Professional Documents
Culture Documents
Analisa Fundamental
Analisa Fundamental
Karena cash ratio hanya menambahkan kas dan juga setara kas dari aset ke
dalam bentuk persamaan, maka rasio ini akan mampu memberikan kebijaksanaan yang
paling konservatif untuk nilai likuiditas perusahaan. Namun yang sangat penting untuk
digaris bawahi adalah pihak perusahaan biasanya tidak memiliki keterkaitan yang terlalu
banyak pada aset dalam bentuk kas ataupun setara kas. Kenapa? Karena kas yang diam
dan tidak bergerak tidak akan memberikan investasi yang baik untuk perusahaan,
sehingga tidak akan menghasilkan keuntungan.
Adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas pelunasan
seluruh kewajibannya dengan menggunakan jaminan modal maupun aktiva yang dimiliki dalam
jangka panjang maupun jangka pendek
1.) Ratio Utang terhadap Aktiva (Debt to Asset Ratio) : Rasio ini mengukur seberapa
banyak aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva, atau mengukur persentase
berapa besar dana yang berasal dari utang. Utang di sini adalah utang perusahaan,
baik utang jangka panjang maupun jangka pendek.
Analisanya, Apabila nilai DAR lebih dari 1.0, maka itu berarti solvabilitas
perusahaan sedang dalam masalah.
2.) Ratio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equitas Ratio) : Rasio ini memaparkan porsi
yang relatif antara ekuitas dan utang yang dipakai untuk membiayai aset perusahaan.
3.) Times Interest Earned Ratio / Interest Coverage Ratio : Rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk melunasi beban bunga pada masa yang akan datang.
Analisanya, Kalau ICR dibawah 2, maka artinya laba perusahaan sebagian besar
(diatas 50%) harus digunakan untuk membayar Beban Bunga.
Analisis Activity Ratios
Adalah rasio yang mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola asetnya. Pada rasio
ini menggambarkan performa operasional perusahaan untuk menghasilkan penjualan.
1.) Rasio Perputaran Aset (Total Aset Turnover) : Rasio yang mengukur aktivitas aset
dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui asetnya.
Analisa, rasio perputaran aset ini digunakan untuk seberapa efisiennya sebuah
perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan. Ini artinya, semakin
tinggi rasionya semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Sebaliknya Rasio Perputaran Aset yang rendah menandakan
kurang efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya dan kemungkinan besar
adanya masalah manajemen ataupun produksinya.
Nilai 1 pada Rasio ini berarti penjualan bersihnya sama dengan rata-rata total aset
pada tahun tersebut, Dengan kata lain, perusahaan telah menghasilkan 1 rupiah penjualan
pada setiap rupiah yang diinvestasikan dalam asetnya.
akhir) : 2
4.) Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio) : ratio ini mengukur
efektivitas pemakaian dana yang tertanam pada harta (aktiva) tetap seperti pabrik dan
peralatan untuk menghasilkan penjualan yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap tersebut.
Rasio Perputaran Aset Tetap = Pendapatan Bersih : (jumlah Aset tidak tetap 1 +
jumlah Aset tidak tetap 2) : 2
1.) Gross Profit Margin (GPM), rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor
terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.
Analisanya, Perusahaan yang memiliki gross profit margin yang tinggi (lebih dari
0,75 atau 75%) menunjukan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk menjalankan
produksinya secara efisien karena Harga Pokok Penjualan relatif lebih rendah.
Semakin tinggi marjin laba kotornya, maka semakin baik keadaan operasi perusahaannya.
Sebaliknya, gross profit margin yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan kurang
mampu mengendalikan biaya produksi dan harga pokok penjualannya, sehingga semakin
keadaan operasi perusahaan akan semakin menurun.
2.) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin), rasio profitabilitas untuk menilai persentase
laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh
dari penjualan.
Analisisnya, Menurut Sulistyanto angka NPM dapat dikatakan baik/sehat apabila >
5 %. Penilaian NPM > 5% dimaksudkan adalah bahwa dengan nilai laba bersih yang
diperoleh dari nilai penjualan yang didalamnya adalah biaya-biaya produksi maka akan
semakin meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Apabila nilai NPM kurang dari 5%
maka semakin kecil selisih antara laba dengan biaya yang pada akhirnya perusahaan akan
mengalami kesulitan di dalam pengelolaan perusahaan.
3.) Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin), ukuran untuk menghtung seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi dari penjualan bersih
perusahaan
Analisanya, Jika OPM terus naik, maka bisa dinilai perusahaan memiliki pure
profit yang baik pula. Demikian pula jika terjadi sebaliknya atau OPM justru menurun
dari periode sebelumnya, maka perusahaan perlu hati-hati dalam memaksimalkan aset
untuk periode bisnis yang akan berjalan.
Analisisnya, Jika nilai yang didapat positif, berarti investasi yang direncanakan
mengembalikan biaya investasi yang sudah dikeluarkan atau lebih baik lagi memberikan
laba. Jika nilai yang didapat negatif, ada baiknya untuk tidak meneruskan investasi
tersebut karena memiliki potensi kerugian.
5.) (Return On Assets), untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh
perusahaan terkait sumber daya atau total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan
dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.