You are on page 1of 6

3.

3 Metode Sampling

Data sampel yang diperoleh harus dapat merepresentasikan populasi pada penelitian
ini. Oleh karena itu, pemilihan teknik pengambilan sampel (sampling) dilakukan
dengan dasar pertimbangan beberapa faktor, diantaranya; Pertama, adalah titik sampel
berada di lokasi pemasangan prototipe aplikasi P2P berbasis blockchain. Kedua, adalah
waktu pengambilan sampel dilakukan pada dua musim, baik musim hujan maupun
kemarau. Ketiga adalah kriteria sampel terpilih berdasarkan status prosumer sebagai
pengguna layanan aplikasi P2P berbasis blockchain. Berdasarkan ketiga pertimbangan
tersebut, digunakan teknik pengambilan sampel yaitu Cluster Sampling, Work
Sampling dan purposive sampling.

3.3.1 Cluster Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode Single Stage Cluster
Sampling (SSCS). Menurut Cochran (1977), populasi dibagi ke dalam sub-sub unit
yang berukuran lebih kecil. SSCS merupakan teknik pengambilan sampel tahap
pertama, yang diperoleh dari pemilihan sebagian atas unit-unit atau lebih dikenal
dengan nama unit primer. SSCS dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan atau
klaster untuk kerangka sampling, salah satunya mengacu pada wilayah geografis.

Berdasarkan metode SSCS, pada penelitan ini dikelompokkan populasi berdasarkan


lokasi pengguna prototipe aplikasi P2P berbasis blockchain. Selanjutnya dipilih lokasi
yang menjadi sampel akhir, yang akan di ambil datanya. Dipilih dua titik lokasi
pengambilan sampel yaitu, Kabupaten Kepulauan Seribu dan Kabupaten Sumba
Timur. Pemilihan kedua lokasi tersebut, dilakukan dengan pertimbangan kesamaan
geografis sebagai wilayah pesisir serta pertimbangan subjektif peniliti seperti
kemudahan akses, waktu dan biaya. Menurut Davis (2005), pengambilan sampel
cluster menguntungkan bagi para peneliti, yang subjeknya terfragmentasi di wilayah
geografis yang luas, sehingga menghemat waktu dan uang.
3.3.2 Work Sampling

Metode work sampling awalnya dikembangkan oleh L.H.C. Tippett pada tahun 1935.
Metode ini terdiri dari serangkaian pengambilan data sampel seketika dan acak, untuk
mengumpulkan informasi mengenai kerja mesin dan operatornya. Work sampling pada
penelitian ini, digunakan untuk menentukan jumlah hari pengamatan sampel di dua
lokasi pengamatan. Dimana waktu pengamatan dilakukan dalam dua musim, baik
musim hujan maupun kemarau. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Kepulauan Seribu (2015), jumlah hari hujan selama Tahun 2010 di
Kabupaten Kepulauan Seribu adalah 193 hari. Untuk Kabupaten Sumba Timur selama
Tahun 2020, mengalami hari hujan sebanyak 99 hari (BPS Kabupaten Sumba Timur.
2020). Secara terperinci jumlah hari di dua lokasi tersebut, disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jumlah Hari Hujan Kabupaten Kepulauan


Seribu dan Kabupaten Sumba Timur.

Jumlah Hari Hujan


Kabupaten Kabupaten
No Bulan
Kepulauan Seribu Sumba Timur
Tahun 2010 Tahun 2020
1 Januari 14 13
2 Februari 19 19
3 Maret 20 20
4 April 14 11
5 Mei 16 5
6 Juni 12 2
7 Juli 12 0
8 Agustus 17 0
9 September 17 0
10 Oktober 19 3
11 Nopember 17 10
12 Desember 16 16
Jumlah 193 99
Secara terperinci rangkaian work sampling dalam menentukan jumlah hari pengamatan
di dua lokasi sampel, dijabarkan sebagai berikut:

1. Studi Awal Menentukan Tingkat Ketelitian.

Tingkat ketelitian menunjukkan akurasi atau seberapa dekat statistik sampel yang
diamati dengan parameter populasi sebenarnya. Secara statistik dapat diartikan
seberapa dekat rata-rata distribusi sampel dengan rata-rata distribusi populasi. Nilai
tingkat ketelitian digunakan untuk menghasilkan seberapa banyak jumlah pengamatan
yang harus dilakukan untuk dapat merepresentasikan populasi. Adapaun menentukan
tingkat ketelitian dapat menggunakan persamaan berikut:

Dimana:
N = Jumlah pengamatan
p = Probabilitas kejadian aktivitas tidak produktif = Probabilitas hari hujan
(1-p) = Probabilitas kejadian aktivitas produktif = Probabilitas hari tanpa hujan
k = Tingkat kepercayaan (confidence level)
S = Tingkat ketelitian (degree of accuracy)

Berdasarkan hasil perhitungan data jumlah hari hujan yang disajikan pada Tabel 3.1,
diketahui bahwa pada tingkat kepercayaan data sebesar 99%, nilai tingkat ketelitian
data jumlah hari hujan Kabupaten Kepulauan Seribu adalah 14,30%. Untuk Kabupaten
Sumba Timur adalah 8,24%. Kedua nilai tingkat ketelitian (S) tersebut, selanjutnya
digunakan dalam menentukan jumlah hari pengamatan yang dilakukan dalam metode
work sampling. Secara detil hasil perhitungan tingkat ketelitian (S), disajikan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.3. Tingkat Ketelitian Data Jumlah Hari Hujan Kabupaten Kepulauan
Seribu dan Kabupaten Sumba Timur.

N
No Lokasi p k S
(hari)
1 Kabupaten Kepulauan Seribu 365 47,12% 2,58 14,30%
2 Kabupaten Sumba Timur 365 72,88% 2,58 8,24%

2. Perhitungan Jumlah Pengamatan.

Tingkat kepercayaan pengambilan sampel pada penelitian ini, ditentukan sebesar 90%
dengan indeks tingkat kepercayaan (k) sebesar 1,65. Dengan demikian dapat dihitung
jumlah hari pengamatan, berdasarkan persamaan statistik berikut:

Dimana:
N = Jumlah pengamatan
p = Probabilitas kejadian hari hujan
(1-p) = Probabilitas kejadian hari tanpa hujan
k = Tingkat kepercayaan (confidence level)
S = Tingkat ketelitian (degree of accuracy)

Hasil perhitungan jumlah pengamatan di kedua lokasi sampling, menunjukkan


pengamatan yang harus dilakukan adalah sebanyak 149 hari. Secara lebih terperinci
data hasil perhitungan jumlah pengamatan, ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Jumlah Pengamatan di Titik Lokasi Kabupaten Kepulauan Seribu dan
Kabupaten Sumba Timur.

No Lokasi S p 1-p k2 N (hari)


1 Kabupaten Kepulauan Seribu 14,30% 47,12% 0,53 2,723 149
2 Kabupaten Sumba Timur 8,24% 72,88% 0,27 2,723 149
Berdasarkan probabilitas yang tertera pada Tabel 3.3 dapat ditentukan, bahwa di titik
lokasi Kabupaten Seribu dilakukan pengamatan pada musim hujan sebanyak 79 hari
dan pada musim kemarau sebanyak 70 hari. Untuk di titik lokasi Kabupaten Sumba
Timur, dilakukan pengamatan pada musim hujan sebanyak 40 hari dan musim kemarau
sebanyak 109 hari. Berdasarkan proporsi jumlah pengamatan tersebut, pengambilan
data sampel akan dilakukan secara acak selama masa studi pengamatan ada rentang
musim hujan dan musim kemarau.

3.3.3 Purposive Sampling (Penjelasan Sub Bab ini, Masuk pada Bagian Bab 3
Bapak)

Dalam rangka pengambilan sampel dalam riset ini, Purposive sampling dipakai karena
lokasi dan jumlah sampel dalam pembuatan prototipe telah ditentukan. Pengambilan
sampel purposive (juga dikenal sebagai penilaian, pengambilan sampel selektif atau
subjektif) adalah teknik pengambilan sampel di mana peneliti mengandalkan
penilaiannya sendiri ketika memilih anggota populasi untuk berpartisipasi dalam
penelitian. Pengambilan sampel purposive adalah metode pengambilan sampel non-
probabilitas dan itu terjadi ketika “elemen yang dipilih untuk sampel dipilih oleh
penilaian peneliti. Para peneliti sering kali percaya bahwa mereka dapat memperoleh
sampel yang representatif dengan menggunakan penilaian yang baik, yang akan
menghasilkan penghematan waktu dan uang” ( Black, 2010).
REFERENSI

Cochran, William G. 1977. Sampling Technique: Third Edition. John Wiley and Son
Corporation: United States.

Davis, D. 2005. Business Research for Decision Making. Thomson South Western:
Australia.

BPS Kabupaten Kepulauan Seribu. (2015). Rata-rata Jumlah Hari Hujan dan Badai
Menurut Bulan, 2015.
https://kepulauanseribukab.bps.go.id/indicator/151/63/1/jumlah-hari-
hujan.html. Diakses: 04 November 2021.

BPS Kabupaten Sumba Timur. (2020). Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di
Kabupaten Sumba Timur, 2019-2020.
https://sumbatimurkab.bps.go.id/indicator/151/118/1/jumlah-curah-hujan-dan-
hari-hujan-di-kabupaten-sumba-timur.html. Diakses: 04 November 2021.

You might also like