You are on page 1of 13

Nama: Raveena Chandra Satya R.

A
NPM: 1102020081
Kelompok: H18-11

LO.1 Mengetahui dan Memahami Tentang Cairan dan Larutan

1.1 Definisi
Larutan (solusi) merupakan campuran homogen yang terdiri atas dua komponen (zat) atau
lebih. Komponen yang jumlahnya sedikit dinyatakan sebagai solut (zat terlarut), sedangkan
yang jumlahnya lebih banyak dinyatakan sebagai solven (pelarut).
Baik solut maupun solven dapat berwujud padat, cair, atau gas. Solut dapan berupa atom,
ion, atau molekul yang mengalami dispersi. Bila larutan berwujud suatu cairan, maka
pelarutnya adalah cairan. Bila pelarutnya air, larutan cukup dinyatakan dengan larutan tidak
perlu dinyatakan larutan dalam air, misalnya NaCl yang dilarutkan dalam air, cukup
dinyatakan sebagai larutan NaCl. Sedangkan untuk larutan dengan pelarut organik, maka
pelarutnya harus disebutkan, misalnya larutan lemak dalam alkohol.
Cairan adalah istilah yang dipakai dalam dunia kedokteran untuk menyebutkan cairan-
cairan tubuh atau sebenarnya lebih tepat didefinisikan sebagai campuran yang bersifat
heterogen. Sifat heterogen ini terlihat dari partikel-partikel pembentuknya (solut dan solven)
yang masih menunjukkan sifat dari masing-masing partikel pembentuk tersebut. Selain itu,
cairan khusunya cairan tubuh, biasanya bersifat koloid atau suspensi, dimana ukuran partikel
pembentuknya lebih besar dari ukuran partikel pembentuk solut (zat terlarut).

1.2 Perbedaan cairan dan larutan


Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama) serta sama ukuran partikelnya,
tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara
langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya berukuran
sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair
pelarutnya (solvent) adalah cairan dan zat terlarut di dalamnya disebut zat terlarut(solute) bisa
berwujud cair, padat, atau gas.
Sedangkan, cairan adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut dan zat
terlarutnya masih dapat dibedakan.Partikel-partikel pembentuknya solute maupun solventnya
masih menunjukkan sifat dari masing-masing partikel tersebut.Cairan, terdiri dari unsur-
unsur atau partikel- partikel yang posisi relatifnya bebas berubah tanpa terpisah.

1.3 Klasifikasi larutan


Larutan diklasifikasikan berdasarkan fasa/wujud, kejenuhan, dan daya hantar listrik.
1. Berdasarkan Fasa/ wujud
Solven Contoh Solut Contoh Campuran

Cair Air Zat cair Alkohol Spiritus


Cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Cair Air Zat padat Garam Larutan garam
Gas Udara Zat cair Minyak wangi Spray
Gas O2 Gas He Gas untuk mengelas
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Padat Cd Zat cair Hg Amalgam gigi
Padat Pd Gas H2 Gas oven
Padat Au Zat padat Ag
2. Berdasarkan Kejenuhan
a. Larutan Jenuh (Qc = Ksp)
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang
diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solut yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya solut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan
suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu.
b. Larutan tidak jenuh (Qc < Ksp)
Jika jumlah solut yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka laruannya disebut tak
jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibanding dengan larutan
jenuh.
c. Larutan lewat jenuh (Qc > Ksp)
Jika jumlah solut yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut
lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan
lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih
tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut
panas daripada dalam pelarut dingin.
3. Berdasarkan Daya Hantar Listrik
Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasi (α). Nilai α berkisar 0-1.
a. Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dapat
menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit terurai menjadi ion-ion karena pengaruh arus
listrik. Larutan ini dibedakan atas:
1) Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya di dalam pelarut (umumnya air) seluruhnya berubah menjadi ion-ion (α
= 1). Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a) Asam-asam kuat : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3, dll
b) Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH,
Ca(OH)2, dll
c) Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3, dll
2) Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah dalah zat elektrolit yang hanya terurai sebagian membentuk ion-
ionnya di dalam air, larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan derajat disosiasi
sebesar 0 < α < 1. Yang termasuk elektrolit lemah:
a) Asam-asam lemah, seperti: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S, dll
b) Basa-basa lemah, seperti: NH4OH, Ni(OH)2, dll
c) Garam-garam yang sukar larut, seperti: AgCl, CaCrO4, PbI2, dll
b. Non elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Tergolong ke
dalam jenis ini misalnya:
a) Larutan urea
b) Larutan sukrosa
c) Larutan glukosa
d) Larutan alkohol, dll
Larutan Sifat dan Pengamatan Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Elektrolit - Terionisasi - NaCl, - NaCl → Na+ + Cl-
Kuat sempurna - HCl, - NaOH → Na+ + OH-
- Menghantarkan arus - NaOH, - H2SO4 → H+ +SO4-
listrik
- Lampu menyala - H2SO4, - KCl → K+ + Cl-
terang - KCl.
- Terdapat
gelembung gas

Elektrolit - Terionisasi sebagian - CH3COOH, - CH3COOH → H+ + CH3COO-


Lemah - Menghantarkan arus - NH4OH, - HCN → H+ + CN-
listrik - HCN, dan - Al(OH)3 → AI3 + + 3OH-
- Lampu menyala - Al(OH)3.
redup
- Terdapat
gelembung gas

Non - Tidak terionisasi – - C6H12O6, - C6H12O6,


elektrolit tidak - C12H22O11, - C12H22O11,
- Menghantarkan arus - CO(NH2)2, - CO(NH2)2, dan
listrik dan - C2H5OH.
- Lampu tidak - C2H5OH.
menyala
- Tidak terdapat
gelembung gas

1.4 Faktor yang mempengaruhi kelarutan


1. Suhu : untuk campuran padat-cair pada umumnya kenaikan temperatur menyebabkan
kenaikan kelarutan zat
2. Sifat solut dan solven: berlaku aturan “like disolve like” yaitu suatu solut akan mudah
larut dalam solven yang punya sifat yang sama dengan solut
3. Tekanan: sangat berpengaruh pada gas, untuk larutan padat-cair tekanan tidak berubah
4. Pengaruh ion sejenis: adanya ion sejenis dalam larutan akan mengurangi larutan

LO.2 Mengetahui dan Memahami Cairan Tubuh


2.1 Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (larut) dan zat tertentu (pelarut)

2.2 Distribusi dan komposisi dalam tubuh


Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air. Air merupakan perlarut bagi semua
yang terlarut. Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat air
dibagi dengan berat badan total, yang bervariasi berdasarkan kelamin, umur, dan kandungan
lemak yang ada di dalam tubuh. Air membuat sampai sekitar 60 persen pada laki laki dewasa.
Sedangkan untuk wanita dewasa terkandung 50 persen dari total berat badan. Pada neonatus
dan anak-anak, presentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa.
Cairan tubuh terdistribusi antara dua kompartemen cairan utama yang dipisahkan oleh
membran sel, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dibagi
menjadi intravaskular dan kompartemen interstitial. Cairan antarsel khusus disebut cairan
transeluler, seperti cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dan lain-
lainnya. Cairan tersebut termasuk ke dalam jenis khusus cairan ekstraseluler. Dalam beberapa
kasus, komposisinya dapat berbeda dari plasma atau cairan interstitial.
2.3 Kompartemen cairan tubuh
Di dalam tubuh, terdapat dua kompartemen besar, yaitu intrasel dan ekstrasel
1. Kompartemen Intrasel
Cairan intrasel (intracellular fluid) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Volume
cairan intrasel lebih kurang 33% BB atau 60% dari jumlah air tubuh total. Kandungan air di
intrasel lebih banyak dibanding di ekstrasel dan persentase volume cairan intrasel pada anak
lebih kecil dibandingkan orang dewasa karena jumlah sel lebih sedikit dan ukuran sel lebih
kecil. Cairan intrasel berperan menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan energi serta
proses perbaikan sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan dalan proses replikasi dan
berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan
osmolalitas cairan ekstrasel.
2. Kompartemen Ekstrasel
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri dari:
a. Cairan interstisium atau cairan antar sel, yang berada di antara sel-sel
b. Cairan intravaskuler, yang berada di dalam pembuluh darah yang merupakan bagian air
dari plasma darah
c. Cairan trans sel, yang berada dalam rongga-rongga khusus, misalnya cairan otak (likuor
serebrospinal), bola mata, sendi. Jumlah cairan trans sel relatif sedikit
Dengan menggunakan berbagai marker , diperoleh volume cairan ekstrasel sebesar 42-
53% jumlah cairan tubuh total untuk marker klorida dan 30-33% untuk marker inulin dan
sulfat. Volume cairan ekstrasel sebesar 24% dari BB pada orang dewasa. Untuk penggunaan
di klinik umumnya digunakan nilai 40% dari jumlah air tubuh total.
Cairan ekstrasel berperan sebagai:
a. Pengantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace minerals, dan
regulator hormon/molekul)
b. Pengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami
detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel

Kompartemen Jumlah %BB %Jumlah Cairan


Volume intrasel 24.0 L 33 60
Volume ekstrasel 16.0 L 22 40
Volume interstisium 11.2 L 15.4 28
- Volume plasma 3.2 L 4.4 8
- Volume trans-sel** 1.6 L 2.2 4
Tabel Volume air tubuh pada masing-masing kompartemen*
Keterangan:
* Sebagai model adalah seorang pria sehat BB = 73 kg dan cairan tubuh total sejumlah 40 L
(55%)
** Cairan serebrospinal, gastrointestinal. tratus urinarius, duck of glands, cairan serous
cavities

2.4 Fungsi cairan tubuh


Fungsi cairan dalam tubuh manusia antara lain
1. Sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme
2. Sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya
3. Sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan sekitar

2.5 Mekanisme keseimbangan cairan dalam tubuh


Pergerakan zat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak
membutuhkan energi terdiri dari difusi dan osmosis, dan transpor aktif yang membutuhkan
energi ATP yaitu pompa Na-K.
1. Osmosis adalah bergeraknya molekul melalui membran semipermeabel dari larutan
berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.
Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik
cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290
mOsm/L4.
2. Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada
perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.
3. Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium
keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke
dalam
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
antar kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan
ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan
suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun
merupakan suatu partikel aktif yang berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini
tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas
elektron (keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan
osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan menyebabkan perbedaan
konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke
dalam dan keluar dari sel tersebut.
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan
jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol
disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah osmol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti bahwa
tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung
pada perubahan suhu 1,4.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul koloid yang
tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke dalam kapiler dan
melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih dari
20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun
mempunyai arti yang sangat penting. Karena hal ini menyebabkan permeabilitas kapiler
terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen plasma,
serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan
koloid osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru
4. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang tekanan darah 36 mmHg pada
ujung arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya difusi air dan ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan
interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan
reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous
2.6 Gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh
Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau kekurangan cairan
yang mengakibatkan perubahan volume:
1. Hipovolemia
Hipovolemia adalah suatu keadaan berkurangnya volume (jumlah) air ekstrasel. Kondisi
ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Hipovolemia disebut juga deplesi volume.
Pada hipovolemia, berkurangnya air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding.
Misalnya hilangnya air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare,
perdarahan atau melalui pipa naso–gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui
ginjal (misalnya penggunaaan diuretik, diuresis osmotik, salt–wasting nephropathy,
hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran nafas (misalnya insensible water losses,
keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi usus, trauma,
fraktur, pankreatitis akut).
Bila terjadi penurunan volume cairan ekstrasel, volume dan tekanan darah akan
berkurang. Hal ini akan menimbulkan rangsangan pada sistem renin–angiotensin sehingga
timbul respons berupa penurunan produksi urin (restriksi pengeluaran cairan), rangsang haus
diikuti meningkatnya pemasukan cairan akan meningkatkan volume cairan ekstrasel.
2. Dehidrasi
Dehidrasi adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air intrasel ke
ekstrasel. Perpindahan air ini terjadi akibat peningkatan osmolalitas efektif cairan ekstrasel.
Peningkatan osmolalitas cairan ekstrasel terjadi karena cairan ekstrasel yang terbuang (ke
luar tubuh) bersifat hipotonik; berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium di
ekstrasel. Air dari intrasel berpindah ke ekstrasel; hal ini merupakan bentuk regulasi agar
osmolalitas cairan intrasel sama dengan osmolalitas cairan ekstrasel (homeostasis).
Secara klinik perbedaan antara hipovolemia dan dehidrasi terletak pada kadar natrium
dalam plasma. Pada dehidrasi, dijumpai hipernatremia sedangkan pada hipovolemia kadar
natrium plasma normal. Dehidrasi dapat terjadi akibat keluarnya air melalui keringat,
penguapan dari kulit, saluran cerna, diabetes insipidus (sentral dan 88 nefrogenik), atau
diuresis osmotik; yang kesemuanya disertai gangguan rasa haus atau gangguan akses cairan.
Dehidrasi dapat pula terjadi pada keadaan masuknya cairan ekstrasel ke intrasel secara
berlebihan, kejang hebat, setelah melakukan latihan berat, atau pada pemberian cairan
natrium hipertonik berlebihan.
Hipovolemia dan dehidrasi dapat timbul secara bersamaan bila cairan hipotonik terbuang
secara berlebihan hingga menimbulkan gejala hipovolemia berat seperti hipotensi dan gejala
klinik hipernatremia.
3. Euvolemia (normovolemia)
Meskipun istilah euvolemia (normovolemia) mengandung makna volume normal, namun
kondisi ini menjelaskan kadar natrium yang normal disertai peningkatan jumlah air tubuh.
Kondisi seperti ini dapat dijumpai pada beberapa keadaan, antara lain:
- Sekresi ADH berkurang Osmolalitas normal, misal pada pemberian infus larutan iso–
osmotik yang tidak mengandung natrium.
- Sekresi ADH meningkat
a. Osmolalitas rendah pada SIADH
b. Osmolalitas rendah pada hiperglikemia dan pemberian mannitol.
4. Hipervolemia
Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan volume cairan ekstrasel
khususnya intravaskular (volume overload) melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air
melalui ginjal, saluran cerna, dan kulit.
Edema
Edema adalah suatu keadaan dimana terjadi akumulasi air di jaringan interstisium
secara berlebihan akibat penambahan volume yang melebihi kapasitas penyerapan pembuluh
limfe. Keadaan ini memberi gejala klinis pembengkakan (edema). Edema juga merupakan
refleksi dari kelebihan natrium dan hipervolemia.

LO.3 Mengetahui dan Memahami Larutan Cairan Elektrolit


3.1 Definisi cairan elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan.
3.2 Kandungan cairan elektrolit
1. Kandungan elektrolit intrasel
Dalam cairan intrasel, kation utama adalah kalium, sedangkan anion utama adaah fosfat dan
protein. Ion K+, Mg2+, dan PO42+ merupakan solut yang dominan untuk menimbulkan efek
somotik pada cairan intrasel. Ion K+ juga penting dalam proses biolistrik. Konsentrasi ion
kalsium intrasel sangat rendah.
2. Kandungan elektrolit ekstrasel
Komposisi bahan yang terlarut dalam subkompartemen cairan ekstrasel (plasma dan
cairan interstisum) ternyata berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh keseimbangan
Gibbs-Donnan, kecuali untuk ion Ca2+ dan Mg 2+, kadarnya lebih rendah pada cairan
interstisium karena ion ini banyak yang terikat pada protein.
Kation utama dalam cairan ekstrasel adalah natrium (Na +). Kation ekstrasel lainnya
adalah kalium (K+), kalsium (Ca+), dan magnesium (Mg+). Untuk menjaga netralitas listrik, di
dalam cairan ekstrasel terdapat anion klorida, bikarbonat, dan albumin.
Narium, kalium, klorida, dan bikarbonat merupakan elektrolit penting karena
kontribusinya sebagai daya osmotik untuk mempertahankan air dalam cairan ekstrasel.
Natriujm dan kalium memengaruhi tekanan osmosis krisaloid cairan ekstrasel dan intrasel
serta secara langsung berhubungan dengan fungsi sel dalam proses biolistrik. Konsentrasi
natrium merupakan kontributor utama dalam osmolalitas serum dan penentu utama tonisitas
plasma.
Jumlah natrium dalam cairan ekstrasel merupakan hasil kesetimbangan dua faktor, yaitu
uptake natrium di saluran cerna dan ekskresi natrium di ginjal dan tempat lain. Natrium
adalah komponen utama cairan ekstrasel karena selalu dipompa keluar sel oleh natrium-
kalium ATPase.
Plasma Cairan interstisium Cairan Intrasel
(mEq/L) (mEq/L) (mEq/L)
Na+ 140 148 13
K +
4.5 5.0 140
Ca2+ 5.0 4.0 10-7
Mg 2+
1.7 1.5 7.0
Cl- 104 115 3.0
HCO3- 24 27 10
SO4 2-
1.0 1.2 -
PO42- 2.0 2.3 107
Protein 15 8 40
Anion organik 5.0 5.0 -
Tabel Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan cairan Intrasel

3.3 Fungsi dan sumber cairan elektrolit


1. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60
mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10- 14 mEq/L) berada dalam cairan
intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan
Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel
disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar dengan
masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+)
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang
masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui
epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau
saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai
48-144 mEq.
Nilai Rujukan Natrium
Nilai rujukan kadar natrium pada:
- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari
2. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi
kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).
Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan
(3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah
kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang
dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar
dengan natrium).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan
keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir
sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%)
direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan
natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Nilai Rujukan Kalium
Nilai rujukan kalium serum pada:
- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L
3. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida
dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa,
dan menghitung anion gap.
Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan.
Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel.
Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa.
Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan interstisial lebih
tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif.
Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh
perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam membran sel.
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk
dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan
klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata
mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2
mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai
100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran
keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama
klorida adalah melalui ginjal.
Nilai Rujukan Klorida
- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24 jam
3.4 Gangguan keseimbangan cairan elektrolit (natrium, kalium, dan klorida)
Gangguan keseimbangan natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam tubuhnya
turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145 mEq/L) dan
hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal.
Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan hipernatremia berkaitan
dengan hiperosmolalitas.
1. Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu keadaan dimana dijumpai kelebihan cairan relatif. Hal ini
terjadi bila (1) jumlah asupan air melebihi kemampuan ekskresi dan (2) ketidakmampuan
menekan sekresi ADH, misalnya pada kehilangan air melalui saluran cerna, gagal jantung
dan sirosis hati atau pada SIADH (Syndrome of Inappropriate ADH– secretion).
a. Hiponatremia Akut
Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung cepat (kurang dari 48
jam). Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran dan
kejang. Hal ini terjadi akibat edema sel otak, karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang
osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia simptomatik
atau hiponatremia berat.
b. Hiponatremia Kronik
Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat (lebih dari
48 jam). Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran atau
kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya ringan seperti lemas atau mengantuk.
Pada keadaan ini tidak ada urgensi melakukan koreksi konsentrasi natrium, terapi dilakukan
dalam beberapa hari dengan memberikan larutan garam isotonik. Kelompok ini disebut juga
sebagai hiponatremia asimptomatik.
2. Isonatremia
Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan gangguan pada
kadar natrium di dalam plasma (osmolalitas plasma tetap berada dalam keadaan normal).
Keadaan seperti ini dapat dijumpai pada:
- Turunnya kadar Na tubuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam jumlah
seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik jangka panjang (kronik) atau pada beberapa
kondisi seperti muntah, diare, perdarahan dan thrid space sequestration.
- Kondisi normal (steady state)
- Peningkatan Na tubuh total diimbangi oleh peningkatan airtubuh total. Terjadi pada
pemberian natrium isotonik berlebihan (hipervolemia).
3. Hipernatremia
Hipernatremia adalah suatu keadaan dimana terjadi defisit cairan relatif. Hipernatremia
jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan larutan NaCl 0.9% (kadar
natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia juga dijumpai pada kasus dehidrasi
dengan gangguan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran terganggu atau gangguan mental).
Hipernatremia terjadi bila:
- Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau asupan air
yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible water loss
atau keringat; osmotik diare akibat pemberian laktulosa atau sorbitol; diabetes insipidus
sentral maupun nefrogenik; diuresis osmotik akibat glukosa atau mannitol; gangguan
pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.
- Penambahan natrium yang melebihi jumlah cairan dalam tubuh, misalnya koreksi
bikarbonat berlebihan pada asidosis metabolik.
- Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel. Misalnya pada latihan (olahraga berat), asam
laktat dalam sel meningkat sehingga osmolalitas sel juga meningkat dan air dari ekstrasel
akan masuk ke intrasel. Biasanya kadar natrium akan kembali normal dalam waktu 5–15
menit setelah istirahat.
Gangguan keseimbangan kalium
Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3,5–5 mEq/L. Bila kadar kalium kurang dari
3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5 mEq/L disebut sebagai
hiperkalemia. Kedua keadaan ini dapat menyebabkan kelainan fatal penghantaran arus 95
listrik jantung yang disebut disebut aritmia. Kelebihan ion kalium darah akan menyebabkan
gangguan berupa penurunan potensial trans– membran sel. Pada pacemaker jantung terjadi
peningkatan frekuensi sedangkan pada otot jantung terjadi penurunan kontraktilitas bahkan
ketidakberdayaan otot (flaccid) dan dilatasi. Kekurangan ion kalium ini menyebabkan
frekuensi denyut jantung melambat.
1. Hipokalemia
Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai di klinik. Penyebab hipokalemia
dapat dibagi sebagai berikut:
a. Asupan kalium kurang
b. Pengeluaran kalium berlebihan
c. Kalium masuk ke dalam sel
2. Hiperkalemia
Istilah hiperkalemia digunakan bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5 mEq/L.
Dalam keadaan normal jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi
oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh (1) keluarnya kalium dari intrasel ke
ekstrasel dan (2) berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.
Gangguan keseimbangan klorida
1. Hipokloremia
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan
hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat
terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis
respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
2. Hiperkloremia
Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme
homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia.
Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal
akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium
bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin
yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada
gangguan tubulus ginjal yang luas.

LO.4 Memahami dan Mempelajari Etika Makan dan Minum Dalam Islam
4.1 Sumber hadist
1. Perintah Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan

‫ " اِ َذا اَ َك َل اَ َح ُد ُك ْم‬:‫عن ابي هريرة عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ َمالِ ِه‬u ‫ ُل بِ ِش‬u‫ان يَاْ ُك‬ َّ ‫ب فَ ْليَ ْش َربُ بِيَ ِم ْينِ ِه فَاِ َّن‬
َ َ‫ ْيط‬u ‫الش‬ َ ‫فَ ْليَاْ ُكلْ ِبيَ ِم ْينِ ِه َواِ َذا َش ِر‬
)‫َويَ ْش َربُ بِ ِش َمالِ ِه ( رواه مسلم والنسائ في السنان الكبرى‬
Artinya ;
Dari abi hurairah ra dari Nabi SAW bersabda: “ jika salah seorang dari kalian makan,
makanlah dengan menggunakan tangan kanan dan jika minum, minumlah juga dengan tangan
kanannya. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kirinya dan juga minum dengan
tangan kirinya. ( HR. Muslim dan Nasa’i di dalam sunan Kubro)
2. Perintah Makan, Minum, dan Berpakaian Tanpa Berlebihan

‫ه‬uu‫لى هللا علي‬uu‫بي ص‬uu‫ده عن الن‬uu‫ه عن ج‬uu‫عيب عن ابي‬uu‫عن عمرو بن ش‬


‫ف‬ ْ ُ‫ َّدق‬u‫ص‬
ِ u‫وا فِي َغ ْي‬
ٍ ‫ َر‬u‫ر َس‬u َ َ‫ ْوا َوت‬u‫ُوا َو ْالبَ ُس‬
ْ ‫ َرب‬u‫ ُكا ُ ْوا َو ْش‬: ‫ انه قال‬, ‫وسلم‬
)‫َواَل َم ِخ ْيلَ ٍة ( رواه البيهقى في شعب االيمان‬
Artinya ;
Dari umar bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi
Bersabda: makanlah, minumlah, berpakaianlah dan shodaqohlah tanpa berlebihan dan sikap
sombong.( HR. Baihaqi pada bab iman)
3. Membagi Perut Menjadi 3 Bagian, Jangan Berlebihan

:‫ال‬uu‫ُول هللا صلى هللا عليه وسلم ق‬ َ ‫عن المقدام بن معدي كرب اَ َّن َرس‬
ُ‫ب ا ْب ِن اَ َد َم لُقَ ْي َمةٌ يُقِ ْم َن ص ُْلبَه‬ ْ َ‫َما َمالَ َء اَ َد ِم ُّي ِو َعا َء َش ًّرا ِم ْن ب‬
ِ ‫ بِ َح ْس‬,‫طنِ ِه‬
‫ه‬u‫ث لِنَ ْف ِس‬
ٌ ُ‫ه وثُل‬uuِ‫ َرا ب‬u‫ث لِ َش‬ ٌ ُ‫ه وثُل‬uu‫ث لِطَ َعا ِم‬ٌ ُ‫اعاًل فَثُل‬u
ِ uَ‫ةَ ف‬u‫ان الَم َحاَل‬u َ u‫فَاِ ْن َك‬
) ‫( رواه الترمذى وابن حبان‬
Artinya ;
Dari miqdam bin ma’dikariba sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah seorang
anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya sendiri, cukuplah bagi anak adam
beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya, jikapun ingin berbuat lebih,
maka sepertiga untuk makanan dan sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk nafasnya.
( HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

4.2 Sumber Al-quran


1. Jangan minum berlebihan
QS. Al-A’raf : 31

Artinya:
“Hai anak Adam, akailah pakaianmu yang indah setiap hari (memasuki) Mesjid, makan, dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.”
2. Minum minuman yang halal
QS. AL-Baqarah : 172

Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu”. (Al-Baqarah: 172). Yang baik disini artinya adalah yang halal.
DAFTAR PUSTAKA

Unit Pendidikan Kedokteran – Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (UPK-PKB)


FKUI. 2017. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Tamsuri, A. (2009). Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elekrolit. Jakarta: EGC
Dr. Yusnidar Yusuf. (2019). Kimia Analisis.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
4edffa59ee1f819fb8d38d45bda90131.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
4631b9b8c3f8152608a46238e4a719dc.pdf

You might also like