajak kepada pemegang saham kedalam tiga kemungkinan yaitu pembayaran
sebagai dividen kas (dividend cash) disebut dividen tidak teratur, dividen konstan tidak
dengan DPR. tumbuh, dan pertumbuhan dividen yang
Keputusan yang tepat dalam konstan. Pembayaran dividen tidak teratur
kebijakan dan pembayaran dividen dapat merupakan dividen dimana tiap-tiap periode
memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai tidak mempunyai pola yang jelas bahkan
para pemegang saham. Nilai perusahaan untuk periode-periode tertentu tidak
ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai membayar dividen sama sekali, karena
hutang. Jika diperhatikan model harga saham, perusahaan rugi atau kesulitan likuiditas.
ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang Dividen konstan tidak bertumbuh
semakin besar cenderung akan meningkatkan merupakan pembayaran dividen dari periode
harga saham. Dengan meningkatnya harga keperiode relative konstan. Perusahaan
saham berarti menigkat pula nilai perusahaan. umumnya tidak melakukan pemotongan atau
Namun disisi lain, pembayaran dividen yang pengurangan dividen, sekalipun perusahaan
semakin besar akan mengurangi kemampuan mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini
perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan dilakukan perusahaan untuk menjaga kesan
menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas
selanjutnya akan menurunkan harga saham. perusahaan. Pertumbuhan dividen yang
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konstan merupakan dividen yang tumbuh
semakin tinggi DPR yang ditetapkan secara konstan yang umumnya ditunjukan
manajemen perusahaan, berarti semakin kecil dengan pertumbuhan.
dana yang tersedia untuk diinvestaikan yang Ang (1997) menyatakan bahwa
bersumber dari laba ditahan sehingga dapat dividen merupakan nilai pendapatan bersih
menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan setelah pajak dikurangi dengan
perusahaan. laba ditahan (retained earnings) sebagai
Berdasarkan latar belakang di atas, cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk
maka yang menjadi masalah pokok dalam dibagikan kepada pemegang saham sebagai
penelitian ini adalah: ”Apakah cash position, keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan
growth, firm size, debt to equity ratio, dan yang diambil dari earnings after tax (EAT)
profitability baik secara simultan (bersama- dilakukan sampai cadangan minimum dua
sama) dan secara parsial (individu) puluh persen dari modal yang ditempatkan.

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 66


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

Modal yang ditempatkan adalah modal yang perusahaan melakukan investasi.


disetor penuh ditambah dengan modal yang Kebijakan terhadap dividen
belum disetor sehubungan dengan penerbitan menyangkut keputusan untuk membagikan
saham baru. laba atau menahannya guna diinvestasikan
Kebijakan manajemen terhadap kembali di dalam perusahaan. Pembagian
dividen tidak terlepas dari kebijakan dividen perusahaan kepada pemegang
manajemen terhadap laba bersih yang saham menyebabkan posisi kas suatu
diperoleh perusahaan. Manajemen perusahaan semakin berkurang. Hal ini akan
mempunyai dua pilihan terhadap laba bersih menyebabkan berubahnya struktur modal
yang diperoleh yaitu: Dibagi kepada perusahaan yaitu debt to equity ratio (DER)
pemegang saham dalam bentuk dividen, akan semakin besar. Dampak yang
atau diinvestasikan kembali ke perusahaan ditimbulkannya adalah para pelaku pasar
sebagai laba ditahan. Pada umumnya akan berfikir secara negatif terhadap
sebagian laba bersih tersebut terlebih perusahaan.
dahulu dibagikan dalam bentuk dividen, Campbell dan Beranek (1995)
sisanya diinvestasikan kembali dalam dalam Heart dan Rimbey (1993)
bentuk laba ditahan. Keputusan menyatakan bahwa akibat adanya
manajemen untuk menentukan berapa pembagian dividen kas kepada
besarnya laba bersih yang dibagikan pemegang saham akan menyebabkan harga
sebagai dividen disebut dengan kebijakan saham akan jatuh setelah hari pembayaran
dividen (dividend policy). dividen (ex dividend day). Kebijakan
Kebijakan terhadap dividen dapat terhadap dividen yang optimal pada suatu
dilihat dari sudut pandang investor dan sudut perusahaan adalah kebijakan yang
pandang perusahaan (manajemen). Dari menciptakan keseimbangan diantara dividen
sudut pandang investor, tujuan mereka saat ini dan pertumbuhan (growth)
membeli saham (melakukan investasi perusahaan di masa datang.
di saham) adalah untuk mengendalikan Jensen (1986) dalam Smith & Watts
perusahaan atau untuk memperoleh (1992) mengemukakan bahwa semakin
keuntungan jangka panjang m a u p u n besar jumlah investasi dalam satu periode
jangka pendek. Bagi investor yang tertentu, semakin kecil dividen yang
tidak bermaksud untuk diberikan, karena perusahaan yang tumbuh
mengendalikan perusahaan, maka diidentifikasi sebagai perusahaan yang free
tujuan mereka lebih difokuskan pada cash flow-nya rendah. Hal ini sesuai dengan
keuntungan jangka pendek yaitu hipotesis packing order (Myers & Majluf
mendapatkan imbalan jasa atas 1984, dalam Hartono 1999) bahwa
investasinya berupa dividen kas, karena perusahaan yang profitable memiliki
tujuan jangka panjang berupa capital gain, dorongan membayar dividen relatif kecil
masih bersifat spekulatif. dalam rangka memiliki dana internal yang
Dari sudut pandang perusahaan, lebih banyak untuk membiayai proyek-
masalah pembayaran dividen kas merupakan proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan
suatu kebijakan yang harus bertumbuh, peningkatan dividen dapat
dipertimbangkan dengan hati-hati karena menjadi berita buruk karena diduga
ini akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan telah mengurangi rencana
lainnya, seperti kebijakan terhadap investasi, investasinya (Hartono 1999).
pembiayaan, dan lain sebagainya. Jika
perusahaan membayar dividen terlau besar, 1.2.1 Teori Kebijakan Dividen
maka hal ini akan mengurangi sumber Ada beberapa teori kebijakan dividen
pembiayaan dari dalam perusahaan untuk yang dikemukakan oleh para ahli. Teori
melakukan investasi. Disamping itu, tersebut adalah sebagai berikut:
pembayaran dividen yang terlalu besar a. Teori Tidak Relepan (Irrelevance Theory)
merupakan suatu tanda bahwa perusahaan itu Teori ini dikemukakan oleh
dalam keadaan tidak akan berkembang di Modigliani dan Miller (1961) dalam Sartono
masa yang akan datang karena pembayaran (2001) yang menyatakan bahwa nilai suatu
dividen akan mengurangi kesempatan perusahaan tidak ditentukan oleh besar

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 67


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

kecilnya DPR, tetapi ditentukan oleh laba saham turun, (Sjahrial, 2008:313). Fenomena
bersih sebelum pajak dan resiko bisnis, ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para
dengan demikian kebijakan dividen investor lebih menyuka dividen daripada
sebenarnya tidak relevan dipersoalkan. Teori capital gains. Menurut MM dalam Brigham
ini didukung oleh Brigham dan Houston dan Houston (1998) mengatakan bahwa suatu
(1998) yang mengatakan bahwa kebijakan kenaikan dividen lebih besar dari yang
dividen tidak mempunyai pengaruh baik sebelumnya merupakan suatu sinyal kepada
terhadap nilai perusahaan maupun biaya investor bahwa manajemen perusahaan
modalnya. meramalkan suatu penghasilan yang baik
Beberapa ahli menentang pendapat dimasa yang akan datang. Sebaliknya,
Modigliani dan Miller, dengan alasan asumsi- penurunan dividen atau kenaikan dividen
asumsi yang dikemukakan Modigliani dan dibawah kenaikan normal diyakini investor
Miller sangat lemah. Karena pada praktiknya sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan
pasar modal sempurna sulit ditemui, biaya menghadapi masa sulit dimasa yang akan
emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada, datang.
kebijakan perusahaan pasti berubah-ubah,
(Atmaja, 1999) 2.3.5 The Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa
2.3.2 The Bird in The Hand Theory kelompok (clientele) pemegang saham yang
Teori ini dicetuskan oleh Gordon dan berbeda-beda akan memiliki preferensi yang
Lintner yang menyatakan bahwa biaya berbeda terhadap kebijakan dividen
modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR perusahaan. Menurut Brigham dan Houston
rendah, karena investor lebih suka menerima (1998:573) mengatakan bahwa ada
dividen dari pada capital gains. Menurut kecenderungan perusahaan untuk menarik
mereka, investor memandang dividend yield jenis investor yang menyukai kebijakan
lebih pasti dari pada capital gains yield, dividen yang didesain oleh perusahaan.
(Sjahrial, 2008). Satu burung di tangan Kelompok pemegang saham yang
(dividen saat ini) lebih berharga daripada membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih
seribu burung di udara (capital gains di masa menyukai suatu DPR yang tinggi. Sebaliknya
yang akan datang). Dengan kata lain, investor kelompok pemegang saham yang tidak begitu
lebih menyukai keuntungan dalam bentuk membutuhkan uang pada saat ini lebih senang
dividen daripada keuntungan yang jika perusahaan menahan sebagian besar laba
diharapkan dari kenaikan nilai modal. bersih yang diperoleh. Jika ada perbedaan
pajak bagi individu misalnya orang yang
2.3.3 Tax Differential Theory lanjut usia pajak lebih ringan, maka
Teori ini diajukan oleh Litzenberger kelompok pemegang saham yang dikenai
dan Ramaswamy (Brigham dan Houston, pajak tinggi lebih menukai capital gains
1998:573) dalam Rizki (2006) yang karena dapat menunda pembayaran pajak.
menyatakan bahwa karena adanya pajak Kelompok ini lebih senang jika perusahaan
terhadap keuntungan dividen dan capital membayar dividen kecil, sebaliknya
gains, para investor lebih menyukai capital kelompok pemegang saham yang dikenai
gains karena dapat menunda pembayaran pajak relative rendah justru menyuakai
pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan dividen yang tinggi.
suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi
pada saham yang memberikan dividend yield 2.3.6 Agency Theory
tinggi, dan capital gains yield rendah dari Teori keagenan membahas hubungan
pada saham yang dividend yield rendah, dan antara pemberi kerja (principal) dan penerima
capital gains yield tinggi. amanah (agen/manajemen) untuk
melaksanakan pekerjaan. Kedua belah pihak
2.3.4 Signaling Theory diikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan
Ada bukti empiris bahwa jika ada kewajibanya masing-masing. Prinsipal
kenaikan dividen, sering diikuti dengan menyediakan pasilitas dan dana untuk
kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan menjalankan perusahaan, sedangkan
dividen pada umumnya menyebabkan harga manajemen mempunyai kewajiban untuk

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 68


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

mengelola yang diamanahkan prinsipal mengubah kebijakan terhadap


kepadanya. Atas kepemilikannya kepada dividennya, kenapa itu tidak
perusahaan, prinsipal akan memperoleh hasil dilakukan? Jawabannya adalah
berupa pembagian laba dalam bentuk dividen, karena kebijakan terhadap dividen
sedangkan agen akan memperoleh tidak berarti. Tetapi jika unsur
kompensasi dalam bentuk gaji, bonus, pajak dimasukkan dalam
insentif, dan kompensasi lainya. pembahasan, maka pembahasan akan
Teori keagenan Jansen dan Meckling menuju ke hipotesis yang kedua
(1976) menyebutkan bahwa perusahaan yang 2. Dividen Akan Menurunkan Harga
memisahkan fungsi pengelolaan dengan Saham. Jika tarif pajak investor
fungsi kepemilikan akan rentan terhadap atas dividen lebih besar dari capital
konflik keagenan (agency problem). gain, maka investor akan berusaha
Penyebab konflik antara manejer dengan untuk menginvestasikan kembali
pemegang saham dipicu oleh aktivitas pendapatan mereka untuk
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan memaksimumkan after tax return
pencairan dana (financing decision) dan mereka. Sudah tentu, berdasarkan
bagaimana dana yang diperoleh tersebut alasan ini, jika tarif pajak atas capital
diinvestasikan. Cara untuk mengatasi agency gain melebihi tarif dividen, maka akan
problem dan mengurangi munculnya agency terjadi kebalikannya.
cost yaitu dengan meningkatkan DPR. 3. Dividen Akan Menaikkan Harga
Saham (Signalling Theory).
2.3.7 Free Cash Flow Pendapatan dari dividen merupakan hal
Dalam Signaling Theory, dividen yang sangat diharapkan oleh investor.
digunakan sebagai sinyal positif bagi Dengan asumsi seperti ini, keputusan
kemampuan manejer untuk mengelola manajemen untuk menaikkan dividen
perusahaan. Untuk membayar dividen merupakan suatu t a n d a b a h w a
diperlukan free cash flow yang banyak. perusahaan tersebut
Hanya perusahaan yang memiliki free cash mempunyai kemampuan untuk
flow yang baik yang mampu membayar menghasilkan laba di masa yang
dividen secara kontiniu, (Asnawi dan Wijaya, akan datang. Hal ini akhinya
2005:49). Sedangkan menurut Penman akan mendorong harga saham
(2004:113) menyatakan bahwa free cash flow menjadi lebih tinggi. Sebaliknya,
merupakan arus kas yang berasal dari dividen yang rendah merupakan
aktivitas operasi yang menjadikan kas untuk suatu tanda yang kurang baik dan
investasi berkurang. Apabila free cash flow akhirnya akan menurunkan harga
suatu perusahaan besar, maka DPRnya juga saham.
tinggi.
Dari teori kebijakan tersebut di atas 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) Kebijakan Dividen
pendapat yang muncul mengenai kebijakan Ada sejumlah faktor yang
terhadap dividen, yaitu : mempengaruhi kebijakan terhadap dividen
1. Dividen Tidak Mempengaruhi yaitu set kesempatan investasi (Investment
Harga Saham. Teori ini Opportunity Set / IOS), dana yang tersedia
berdasarkan pandangan bahwa (available fund), serta preferensi para
kebijakan terhadap dividen tidak akan pemegang saham untuk pendapatan saat ini
berpengaruh baik terhadap rencana jika dibandingkan dengan masa mendatang.
investasi atau struktur modal maupun Masing-masing faktor diduga akan
terhadap aliran kas di masa yang akan mempengaruhi kebijakan terhadap dividen
datang. Berdasarkan pandangan ini, perusahaan. Disamping itu, faktorfaktor
efisiensi pasar modal menjadi kritis dan tersebut diduga saling berinteraksi dalam
pajak diabaikan. Argumen yang mempengaruhi kebijakan pemberian
menyokong suatu hipotesis yaitu jika dividen.
manajemen dapat meningkatkan nilai Faktor lain yang turut mempengaruhi
pasar dari saham perusahaan dengan kebijakan terhadap dividen adalah kebiasaan

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 69


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

yang berlaku di negara tempat perusahaan pendapatan dari investasi yang


berada. Pada prinsipnya, dividen adalah ditanamkan bagi pemenuhan
pembayaran yang diberikan perusahaan kebutuhannya. Dengan demikian,
kepada pemegang saham sehubungan dengan tentunya is akan menghindari penjualan
laba yang diperoleh perusahaan dan laba saham hanya untuk mendapatkan capital
adalah mutlak milik pemegang saham. Bukti gain. Investor semacam ini akan
empiris menunjukkan bahwa pada umumnya lebih mengharapkan dividen karena
perusahaan di Amerika Serikat cenderung tidak mempengaruhi persentase
memberikan dividen yang tetap jumlahnya kepemilikannya.
atau meningkat secara konstan dari waktu 3. Aspek hukum. Peraturan BEI
kewaktu, (Atmaja, 1999:289) menyatakan bahwa apabila emiten
Tidak sama halnya dengan di selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak
Indonesia, praktek pembagian laba membayarkan dividen, maka otomatis
dilakukan tidak hanya kepada pemegang perusahaan akan dikeluarkan dari bursa.
saham, tetapi juga kepada para karyawan baik Ini mendorong perusahaan untuk
dalam bentuk membayarkan dividennya. Namun
bonus/gratifikasi/rewards/tantiem sehingga peraturan tersebut berlaku sebelum krisis
pembagian laba tidak hanya dalam bentuk ekonomi. Sejak krisis ekonomi terjadi,
dividen. Di sisi lain, selama ini dividen sejak tahun 1999, aturan tersebut dicabut
dapat berupa kas atau dalam bentuk aktiva. mengingat hampir seluruh emiten
Namun dalam prakteknya, ada dividen dalam ambruk dihantam krisis.
bentuk saham yakni pemegang saham Kendala-kendala yang dihadapi
mendapat dividen berupa tambahan perusahaan untuk membagikan dividen
lembaran saham sehingga ada kerancuan kepada pemegang saham adalah Kas yang
dalam perlakuan dividen di Indonesia. tidak mencukupi, hambatan kontrak utang,
Namun dalam penelitian ini, akan dibahas dan Aspek legal.
dividen yang berupa pembagian laba Guntur Thant (1995) menyajikan
berupa kas ataupun dalam bentuk aktiva faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
lainnya kepada pemegang saham. dividen dengan mengacu pada berbagai
Yudiyantho, S.A (1996) membagi faktor- penulis diantaranya Levy dan Samat (1990)
faktor yang mempengaruhi kebijakan serta Van Horne (1986) yang meliputi :
terhadap dividen menjadi dua bagian peraturan atau perundangan, posisi
yaitu faktor-faktor yang mendukung likuiditas, kebutuhan dana untuk melunaskan
hutang, larangan dalam perjanjian hutang,
investor lebih mengharapkan dividen
tingkat ekspansi perusahaan,tingkat
daripada capital gain dan faktor-faktor keuntungan, stabilitas perusahaan,
gang menjadi kendala perusahaan dalam kemampuan memasuki pasar modal,
mebagikan dividen. Faktorfaktor yang perilaku kelompok pengendali perusahaan,
mendorong investor mengharapkan posisi pemegang saham sebagai wajib pajak,
dividen daripada caiptal gain adalah: pajak atas keuntungan yang salah
”Pengurangan ketidakpastian. Pendapatan diakumulasikan, dan tingkat inflasi.
yang didapat dari capital gain mengandung
tingkat ketidakpastian yang tinggi lebih 2.5 Kebijakan Dividen Dalam Praktik
daripada pembagian keuntungan yang ada Pada praktiknya perusahaan cenderung
saat ini”. memberikan dividen dengan jumlah yang
1. Indikasi kekuatan perusahaan (indication relatif stabil atau meningkat secara teratur.
of strength). Pengumuman dan Kebijakan ini disebabkan oleh asumsi bahwa
pembayaran dividen mengandung investor melihat kenaikan dividen sebagai
informasi yang menyatakan bahwa suatu tanda baik bahwa perusahaan lebih
perusahaan pada saat ini benar-benar senang mengambil jalan aman yaitu tidak
sehat. menurunkan dividen, dan investor cenderung
2. Kebutuhan akan pendapatan saat ini (need lebih menyukai dividen yang tidak
for current income). Sebagian pemegang berfluktuasi (dividen yang stabil).
saham pada umumnya mensyaratkan Menjaga kestabilan dividen, tidak

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 70


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

berarti menjaga dividend payout ratio tetap Variabel Independen


stabil, karena jumlah nominal dividen juga Cash position
tergantung pada penghasilan bersih (X1)
perusahaan. Jika laba bersih perusahaan
berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka Growth
pembayaran dividen juga akan berfluktuasi. ( X2 ) Veriabel dependent
Pada umumnya perusahaan akan menaikan
dividen hingga suatu tingkat dimana mereka firm size DPR (Y1)
( X3 )
yakin dapat mempertahankannya dimasa
yang akan datang. Artinya dalam kondisi
yang terburuk sekalipun, perusahaan masih Debt to equity
tetap mempertahankan dividennya. ratio ( X4 )

Selain cara tersebut di atas, dalam


praktiknya ada juga perusahaan Profitability
menggunakan model residual dividend ( X5 )
dalam kebijakan pembagian dividennya.
Dalam model ini, kebijakan pembagian Gambar 3.1 Hubungan Variabel
dividen ditentukan dengan 4 (empat) Independen dengan dependen
pertimbangan, (Atmaja, 1999: 290) yaitu:
Berdasarkan kerangka konseptual di
Mempertimbangkan kesempatan atas, dapat dilihat bahwa ada keterkaitan
investasi perusahaan. Mempertimbangkan atau hubungan antara cash position, growth,
target struktur modal perusahaan untuk firm size, debt to equity ratio, dan
menentukan besarnya modal sendiri yang profitability terhadap dividend payout ratio,
dibutuhkan untuk investasi. baik secara silmutan maupun secara parsial.
Memanfaatkan laba ditahan untuk Hubungan variabel independen dan
memenuhi kebutuhan akan modal sendiri dependen tersebut, dapat diuraikan sebagai
tersebut semaksimal mungkin. Membayar berikut:
dividen hanya jika ada sisa laba. 1. Posisi Kas (Cash Position). Dividen
Model residual dividend ini merupakan arus kas (cash out flow) yang
berkembang karena perusahaan lebih senang dibayarkan kepada pemegang saham.
Oleh karena itu semakin kuat posisi kas
menggunakan laba ditahan daripada
suatu perusahaan semakin besar
menerbitkan saham baru untuk memenuhi kemampuan perusahaan membayar
kebutuhan modal sendiri. Hal ini disebabkan dividen, berarti DPR juga semakin
karena menerbitkan saham baru tinggi, demikian sebaliknya, semakin
menimbulkan biaya emisi saham, dan lemah posisi kas suatu perusahaan, maka
investor beranggapan bahwa perusahaan yang DPRnya juga semakin kecil.
menerbitkan saham baru dianggap 2. Tingkat Pertumbuhan (growth).
Perusahaan yang tingkat
perusahaan yang kesulitan keuangan, pertumbuhannya semakin tinggi, maka
sehingga menyebabkan penurunan harga jumlah dana yang dibutuhkan untuk
saham. membiayai pertumbuhan tersebut
semakin besar. Untuk membiayai
III KERANGKA KONSEP DAN pertumbuhan tersebut biasanya
HIPOTESIS perusahaan lebih menyukai dana yang
3.1 Kerangka Konsep berasal dari laba ditahan dari pada
Secara ringkas hubungan variabel sumber lain, dengan demikian jumlah
independen dengan variabel dependen dapat dana yang digunakan untuk membayar
digambarkan dalam kerangka konseptual dividen semakin kecil, sehingga DPR
berikut ini: semakin kecil.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size). Ukuran
perusahaan dapat diukur dengan

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 71


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

pendekatan total aktiva. Perusahaan (1998:22) metode deskriptif bertujuan untuk


besar dinilai mempunyai kebijakan yang menggambarkan sifat sesuatu yang tengah
sangat ketat dalam pembayaran dividen. berlangsung pada saat riset dilakukan dan
Disamping itu, perusahaan akan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
mempertahankan kebesarannya dengan tertentu. Penelitian ini akan mengidentifikasi
menjaga agar tidak terjadi penurunan bagaimana variable independent (cash
nilai saham di pasar modal yang position, growth, firm size, debt to equity
umumnya dapat ditempuh dengan cara ratio, dan profitability) mempengaruhi
membayar dividen. Dengan demikian vaiabel dependen (dividend payout ratio).
semakin besar ukuran perusahaan ( total
aktiva), semakin besar DPRnya. 4.2 Lokasi Penelitian
4. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt To Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek
Equity Ratio). Rasio ini merupakan Indonesia. Penentuan lokasi ini didasarkan
kemampuan perusahaan untuk membayar dengan asumsi bahwa perusahaan-perusahaan
kewajibannya dengan menggunakan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah
modal sendiri. Semakin tinggi Debt to perusahaan yang selalu konsisten membayar
Equity Ratio (DER), maka kemapuan dividen kepada pemegang saham.
perusahaan untuk membayar dividen Ruang lingkup penelitian ini adalah
semakin kecil, sehingga DPR semakin Manajemen Keuangan dengan penekanan
kecil. Hal ini disebabkan karena sebagian pada penetapan kebijakan terhadap dividen
modal sendiri digunakan untuk perusahaan dimana untuk aspek penelitian ini
membayar utang. Demikian sebaliknya, dibatasi hanya pada perusahaan-perusahaan
semakin rendah DER, semakin tinggi yang go public yang memiliki DPR lebih
DPRnya. besar dari 0 ( DPR>0
5. Kemampuan Memperoleh Laba
(Profitability). Semakin tinggi tingkat 4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
kemampuan perusahaan memperoleh Populasi penelitian ini adalah seluruh
laba, maka semakin tinggi juga perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
kemampuan perusahaan membayar Indonesia. Sedangkan sampel penelitian
dividen, sehingga DPR semakin tinggi sebanyak 25 (dua puluh lima) perusahaan
juga, demikian sebaliknya, semakin Dalam menentukan sampel penelitian,
rendah tingkat kemampuan perusahaan metode yang digunakan adalah metode
memperoleh laba, maka semakin rendah purposive sampling atau disebut juga metode
juga kemampuan perusahaan membayar judgement sampling. Persyaratan perusahaan
dividen, sehingga DPR semakin rendah. yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah: Perusahaan yang terdaftar di Bursa
3.2 Hipotesis Efek Indonesia dalam kurun waktu 5 (lima)
Berdasarkan latar belakang, rumusan tahun yakni 2001 sampai dengan 2005,
masalah, teori dan penelitian terdahulu maka menerbitkan laporan keuangan tahun 2001
hipotesis penelitian yang diajukan adalah sampai dengan tahun 2005, memiliki
sebagai berikut: dividend payout ratio yang lebih besar dari 0
H1 : Cash position, growth, firm size, debt (nol) dan membayar dividen secara konsisten
to equity ratio, dan profitability secara selama 5 tahun berturut-turut ( 2001- 2005 ).
simultan dan parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap dividend payout 4.4 Metode Pengumpulan Data
ratio. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Metode
IV METODE PENELITIAN pengumpulan data dilakukan dengan studi
4.1Jenis Penelitian dokumen yaitu dengan mengolah isi laporaan
Jenis penelitian yang digunakan dalam keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
penelitian ini adalah Metode Deskriptif yakni sesuai dengan kebutuhan penelitan ini.
riset korelasi (correlation research) dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Menurut Travers (1978) dalam Umar

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 72


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

4.5 Definisi Operasional (X3)


Debt To
Definisi, logika, dan asumsi ataupun Equity Dokumen
Total Hu tan g
Rasio Sekunder
pembatasan pada masing-masing variabel Ratio (X4)
Total Ekuitas

dijelaskan sebagai berikut: Profitabilit


Dokumen
LabaSetelah
Pajak
Rasio Sekunder
Dividen Payout Ratio ( DPR ) adalah y (X5) TotalAktiva
merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
tingkat pembayaran dividen atas perolehan 4.7 Metode Analisis Data
laba perusahaan Pengujian data dilakukan dengan
Cash Position ( posisi kas ) adalah asumsi klasik yang meliputi:
merupakan tingkat yang menunjukkan
besarnya saldo kas pada akhir periode 4.7.1 Uji Normalitas
pembukuan terhadap besarnya laba bersih Tujuan uji normalitas adalah untuk
yang diperoleh pada periode tersebut. mengetahui apakah distribusi sebuah data
Growth ( pertumbuhan ) adalah suatu besaran mengikuti atau mendekati distribusi normal,
yang menunjukkan peningkatan yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (
pertumbuhan. Pertumbuhan dibatasi dengan bell shaped ). Jika data berdistribusi normal,
pengukuran penigkatan penjualan dari satu maka pengujian data dilakukan dengan
periode ke periode berikutnya. statistika parametric, sebaliknya jika data
Firm Size ( ukuran perusahaan ). Ukuran tidak berdistribusi normal maka pengujian
suatu perusahaan dapat diukur dengan data dilakukan dengan statistika non
pendekatan total aktiva, diasumsikan semakin parametric. Untuk melihat apakah suatu data
besar ukuran perusahaan, semakin besar berdistribusi normal atau tidak dapat
DPR. dideteksi melalui:
Debt to Equity Ratio ( rasio utang terhadap
ekuitas ) adalah merupakan kemampuan 4.7.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov
perusahaan untuk membayar kewajibannya Dalam Uji Kolmogorov Smirnov, apabila
dengan menggunakan modal sendiri. nilai Kolmogorov – Smirnov Test tingkat
Profitability ( kemampuan memperoleh laba ) angka signifikansi > 0,05, maka data
adalah merupakan tingkat keuntungan bersih berdistribusi normal, tetapi apabila tingkat
dalam mendaya gunakan aktivanya. angka signifikansi < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
4.6 Identivikasi dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan 4.7.1.2 Grafik P-P Plot
dalam penelitian ini adalah terdiri dari Berdasarkan Grafik P-P Plot, apabila
independent variable (variabel bebas) dan dalam gambar grafik terdapat titik-titik yang
dependent variable (variabel tak bebas). menyebar disekitar garis diagonal dan
Independent variable (variabel bebas) dalalam penyebarannya mengikuti arah garis
penelitian ini yaitu cash position, growth, diagonalnya, berarti data terdistribusi secara
firm size, debt to equity ratio, dan normal.
profitability. Sedangkan vaiabel dependen
dalam penelitian ini adalah divident payout 4.7.2 Uji Multikolinearitas
ratio. Pengukuran dari masing-masing Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat
variabel dapat dilihat dari tabel berikut ini: apakah diantara variabel independen ada yang
saling berkorelasi. Model regresi yang baik
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel seharusnya tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel
Sumber Untuk melihat apakah terjadi
yang Instrumen Indikator Skala
diukur
Data multikolinearitas antar variable independen,
Dividend DividenPerSaham
maka dilakukan dengan cara melihat nilai:
Payout Dokumen Rasio Sekunder Variance Inflation Factor (VIF). Menurut
LabaPerSaham
Ratio ( Y)
Cash Santoso (2002), pada umumnya jika VIF
SaldoKasAkhirTahun
Position Dokumen LabaSetelah
Pajak
Rasio Sekunder lebih besar dari 10 (>10), maka variabel
(X1) tersebut mempunyai persoalan
Growth Perubahan
(X2)
Dokumen
Penjualan
Rasio Sekunder multikolinearitas dengan variabel bebas
Firm Size Dokumen Total Aktiva Rasio Sekunder lainnya, tetapi apabila VIF lebih kecil dari

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 73


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

dari 10 (<10), berarti tidak terjadi Pengujian hipotesis pertama


multikolinearitas. dilakukan dengan regresi berganda mengingat
Tolerance. Apabila nilai tolerance dibawah pengujian variabel independen dilakukan
0,1 berarti tidak ada korelasi antar variabel secara simultan, dengan rumus sebagai
independent, hal ini berarti tidak terjadi berikut:
multikolinearitas. Y= a + b1X1+ b2X2+ b3X3 + b4X4 + b5X5
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan
4.7.3 Uji Heteroskedastisitas uji regresi sederhana mengingat pengujian
Tujuan pengujian ini adalah untuk variabel independen dilakukan secara parsial,
melihat apakah dalam sebuah model regresi, dengan rumus:
terjadi ketidak-samaan varian dari residual Y=a + bX
dalam rangkain suatu pengamatan ke Untuk menentukan kelayakan suatu model
pengamatan yang lain. Jika varian dari regresi, pengujian dapat dilakukan dengan
residual dalam rangkaian suatu pengamatan goodness of fit. Dalam penelitian ini, variabel
ke pengamatan yang lain tetap, disebut terjadi penelitian lebih dari dua variabel, maka
homoskedastisitas. Jika dari residual dalam kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai
rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan Adjusted R Square. Untuk menguji apakah
yang lain berbeda, maka disebut terjadi parameter koefesien Adjusted R Square
heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas signifikan atau tidak, maka dilakukan
dapat dilakukan dengan Grafik Scatterplot pengujian dengan bantuan alat uji statistik
dan Uji Glejser. Dengan grafik scatterplot, metode Fisher (uji F) dengan tingkat
analisis data sebagai berikut: kenyakinan (confident level) sebesar 95%.
Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
membentuk pola yang teratur maka telah Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel
terjadi heteroskedastisitas. Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel
Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar
V.HASILPENELITIANDAN
di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada PEMBAHASAN
sumbu Y, maka tidak terjadi 5.1 Deskripsi Data Penelitian
heteroskedastisitas pada model regresi. Statistik deskriptif untuk setiap
Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel independen yang dianalisis
nilai absolute residual dengan varabel berdasarkan SPSS diperoleh hasil yaitu:
indevendennya. Jika nilai t hitung signifikan
5.1.1 Cash Position (X1)
pada taraf alpa <5%, berarti terjadi
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
heteroskedastisitas, tetapi jika nilai t hitung rata-rata rasio cash position perusahaan
signifikan pada taraf alpa >5%, berarti tidak sebesar 2,2512 atau 22,51%, sedangkan rasio
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. minimum dan maksimum cash position
masing-masing sebesar 2% dan 242,2%. Hal
4.7.4 Uji Autokorelasi ini menunjukkan bahwa rata-rata posisi kas
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat perusahaan masih lemah, sehingga tingkat
apakah dalam sebuah model regresi linear ada kemampuan perusahaan membayar dividen
korelasi antara kesalahan pengganggu pada juga masih kecil.
periode t dengan kesalahan pengguna pada
priode t-1. Jika terjadi korelasi, maka 5.1.2 Growth (X2)
dinamakan ada problem autokorelasi. Model Tingkat pertumbuhan perusahaan
regresi yang baik adalah regresi yang bebas yang paling rendah –99%, yang paling
dari autokorelasi. Suatu model regresi bebas tertinggi sebesar 117%, dan rata-rata sebesar
dari autokorelasi berdasarkan hasil 16,69%. Hal ini menggambarkan bahwa rata-
pengolahan data, nilai Durbin-Watson (DW) rata perusahaan tingkat kebutuhan dana untuk
diantara -2 dan 2. membiayai ekpansi dalam rangka menjaga
atau mempertahankan pertumbuhan tersebut
4.8 Metode Pengujian Hipotesis semakin besar juga yaitu rata-rata 16,69%
pertahun. Untuk membiayai pertumbuhan

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 74


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

tersebut biasanya perusahaan lebih yang diperoleh perusahaan dalam mendaya


menyukai dana yang berasal dari laba gunakan aktivanya. Dividen dibayarkan
ditahan dari pada sumber lain, sehingga dengan mengacu pada laba bersih yang
dana yang digunakan untuk membayar diperoleh perusahaan. Tabel 4.1
dividen yang berasal dari laba semakin menggambarkan bahwa rata-rata tingkat
kecil, sehingga DPR semakin kecil. Dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba
demikian semakin memungkinkan sebesar 11,29%, sedangkan tingkat yang
perusahaan menahan keuntungan dan tidak paling kecil 1%, dan yang paling besar 89%.
membayarkannya sebagai dividen. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata
tingkat kemampuan perusahaan dalam
5.1.3 Firm Size (X3) mendayagunakan aktiva untuk memperoleh
Ukuran perusahaan dapat diukur laba masih rendah., sehingga kemampuan
dengan pendekatan total aktiva. Dari 25 perusahaan untuk membayar dividen juga
sampel perusahaan yang diteliti nilai total rendah.
aktiva yang paling rendah adalah sebesar
Rp.100.099.000.000,00, dan nilai maksimum 5.1.6 Dividend Payout Ratio
total aktiva Rp. 22.128.851.000.000,00 Dividen Payout Ratio ( DPR ) adalah
sedangkan rata-rata total aktiva perusahaan merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
sebesar Rp.3.060.000.000.000,00. tingkat pembayaran dividen atas perolehan
Diasumsikan semakin besar ukuran laba perusahaan. Dari tabel 4.1 di atas dapat
perusahaan semakin besar DPR, karena dilihat bahwa rata-rata DPR perusahaan
bonafiditas perusahaan dapat diukur dari sebesar 39,60%, sedangkan DPR yang paling
besarnya aktiva perusahaan. Perusahaan besar rendah 0,19%, dan yang paling tertinggi
akan selalu membayar dividen untuk 397,18%. Besarnya DPR sangat tergantung
mempertahankan kebesarannya, dan menjaga dari berbagai hal, baik keuangan maupun non
agar tidak terjadi penurunan nilai saham di keuangan, baik intern perusahaan maupun
pasar modal . ektern perusahaan.

5.1.4 Debt to Equity Ratio (X4) 5.2. Hasil Pengujian Data


Debt to Equity Ratio ( rasio utang Hasil pengujian terhadap data yang
terhadap ekuitas ) adalah merupakan dilakukan untuk melihat ada tidaknya
kemampuan perusahaan untuk membayar pelanggaran terhadap asumsi klasik yang
kewajibannya dengan menggunakan modal merupakan dasar dalam model regresi linier
sendiri. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio berganda adalah sebagai berikut:
(DER), maka kemapuan perusahaan untuk
membayar dividen semakin kecil, sehingga 5.2.1 Ujia Normalitas Data
DPR semakin kecil. Hal ini disebabkan Uji normalitas bertujuan untuk menguji
karena sebagian modal sendiri digunakan apakah dalam model regresi variabel
untuk membayar utang. Dari tabel 4.1 dapat independen dan variabel dependen keduanya
dilihat bahwa nilai DER perusahaan sangat berdistribusi normal atau tidak. Untuk
rendah yakni rata-rata 13,17%, sedangkan menguji apakah data penelitian ini
nilai DER minimum 1% dan maksimum terdistribusi normal atau tidak, dideteksi
109,30%. Hasil ini menunjukkan bahwa rata- melalui Uji Kolmogorov Smirnov dan
rata perusahaan mampu membayar utangnya tampilan Grafik yaitu :
sebesar 13,17% yang berasal dari modal
sendiri, sedangkan sisanya dapat digunakan Uji Kolmogorov Smirnov
untuk membayar dividen. DER dinilai Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi
mempunyai hubungan yang negatif dengan normal, maka dilakukan secara statistik
dividen. Semakin rendah DER, semakin dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Dalam Uji
tinggi Dividend Payout Ratio. Kolmogorov Smirnov, apabila nilai
Kolmogorov – Smirnov Test tingkat angka
5.1.5 Profitability (X5) signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi
Profitability ( kemampuan memperoleh laba ) normal, tetapi apabila tingkat angka
adalah merupakan tingkat keuntungan bersih signifikansi < 0,05, maka data tidak

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 75


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

berdistribusi normal. Hasil Uji Kolmogorov Cara mendeteksinya adalah dengan melihat
Smirnov dengan pengolahan data SPSS, dapat nilai Variance Inflation Factor (VIF), dan
dilihat pada Tabel 5.2 berikut : Tolerance. Menurut Santoso (2002), pada
umumnya jika VIF lebih besar dari 10, maka
Tabel 5.2 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov variabel tersebut mempunyai persoalan
Test
multikolinearitas dengan variabel independen
Absut_1
lainnya, tetapi apabila VIF lebih kecil dari 10,
N 52
berarti tidak terjadi multikolinearitas.
Normal Parametersa Mean 2.5402
Std. Deviation 1.40066
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data
Most Extreme Differences Absolute .078
yang dimiliki, diperoleh nilai Tolerance dan
Positive .078
VIF seperti pada tabel 5.3 berikut ini:
Negative -.064
Tabel 5.3 : Pengujian Multikolinieritas
Kolmogorov-Smirnov Z .560 Collinearity Statistics
Asymp. Sig. (2-tailed) .913 Model
Tolerance VIF
a. Test distribution is Normal. (Constant)
Sumber: Hasil olah data SPSS CP_X1 .906 1.104
Growth_X2 .933 1.072
Firm_Size_X3 .752 1.329
Berdasarkan hasil pengujian nilai DER_X4 .723 1.383
Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,560 Profitability_X5 .913 1.095
dengan tingkat signifikansi 0,913 (> 0,05) hal Dependent Variabel : Return_Y
ini berarti data terdistribusi secara normal. Sumber : Output SPSS
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa
5.2.1.2 Grafik P-P Plot nilai VIF untuk setiap variabel independent
Berdasarkan Grafik P-P Plot, apabila dalam <10 (lebih kecil dari sepuluh), dan nilai
gambar grafik terdapat titik-titik yang tolerance tidak kurang dari 0,1 (nol koma
menyebar disekitar garis diagonal dan satu), hal ini menunjukkan bahwa tidak
penyebarannya mengikuti arah garis terjadi multikolinearitas dalam model regresi
diagonalnya, berarti data terdistribusi secara yang digunakan dalam penelitian ini.
normal. Hasil uji Grafik P-P Plot dapat dilihat
seperti gambar 5.1 berikut ini: 5.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan cara grafik Scatterplot. Apabila dalam
grafik Scatterplot terlihat titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk sebuah
pola tertentu yang jelas serta tersebar baik
diatas maupun dibawah angka nol pada
sumbu Y, ini berarti tidak terjadi heteros-
kedastisitas pada model regresi, tetapi apabila
Gambar 5.1 : Grafik Normalitas Data titik yang ada membentuk pola yang teratur,
berarti telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil
Berdasarkan gambar di atas, dapat grafik Scatterplot dengan menggunakan
dilihat bahwa terdapat titik-titik yang SPSS dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut :
menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa data
terdistribusi secara normal.

5.2.2 Pengujian Multikolinearitas


Pengujian multikolinearitas dilakukan
untuk melihat apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik Sumber : Output SPSS
seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Gambar 5.2 grafik Scatterplot

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 76


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

Dari grafik Scatterplot tersebut di alat uji statistik metode Fisher (Uji F) dengan
atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar tingkat keyakinan (confident level) sebesar 95
secara acak dan tidak membentuk sebuah %. Kriteria pengujian yang digunakan adalah
pola tertentu yang jelas serta tersebar baik apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak; dan
diatas maupun dibawah angka nol pada apabila Fhitung ≤ Ftabel maka Ho dapat diterima.
sumbu Y, hal ini berarti tidak terjadi Hasil Uji F yang dilakukan dapat dilihat
heteroskedastisitas pada model regresi. bahwa nilai Fhitung adalah 7.404 dengan
Selain grafik Scatterplot, untuk menguji tingkat signifikansi 0,000. Untuk menentukan
heteroskedastisitas dapat juga dilakukan nilai Ftabel, terlebih dahulu dihitung derajat
dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser pembilang yaitu jumlah variabel-1 (k-1) = (6-
meregresikan nilai absolut residual dengan 1=5), untuk derajat penyebut n-k yaitu jumlah
variabel independennya. Jika nilai t signifikan sampel-k, atau 125-5= 120. Jadi nilai Ftabel
pada taraf alpa <5%, berarti terjadi heteros- dengan derajat pembilang 5, derajat penyebut
kedastisitas, tetapi jika nilai t hitung signi- 120, dengan taraf nyata 5% (0,05) adalah
fikan pada taraf alpa >5%, berarti tidak terja- 2,292, berarti Fhitung > Ftabel, (7,404>2,292)
di heteroskedastisitas pada model regresi. dan nilai signifikansi F lebih kecil dari α 0,05.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Hasil ini menunjukkan bahwa cash position
dengan pengolahan SPSS dapat dilihat bahwa (X1), growth (X2), firm size (X3), debt to equity
tidak terdapat variabel independen yang sig- ratio (X4), dan profitability (X5) secara
nifikan pada taraf alpha < 5 %, atau dengan simultan terdapat pengaruh yang signifikan
kata lain nilai t hitung diatas alpha 5 %, hal terhadap didident payout ratio (Y). Hasil
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas penelitian ini kontradiksi dengan hasil
pada model regresi. penelitian Hasanul Aswadi Nasution (2004)
yang mengatakan bahwa cash position (X1),
5.2.4 Uji Autokorelasi growth (X2), firm size (X3), debt to equity
Gejala Autokorelasi dapat dideteksi ratio (X4), dan profitability (X5) tidak
dengan menggunakan uji Durbin-Watson berpengaruh signifikan terhadap didident
(DW). Untuk mendeteksi ada tidaknya auto- payout ratio (Y).
korelasi, maka dilakukan pengujian Durbin- Untuk mengetahui apakah secara parsial
Watson (DW). Suatu model regresi bebas dari variabel independen berpengaruh signifikan
autokorelasi apabila nilai Durbin-Watson terhadap variabel dependen dapat dilihat
(DW) berada diantara -2 dan 2 dengan tingkat dengan model regresi yang dapat dibentuk
signifikansi 5%. adalah sebagai berikut:
Berdadasarkan hasil pengolahan data Y = 31.425 + 7.579 X1 – 44.890X2 +
SPSS, nilai Durbin-Watson (DW) dapat 0.5571X3 – 3.634X4 + 14.930X5
dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar Hasil uji statistik tersebut di atas
1,685. nilai ini berada diantara -2 dan 2, hal menunjukkan bahwa, secara parsial hanya
ini berarti model regresi bebas dari variabel cash position (X1), dan growth (X2)
autokorelasi. tingkat signifikansi dibawah 0.05. yaitu
masing-masing 0,002 dan 0,000. sedangkan
5.3 Hasil Pengujian Hipotesis varibel independen lainya: firm size (X3), debt
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
to equity dilakukan
ratio pengujian
(X4), dan kelayakan
profitability (X5suatu
) model regre
dapat dilihat nilai Adjusted R Square sebesar tingkat signifikasinya di atas 0,05. Dengan
0,212. Hal ini menunjukkan bahwa 21,2% demikian daerah penerimaan hipotesis berada
variabel dependen divident payout ratio (Y) diluar daerah penerimaan H0. Hal ini berarti
dapat dijelaskan oleh variabel independen bahwa cash position, growth, firm size, debt
cash position (X1), growth (X2), firm size (X3), to equity ratio, dan profitability secara
debt to equity ratio (X4), dan profitability parsial tidak mempunyai pengaruh yang
(X5), sedangkan sisanya sebesar 78,8% signifikan terhadap dividend payout ratio.
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan oleh model penelitian ini. 5.4 Pembahasan
Untuk menguji apakah parameter koefesien Dari hasil analisis dan pengolahan data yang
Adjusted R Square signifikan atau tidak, dilakukan dapat dibuktikan bahwa secara
maka dilakukan pengujian dengan bantuan simultan cash position, growth, firm size, debt

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 77


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

to equity ratio, dan profitability mempunyai dimasukkan lagi sebagai variabel independen
pengaruh yang signifikan terhadap dividend pada penelitian selanjutnya. Periode data
payout ratio, hasil ini mendukung hipotesis penelitian selanjutnya, disarankan periodenya
penelitian. Tetapi signifikansi variabel lebih panjang lagi untuk mendapatkan hasil
independen terhadap variabel dependen penelitian yang lebih maksimal.
rendah hanya 21,2% sisanya sebesar 78,8% Bagi para investor dan calon investor yang
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak mengharapkan dividen sebagai tujuan
dijelaskan dalam model penelitian ini. investasinya, dapat mempertimbangkan cash
Secara parsial cash position, growth, firm position, dan growth suatu perusahaan
size, debt to equity ratio, dan profitability sebagai salah satu faktor dalam mengambil
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan keputusan investasi.
terhadap dividend payout ratio, hasil ini tidak
mendukung hipotesis penelitian, karena dari DAFTAR PUSTAKA
hasil pengujian yang dilakukan hanya Ang, Robert, The Intelligent Guide To
variabel cash position (X1), dan growth (X2) Indonesian Capital Market,
tingkat signifikansi dibawah 0.05. yaitu Edisi Pertama, Mediasoft
masing-masing 0,002 dan 0,000 sedangkan Indonesia, 1997
varibel independen lainya: firm size (X3), debt Asnawi, Said Kelana, dan Candra Wijaya,
to equity ratio (X4), dan profitability (X5) Riset Keuangan Pengujian-
tingkat signifikasinya di atas 0,05. Hal ini pengujian Empiris, PT. Gramedia
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
paling dominan diperhatikan oleh para Atmaja, Lukas Setia, Manajemen
pimpinan perusahaan dalam menetapkan Keuangan, Edisi Revisi,
kebijakan dividennya adalah cash position, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1999.
dan growth. Brigham, F. Eugene and Joel F. Houston,
Fundamentals of Financial
VI KESIMPULAN DAN SARAN Management, Eight Edition, The
6.1 Kesimpulan Dryden Press, Harcourt Brace
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan College Publishers, New York,
yang telah dikemukakan sebelumnya, maka 1998.
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Campbell, JA and Beranek W, Stock Price
Secara simultan variabel independent: cash Behavior on Ex-Dividend Dates,
position, growth, firm size, debt to equity Journal of Finance, 10:425-429,
ratio, dan profitability mempunyai pengaruh 1995
yang signifikan terhadap variabel dependen: Dermawan Sjahrial, Manajemen Keuangan,
dividend payout ratio. Edisi Dua, Mitra Wacana Media,
Secara parsial hanya cash position, dan Jakarta, 2008.
growth mempunyai pengaruh yang signifikan Gordon, Myron J. Optimal Investment and
terhadap dividend payout ratio, sedangkan Financing Policy, Journal of
firm size, debt to equity ratio, dan Finance, May 1963.
profitability tidak berpengaruh. Hartono, Sugianto. An Agency Cost
Explanation for Dividend
6.2 Saran Payment, Working Papers, UGM,
Dari kesimpulan dan keterbatasan yang 1999.
dimiliki dalam penelitian ini, Penulis Hasanul Aswadi Nasution, Faktor-Faktor
memberikan saran sebagai berikut: Yang Mempengaruhi Dividen
Bagi peneliti berikutnya yang membahas Payout Ratio Pada Perusahaan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Publik di Indonesia, Tesis, Sekolah
kebiajakan dividen, agar memasukkan Return Pascasarjana Universitas Sumatera
on Invesment (ROI), Return on Equity, dan Utara, 2004.
lainya sebagai variabel independen. Heart, Douglas dan Rimbey, James N.
Variabel-variabel independen yang tidak Quarterly Journal of Business
berpengaruh terhadap dividend payout ratio and Economics, January 1993.
dalam penelitian ini, disarankan tidak Husein Umar, Metode Penelitian Untuk

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 78


ISSN: 2301-797X
Volume: 2 No. 2 - Desember 2013

Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Edition, Mc Graw Hill, New York.
Grapindo Persada, Jakarta, 1998. Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelan-
Husnan, Suad. Manajemen Keuangan jaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Teori dan Penerapan Keputusan BPFE UGM, Yogyakarta, 1995.
Jangka Panjang, Edisi Ketiga, Sartono, R. Agus, Manajemen Keuangan :
Yogyakarta, BPFE UGM, 1995. Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat,
Indonesian Capital Market Directory, Bursa BPFE UGM, Yogyakarta, 2001.
Efek Jakarta, Edisi 2003 dan 2006 Sekaran, Uma. Research Methods fin-
Irianto, Guntur. Mengistimasi Target Divi- Business, Third Edition, John-
dend Payout Ratio dan Speed of Wiley & Sons-Inc., New York,
Adjustment di Indonesia, Tesis 2000.
Program Pascasarjana UI, Jakarta, Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga
1995. Keuangan, Edisi Ketiga, Lembaga
Jogiyanto, Teori Portofolio Dan Analisis Penerbit Fakultas Ekonomi
Investasi, Badan Penerbit Fakultas Universitas Indonesia, Jakarta,
Ekonomi, Yogyakarta, 1998. 2001.
Kartadinata, Abas. Pembelanjaan, PT Rineka Sidik, Abdullah dan Riyanto, Bambang.
Cipta, Jakarta, 1990. Kompas, Perkembangan Rentabilitas Modal
Harian, 20 Mei 2003. Sendiri beserta Faktor-Faktor yang
Levy, H. dan Sarnat, M. Capital Investment Mempengaruhinya, BPPS-UGM 2,
and Financial Decision, Fourth Januari 1989.
Edition, Prentice Hall, New York, Smith and Watt. The Investment Opportunity
1990. Set and Corporate Financing,
Lintner, John. Dividend, Earning, Leverage, Dividend and Compensation Policy,
Stock Price, and the Supply of Journal of Financial Economics,
Capital to Corporation, Review of 1992.
Economics and Statistics, August Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,
1962. Alfabeta, Bandung, 2002.
Manson, Robert D. dan Lind, A. Douglas, Sulistianingsih, Henny. Faktor-Faktor yang
Teknik Statistika untuk Bisnis dan Mempengaruhi Sumber Pendanaan,
Ekonomi, Edisi Kesembilan, PT Jurnal Riset Ekonomi dan
Gelora Aksara Pratama, Jakarta, Manajemen, Januari 2001.
1996. Sutrisno. Analisis Faktor-Faktor yang
Martin, John D. Dasar-Dasar Manajemen Mempengaruhi Dividend
Keuangan, Edisi Kelima, Jilid Payout Ratio pada Perusahaan
Satu, PT Raja Grafindo Persada, Publik di Indonesia, TEMA,
Jakarta, 1999. Volume II, Nomor 1, Maret 2001.
Masidonda, Jaelani La, Maski, Ghozali, dan Van Horne, James C. Financial Management
Idrus, M. S. Analisis Variabel- and Policy, Sevent Edition, Prentice
Variabel yang Mempengaruhi Hall, New York, 1986.
Struktur Pendanaan dan Weston, J. Fred dad Brigham, Eugene F.
Pengaruhnya bersama Beban Dasar-Dasar Manajemen
bunga, Return on Assets terhadap Keuangan, Edisi Kesembilan,
Rentabilitas Modal Sendiri, TEMA Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1993.
I, Januari 2001. Yudiyantho, Steven Agustino. Analisa
Mayangsari, Sekar. Analisis Faktor-Faktor Perilaku Dividen terhadap
yang Mempengaruhi Keputusan Sekuritas, Fakultas Ekonomi UGM,
Pendanaan, Media Riset Yogyakarta, 1996.
Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Zaki Baridwan, Intermediate Accounting,
Januari 2001. Edisi Tujuh, Badan Penerbit
Nazir, Moh., Metode Penelitian, Ghalia Fakultas Ekonomi, Yogyakarta,
Indonesia, Jakarta, 1988. 1992.
Penman, H. Stephen, Financial Statement
Analysis Security Valuation, Second

Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestas 79

You might also like