Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
NIM : 191148201088
KELAS : 1A FARMASI
DOSEN PEMBIMBING :
LABORATORIUM FARMASETIKA 1
Laporan Tugas
Pada tanggal, desember 2019
Menyetujui,
JUDUL
TINJAUAN PUSTAKA
Dosis obat adalah jumlah atau ukuran yang diharapakan dapat menghasilkan efek
terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Dosis obat harus diberikan pada
pasien untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung dari banyak faktor,
antara lain usia, bobot badan, kelamin, luas permukaan tubuh, berat penyakit dan
keadaan daya tahan tubuh.
Tujuan dari penetapan dosis obat ini adalah untuk mendapatkan efek terapeutis dari
suatu obat. Namun tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit,
banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Oleh karena itu,
terapi obat dapat dibedakan dalam tiga jenis pengobatan, yaitu :
1. Terapi Kausal, dimana penyebab penyakit ditiadakan, khususnya pemusnahan
mikroorganisme yang merugikan. Contoh : obat kemoterapeutika ( gol. Antibiotic,
fungisida, obat-obat malaria, dan sebagainya).
2. Terapi Simptomatis, hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, misalnya
kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contohnya : analgetik pada rematik, obat
hipertensi dan obat jantung.
3. Terapi Substitusi, obat pengganti zat yang lazim dibuat oleh organ yang sakit.
Misalnya insulin pada penderita diabetes.
Hampir semua obat pada dosis yang cukup besar menimbulkan efek toksik dan pada
akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Dosis terapeutis adalah takaran dimana obat
menghasilkan efek yang diinginkan.
Indek terapi merupakan perbandingan antara kedua dosis itu, yang merupakan
suatu ukuran keamanan obat. Semakin besar indeks terapi semakin aman penggunaan
obat tersebut. Luas terapi adalah jarak antara LD50 dan ED50, juga dinamakan jarak
keamanan (safety margin). Seperti indeks terapi, luas terapi berguna pula sebagai
indikasi untuk keamanan obat, terutama untuk obat yang digunakan secara kronis.
Obat dengan luas terapi kecil, yaitu dengan selisih kecil antara dosis terapi dan dosis
toksiknya, mudah sekali menimbulkan keracunan bila dosis normalnya dilampaui.
Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan yang penting untuk menentukan dosis
obat, khususnya anak-anak dan orang lanjut usia (>65 tahun). Anak-anak bukan
dewasa kecil dimana adanya perbedaan dalam kemampuan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat, sehingga harus diperhitungkan dosis obat yang diberikan.
Factor-faktor yang harus diperhatikan : total body water, protein plasma, fungsi ginjal
dan hati. Sebagai contoh chloramfenikol dimetabolisme oleh enzim glukoronidase
yang ada di hati dimana pada bayi enzim tersebut belum lengkap sehingga timbul
akumulasi khloramfenikol menimbulkan grey sindrom. Pada orang usia lanjut
kebanyakan fungsi fisiologisnya mulai berkurang seperti proses metaboliknya lebih
lambat, laju filtrasi glomerulus berkurang, kepekaan/respon reseptor (factor
farmakodinamik) terhadap obat berubah, kesalahan minum obat lebih kurang 60 %
karena penglihatan, pendengaran telah berkurang dan pelupa, efek samping obat 2-3
kali lebih banyak dari dewasa, maka dosis obat perlu diturunkan.
Berat badan
Pasien obesitas mempunyai akumulasi jaringan lemak yang lebih besar, dimana
jaringan lemak mempunyai proporsi air yang lebih kecil dibandingkan dengan
jaringan otot. Jadi pasien obese mempunyai proporsi cairan tubuh terhadap berat
badan yang lebih kecil daripada pasien dengan berat badan normal, sehingga
mempengaruhi volume distribusi obat
Jenis kelamin
Wanita dianggap lebih sensitive terhadap pengaruh obat dibandingkan pria.
Pemberian obat pada wanita hamil juga harus mempertimbangkan terdistribusinya
obat ke janin seperti pada obat-obat anestesi, antibiotic, barbiturate, narkotik, dan
sebagainya yang dapat menyebabkan kematian janin atau kerusakan congenital
Status patologi
Kondisi patologi seperti pasien dengan fungsi ginjal & hati yang rusak/ terganggu
akan menyebabkan proses metabolisme obat yang tidak sempurna. Sebagai contoh
pemberian tetrasiklin pada keadaan ginjal/hati rusak akan menyebabkan
terakumulasinya tetrasiklin dan terjadi kerusakan hati. Maka harus dipertimbangkan
dosis obat yang lebih rendah dan frekuensi obat diperpanjang
Toleransi
Efek toleransi obat yaitu obat yang dosisnya harus diperbesar untuk menjaga respon
terapi tertentu. Toleransi ini biasanya terjadi pada pemakaian obat-obatan seperti
antihistamin, barbiturate & anagetik narkotik.
Waktu pemakaian
Waktu ketika obat itu dipakai kadang-kadang mempengaruhi dosisnya. Hal ini
terutama pada pemberian obat melalui oral dalam hubungannya dengan kemampuan
absorpsi obat oleh saluran cerna dengan adanya makanan. Ada beberapa obat yang
efektif bila dipakai sebelum makan atau sesudah makan. Untuk obat-obat yang
mengiritasi lambung & saluran cerna lebih baik dipakai segera sesudah makan.
Rumus Dilling
Untuk umur anak diatas 8 tahun :
n x DM n : umur dalam tahun
20
Pulveres
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.
Serbuk bagi atau pulveres merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok untuk sekali minum.
Ditulis jumlah obat untuk seluruh serbuk dan lalu dibagi menjadi beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 10
m.f pulv No XX
Ditulis jumlah untuk setiap bungkus serbuknya dan membuat beberapa bungkus :
Contoh resep :
R/ Asetosal 0,5
m.f pulv dtd no XX
Pada cara pertama dan resep I ditimbang 10 gram Asetosal kemudian digerus lalu
dibagi menjadi 20 bungkus. Sedangkan cara kedua ditimbang sebanyak 20 x 0,5 g
kemudian digerus lalu dibagi menjadi 20 bungkus.
Agar dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah zat tambahan yang
bersifat netral, seperti Saccharum Lactis, Saccharum album, sampai berat serbuk tiap
bungkusnya 500 mg. Saccharum album rasanya manis sehingga dapat berfungsi
sebagai pemberi rasa, tetapi serbuk mudah basah dan tidak cocok untuk penderita
diabetes.
Serbuk dibagi tanpa penimbangan tetapi untuk menjamin pembagian yang sama,
maka pembagian dilakukan tidak lebih dari 20 bungkus. Apabila lebih maka serbuk
harus dibagi dua dengan cara ditimbang sama banyak, baru kemudian dibagi.
Penyimpangan berat masing masing serbuk terhadap yang lain adalah paling besar
10%. Serbuk bagi dikemas dalam kertas perkamen, yang mengandung zat higroskopis
dalam kertas berlilin.
Keseragaman bobot serbuk diuji dengan cara:
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu,
2. Campur isi ke 20 bungkus tadi timbang sekaligus dan
3. Hitung bobot rata rata.
Penyimpangan antara penimbangan, satu persatu terhadap bobot isi rata rata tidak
lebih dari 15% dari tiap 2 bungkus dan tidak lebih dari 10% untuk tiap 18 bungkus
yang lain.
o Cara mencampur tinktur dan ekstrak liquid dengan serbuk adalah bila
jumlahnya banyak maka tinktur atau ekstrak diuapkan di atas tangas air
hingga hampir kering lalu ditambahkan saccharum lactis dan diaduk
sampai kering.
Bila jumlahnya sedikit cukup dengan menggunakan mortir dan stamfer
panas saja. Bila kandungan zat berkhasiat mudah menguap atau rusak
karena pemanasan maka dilakukan sebagai berikut :
a. Ambil zat berkhasiatnya saja, seperti Opii Benzoica Tinctura,
Camphorae Solutio Splrituosa dan lodii Tinctura, apabila diketahui isi
zat berkhasiatnya.
b. Bila isi zat berkhasiat tidak diketahui, maka tincture atau ekstrak
cair diteteskan pada mortir yang berisi saccharum lactis di atas tangas
air dan diaduk.
o Oelaeosacchara atau gula berminyak dibuat dengan cara 2 gram
saccharum lactis ditambah 1 tetes minyak eteris (oleum anisi/oleum
foeniculi/oleum menthae piperitae).Tidak dapat dibuat untuk
persediaan.
a.Resep 2.2
dr.alvin
SIP : 268/DINKES/DU-IV-2017
Praktek : jl.gelatik no 26 telp 08122211221
Rumah : jl.gerilya no 69 telp 05443399933757
Samarinda 15-10-2019
R/ chloramfenicol ½ tab
Luminal 0,5 g
Dexametasone 0,5 g
m.f pulv dtd no x
S.t.dd pulv 1
Ѽ
b. resep standar : -
semoga lekas sembuh
d. skrining resep :
invocation : ada
inscriptio : ada
praescriptio : ada
signatura : ada
subscriptio : ada
superscription : ada
pro : ada
umur,alamat pasien : ada
e.keterangan resep
1. R/ : Recipe : ambilah
2. M.f : misce fac : campur dan buatlah
3. Pulv : pulveres : sebuk terbagi
4. Dtd : da tales dosis : sesuai dengan takaran
5. No x : nomero x : sebanyak sepuluh
6. S.t.dd.pulv 1 : signa ter de die pulv unam : tandai 3 x sehari 1
bungkus
f. pengggolongan obat
1. Cloramfenicol : keras
2. Luminal : psikotropika
3. dexametasone : keras
h. perhitungan dosis
DM
LUMINAL : 1x : 300 mg
1h :600 mg
DDR
1h : 3 x 125 mg : 375 mg
1h : 500 mg x 3 : 1500 mg
1h : 500 mg x 3 : 1500 mg
%dosis
i.pengambilan bahan
j. Cara kerja
1. Disiapkan alat bahan disetarakan timbangan
2. Diambil bahan cloramfenikol 1250 mg, luminal 5000 mg, dexametasone 5000 mg
3. Dimasukan cloramfenikol dan dexametasone kedalam mortir gerus ad halus dan
homogen.
4. Dimasukan bahan luminal kedalam mortir gerus kembali ad halus dan homogen
5. Dikeluarkan dari mortir diletakan diatas perkamen
6. Dibagi sebanyak 10 bungkus secara visual diatas perkamen
7. Dilipat dan dikemas kedalam platik klip sertakan etiket putih
8. Diserahkan pada pasien sertakan pio.
G. Indikasi obat
H. Etiket obat
Nama : anna
Nama obat : racikan nyeri dan radang
3 x 1 sehari
tablet/kapsul/bungkus
Sebelum / sesudah makan
DIHABISKAN
Pasien atas nama anna ini ada obat racikan nyeri disertai radang diminum 3 x sehari
1 bungkus sesudah makan.
Resep 2.4
dr.alvin
SIP : 268/DINKES/DU-IV-2017
Praktek : jl.gelatik no 26 telp 08122211221
Rumah : jl.gerilya no 69 telp 05443399933757
Samarinda 15-10-2019
R/ paracetamol 1 tab
Ctm 1 tab
Dexametasone 1 tab
M,f.pulv. Dtd no IX
S.t.dd. Pulv I
B. resep standar : -
d. skrining resep :
invocation : ada
inscriptio : ada
praescriptio : ada
signatura : ada
subscriptio : ada
superscription : ada
pro : ada
umur,alamat pasien : ada
e.keterangan resep
7. R/ : Recipe : ambilah
8. M.f : misce fac : campur dan buatlah
9. Pulv : pulveres : sebuk terbagi
10. Dtd : da tales dosis : sesuai dengan takaran
11. No x : nomero x : sebanyak sembilan
12. S.t.dd.pulv 1 : signa ter de die pulv unam : tandai 3 x sehari 1
bungkus
f. pengggolongan obat
paracetamol : bebas
Dexametasone : keras
G. perhitungan dosis
Paracetamol
Dm: -
Ddr : 1x :500 mg
1h : 500 mg x 3 : 1500 mg
Ctm
Dm : 1x : -
1 h: 40 mg
Ddr : 1x : 4 mg
1h : 4 mg x3 : 12 mg
% dosis
Dexametasone
Dm : -
Ddr : 1x :0,5 mg
1h : 0,5 mg x 9 : 4,5 mg
H. Pengambilan bahan
Pengenceran dexa :
dexa : 50 mg
Sl : 2450 mg
------------------ +
2500 mg JP
Pengenceran ctm :
ctm : 50 mg
Sl : 450 mg
------------------ +
500 mg JP
K.Indikasi obat
L.Etiket obat
Nama : indrakila
Nama obat : racikan demam disertai radang
3 x 1 sehari
tablet/kapsul/bungkus
Sebelum / sesudah makan
DIHABISKAN
Pasien atas nama indrakila ini ada obat racikan demam disertai radang obatnya
diminum 3 x sehari 1 bungkus sesudah makan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Resep 2.2
Pada resep 2.2 ini akan dibuat sediaan berupa serbuk (pulveres) untuk
pembagian sebanyak 10 bungkus puyer. Bahan aktif yang bekerja pada
resep ini adalah cloramfenikol, luminal, dexametasone. Berkhasiat untuk
menurunkan kejang, dan mengurangi peradangan oleh bakteri.
Resep 2.4
Pada resep 2.4 ini akan dibuat sedian serbuk (pulveres) untuk
pembagian sebanyak 9 bungkus puyer. Bahan aktif yang bekerja pada
resep ini adalah paracetamol ctm dexametasone. Berkhasiat untuk
menurunkan demam, dan mengurangi peradangan. Pada resep ini
dilakukan pengenceran pada ctm dan dexametasone karen sedian yang ada
di lab hanya sedian serbuk saja.
BAB V
KESIMPULAN
Resep 2.2
Pada pengerjaan resep ini dapat disimpulkan bahwa resep ini tidak
dapat dikerjakan karena terjadi overdosis pada perhitungan dosis
luminal. Jika dikerjakan obat harus disertakan tanda seru
Resep 2.4
Pada pengerjaan resep ini dapat disimpulkan bahwa resep ini dapat
dikerjakan karena pada perhitungan dosis ctm tidak terjadi overdosis.
Tetapi dilakukan pengenceran pada ctm dan dexametasone.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA