You are on page 1of 20

LAPORAN

PERHITUNGAN DOSIS DAN PENYELSAIAN RESEP ANAK NO


1.1 , 1.4

DISUSUN OLEH :

NAMA : IMANUEL RINALDY SIDO

NIM : 191148201088

KELAS : 1A FARMASI

DOSEN PEMBIMBING :

HABEL ROY SULO,Msi.,Apt

LABORATORIUM FARMASETIKA 1

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

PERHITUNGAN DOSIS DAN PENYELSAIAN RESEP ANAK NO


1.1 , 1.4

Nama : IMANUEL RINALDY SIDO


NIM : 191148201088
Jurusan : FARMASI
Program Studi :S1 FARMASI

Laporan Tugas
Pada tanggal, desember 2019

Menyetujui,

KORDONATOR MATA KULIAH PENYUSUN

Habel Roy Sulo, M.si.,Apt Imanuel Rinaldy Sido


BAB I

JUDUL

PERHITUNGAN DOSIS DAN PENYELSAIAN RESEP ANAK NO 1.1 , 1.4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dosis obat adalah jumlah atau ukuran yang diharapakan dapat menghasilkan efek
terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Dosis obat harus diberikan pada
pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor,
antara lain usia, bobot badan, kelamin, luas permukaan tubuh, berat penyakit dan
keadaan daya tahan tubuh.

Penggunaan dosis obat dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok, diantaranya:


1.    Dosis awal / Loading Dose : dosis awal yang dibutuhkan guna tercapainya
konsentrasi obat yang diinginkan di dalam darah dan kemudian untuk selanjutnya
dengan dosis perawatan.
2.    Dosis pencegahan : jumlah yang dibutuhkan untuk melindungi agar pasien tidak
terkena penyakit.
3.    Dosis terapi : dosis obat yang digunakan untuk terapi jika pasien sudah terkena
penyakit.
4.    Dosis lazim : dosis yang secara umum digunakan untuk terapi.
5.    Dosis maksimal : dosis obat maksimal yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit, yang bila dosis maksimal dilampaui akan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.
6.    Dosis letal : dosis yang melebihi dosis terapi dan mengakibatkan efek yang tidak
diinginkan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Tujuan dari penetapan dosis obat ini adalah untuk mendapatkan efek terapeutis dari
suatu obat. Namun tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit,
banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Oleh karena itu,
terapi obat dapat dibedakan dalam tiga jenis pengobatan, yaitu :
1.    Terapi Kausal, dimana penyebab penyakit ditiadakan, khususnya pemusnahan
mikroorganisme  yang merugikan. Contoh : obat kemoterapeutika ( gol. Antibiotic,
fungisida, obat-obat malaria, dan sebagainya).
2.    Terapi Simptomatis, hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, misalnya
kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contohnya : analgetik pada rematik, obat
hipertensi dan obat jantung.
3.    Terapi Substitusi, obat pengganti zat yang lazim dibuat oleh organ yang sakit.
Misalnya insulin pada penderita diabetes.
Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan pada
akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Dosis terapeutis adalah takaran dimana obat
menghasilkan efek yang diinginkan.
Indek terapi merupakan perbandingan antara kedua dosis itu, yang merupakan
suatu ukuran keamanan obat. Semakin besar indeks terapi semakin aman penggunaan
obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga dinamakan jarak
keamanan (safety margin). Seperti indeks terapi, luas terapi berguna pula sebagai
indikasi untuk keamanan obat, terutama untuk obat yang digunakan secara kronis.
Obat dengan luas terapi kecil, yaitu dengan selisih kecil antara dosis terapi dan dosis
toksiknya, mudah sekali menimbulkan keracunan bila dosis normalnya dilampaui.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dosis

Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis
obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Anak-anak bukan
dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan.
Factor-faktor yang harus diperhatikan : total body water, protein plasma, fungsi ginjal
dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase
yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul
akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey sindrom. Pada orang usia lanjut
kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih
lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor
farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 %
karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3
kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.

Berat badan
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana
jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan
jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat
badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga
mempengaruhi volume distribusi obat

Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria.
Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya
obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan
sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital

Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu
akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh
pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan
terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan
dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang

Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon
terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti
antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.

Bentuk sediaan dan cara pemakaian


Dosis obat dapat berbeda-beda tergantung pada bentuk sediaan yang digunakan dan
cara pemakaian. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kecepatan dan luasnya absorpsi
obat. Seperti bentuk sediaan tablet memerlukan proses desintegrasi dan disolusi lebih
dahulu sebelum diabsorpsi sehingga dosisnya lebih besar dibandingkan bentuk
sediaan larutan. Cara pemberian obat juga akan mempengaruhi proses
farmakokinetik.

Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini
terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan
absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang
efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang
mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan.

Pemakaian bersama obat lain (interaksi obat)


Obat-obat yang diberikan secara bersamaan akan terjadi interaksi obat secara fisika
dan kimiawi yang dapat berupa efek yang diinginkan atau efek yang menganggu.
Missal interaksi tetrasiklin dengan logam-logam kalsium, magnesium & aluminium
(logam ini terdapat pada antasida atau produk susu keju), pemakaian secara
bersamaan harus dihindari atau dengan cara mengatur jadwal pemberian, karena
tetrasiklin membentuk kompleks dengan logam tersebut yang sukar diabsorpsi oleh
saluran cerna.

Rumus dosis untuk anak

Rumus Young
  Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
                            n       x DM                    n : umur dalam tahun
                         n + 12

Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
Serbuk bagi atau pulveres merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok untuk sekali minum.
Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 10
m.f pulv No XX

Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 0,5
m.f pulv dtd no XX

Pada cara pertama dan resep I ditimbang 10 gram Asetosal kemudian digerus lalu
dibagi menjadi 20 bungkus. Sedangkan cara kedua ditimbang sebanyak 20 x 0,5 g
kemudian digerus lalu dibagi menjadi 20 bungkus.

Agar dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat tambahan yang
bersifat netral, seperti Saccharum Lactis, Saccharum album, sampai berat serbuk tiap
bungkusnya 500 mg. Saccharum album rasanya manis sehingga dapat berfungsi
sebagai pemberi rasa, tetapi serbuk mudah basah dan tidak cocok untuk penderita
diabetes.
Serbuk dibagi tanpa penimbangan tetapi untuk menjamin pembagian yang sama,
maka pembagian dilakukan tidak lebih dari 20 bungkus. Apabila lebih maka serbuk
harus dibagi dua dengan cara ditimbang sama banyak, baru kemudian dibagi.

Penyimpangan berat masing masing serbuk terhadap yang lain adalah paling besar
10%. Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen, yang mengandung zat higroskopis
dalam kertas berlilin.
Keseragaman bobot serbuk diuji dengan cara:
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu,
2. Campur isi ke 20 bungkus tadi timbang sekaligus dan
3. Hitung bobot rata rata.
Penyimpangan antara penimbangan, satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak
lebih dari 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18 bungkus
yang lain.

Keuntungan dan Kerugian Pulveres


Keuntungan sediaan obat serbuk dibandingkan sediaan bentuk lainnya adalah :
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada bentuk sediaan
oral lain, sehingga dengan segera dapat memberikan efek terapi.
2. Lebih mudah untuk ditelan dibanding sediaan padat lainnya.
3. Lebih stabil dibanding sediaan cair.
4. Lebih mudah dalam pengaturan dosis.
Sedangkan kerugian bentuk sediaan serbuk adalah :
1. Obat yang tidak tahan terhadap pemaparan di udara akan rusak dengan bentuk
sediaan ini.
2. Obat yang pahit, menimbulkan rasa mual dan muntah, begitu pula obat yang
korosif tidak dapat dibuat dalam bentuk sediaan ini.
3. Sukar untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak.
4. Tidak dapat disimpan lama.
5. Durasi efek dan waktu mulai berefek tidak dapat diatur.
Cara Pembuatan Pulvis/Pulveres
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya
menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi.
Beberapa petunjuk :

o Jangan mencampur obat berkhasiat keras dalam keadaan tidak


diencerkan

o Bila bagian bagian serbuk mempunyai BJ yang berlainan masukkan


dulu serbuk yang BJnya besar baru kemudian masukkan serbuk yang
BJnya rendah dan diaduk.

o Jangan menggerus bahan bahan serbuk dalam jumlah banyak


sekaligus.
o Dalam membuat serbuk lebih baik bila bahan bahan baku kering. Maka
itu untuk menggerus serbuk kristal lebih baik menggunakan mortir
panas.

o Cara mencampur camphora dalam serbuk dilakukan dengan


melarutkan camphora dengan Spiritus fortior dalam mortir.

o Cara mencampur ekstrak kental dengan serbuk dilakukan dengan


mengencerkan dulu ekstraknya dengan cairan penyari yang cocok
dalam mortir panas, kemudian diserbukkan dengan bantuan bahan
tambahan saccharum lactis atau amylum oryzae.

o Cara mencampur tinktur dan ekstrak liquid dengan serbuk adalah bila
jumlahnya banyak maka tinktur atau ekstrak diuapkan di atas tangas air
hingga hampir kering lalu ditambahkan saccharum lactis dan diaduk
sampai kering.
Bila jumlahnya sedikit cukup dengan menggunakan mortir dan stamfer
panas saja. Bila kandungan zat berkhasiat mudah menguap atau rusak
karena pemanasan maka dilakukan sebagai berikut :
a. Ambil zat berkhasiatnya saja, seperti Opii Benzoica Tinctura,
Camphorae Solutio Splrituosa dan lodii Tinctura, apabila diketahui isi
zat berkhasiatnya.
b. Bila isi zat berkhasiat tidak diketahui, maka tincture atau ekstrak
cair diteteskan pada mortir yang berisi saccharum lactis di atas tangas
air dan diaduk.

o Oelaeosacchara atau gula berminyak dibuat dengan cara 2 gram


saccharum lactis ditambah 1 tetes minyak eteris (oleum anisi/oleum
foeniculi/oleum menthae piperitae).Tidak dapat dibuat untuk
persediaan.
o Campuran serbuk yang dapat menjadi basah maka masing-masing
serbuk dicampur dengan bahan yang inert, setelah itu baru keduanya
dapat dicampur. Campuran tersebut dapat menjadi basah karena :
a. Keluarnya air kristal, contohnya Calcii Chloridum.
b. Terjadinya senyawa baru dengan air kristal yang lebih sedikit cotoh
campuran Magnesii sulfas dengan Natrii Bicarbona.
c. Penurunan tekanan uap relative (titik eutektikum)
o Serbuk yang dalam resep ditambahkan tablet, bila terdapat zat aktif
dalam bentuk serbuk maka ditambahkan zat aktifnya saja. Jika tidak
terdapat maka tablet digerus kemudian diayak, baru dapat dicampur
dengan serbuk lainnya.
BAB III

PEMBUATAN SEDIAAN

Penyelesain resep anak


a.resep 1.1
dr.alvin
SIP : 268/DINKES/DU-IV-2017
Praktek : jl.gelatik no 26 telp 08122211221
Rumah : jl.gerilya no 69 telp 05443399933757

Samarinda 15-10-2019

R/ luminal 0,02 g
Aminophyllin 0,015 g
S L q.s
m.f pulv dtd no x
s.q.dd.pulv.1

pro : aya (6 thn)


alamat : jl.rinjani no 31
Ѽ

semoga lekas sembuh


b. resep standar : -

c. permasalahan : -

d. skrining resep :

 invocation : ada
 inscriptio : ada
 praescriptio : ada
 signatura : ada
 subscriptio : ada
 superscription : ada
 pro : ada
 umur,alamat pasien : ada
e.keterangan resep
1. R/ : Recipe : ambilah
2. M.f : misce fac : campur dan buatlah
3. Pulv : pulveres : serbuk terbagi
4. Dtd : da tales dosis : sesuai dengan takaran
5. No x : nomero x : sebanyak sepuluh
6. S.q.dd.pulv 1 : signa quarter de die pulv unam : tandai 4 x sehari
1 bungkus

f.penggolongan obat

1. Luminal : psikotropika
2. Aminophylln : keras

g.pemerian bahan

LUMINAL (FI EDISI III halaman 481 )

Pemerian: hablur atau serbuk hablur putih , tidak berbau, rasa agak pahit

AMINOPHYLLN (FI EDISI III halaman 82 )

Pemerian : butir atau serbuk, putih atau agak kekuningan, bau lemah mirip
amoniak,rasa

Pahit.

SL (FI EDISI III hal 338)

Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak manis

h.perhitungan dosis

DM

Luminal 1 x : 6/6+12 x 300 mg = 100 mg

1h : 6/6+12 x 600 mg = 200 mg

Aminophylln 1x : 6/6+12 x 500 mg = 166 mg

1h : 6/6+12 x 1500 mg = 500 mg


DDR

LUMINAL 1 x : 0,02 gram =20 mg

1h : 0,02 x 4= 0,08 gram=80 mg

Aminophylln 1 x : 0,015 gram : 15 mg

1h : 0,015 gram x 4= 0,06 gram = 60 mg

%DM

LUMINAL 1x : 20 mg/100 mg x 100% = 20%

1h : 80mg/200 mg x 100%= 40 %

AMINOPHYLLN 1x : 15 mg/166 mg x 100%=9%

1h : 60 mg/500 mg x 100%= 12%

i.pengambilan bahan

luminal : 0,02 gram x 10 : 0.2 gram : 200 mg

aminophylln : 0.015 gram x 10 : 0,15 gram : 150 mg

S L : berat bungkus puyer : 300 mg

Berat 10 bungkus puyer : 10 x 300 mg : 3000 mg

Jumlah obat dalam resep : (200 mg + 150 mg) – 3000 mg : 2650 mg

J. cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan disetarakan timbangan

2. Diambil dan ditimbang bahan luminal 200 mg, aminophylin 150 mg dan SL
2650 mg.

3. Dimasukan sebagian SL kedalam mortir dan masukan aminophylin gerus ad


halus dan homogen

4. Dimasukan luminal kedalam mortir gerus kembali ad halus dan homogen

5. Dimasukan sisa SL kedalam mortir gerus kembali ad halus dan homogen

6. Dikeluarkan dari mortir dibagi sebanyak 10 bungkus pada perkamen secara visual

7. Dilipat kemudian kemas kedalam plastik klip serakan etiket putih besera
informasi obat

8. Diserahkan pada pasien sertakan pio.

K. Indikasi obat

Sesak nafas disertai nyeri

L. Etiket obat

Apotek happy farma


Jl. Kemakmuran no. 21 telp 4594494449 smd
TIDAK BOLEH DIULANG
SIA : 66/SIA/VII/2011 TANPA RESEP DOKTER
APA : Rivan Nur Mulky, S.Farm.,Apt
No : 1.1
tgl.27/11/2019

Nama : anak aya


Nama obat : racikan sesak dan nyeri

4 x 1 sehari
tablet/kapsul/bungkus
Sebelum / sesudah makan

Semoga lekas sembuh

M. Pemberian informasi obat

Pasien atas nama anak aya ini ada obat racikan obat nyeri diminum 4 x sehari 1
bungkus sesudah makan
Penyelesain resep anak
a.resep 1.4
dr.alvin
SIP : 268/DINKES/DU-IV-2017
Praktek : jl.gelatik no 26 telp 08122211221
Rumah : jl.gerilya no 69 telp 05443399933757

Samarinda 15-10-2019

R/ paracetamol 100 mg
Ctm 0,4 mg
GG 25 mg
m.f pulv dtd no VI
S,tdd,1

pro : maria(6 thn)


alamat : jl.kinibalu no 31
Ѽ

semoga lekas sembuh


b. resep standar : -

c. permasalahan : dilakukan pengenceran bertingkat pada ctm

d. skrining resep :

 invocation : ada
 inscriptio : ada
 praescriptio : ada
 signatura : ada
 subscriptio : ada
 superscription : ada
 pro : ada
 umur,alamat pasien : ada
e.keterangan resep
7. R/ : Recipe : ambilah
8. M.f : misce fac : campur dan buatlah
9. Pulv : pulveres : serbuk terbagi
10. Dtd : da tales dosis : sesuai dengan takaran
11. No x : nomero x : sebanyak sepuluh
12. S.t.dd.pulv 1 : signa tir de die pulv unam : tandai 3 x sehari 1
bungkus

f.penggolongan obat

Pracetamol : bebas

Ctm : bebas terbatas

GG : bebas terbatas

G. Perhitungan dosis

Paracetamol : dm : -

Dosis pemakaian : 1x : 100 mg

1h : 300 mg

% dm : -

Ctm : dm 1x : -

1h : 40 mg

2/14 x 40 mg : 5,71 mg

Dosis pemakaian :1 x: 0,4 mg

1h : 1,2 mg

%dm : 1,2 mg/5,71 mg x 100% : 21,01%

GG : dm : -

Dosis pemakaian : 1x : 25 mg

1h : 75 mg

%dm : -

H. Penimbangan bahan
 Paracetamol : 100 mg x 6 : 600 mg

 GG : 25 mg x 6 : 150 mg

Pengenceran ctm

Ctm : 50 mg

Sl :2450 mg

------------------ +

2500 mg JP

Hasil pengenceran : 2,4 mg/ 50 mg x 2500 : 120 mg

Sisa pengenceran : 2500 mg - 120 mg :2880 mg

I. Cara kerja

1. Disiapkan alat dan bahan disetarakan timbangan

2. Diambil dan ditimbang bahan paracetamol 600 mg, GG 150 mg

3. Dilakukan pengencrn ctm rentang 1mg-10 mg dan timbang hasil pengenceran


120 mg simpan hasil pengenceran dan ditandai.

4. Dimasukan pct dan gg kedalam mortir gerus ad halus dan homogen

5. Dimasukan hasil pengenceran ctm kedalam mortir gerus ad halus dan homogen

6. Dikeluarkan dari mortir dibagi sebanyak 6 bungkus diatas perkamen secara visual

7. Dilipat dan kemas kedalam plastik klip sertakan etiket dan informasi obat

8. Diserahkan pada pasien sertakan pio.

J. Indikasi obat
demam disertai batuk

K. Etiket obat

Apotek happy farma


Jl. Kemakmuran no. 21 telp 4594494449 smd
TIDAK BOLEH DIULANG
SIA : 66/SIA/VII/2011 TANPA RESEP DOKTER
APA : Rivan Nur Mulky, S.Farm.,Apt
No : 1.4
tgl.27/11/2019

Nama : anak maria


Nama obat : racikan batuk

3 x 1 sehari
tablet/kapsul/bungkus
Sebelum / sesudah makan

Semoga lekas sembuh


L. Pemberian informasi obat

Pasien atas nama anak maria ini ada obat racikan obat nyeri diminum 3x sehari 1
bungkus sesudah makan
BAB IV

PEMBAHASAN

Resep 1.1
Pada resep 1.1 ini akan dibuat sedian berupa serbuk (pulveres) untuk
pembagian sebanyak 10 bungkus puyer. bahan aktif yang bekerja pada
resep ini adalah luminal dan aminophylln berkhasiat untuk meredahkan
kejang dan asma.

Resep 1.4
Pada resep 1.4 ini akan dibuat sedian berupa serbuk (pulveres) untuk
pembagian sebanyak 6 bungkus puyer. bahan aktif yang bekerja pada
resep ini adalah paracetamol,ctm,GG berkhasiat untuk meredahkan
demam disertai batuk berdahak. Pada resep ini dilakukan pengenceran
pada ctm.

BAB V

KESIMPULAN
Resep 1.1
Pada pengerjaan resep ini dapat disimpulkan bahwa resep ini dapat
dikerjakan karena tidak terjadi overdosis atau permasalahan lainnya.
Resep 1.2
Pada pengerjaan resep ini dapat disimpulkan bahwa resep ini dapat
dikerjakan karena pada perhitungan dosis tidak terjadi overdosis, tetapi
dilakukan perlakuan khusus yaitu pengenceran pada ctm.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA
 Anief, M. 2005. Farmasetika. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.

 Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope


Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
 
 Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Farmakope
Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
 
 Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Farmakope
Indonesia edisi V,  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

 ISO.,2017. ISO Indonesia Informasi Spesialte Obat Volume 51. PT.


ISFI Penerbit. Jakarta.
 
 
 Rahmatini.,2019. Agar Penulisan Resep Tetap Up To Date.
Journal.

You might also like