You are on page 1of 86

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU SEKS REMAJA DI DESA PASSO
KECAMATAN BAGUALA KOTA AMBON

OLEH :

STEVANUS MASPAITELLA

NIM P1709123

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2021
JUDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PERILAKU SEKS REMAJA DI DESA PASSO
KECAMATAN BAGUALA KOTA AMBON

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

STEVANUS MASPAITELLA

NIM P1709123

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

AMBON

2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRISPI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS REMAJA
DI DESA PASSO KEAMATAN BAGUALA KOTA AMBON

Telah Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji

Pada : Hari Senin


Tanggal : 29 Novemeber 2021

Dan Diterima Sebagai Bagian Persyaratan Yang Diperlukan Untuk Memperoleh


Gelar
Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Dewan penguji :

Petriana E. Mahmud, S.KM.,M.Kes ( )


(Pembimbing)
Harianti Fajar, S.Kep.,Ns.,M.Kes ( )
(Penguji I)
Dwight Nusawakan.,SH.,MH ( )
(Penguji II)

Mengetahui

Wakil Ketua Bidang Akademik Ketua Program Studi Ilmu

STIKes Pasapua Ambon Keperawatan STIKes Pasapua Ambon

Asriaty Dinopawe, S.ST.,M.Keb Nastain Abubakar Pattimura,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN . 1221099001 NIDN.

HALAMAN PERSETUJUAN

iii
Skripsi ini di ajukan oleh

Nama : Stevanus Maspaitella

Nim : P1709123

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Seks Remaja Di Desa Passo Kecamatan Baguala

Kota Ambon

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Sidang Skripsi Di Hadapan Dewan Penguji

Ditetapkan di Ambon,

Tanggal : November 2021

Pembimbing Ketua Program Studi

Petriana E Mahmud, S.KM.,M.Kes Nastain A. Pattimura. S.Kep.,M.Kep

NIDN.1213069101

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

iv
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Stevanus Maspaitella

Nim : P1709123

Program studi : Ilmu Keperawatan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa

skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Seks Remaja Di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota

Ambon”.

Adalah benar hasil karya saya sendiiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun di rujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila ditemukan bahwa pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia memerima sanski sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon.

Ambon , November 2021

Stevanus Maspaitella

v
DATA PENULIS

I. Identitas

Nama : Stevanus Maspaitella

NIM : P1709123

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/tgl Lahir : Ambon, 11 Juni 2000

Suku /Bangsa : Ambon/ Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Suli

II. Riwayat Pendidikan

Tahun 2005 - 2011 : SD Negeri 77 Ambon

Tahun 2011- 2014 : SMP Negeri 9 Ambon

Tahun 2014 – 2017 : SMK Kesehatan Tiant Mandiri Ambon

Tahun 2017 – 2021 : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua

Ambon

KATA PENGANTAR

vi
Puji syukur penyusun panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA,

karena dengan berkat dan limpahan rahmat Nya sehingga skripsi dengan

judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Remaja di

Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon”, dapat terselesaikan.

Penyusunan Skripsi ini terselesaikan atas bantuan banyak pihak. Penyusun

sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses

pengerjaan Skripsi ini. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Swastika Santila Rudani Ake selaku Ketua Yayasan Bangun Prima

Persada yang telah memfasilitasi penulis selama mengikuti pendidikan

di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon.

2. Dewi Arwini Bugis, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon yang telah memberikan arahan,

bimbingan, serta dukungan untuk penulis.

3. Nastain Abubakar Pattimura, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program

studi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bantuan kepada

penulis.

4. Petriana E. Mahmud, S.KM, M.Kes. selaku pembimbing atas

bimbingan, saran, masukan, meluangkan waktu, pikiran dan tenaga

dalam penyusunan skripsi ini.

vii
5. Harianti Fajar, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing akademik dan

penguji I yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk

memberikan arahan, bimbingan, serta dukungan untuk penulis

6. Dwight Nusawakan, SH.,MH selaku penguji II yang telah meluangan

waktu ditengah kesibukannya untuk memberikan arahan, bimbingan

motivasi serta dukungan untuk penulis.

7. Teristimewa kepada Ayahanda Frisko Maspaitella dan Ibunda tercinta

Maria Talahatu dan kepada adik-adik tersayang Keren Maspaitella,

Nasya Maspaitella, Yohanes Siatam, dan Elvryan Maitimu. Yang

selama ini telah memberikan perhatian, dan kasih sayang kepada

penyusun.

8. Kepada Teman-teman yang sudah dianggap keluarga, Englin

Rumapasal, Junior Kakerissa, Albertus Lerebulan dan Herman

Batlayeri

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yesus Kristus dapat

membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Ambon, November 2021

Penulis

Stevanus Maspaitella

viii
ABSTRAK

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Pasapua Ambon

Skripsi, November 2021

Stevanus Maspaitella (P1709123)

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Remaja Di Desa Passo


Kecamatan Baguala Kota Ambon”

Dibimbing oleh Petriana E. Mahmud

( Halaman ix + Tabel 7 + Lampiran 14 )

Pendahuluan. Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat budaya asing yang
masuk mempengaruhi remaja, apalagi remaja yang mengikuti trend budaya asing yang
bersifat negatif, penggunaan media sosial juga mempengaruhi perilaku seks remaja dilihat
dari informasi seksual yang beredar cepat dan luas, itu pun ditambah dengan peran teman
sebaya yang membawa pengaruh negatif membuat remaja beresiko berperilaku seksual.
Metode. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik, dengan desain studi
cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total
sampling dengan jumlah 76 responden. Hasil. Dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
uji chi-square dan hasil yang diperoleh responden yang terpengaruh budaya asing dengan
perilaku seksual beresiko sebanyak 28 (71.8%), yang tidak terpengaruh tetapi beresiko
peilaku seksual sebanyak 13 (35.1%) responden. Kemudian yang terpengaruh media sosial
dan beresiko perilaku seksual sebanyak 32 (88.9%) responden, responden yang tidak
terpengaruh namun beresiko perilaku seksual sebanyak 9 (22.5%) responden. Yang
terpengaruh teman sebaya dan beresiko perilaku seks sebanyak 27 (90.0%), yang tidak
terpengaruh namun beresiko sebanyak 14 (30.4%). Dengan nilai signifikan p= p=<0,05
(p=0.000). Kesimpulan. Berdasarkan Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-square
diperoleh nilai p=<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara budaya asing
dengan perilaku seksual remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon, ada
hubungan antara media sosial dengan perilaku seks remaja di Desa Passo Kecamatan
Baguala Kota Ambon, dan ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seks remaja
di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.
Kata Kunci : budaya asing, media sosial, teman sebaya, perilaku seks,
remaja
Daftar Pustaka : 46 (2007-2021)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i

ix
HALAMAN JUDUL......................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................v

KATA PENGANTAR..................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................x

DAFTAR TABEL.......................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................8


A. Tinjauan Umum Tentang Remaja................................................8
1. Pengertian Remaja.................................................................8
2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja.............................................8
3. Batasan Usia Remaja...........................................................10
4. Tahap Perkembangan Remaja............................................10
5. Tugas Perkembangan Reamaja...........................................12
B. Tinjauan Umum Tentang Faktor Budaya Asing.........................13
1. Pengertian Pengaruh Budaya Asing....................................13
2. Faktor yang mempengaruhi Budaya Asing..........................14
3. Cara Mengatasi Pengaruh Budaya Asing............................16
C. Tinjauan Umum Tentang Faktor Media Sosial..........................18
1. Pengertian Media Sosial......................................................18
2. Fungsi Media Sosial.............................................................21
3. Dampak positif dan negatif Media Sosial.............................21
D. Tinjauan Umum Tentang Faktor Teman Sebaya......................23
1. Pengertian Pengaruh Teman sebaya..................................23

x
2. Fungsi Teman Sebaya.........................................................24
3. Faktor yang mempengauhi Teman Sebaya.........................27
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Seksual Remaja..................29
1. Pengertian Perilaku Seksual Remaja...................................29
2. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Seksual Remaja..............33
3. Dampak Perilaku Seksual Remaja.......................................34
4. Pencegahan Perilaku Seksual Remaja................................35

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL.........................................................................................37
A. Kerangka Konsep......................................................................37
B. Hipotesis....................................................................................38
C. Definisi Operasional...................................................................39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................41


A. Desain Penelitian.......................................................................41
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian.....................................................41
C. Populasi.....................................................................................41
D. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel................................42
E. Instrumen Penelitian..................................................................42
F. Prosedur Pengumplan data.......................................................44
G. Analisa Data...............................................................................45
H. Etika Penelitian..........................................................................47
I. Alur Penelitian............................................................................49

BAB V HASIL PENELITIAN......................................................................50


A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian..................................50
B. Analisa Univariat........................................................................50
C. Analisa Bivariat..........................................................................53

BAB VI PEMBAHASAN............................................................................57
A. Hubungan Budaya Asing Dengan Perilaku Seks Remaja.........57
B. Hubungan Media Sosial Dengan Perilaku Seks Remaja..........58
C. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seks Remaja......60

BAB VII PENUTUP....................................................................................63


A. Kesimpulan................................................................................63
B. Saran .........................................................................................63

xi
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xii
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................39

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin.51

Tabel 5.2 Distribusi Karajteristik Berdasarkan Variabel Independen........52

Tabel 5.3 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Variabel Dependen..........53

Tabel 5.4 Hubungan Budaya Asing Dengan Perilaku Seks Remaja.........54

Tabel 5.5 Hubungan Media Sosial Dengan Perilaku Seks Remaja..........55

Tabel 5.6 Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seks Remaja.......56

DAFTAR GAMBAR

xiii
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..................................................37

Gambar 4.1 Alur Penelitian........................................................................49

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengambilan Data Awal

xiv
Lampiran 2 : Surat Penelitian

Lampiran 3 : Surat Pengembalian Data Awal Dan Penelitian

Lampiran 4 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Kuesioner Budaya Asing

Lampiran 7 : Kuesioner Media Sosial

Lampiran 8 : Kuesioner Teman Sebaya

Lampiran 9 : Kuesioner Perilaku Seks Remaja

Lampiran 10 : Master Tabel

Lampiran 11 : SPSS

Lampiran 12 : Lembaran Konsultasi Proposal

Lampiran 13 : Lembaran konsultasi Skripsi

Lampiran 14 : Dokumentasi Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

xv
A. Latar Belakang

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin

“adolescence” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan

yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga

kematangan sosial dan psikologis (Soetjiningsih, 2008). Perubahan

psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan

emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ

seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan

mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2010).

Seiring waktu dan zaman mulai berkembang bahwa dari

pengaruh budaya Barat membawa kebebasan dan akses informasi

yang terbuka sehingga memberikan kesempatan pada remaja memiliki

perilaku negatif dalam kesehatan reproduksi. Dan pada era globalisasi

saat ini, remaja dengan sangat mudah untuk mengakses tentang seks

melalui media elektronik, seperti video dan internet dan masih banyak

remaja yang belum paham mengenai akses informasi kesehatan

reproduksi yang benar (Ismiati, 2019).

Media sosial sangat berpengaruh besar kepada informasi

seksual yang didapatkan remaja karena remaja yang belum pernah

menghadapi masalah seksual akan cenderung ingin mengikuti apa

yang mereka lihat dan dengar.(Rulli Nasrullah, 2017)

xvi
Perilaku seksual yang negatif pada masa remaja penuh dengan

ingin coba coba. Perilaku seksual juga cenderung dilakukan karena

pengaruh teman sebaya. Apalagi bila remaja itu tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap

remaja. lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang tidak

punya proteksi terhadap perilaku orang-orang disekelilingnya.

Perilaku seksual remaja dalam hal berpacaran adalah

manifestasi dan dorongan seksual yang dimulai dari saling menatap

bagian sensual pasangan sampai bersenggama yang dilakukan oleh

remaja yang berpacaran. Dengan demikian hal aktivitas sensual

seolah olah menjadi lazim yang dilakukan oleh remaja yang

mempunyai pasangan atau yang berpacaran (Rusmiati & Hastono,

2015).

Faktor-faktor yang membuat timbulnya masalah seksualitas

pada remaja adalah perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat

seksual (libido seksualitas) pada remaja. Peningkatan hasrat ini

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena ada norma

norma agama yang berlaku di Indonesia (Rahyani et al, 2012).

WHO (World Health Organization). Setiap tahunnya terdapat

remaja perempuan yang hamil di usia 15-19 tahun berjumlah sekitar

21 juta orang serta usia di bawah 15 tahun berjumlah sekitar 2 juta

xvii
orang dan ini terjadi di negara berkembang. Dikarenakan populasi

remaja di dunia terus meningkat, prokyeksi ini menunjukan bahwa

angka kehamilan pada remaja akan terus meningkat hingga pada

tahun 2030 bagi kebanyakan remaja, kehamilan dan persalinan di

usia yang mudah adalah hal yang tidak di rencanakan dan diinginkan

(WHO, 2018).

Di Indonesia jumlah penduduk pada usia remaja jauh lebih

tinggi, rentang usia 10 – 24 tahun yaitu 66.307.048 jiwa. Sebanyak

65% remaja Indonesia mempunyai masalah dengan perilaku seksual

mereka (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Dengan jumlah remaja

yang cukup besar tersebut tidak tertutup kemungkinan perilaku

seksual remaja pranikah serta dampak yang akan ditimbulkan(dalam

kesehatan reproduksi)dan akan menjadi salah satu masalah

kesehatan di indonesia (Notoatmojo, 2011). Perilaku remaja dan

norma yang ada di Indonesia kini semakin bertolak belakang. Perilaku

cenderung negatif ini disebabkan oleh adanya globalisasi dan

perkembangan teknologi dimana dua hal ini sangat mempengaruhi

paparan informasi dan gaya hidup yang ingin dianut remaja. Dengan

tercampurnya gaya hidup remaja dari luar, kebudayan Indonesia, kini

tidak menjadi tradisi bagi kaum remaja. (Wati, 2015).

Menurut penelitian dari Muh. F. Pikalouhatta (2017) tentang

perilaku seks remaja. Di Kota Ambon, antara tahap anak-anak dan

xviii
tahap remaja yang meskipun telah matang secara organ tetapi emosi

dan yang masih labil, yang membuat remaja rentan terhadap godaan

dalam lingkungan pergaulannya. Perilaku seksual itu sendiri

merupakan gejala perilaku yang ditunjukkan oleh hasrat seksual, baik

dengan lawan jenis maupun jenis sesama. Bentuk perilaku seksual

meliputi mastrubasi/onani, ciuman, oral, petting, hubungan

seksual. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 320 sampel

siswa/siswa dari sekolah SMP Negeri 13 Ambon terdapat 48 (15,0%)

siswa/siswi yang memiliki perilaku seksual pranikah tinggi. Perilaku

menyimpang yang dilakukan oleh siswa/siswi tersebut berupa

mastrubasi/onani 29,7%, berciuman bibir 13,8%, mendekatkan alat

kelamin) 3,4%, oral seks 1,6% dan hubungan seksual 2,2%.

Dari data awal yang didapat peneliti dari pemerintah Desa

Passo dan Puskesmas setempat, jumlah remaja umur 12 - 24 tahun

1.390 jiwa. Data remaja yang hamil di bawah umur 20 tahun berjumlah

43 orang, remaja yang hamil pra nikah berjumlah 30 orang, remaja

yang pernah melakukan aborsi sebanyak 8 orang, remaja yang

memiliki gangguan kesehatan reproduksi sebanyak 68 orang.

Berdasarkan data dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Seks Remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.

xix
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat

merumuskan masalahnya yaitu “Faktor Faktor apa saja yang

berhubungan dengan perilaku seks remaja di Desa Passo Kecamatan

Baguala Kota Ambon?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan

perilaku seks remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota

Ambon.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui faktor budaya asing pada remaja di Desa Passo

Kecamatan Baguala Kota Ambon.

b. Diketahui faktor media sosial pada remaja di Desa Passo

Kecamatan Baguala Kota Ambon.

c. Diketahui faktor teman sebaya pada remaja di Desa Passo

Kecamatan Baguala Kota Ambon.

d. Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks

remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.

D. Manfaat Penelitian

xx
Adapun manfaat dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis.

Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dan

wawasan pikir tentang faktor faktor yang berhubungan dengan

perilaku seks remaja.

2. Secara Aplikatif

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor

budaya asing, media sosial, dan pengaruh teman sebaya.

a. Bagi Masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang

bermanfaat pada masyarakat dalam mengetahui perilaku seks

pada remaja.

b. Bagi Institusi Pendidikan.

Menjadi masukan yang dapat dipergunakan sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam hal perilaku

seks pada remaja.

c. Bagi Perawat Dan Bidan.

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan edukasi

bagi perawat dan bidan untuk melaksnakan asuhan keperawatan

maupun asuhan kebidanan.

xxi
d. Bagi Peneliti.

Merupakan pengalaman sekaligus pengetahuan dan wawasan

terutama tentang perilaku seks remaja yang berhubungan dengan

budaya asing, media sosial, dan pengaruh teman sebaya

xxii
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin

“adolescence” yang berarti tumbuh menuju kematangan.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan

fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Soetjiningsih,

2008). Perubahan psikologis yang terjadi pada masa remaja bisa

meliputi intelektual, emosional, dan sosial. Perubahan fisik

termasuk organ seksual yaitu alat-alat reproduksi yang sudah mulai

berfungsi dengan baik (Sarwono, 2010).

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja.

Menurut Rumini, dkk (2011) perkembangan remaja terlihat

pada:

a. Perkembangan biologis yaitu perubahan fisik pada masa

pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah

pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat

jelas tampak pada pertumbuhan dan penampakan serta

perkembangan karakteristik seks sekunder.

8
9

b. Perkembangan psikologis menganggap bahwa krisis

perkembangan pada masa remaja menghasilkan sebuah

identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya

sebagai individu yang lain.

c. Perkembangan kognitif mencapai puncak pada kemampuan

berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi dengan

kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berfikir

konkret, remaja juga selalu memerhatikan sesuatu yang

kemungkinan akan terjadi.

d. Perkembangan moral antara anak yang lebih muda sangat

berbeda. Anak hanya dapat menerima keputusan atau

pandangan orang tua atau orang yang lebih dewasa,

sedangkan remaja, untuk memperoleh keputusan dari orang

dewasa mereka harus menggantikan seperangkat moral dan

nilai mereka sendiri.

e. Perkembangan spiritual remaja mampu memahami konsep

abstrak dan menginterprestasikan analogi serta simbol.

Mereka mampu berempati, berfilosofi, dan berfikir secara

logis.

f. Perkembangan sosial dalam memperoleh kematangan

penuh, remaka harus bebaskan diri dari dominasi keluarga

dan menetapkan sebuah idebtitas diri yang mandiri dari


10

kewenangan keluarga. Remaja adalah masa dengan

kemampuan untuk bersosialisasi yang kuat terhadap teman

dekat dan teman sebaya.

3. Batasan Usia Remaja.

Batasan usia remaja dan klasifikasinya menurut (Sarwono

2011), yakni:

a. Masa remaja awal/dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14-16

tahun.

c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-21 tahun.

4. Tahap Perkembangan Remaja

a. Remaja awal (Early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran

akan perubahan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri

dan dorongan dorongan yang menyertai perubahan tersebut.

Mereka mengembangkan pikiran yang baru, cepat tertarik pada

lawan jenis, mudah terangsang secara erotik. Kepekaan

terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit

dimengerti orang dewasa.

b. Remaja pertengahan (Middle adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-

teman. Ia senang kalau banyak teman sebaya yang


11

mengakuinya. Ada kecendrungan narsistik yaitu mencintai diri

sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan

dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena

tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai

ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis,

dan sebagainya.

c. Remaja akhir (Late adolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian yaitu: minat yang

makin mantap terhadap fungsi intelektual, egonya mencari

kesempatan untuk bersatu dengan orang orang lain dan dalam

pengalaman-pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual

yang tidak akan berulah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan

perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antar

kepentingan diri sendiri dengan orang lain, tumbuh “dinding”

yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat.

Dari hasil peninjauan teori diatas menurut (Sarwono,

2011) tahap perkembangan remaja maka dapat disimpulkan,

bahwa pada tahap awal remaja masih merasa bingung akan

apa yang terjadi pada diri mereka. Namun pada tahap

perkembangan remaja tengah, mulai ada perasaan nyaman

dengan kondisi mereka dan mulai merasa memiliki teman dan


12

pengalaman yang sama dengan remaja lainnya. Pada tahap

akhir sikap positif dan kematangan dari diri remaja mulai

terbentuk hal ini juga harus dengan adanya dorongan positif

dari orang tua dan lingkungan sekitar.

5. Tugas Perkembangan Remaja

Pada masa remaja, menurut Soetjiningsih (2008), anak remaja

akan dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu; Pertama, mencapai

ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua. Kedua,

membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan

kematangan pribadi.Hal tersebut juga senada dengan tugas

perkembangan menurut (Sofyan dkk, 2012), yaitu :

a. Menerima keadaan jasmaniah.

b. Menerima peran jenis persiapan perkawinan dan mempunyai

keluarga.

c. Belajar lepas dari orang tua secara emosional → Mondig /

emansipasi proses → mencari identitas → Originalitas

remaja.

d. Belajar bergaul dengan kelompok remaja

laki-laki/perempuan.

e. Belajar bertanggung jawab sebagai warga negara.

f. Persiapan diri secara ekonomis, pemilihan dan latihan

jabatan.
13

B. Tinjauan Umum Tentang Budaya Asing

1. Pengertian Pengaruh Budaya Asing

Budaya asing merupakan kebudayaan yang berasal dari luar

(negara) yang masuk ke suatu daerah dan diterima serta

dilakukan oleh masyarakat yang tinggal didaerah tersebut.

Budaya asing yang masuk ke Indonesia tentu saja melalui

beberapa cara, salah satunya dengan melalui tekhnologi.

Kemudian masuk di kalangan masyarakat khususnya para

remaja dan menyebabkan perubahan gaya hidup remaja yang

semakin kebarat-baratan (westernisasi) salah satunya dari segi

mode (fashion). Selain itu, masyarakat semakin individualistis

dan mulai meninggalkan adat kebudayaan di daerah sendiri,

mereka hanya memikirkan dirinya sendiri , bahkan bersikap

egois, serta cara berpakaian yang semakin jauh dari norma-

norma yang berlaku. (Mirda, 2014)

Masuknya budaya asing ke Indonesia, membuat masyarakat

terutama di kalangan remaja lebih dominan menyukai produk-

produk dan makanan dari luar (asing), seperti pakaian (fashion)

dan juga makanan seperti KFC, McDonald, Starbucks dan lain-

lain. Makanan cepat saji (fast food) merupakan pola hidup

orang asing yang faktanya sekarang saat ini juga sudah

menjadi gaya hidup remaja Indonesia. Munculnya rasa


14

ambisius pada remaja karena ia terlalu merajalelakan

kebudayaan asing. Contohnya seperti seorang anak SMA yang

sangat menyukai K-POP, maka Ia akan menuruti gaya

berpakaian, bahasa, gaya rambut, perilaku dan sebagainya

yang membuat ia sama atau serupa dengan kebudayaan Korea

dalam hal ini remaja. (Michael, 2015).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Masuknya Budaya Asing

a. Kurangnya Penjagaan yang Ketat di Wilayah Gerbang

Indonesia Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang

adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-

budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih

banyaknya tayangan televisi dari luar yang diberi ijin masuk

oleh saluran khusus tanpa adanya sensor film dan sebagainya,

padahal tidak bisa dipungkiri bahwa yang menonton bukan

hanya dari kalangan orang dewasa saja melainkan dari

kalangan remaja juga.(Nilam, 2012).

b. Lifestyle yang mengarah pada Barat

masyarakat Indonesia saat ini meniru gaya hidup atau lifestyle

orang-orang barat seperti berpakaian minim, bergaul dengan

bebas, menikmati hidup dengan penuh kesenangan tanpa

memikirkan hidup setelah mati. (Nilam, 2012).


15

Adapun 2 faktor tambahan yang memengaruhi perkembangan

gaya hidup remaja oleh pengaruh negatif budaya asing di

Indonesia menurut (Alvionita, 2014) antaranya adalah:

a. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi

remaja itu sendiri. Misalnya, pembawaan sikap negatif dan

suka dikendalikan yang juga mengarah pada perbuatan

nakal. Selain itu, kenakalan remaja dapat disebabkan

karena adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak

seimbang dengan keinginan remaja sehingga menimbulkan

konflik pada dirinya sendiri.

b. Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya, berasal

dari lingkungan hidup remaja tersebut. Misalnya kehidupan

keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media

sosial. Seseorang yang hidup dalam keluarga yang tidak

harmonis cenderung akan mempunyai perilaku yang kurang

baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada

pada masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering

melihat orang tuanya bertengkar dapat melampiaskannya

pada obat-obatan terlarang, mencari kesenangan hidup

dengan pergi bersenang-senag di tempat hiburan malam


16

dengan tujuan untuk menghilangkan stress, atau hal

menyimpang lainnya karena permasalahan hidup yang

dialami. Sehingga peran orangtua untuk terus menjalin

komunikasi dan kedekatan pada remaja merupakan hal

yang sangat penting agar remaja mendapat perhatian lebih

yang memungkinkan mereka untuk menjauhi hal-hal buruk

di kehidupan sehari-hari.

3. Cara Mengatasi Pengaruh Budaya Asing

Untuk mengatasi pengaruh kebudayaan Asing terhadap

kebudayaan Indonesia, khususnya untuk membentengi kalangan

remaja dari pengaruh negatif diperlukan pelibatan semua pihak

terutama pemerintah dan tokoh- tokoh masyarakat seperti, para

ulama, budayawan, dan keterlibatan orang tua di rumah.

a. Peranan Pemerintah Pemerintah hendaknya dapat mengambil

kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan

terutama mengenai pengaturan kurikulum. Umumnya di setiap

sekolah menerapkan sistem pengajaran pengetahuan

mengenai ilmu keagamaan kepada para remaja sekolah

dengan waktu yang berjalan selama dua jam dalam se- minggu

saja. Tentu saja ini kurang memadai waktunya untuk

mengharapkan sebuah perubahan prilaku siswa sehingga

memerlukan penambahan jam pelajaran atau kreatifitas guru


17

bidang studi tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di

lingkungan sekolah seperti kegiatan pengajian atau kajian-

kajian tematik menurut pandangan agama. Sebaiknya

pemerintah menata ulang sistem pendidikan dan mendorong

kreatifitas guru bidang studi.

b. Peranan Tokoh Agama dan Budaya Peranan para ulama dan

budayawan melalui program kerja organisasi keaagamaan dan

sanggar-sanggar budaya sangat strategis untuk menangkal

masuknya budaya asing dalam masyarakat khususnya

kalangan generasi muda. Keterlibatan para tokoh agama dan

budaya melalui program kerja organisasi keagamaan seperti

Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan yang lainnya dapat

diarahkan pada pembuinaan remaja agar memiliki ketahanan

budaya yang berbasis agama. Begitu juga peranan para

budayawan dan seniman melalui organisasi atau sanggar seni

dapat merancang program kerja yang diminati oleh kalangan

remaja sehingga mereka tidak tertarik dengan budaya hura-

hura yang datang dari budaya asing. Kalau hal ini dapat

diperankan secara maksimal oleh para tokoh agama dan

budayawan, maka pola pembinaan generasi muda dapat

diarahkan kepada penanaman nilai-nilai Pancasila dan ajaran

agama yang lebih terarah dan terukur, baik dari kegiatan-


18

kegiatan internal sekolah seperti pada proses belajar-mengajar

maupun di luar sekolah seperti remaja masjid, kesenian dan

budaya. Dengan adanya kebijakan ini remaja juga dapat

berinterksi sosial secara langsung dengan masyarakat sebagai

pelaku sosial.

c. Peranan orang tua dan keluarga Keluarga merupakan

lingkungan anak yang paling banyak waktunya. Orang tua

adalah figur utama dalam keluarga yang paling bertanggujawab

terhadap masa depan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berkontribusi

terhadap kualitas prilaku atau akhlak anggota keluarga

terutama anak- anaknya. Lingkungan keluarga dan lingkungan

sosial harus tetap beriklim positif dalam artian orang-orang yang

ada dalam sekitar kita harus orang-orang yang “tidak membawa

kita kedalam kesesatan”. Orangtua harus bisa mengambil porsi

lebih banyak diantara porsi yang lainnya. (Mirda, 2014)

C. Tinjauan Umum Tentang Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni “media” dan

“sosial”. “Media” diartikan sebagai alat komunikasi. Sedangkan

kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap


19

individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada

masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa pada

kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan

“sosial” atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk

dari proses sosial. Dari pengertian masing-masing kata tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa media sosial adalah alat

komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial.

(Mulawarman, 2017)

Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi

sosial. Sosial media menggunakan teknologi berbasis web yang

mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Beberapa situs

media sosial yang populer sekarang ini antara lain : Blog, Twitter,

Facebook, Instagram, Path, dan Wikipedia. Definisi lain dari sosial

media juga di jelaskan oleh Van Dijk media sosial adalah platform

media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang

memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.

Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang

menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah

ikatan social. (Rulli Nasrullah, 2017)

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpilkan bahwa media

social (Social Networking) adalah sebuah media online dimana

para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan


20

menciptakan isi meliputi blog, sosial network sosial mengajak siapa

saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi

dan atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.. Media

feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi

informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Pada

perkembangannya media social melalui internet telah memberikan

hal yang baru.“Dengan internet manusia dapat melakukan aktifitas

layaknya di dunia nyata.Manusia dapat melakukan berbagai

aktifitas disana. Di era ini semua orang mulai dari anak-anak

hingga lansia semuanya memiliki gadget serta menggunakan

saluran internet sebagai fasilitas untuk menjalankan aktifitasnya

dan juga sebagai hiburan sehari hari, sehingga hampir semua

orang memiliki akses ke jaringan media social karena media ini

mampu mendekatkan yang jauh menjadi penyambung informasi.

Namun ada hal yang perlu diperhatikan karna berlaku sebaliknya

yaitu mampu menjauhkan yang dekat. Oleh karena itu perlu

dipertegas sesungguhnya fungsi dari media social yang

sebenarnya oleh pengguna sehingga tidak terjerumus sebagai

korban dari media sosial. (Wahid abdul & labid muhammad, 2009).
21

2. Fungsi Media Sosial

Media sosial memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas

interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi

web.

b. Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi

searah media siaran dari satu institusi media ke banyak

audience (one to many) menjadi praktik komunikasi dialogis

antar banyak audience (one to many).

c. Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan

informasi. Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan

menjadi pembuat pesan itu sendiri. (Ibdalsyah dkk, 2019).

3. Dampak Positif Dan Negatif Media Sosial

Menurut Mulawarman (2017) ada dampak dari penggunaan

media sosial yaitu dampak positif dan negatif sebagai berikut:

a. Dampak Positif

1) Sebagai media penyimpanan informasi yang sangat mudah

menyebar melalui situs jejaring sosial. Dengan kecepatan

media sosial setelah kejadian, kita telah bisa menikmati

informasi tersebut.
22

2) Situs jaringan sosial membuat remaja lebih bersahabat.

Dengan menggunakan situs-situs web, para pengguna

internet di seluruh dunia dapat bertukan informasi dengan

cepat dan lebih terjangkau.

3) Media sosial dapat menyambung tali persaudaraan

memudahkan bagi orang yang LDR (Long relationship),

jaringan sosial ini sangat bermanfaat dan berperan

mempertemukan keluarga yang jauh dari kita, yang jauh dan

sudah lama tidak bertemu. Hal tersebut dapat dilakukan

dengan medianya yaiu video call.

4) Mempermudah berbelanja, seperti menjual barang-barang

kebutuhan sehari-hari di sosial media, online shop dan lain

lain. Hal tersebut sangat mudah dilakukan memungkinkan

pengusaha kecil dapat mempromosikan produk dan jasanya

tanpa mengeluarkan banyak biaya. Apalagi bagi mahasiswa

yang mempunyai kerja sampingan yang tidak begitu sulit.

Yang dibutuhkan adalah hp dan kuota lalu

mempromosikannya, mulai dari keluarga, teman, maupun

orang yang jauh.


23

b. Dampak negatif

1) Sosial Berawal dari media sosial sering terjadi tindak

kejahatan seperti penipuan, pembunuhan, pemerkosaan,

penculikan dll.

2) Susah bersosialisasi dengan orang sekitar. Karna

penggunaan media sosial membuat malas para user untuk

berkomunikasi dengan dunia nyata.

3) Karna pengunaan media sosial lebih sering menggunakan

bahasa informal dalam keseharian sehingga bahasa yang

formal pun menjadi terlupakan, jika tidak pandai

mengontrol,jika tidak maka kita akan terjerumus dalam

pergaulan bebas,karna tidak bisanya menjaga ucapan.

4) Situs media sosial akan membuat seseorang lebih

mementingkan diri sendiri, mereka menjadi tidak sadar akan

lingkungan disekitar meraka karna terlalu banyak

menghabiskan waktu mereka dengan menggunakn internet.

5) Media sosial dapat membuat anak-anak dan remaja menjadi

lalai dan juga tidak bisa membagi waktu karna terlalu asik

dengan dunia maya, yang tidak tahu bagaimana bentuknya

seperti apa.
24

D. Tinjauan Umum Tentang Teman Sebaya

1. Pengertian PengaruhTeman Sebaya

Menurut Santrock (2007) sebaya adalah orang dengan tingkat

umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. sebaya adalah mereka

yang lahir pada waktu yang sama dan memiliki usia yang sama.

Teman sebaya menurut Zainal Madon dan Mohd. Sharani Ahmad

(2011) adalah kelompok anak-anak atau remaja yang sama umur

atau peringkat perkembangannya. Teman sebaya pada umumnya

adalah teman sekolah dan atau teman bermain di luar sekolah

(Rita Eka Izzaty, dkk., 2008). Kelompok sebaya adalah kelompok

yang terdiri atas sejumlah individu yang sama, yaitu individu-

individu yang mempunyai persamaan dalam berbagai aspek,

terutama persamaan usia dan status sosialnya (Vembriarto, 2012).

Santrock (2009) mendefinisikan kelompok teman sebaya sebagai

suatu “kumpulan orang yang kurang lebih berusia sama yang

berpikir dan bertindak bersama-sama”. dalam Damsar (2011)

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kelompok teman

sebaya (peer group) adalah suatu kelompok dari orang-orang yang

seusia dan memiliki status sama, dengan siapa seseorang

umumnya berhubungan atau bergaul.


25

2. Fungsi Teman Sebaya

Menurut Santrock (2007) menyatakan bahwa anak belajar

bagaimana menerima hal-hal yang terdapat pada teman

sebayanya dan juga belajar menanggapinya saat melakukan

interaksi dengan sebayanya. Anak belajar memformulasikan dan

menyatakanpendapat mereka, menghargai pandangan teman,

beusaha menawarkan solusi saat terjadi konflik secara kooperatif,

yang nantinya akan mengubah standar perilaku yang diterima

anggota kelompok. Anak pun belajar mengidentifikasi minat-minat

dan pandangan pemikiran yang berkembang, dalam lingkungan

teman sebayanya untuk selanjutnya berusaha agar diterima dan

melakukan aktivitas sebaya.

. Selain itu, anak akan mengembangkan pemahaman pada

keadaan teman-temannya, sehingga logika moral mereka akan

semakin tumbuh. Prinsip kebaikan dan keadilan akan terpupuk

seiring terjadinya perselisihan dengan rekan sebayanya. Piaget

dan Kohlberg, (2007).

Menurut Vembriarto (2010) Lingkungan Teman Sebaya itu

mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Di dalam kelompok teman sebaya anak belajar bergaul

dengan sesamanya, yakni belajar memberi dan menerima

dalam pergaulannya dengan sesama temannya. Bergaul


26

dengan Teman Sebaya merupakan persiapan penting bagi

kehidupan seseorang setelah dewasa.

b. Di dalam kelompok teman sebaya anak mempelajari

kebudayaan masyarakatnya. Melalui kelompok sebaya anak

belajar bagaimana menjadi manusia yang baik sesuai

dengan gambaran dan cita-cita masyarakatnya; tentang

kejujuran, keadilan, kerjasama, tanggung jawab; tentang

peranan sosialnya sebagai pria atau wanita; memperoleh

berbagai macam informasi, meskipun terkadang informasi

yang menyesatkan, serta mempelajari kebudayaan khusus

masyarakatnya yang bersifat etnik, keagamaan, kelas sosial

dan kedaerahan.

c. Kelompok sosial teman sebaya mengajarkan mobilitas

sosial. Anak-anak dari kelas sosial bawah bergaul akrab

dengan anak-anak dari kelas sosial menengah dan kelas

sosial atas. Melalui pergaulan di dalam lingkungan kelompok

sebaya itu anak-anak dari kelas sosial bawah menangkap

nilai-nilai, cita-cita, dan pola-pola tingkah laku anak-anak

dari golongan kelas menengah dan atas sehingga anak-

anak dari kelompok kelas sosial bawah memiliki motivasi

untuk mobilitas sosial.


27

d. Di dalam kelompok teman sebaya, anak mempelajari

peranan sosial yang baru. Anak yang berasal dari keluarga

yang bersifat otoriter mengenal suasana kehidupan yang

bersifat demokratik dalam kelompok sebaya, begitu juga

sebaliknya anak yang berasal dari keluarga yang bersifat

demokratik dapat mengenal suasana kehidupan yang

bersifat otoriter.

e. Di dalam kelompok teman sebaya anak belajar patuh

kepada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan

yang impersonal pula. Kelompok sebaya memberikan

sistem ganjaran dan hukuman serta persetujuan dan

penolakan kepada para anggotanya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi teman sebaya

Ada beberapa faktor menurut Cony M. Semiawan (2009) yang

mempengaruhi hubungan teman sebaya, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Kesamaan Usia

Anak yang memiliki kesamaan usia dengan anak lain akan

memiliki kesamaan pula dalam hal minat, topik pembicaraan,

serta aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan. Hal tersebut

memungkinkan anak untuk menjalin hubungan yang lebih baik


28

dan erat dengan teman yang memiliki tingkat usia yang hampir

sama dengannya.

b. Situasi

Situasi atau keadaan mempunyai imbas dalam menentukan

permainan yang hendak dilakukan bersama-sama. Sebagai

contoh, jika mereka berada dalam lapangan terbuka, mereka

akan terdorong menggunakan permainan yang bersifat

kooperatif dan tak luput dari penggunaan simbol berupa benda

atau orang. Saat anak berada bersama temannya dalam jumlah

yang cukup banyak, anak akan lebih terdorong dalam

melakukan permainan kompetitif, dibandingkan menggunakan

permainan kooperatif.

c. Keakraban

Keakraban mampu menciptakan suasana yang kondusif dalam

hubungan sosial, termasuk dalam hubungan dengan teman

sebaya. Anak akan lebih merasa canggung jika diharuskan

bekerjasama dengan teman sebaya yang kurang begitu akrab,

sehingga jika mereka diharuskan untuk melakukan kerjasama,

masalah yang dihadapi akan kurang terselesaikan dengan baik

dan efisien.
29

d. Ukuran Kelompok

Jumlah anak yang saling berinteraksi juga dapat mempengaruhi

hubungan teman sebaya. Semakin besar jumlah anak yang

terlibat dalam suatu pergaulan dalam kelompok, interaksi yang

terjadi akan semakin rendah, kurang akrab, kurang fokus, dan

kurang memberikan pengaruh.

e. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dalam hal ini adalah keterampilan

menyelesaikan masalah. Semakin baik kemampuan kognisi

yang dimiliki anak, yang berarti semakin pandai seorang anak

dalam membantu anak lain memecahkan permasalahan dalam

kelompok teman sebaya, maka persepsi anak lain kepadanya

akan semakin positif. Dengan demikian mereka cenderung

menunjuk anak tersebut sebagai pemimpin dalamkelompoknya.

E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Seksual Remaja.

1. Pengertian Perilaku Seksual Remaja

Remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak ke dewasa

yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, moral, agama,

kognitif dan sosial. Perubahan ini berlangsung cepat termasuk

perubahan seksualnya. Seiring dengan semakin cepatnya

perkembangan seksual pada remaja, ketertarikan dengan lawan


30

jenis pun semakin meningkat. Para remaja baik laki-laki maupun

perempuan mulai saling memperhatikan, dan masing-masing

timbul keingintahuan yang makin besar tentang lawan jenisnya.

Biasanya mulai dari ketertarikan fisik lalu hubungan emosi,

hubungan emosi antara dua belah pihak. Sarwono menjelaskan

definisi dari perilaku seksual, yaitu segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun

dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa

bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah

laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama, objek seksualnya

bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.

Menurut teori perilaku oleh Kurt Lewin (2007) dijelaskan bahwa

perilaku suatu individu dapat terbentuk oleh karakteristik individu

seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling

berinteraksi satu sama lain, dan kemudian berinteraksi pula

dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku.

Faktor lingkungan memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku,

bahkan kadang pengaruhnya melebihi karakteristik individu itu

sendiri. Hal inilah yang membuat remaja memiliki keinginan

melakukan perilaku coba-coba untuk menunjukkan perilaku

seksual. Perilaku seksual tersebut dapat menimbulkan berbagai

dampak negatif yang cukup serius pada remaja.Perilaku seksual


31

remaja dalam berpacaran adalah manifestasi dorongan seksual

yang diwujudkan mulai dari melirik ke arah bagian sensual

pasangan sampai bersenggama yang dilakukan oleh remaja yang

sedang berpacaran. Aktivitas seksual seolah-olah sudah menjadi

hal yang lazim dilakukan oleh remaja yang berpacaran (Rusmiati &

Hastono, 2015).

Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual,baik dengan lawan

jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Bentuk-bentuk tingka

laku ini bisa bermacam-macam,mulai dari perasaan tertarik sampai

tingkah laku berkencan,bercumbu dan bersenggama . objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri

sendiri.

Berbicara perilaku seks remaja, tidak lepas berbicara

masalah free sex atau seks bebas yang memang rawan terjadi

pada lmgkungan remaja, terutama di kotakota besar. Menurut

Sarwono (2010), seks bebas. Perilaku seksual yang dilakukan

remaja ditunjukkan dengan berbagai macam tindakkan, seperti

tertarik pada pasangan, berkencan, berciuman, dan bercinta.

Urutan tingkah laku seksual pada remaja dimulai dari:


32

a. Nonton berdua dengan lawan jenis (pacar)

b. Jalan-jalan dengan lawan jenis (pacar)

c. Berpegangan Tangan

d. Berpelukan

e. Berciuman pipi (Touching)

f. Berciuman bibir atau mulut ( Kissing )

g. Mencium atau dicium pada bagian leher (Necking)

h. Meraba atau diraba dibagian sensitive seperti sekitar alat

kelamin, payudara,leher (erogen)

i. Saling menempelkan alat kelamin (petting)

j. Hubungan seksual oral (Oral Sex)

k. Hubungan seksual anal

l. Berhubungan seksual (Sexual Intercourse)

Kemudian menurut Pawestri (2012) mengemukakan bahwa

perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan

seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenagan organ

seksual melalui berbagai perilaku:

Bentuk- bentuk perilaku seksual adalah :

a. Berpenggan tangan meliputi menggenggam dan menggandeng

b. Berpelukan meliputi memeluk dan merangkul


33

c. Berciuman meliputi mencium pipi dan bibir

d. Meraba bagian tubuh yang sensitif meliputi meraba buah dada

dan meraba alat kelamin

e. Petting yaitu saling menempelkan alat kelamin dengan perantara

pakaian dan saling menempelkan alat kelamin tanpa perantara

pakain untuk mencapai kepuasan

f. Oral seks

g. Hubungan seksual merupakan kegiatan dimana terjadi interaksi

seksual pada kedua alat kelamin pasangan

h. Kekerasan seksual merupakan tindakan seksual yang disertai

kekerasan atau tidak berdasarkan atas persetujuan salah satu

pihak.

2. Faktor – faktor penyebab perilaku seksual remaja

Menurut Pratiwi (2008) mengatakan bahwa perilaku seksual

pada remaja didasari pada faktor faktor, diantaranya:

a. Biologis Terjadinya perubahan biologis yang terjadi saat pubertas

dan meningkatnya hormonal untuk melakukan perilaku seksual.

b. Pengaruh orangtua Orang tua yang kurang berkomunikasi

kepada anaknya yang remaja akan menimbulkan remaja untuk

berperilaku seeksual yang menyimpang.

c. Pengaruh teman sebaya Remaja cenderung mengikuti teman

sebayanya dalam mengikuti tren sekarang dan jika teman sebaya


34

memberikan pengaruh negative bisa berbahaya kepada remaja

tersebut.

d. Akademik Remaja yang buruk dibidang akademik akan lebih

sering untuk berperilaku seksual tidak benar jika dibandingkan

dengan remaja yang akademiknya baik.

e. Pemahaman Remaja yang memiliki pemahaman rendah

cenderung mengambil keputusan yang salah dalam berperilaku

seksual. Remaja yang memiliki pemahaman baik akan bisa

memutuskan perilakunya dengan tepat dalam berperilaku

seksual.

f. Pengalaman seksual Remaja yang mendapatkan informasi

tentang hubungan seksual, maka semakin kuat juga hasrat yang

mendorong remaja tersebut untuk melakukan perilaku seksual

yang menyimpang.

g. Pengalaman dan penghayatan nilai-nilai keagamaan Remaja

yang menghayatin nilai keagamaan maka akan bersikap baik dan

bisa berperilaku seksual dengan baik dan melakukan hal hal yang

lain secara produktif.

h. Faktor kepribadian Remaja yang bisa mengontrol diri,

bertanggung jawab akan lebih dewasa dalam mengambil

keputusan perilaku seksual yang benar.


35

Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi Remaja perlu

mendapatkan edukasi tentang kesehatan reproduksi agar bisa

paham terhadap perilaku seksual yang benar dan dapat

mengontrol dorongan seksual dengan sehat.

3. Dampak Perilaku Seksual Remaja

Ada dampak yang bisa ditimbulkan dari perilaku seksual, yaitu:

A. Kehamilan pranikah

B. Penyakit akibat perilaku seksual

Terdapat gejala penyakit akibat perilaku seksual yang dirasakan

oleh pria, yaitu bintil yang didalamnya berisi cairan, lecet, borok

pada penis, tidak sakit saat luka, adanya warna merah pada

kelamin, kutil yang tumbuh pada kelamin, gatal pada alat kelamin,

diare terus menerus, keringat malam, gatal pada alat kelamin,

kencing nanah dan darah dengan bau menyengat, dan sebagainya.

Sedangkan pada perempuan memiliki gejala seperti nyeri pada saat

kencing dan melakukan hubungan seksual, perut bagian bawah

terasa nyeri, vagina mengeluarkan lendir, gatal pada vagina dan

mengalami keputihan.(Rintyastini, 2011)

4. Pencegahan Perilaku Seksual

Soetjiningsih (2010) menjelaskan ada beberapa upaya untuk

mencegah remaja saat ini melakukan seks pranikah, diantaranya:


36

a. Peran orang tua

Orang tua memiliki peranan penting untuk menjadi

tempat cerita bagi sang anak dan betukar fikiran mengenai

seksual. Orang tua harus terbuka pada anaknya dan

memberikan edukasi terhadap anaknya dalam menyikapi

seks pranikah.

b. Peran tokoh masyarakat

Pencegahan seksual dapat diatasi dengan

melibatkan tokoh masyarakat dilingkungan sekitar. Sebagai

tokoh masyarakat tentunya mereka menjadi penggerak

pertama untuk menanggulangi permaslah seks bebas

kalangan remaja ditengah-tengah masyarakat.

c. Peran pemuka agama

Sebagai pemuka agama di masyarakat harus

lebih aktif mendakwahkan syiar dan etika agama. Dengan

memotivasi anak muda untuk tetap terhubung dengan

Pencipta mereka dan melakukan yang terbaik selama sisa

hidup mereka. Bimbingan keagamaan kepada kaum muda

hendaknya tidak hanya diberikan, tetapi juga dipraktikkan

dalam bentuk kegiatan-kegiatan praktis yang berkaitan

dengan persoalan-persoalan kontekstual kehidupan

pemuda. Dalam kehidupan nyata, pemuka agama juga


37

dapat membantu mengembangkan sikap remaja yang

bijaksana, terutama dalam hal seks bebas.

d. Peran tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan memegang peranan penting

dalam bidang ini, terutama reproduksi. Dalam hal ini,

petugas kesehatan memberikan informasi kepada anak di

bawah umur untuk perawatan genital dan menjelaskan efek

merugikan dari seks bebas, termasuk potensi seks bebas

untuk tertular infeksi seperti HIV, penyakit menular seksual,

dan banyak lagi.


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian dimaksudkan untuk membatasi

ruang lingkup dan mnegarahkan penelitian yang akan di lakukan.

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Budaya Asing

Perilaku Seksual
Media Sosial Remaja

Teman Sebaya

Keterangan :

Variabel yang di teliti

:Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis penghubung

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

37
38

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah

atau pertanyaan penelitian. Hipotesis artinya menyimpulkan suatu

ilmu melalui suatu pengujian dan pernyataan secara ilmiah atau

hubungan yang telah dilaksanakan penelitian sebelumnya (Nursalam,

2013).

Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

1. Ada hubungan antara budaya asing dengan perilaku seks remaja

di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.

2. Ada hubungan antara media sosial dengan perilaku seks remaja

di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.

3. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seks

remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala Kota Ambon.


39

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat ukur & Hasil ukur Skala


Opersional cara ukur ukur

1. Variabel Remaja yang Kuesioner 1.Beresiko Ordinal


dependen: menunjukan jika skor
Perilaku ketertarikan ke lawan jawaban
seksual jenis mulai dari responden >
remaja ketertarikan fisik median
sampai dengan 2.Tidak
ketertarikan emosi dan beresiko jika
segala tingkah laku skor jawaban
yang didorong oleh responden ≤
hasrat seksual pada median
lawan jenis.

Variabel Budaya asing dalam Kuesioner 1.Terpengaru nominal


independen: perilaku seksual h jika skor
1. pengaruh remaja yaitu gaya jawaban
Budaya asing hidup yang responden >
mempengaruhi median
perilaku seksual pada 2.tidak
remaja. Misalnya terpengaruh
berpakaian yang tidak jika jawaban
sopan, melakukan responden ≤
tindakan seksual di dari median
tempat umum
mengikuti trend
budaya asing yang
negatif sebagai
kebutuhan bagi remaja
40

2. Pengaruh Media sosial seperti kuesioner 1.Terpengaru ordinal


Media Sosial facebook, youtube, h jika skor
telegram, dan jawaban
penggunaan media responden >
sosial yang lain lalu dari median
menonton atau melihat 2.Tidak
gambar porno. Dan terpengaruh
juga tidak sedikit jika skor
remaja yang membuka jawaban
situs pornografi di responden ≤
internet, hal ini dapat median
memicu terjadinya
tindakan perilaku
seksual pada remaja

3. Pengaruh Pengaruh negatif Kuesioner 1.Terpengaru nominal


teman sebaya penyerapan informasi h jika skor
dari teman sebaya jawaban
yaitu tentang hal responden >
pornografi. Contohnya median
teman sebaya sering 2.tidak
menceritakan perilaku terpengaruh
seksnya pada remaja, jika skor
sering mengajak jawaban
remaja menonton situs responden ≤
porno, yang membuat median
remaja coba
melakukannya.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik,

dengan desain studi cross-sectional untuk mengetahui apakah ada

hubungan budaya asing, media sosial, dan teman sebaya dengan

perilaku seksual remaja di Desa Passo kecamatan baguala.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Desa Passo Dusun Ama Ory

Kecamatan Baguala Kota Ambon.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2021

sampai selesai.

C. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu

41
42

penelitian sangat penting dan memerlukan keakuratan hasil penelitian

(Saryono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja

di Desa Passo Dusun Ama ory kecamatan baguala, menurut sarwono

(2011) dengan umur 14-16 tahun yang berjumlah 80 orang.

D. Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel penelitian ini adalah Remaja di Desa Passo

Dusun Ama Ory Kecamatan Baguala dengan 80 sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti, yaitu :

1) Remaja di Desa Passo Kecamatan baguala

2) Remaja yang bersedia menjadi responden dan ikut serta.

2. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling.

E. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat- alat yang digunakan dalam

pengumpulan data (Notoadmojo, 2010). Instrumen dan penelitian ini

menggunakan lembaran kuesioner.


43

Untuk mengetahui hubungan budaya asing, media sosial, dan

teman sebaya dengaan perilaku seks pada remaja Desa Passo dalam

bentuk kuesioner dengan:

1. Variabel dependen perilaku seks remaja memakai 10

pertanyaan dengan pilihan jawaban (YA) atau (TIDAK) skor

jawaban YA=1 dan skor jawaban TIDAK=0. Hasil ukur

Beresiko jika skor jawaban responden > median dan hasil

ukur Tidak Beresiko jika skor jawaban responden ≤ median.

Kuesioner diambil dari Arie kurniawan hutomot wae pada 16

juni, 2016.

2. Variabel independen

a. Budaya asing

Variabel Budaya asing memakai 10 pertanyaan dengan

pilihan jawaban (YA) atau (TIDAK) skor jawaban YA=1

dan skor jawaban TIDAK=0. Hasil ukur Terpengaruh jika

skor jawaban responden > median dan hasil ukur Tidak

Terpengaruh jika skor jawaban responden ≤ median.

Kuesioner diambil dari Nur Ismiah 03 desember, 2015 .

b. Media sosial

Variabel media sosial memakai 10 pertanyaan dengan

pilihan jawaban (YA) atau (TIDAK) skor jawaban YA=1


44

dan skor jawaban TIDAK=0. Hasil ukur Terpengaruh jika

skor jawaban responden > median dan hasil ukur Tidak

Terpengaruh jika skor jawaban responden ≤ median.

Kuesioner diambil dari Ina Fita pada 30 november, 2013.

c. Teman sebaya

Variabel teman sebaya memakai 10 pertanyaan dengan

pilihan jawaban (YA) atau (TIDAK) skor jawaban YA=1

dan skor jawaban TIDAK=0. Hasil ukur Terpengaruh jika

skor jawaban responden > median dan hasil ukur Tidak

Terpengaruh jika skor jawaban responden ≤ median.

kuesioner diambil dari universitas sumatera utara 10

September, 2016.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-

langkah berikut :

1. Editing data yaitu memeriksa kembali kebenaran pengisisan data.

2. Coding data yaitu pemberian kode pada setiap alternatif jawaban

untuk memudahkan pengolahan data.

3. Entri/prosesing adalah melakukan pemasukan data yang sudah

diberi kode terlebih dahulu kedalam computer.


45

4. Tabulation data yaitu data di olah dan dilaksanakan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

5. Cleaning adalah melakukan pencegahan kembali data masuk.

Kegiatan ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada

kesalahan dalam memasukan data.

G. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisa terhadapat satu

variabel (Priyomo, 2008). Analisa univariat berfungsi untuk

meringkas data hasil pengukuran. Data yang sudah diperoleh

dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

ukuran tendensi sentral atau grafik. Variabel yang akan

diukur dalam penelitian ini adalah penyebab perikalu seksual

remaja Setelah data dikumpulkan, data dianalisa

menggunakan alat bantu komputer kemudian disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi. Hasil yang akan didapatkan

berupa gambaran berbentuk tabel yang menunjukkan data

penyebab perilaku seksual remaja.

2. Analisa Bivariat
46

Analisa bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian dan

dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik chi-

square, yakni untuk menguji hipotesis dan melihat hubungan

antara variabel kategori independent dan variabel kategori

dependent. Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95%

dengan nilai α= 0,05. Dikatakan memiliki hubungan signifikan

apabila p<0,05 dan tidak memiliki hubungan signifikan, jika nilai

p>0,05.Hasil survei analitik hubungan budaya asing dengan

perilaku seks remaja berdasarkan uji Chi Square dengan nilai

signifikan p<0.05 dan nilai r=0.001, nilai p lebih kecil dari 0.05

menandakan bahwa Ha diterima dan H0 di tolak. Artinya terdapat

hubungan antara budaya asing dengan perilaku seks pada remaja.

Hasil survei analitik hubungan media sosial dengan perilaku seks

remaja berdasarkan uji Chi Square dengan nilai signifikan p<0.05

dan nilai r=0.000, nilai p lebh kecil dari 0.05 menandakan bahwa

Ha di terima dan H0 di tolak. Artinya terdapat hubungan antara

media sosial dengan perilaku seks remaja. Hasil survei analitik

hubungan teman sebaya dengan perilaku seks remaja berdasarkan

uji Chi Square dengan nilai signifikan p<0.05 dan nilai r=0.000, nilai

p lebih kecil dari 0.05 menandakan Ha di terima dan H0 di tolak.


47

Artinya terdapat hubungan antara media teman sebaya dengan

perilaku seks remaja.

H. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013) sebagai pertimbangan etik, peneliti

menyakinkan bahwa hak-hak responden terlindungi, dengan

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Inform Concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama

dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia

diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, jika responden menolak untuk diteliti,

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Hal ini untuk menjaga kerahasiaan responden. Peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data, cukup dengan memberikan kode dan

inisial nama pada masing-masing lembar tersebut.


48

3. Confidentiallity (kerahasian)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden

selama penelitian akan menjamin kerahasiaannya oleh

peneliti. Penyajian data hasil penelitian hanya disajikan atau

dilaporkan sebagai hasil riset.


49

I. Alur Penelitian

Bagan alur penelitian dapat digambarkan pada skema dibawah ini :


Pengumpulan data awal di Desa Passo kecamatan
baguala

Populasi

Semua remaja 14-16 tahun di Dusun Ama ory Desa Passo


kecamatan baguala
Sampel
Sampel Berjumlah 80 Orang

Teknik Sampel

Menggunakan teknik sampel total sampling

Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

Variabel Independen Variabel Dependen

a. Budaya asing Perilaku seksual pada remaja


b. Media sosial
c. Teman sebaya

Pengolahan dan Analisa data Univarial dan Bivariat

Penyajian hasil berupa distribusi frekuensi

Gambar 4.1 Alur Penelitian


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Passo yaitu salah satu desa yang terletak di kecamatan

baguala kota ambon, berjarak ± 25 KM dari pusat Kota Ambon. Secara

keseluruhan desa passo cukup luas dengan jumlah 63 RT. Selain itu

sudah termasuk tempat penelitian yang berada di Dusun Ama ory,

yang berada di Jln. Puncak Dusun Ama ory. Dusun Ama ory terletak

pada daerah atas bukit dan mempunyai 10 RT, mayoritas masyarakat

dusun Ama ory memeluk agama Kristen protestan. Total remaja yang

ada di dusun Ama ory dengan umur 14-16 tahun berjumlah 80 remaja,

remaja dengan umur 14 tahun berjumlah 24 orang, yang berumur 15

tahun berjumlah 19 orang, dan yang berumur 16 tahun berjumlah 33

orang.

B. Analisa Univariat

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang

dibuat sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan pengumpulan

data maka hasil pengolahan data yang telah dilakukan kemudian

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

50
51

1. Karakteristik responden

Analisis dilakukan sesuai dengan data yang didapatkan dari

responden meliputi : umur, serta jenis kelamin responden. Uraian

analisis univariat yang dilakukan terhadap karakteristik responden

adalah sebagaimana yang tergambar dalam tabel.

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Berdasarkan Umur dan jenis kelamin
di Dusun Ama ory Desa Passo Kecamatan Baguala
Kota Ambon tahun 2021

Karakteristik n (%)
Umur
14 24 31.6%
15 19 25.0%
16 33 43.4%

Jenis Kelamin
Laki-Laki 40 52.6%
Perempuan 36 47.4%
Total 76 100,0
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi data karakteristik berdasarkan

umur, jumlah responden yang terbanyak berumur 16 tahun dengan

presentase (43.4%). Dan dari distribusi data karakteristik

berdasarkan jenis kelamin, jumlah responden dengan jenis kelamin

laki-laki lebih banyak dari responden jenis kelamin perempuan

berjumlah 40 orang dengan presentase (52.6%).


52

2. Variabel penelitian

a. Variabel independen

1) Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan variabel

independen.

Tabel 5.2
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Budaya Asing, Media Sosial, Dan Teman
Sebaya Di Dusun Ama Ory Desa Passo
Kecamatan Baguala Kota Ambon
Tahun 2021

Budaya asing n %
Tidak terpengaruh 37 48.7%
Terpengaruh 39 51.3%
Media sosial n %

Tidak terpengaruh 40 52.6%


Terpengaruh 36 47.4%
Teman sebaya n %

Tidak terpengaruh 46 60.5%


Terpengaruh 30 39.5%
Total 76 100.0%
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa remaja yang

terpengaruh oleh budaya asing sebanyak 39 responden

dengan presentase 51.3%, remaja yang terpengaruh media

sosial sebanyak 36 responden dengan presentase 47.4%


53

dan remaja yang terpengaruh teman sebaya sebanyak 30

responden dengan presentase 39.5%.

b. Variabel dependen

1) Distribusi karakteristik responden berdasarkan variabel

dependen

Tabel 5.3
Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan
Perilaku Seksual Remaja Di Dusun Ama Ory
Desa Passo Kecamatan Baguala
Kota Ambon Tahun 2021

Perilaku seksual n %
remaja
Tidak beresiko 35 46.1%
Beresiko 41 53.9%
Total 76 100%
Sumber : data primer, (2021)

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa remaja yang paling

banyak beresiko perilaku seksual berjumlah 41 orang (53.9%), dan

jumlah remaja yang tidak beresiko berjumlah 35 orang (46.1%).

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Budaya Asing dengan Perilaku Seks Remaja


54

Pada tahap ini dilakukan uji statistik untuk melihat variabel

independen budaya asing dan variabel dependen perilaku seks

remaja.

Tabel 5.4
Hubungan Budaya Asing Dengan Perilaku Seks Remaja
di Dusun Ama ory Desa Passo Kecamatan Baguala
Kota Ambon tahun 2021
Perilaku seksual remaja
Budaya Total
Tidak beresiko beresiko P
asing
n % n % n % Value

Terpengaru 11 28.2% 28 71.8% 49


100%
h
0.001
Tidak
24 64.9% 13 35.1% 23 100%
terpengaruh

Total 35 46.1% 41 53.9% 76 100%

Sumber : data Primer , (2021)

Berdasarkan data dari tabel 5.4 menunjukan bahwa mayoritas

pengakuan responden tentang budaya asing dengan perilaku seks

remaja. Hasil survei analitik hubungan budaya asing dengan

perilaku seks remaja berdasarkan uji Chi Square dengan nilai

signifikan p<0.05 dan nilai r=0.001, nilai p lebih kecil dari 0.05
55

menandakan bahwa Ha diterima dan H0 di tolak. Artinya terdapat

hubungan antara budaya asing dengan perilaku seks pada remaja.

2. Hubungan Media Sosial dengan Perilaku Seks Remaja

Pada tahap ini dilakukan uji statistik untuk melihat variabel

independen media sosial dan variabel dependen perilaku seks

remaja.

Tabel 5.5
Hubungan Media Sosial Dengan Perilaku Seks Remaja Di
Dusun Ama ory Desa Passo Kecamatan Baguala
Kota Ambon tahun 2021

Perilaku seksual remaja


Media Total
Tidak beresiko beresiko P
sosial
n % n % n % Value

Terpengaru 4 11.1% 32 88.9% 49


100%
h
0.000
Tidak
31 77.5% 9 22.5% 23 100%
terpengaruh

Total 35 46.1% 41 53.9% 76 100%

Sumber : data Primer , (2021)

Berdasarkan data dari tabel 5.5 menunjukan bahwa mayoritas

pengakuan responden tentang media sosial dengan perilaku seks

remaja. Hasil survei analitik hubungan media sosial dengan

perilaku seks remaja berdasarkan uji Chi Square dengan nilai


56

signifikan p<0.05 dan nilai r=0.000, nilai p lebh kecil dari 0.05

menandakan bahwa Ha di terima dan H0 di tolak. Artinya terdapat

hubungan antara media sosial dengan perilaku seks remaja.

3. Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Remaja

Pada tahap ini dilakukan uji statistik untuk melihat variabel

independen teman sebaya dan variabel dependen perilaku seks

remaja.

Tabel 5.6
Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seks Remaja
di Dusun Ama ory Desa Passo Kecamatan Baguala
Kota Ambon tahun 2021
Perilaku seksual remaja
Teman Total
Tidak beresiko beresiko P
sebaya
n % n % n % Value

Terpengaru 3 10.0% 27 90.0% 49


100%
h
0.000
Tidak
32 69.6% 14 30.4% 23 100%
terpengaruh

Total 35 46.1% 41 53.9% 76 100%

Sumber : data Primer , (2021)


57

Berdasarkan data dari tabel 5.6 menunjukan mayoritas

pengakuan responden tentang teman sebaya dengan perilaku seks

remaja. Hasil survei analitik hubungan teman sebaya dengan

perilaku seks remaja berdasarkan uji Chi Square dengan nilai

signifikan p<0.05 dan nilai r=0.000, nilai p lebih kecil dari 0.05

menandakan Ha di terima dan H0 di tolak. Artinya terdapat

hubungan antara media teman sebaya dengan perilaku seks

remaja.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Hubungan Budaya Asing Dengan Perilaku Seks Remaja

Pengaruh Budaya Asing di Indonesia tidak semua memberikan

pengaruh yang positif ada juga yang memberikan pengaruh negatif

yang dampaknya kepada remaja yang masih mencari jati diri.

Generasi muda rentan terpengaruh oleh rayuan rayuan dunia seperi

miras, berpakaian terbuka, tindakan kriminal, hingga perilaku seksual

beresiko (Ester, 2021).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden memiliki

perilaku seks beresiko yang terpengaruh budaya asing berjumlah 28

responden dengan presentase 71.8% lebih tinggi dari perilaku seks

yang tidak beresiko dan tidak terpengaruh budaya asing berjumlah 24

responden dengan presentase 64.9%. hasil data dengan uji chi square

menunjukan bahwa ada hubungan budaya asing dengan perilaku seks

remaja.

Hasil penelitian ini juga terdapat remaja yang terpengaruh

budaya asing namun tidak beresiko perilaku seks sebanyak 11 orang

dengan presentase 28.2% hal ini disebabkan karena adanya pengaruh

kegamaan yang kuat sehingga responden takut berbuat hal yang

dianggapnya salah dan keluar dari jalur keagamaannya.

57
58

Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Ni Putu Fridayanti

(2021) menyatakan faktor yang mempengaruhi perilaku seks negatif

pada remaja diakibatkan karena masuknya budaya asing yang

cenderung terbuka mengenai seksualitas dapat menarik remaja untuk

mengikuti trend yang sama. hal ini disebabkan karena arus globalisasi

teknologi yang semakin canggih membuat remaja rentan terpengaruh

budaya asing yang tidak sesuai dengan norma diantaranya adalah

perilaku seks yang kurang sehat.

Penelitian sebelumnnya oleh Talizaro (2019) menyatakan

bahwa perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat

generasi milenial terpengaruh budaya asing dipengaruhi dengan

perkembangan teknologi membuat akses budaya asing masuk dengan

leluasa dan hampir menghilangkan budaya leluhur dan budaya

kesopanan bangsa sendiri. contoh Pengaruh budaya asing sendiri

dapat dilihat sekarang ini adalah cara berpakaian yang kurang sopan.

Dulunya budaya indonesia sangatlah mementingkan tata cara

berpakaian yang sopan dan tertutup.

B. Hubungan Media Sosial Dengan Perilaku Seks Remaja

Perkembangan media sosial yang tanpa batas, makna serta

fungsinya mulai bergeser, bukan lagi sebagai sarana untuk menjalin

relasi, komunikasi, namun sudah sampai di tahap hilangnya kesadaran


59

bersosialisasi yang benar, sehingga menuju ke hal-hal yang negatif

bahkan terjadi pertikaian, hilangnya etika hingga masuknya pornografi

yang bebas (Mesiwarati, 2020)

Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja di Dusun Ama ory

remaja yang memiliki perilaku seks beresiko dengan terpengaruh

media sosial berjumlah 32 orang dengan presentase 88.9% lebih

tinggi dari remaja yang tidak memiliki perilaku seks beresiko dan tidak

terpengaruh media sosial berjumlah 31 orang dengan presentase

77.5%. dari hasil data penelitian diatas dengan uji chi square

menunjukan adanya hubungan media sosial dengan perilaku seks

remaja.

Dari hasil penelitian ini juga didapati responden yang tidak

terpengaruh media sosial namun tidak beresiko sebanyak 9 responden

dengan presentase 22.5%. hal ini disebabkan karena banyak remaja

yang tidak berpacaran atau ada yang berpacaran namun berpacaran

yang sehat. Tidak sedikit juga ada yang berpacaran namun memiliki

hubungan jarak jauh, sehingga membuat responden yang terpengaruh

media sosial namun tidak beresiko berperilaku seksual.

Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Devi Lestari (2020)

menyatakan bahwa perilaku remaja yang cenderung negatif

disebabkan oleh adanya globalisasi dan perkembangan teknologi, dua

hal ini sangat mempengaruhi paparan informasi yang dianut remaja.


60

Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa internet dan teknologi

informasi melalui media sosial sering dimanfaatkan dalam pembuatan

dan penyebaran pornografi.

Penelitian sebelumnya oleh Etik dkk (2018) menyatakan remaja

merupakan orang yang paling banyak mengakses konten pornografi di

media sosial. Ini di tunjukan sebagai rasa keingintahuannya, maka dari

itu remaja akan mencari sebanyak-banyaknya informasi mengenai hal

tersebut. Ini didasari dengan kurangnya remaja mendapatkan

kesempatan mendapatkan informasi dan pengetahuan yang cukup

berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksinya.

C. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seks Remaja

Teman sebaya adalah antara hubungan orang yang memiliki

umur atau tingkat kedewasaan yang sama, interaksi ini mencangkup

individu, sosial dan kelompok. Remaja yang telah berkembang

seksualnya dapat dikendalikan dengan kelompok teman sebaya yang

berupa imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati (Very, 2020).

Hasil penelitian ini di dapati bahwa remaja yang memiliki

perilaku seks beresiko dengan adanya pengaruh teman sebaya

sebanyak 27 orang dengan presentase 90.0% berbeda dengan remaja

yang tidak memiliki perilaku seks beresiko dan tidak terpengaruh

teman sebaya sebanyak 32 orang dengan presentase 69.6%. dari hasi


61

uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan teman sebaya

dengan perilaku seks remaja.

Dari hasil penelitian ini juga di temukan ada yang terpengaruh

teman sebaya tapi tidak beresiko berperilaku seks sebanyak 3

responden dengan presentase 10.0%. hal ini disebabkan oleh

tingginya peran orang tua yang perlu membicarakan dan mendidik

remaja mengenai seks secara terbuka, dan membuat orang tua tidak

sulit memantau pergaulan remaja agar perilaku seksual dapat

terhindar dan cenderung rendah.

Penelitian ini juga diteliti oleh Herman (2021). Herman

menyatakan bahwa teman sebaya merupakan teman yang sangat

penting bagi remaja seusianya, peran orang tua juga bisa digantikan

oleh teman sebaya karena remaja semakin mengidentifikasi dirinya

dengan teman seusianya dan mulai mengikuti bentuk perilaku

kelompok teman sebayanya. Teman sebaya juga menjadi tempat yang

mudah dan terbuka terkait dalam berbagi informasi, namun informasi

tersebut banyak yang bersifat negatif sehingga remaja terjerumus ke

pengalaman seksual yang tidak sehat karena dipengaruhi oleh teman

sebayanya yang bercerita tentang pengalaman seksualnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dina Putri (2017) menyatakan bahwa teman sebaya mempunyai

kontribusi sangat dominan dari aspek pengaruh dan contoh dalam


62

berperilaku seksual dengan pasangannya. Karena teman sebaya

adalah remaja yang tingkat usia dan tingkat dewasa yang sama.

Remaja pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya,

Terutama saat melakukan penyimpangan seksual atau perilaku

seksual pada orang tua atau guru melainkan teman sebayanya.

Alasan ini sering diungkapkan remaja adalah karena lebih

mempercayai teman sebaya, yang diyakini dapat menyimpan rahasia,

lebih terbuka dalam membicarakan lawan jenis serta dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya.


63

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Terdapat hubungan antara budaya asing dengan perilaku seks

remaja di Dessa Passo Kecamatan Baguala.

2. Terdapat hubungan antara media sosial dengan perilaku seks

remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala.

3. Terdapat hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seks

remaja di Desa Passo Kecamatan Baguala.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka

diungkapkan beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Adapun sebagai berikut:

1. Bagi Responden

Penelitian ini dapat ditindaklanjuti oleh pihak responden untuk

mencegah semakin banyak remaja yang memiliki perilaku seks

beresiko.
64

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat menggerakan para tenaga kesehatan

untuk meningkatkan promosi kesehatan khususnya kesehatan

reproduksi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini menjadi masukan untuk mengedukasi remaja

terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks remaja.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini disarankan menjadi pembelajaran untuk

meningkatkan pengetahuan terutama dalam hal perilaku seks

beresiko pada remaja.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini di sarankan untuk dijadikan pengetahuan

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks

remaja dan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan

penelitian selanjutnya.
65

DAFTAR PUSTAKA

Alvionita Pravika, (2014) “Masuknya Budaya Asing di Indonesia”, jakarta:

Cony,Semiawan. (2009). Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta:


PT Indeks.

Damsar. (2011) . Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Devi Lestari. (2021). Penggunaan Media Sosial Dengan Perilaku Seksual


Remaja Dalam Jurnal Keperawatan Maternitas vol 7, No 2.

Dina Putri. (2017). Peran Teman Sebaya dan Paparan Pornografi Terhadap
Perilaku Seksual Remaja Disekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta
Dalam Jurnal Kesehatan.vol 8, no 1.

Ester Irmania.(2021).Upaya Mengatasi Pengaruh Negatif Budaya Asing


Terhadap Generasi Muda Di Indonesia. Jurnal Dinamika Sosial
Budaya vol.23, no.1

Etik Dkk. (2018) Hubungan Media Pornografi Dengan Perilaku Seksual


Pranikah Pada Remaja. Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan vol 7, no 1.

Herman (2021). Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seks


Pranikah Beresiko Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Mahasiswa.
Dalam Jurnal Borneo Student research vol 2, no 3.

Ismiyati (2019). Analisis Kualitatif Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di


Kabupaten Lebak. Dalam Jurnal Kesehatan Poltekes Palembang.
Vol 14 No.1

Ibdalsyah dkk, (2019), “Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Kesadaran


Beragama Sebagai Akibat dari Peran Polah Asuh Orang Tua dan
Peran Guru Di Sekolah” Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 68/No. 02

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Pelayanan Kesehatan


Reproduksi Terpadu Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Tingkat
Pelayanan Kesehatan Dasar.

Mesirawati Waruwu.(2020). Peran Pendidikan Etika Kristen Dalam Media


Sosial Di Era Disrupsi. Dalam Jurnal Pendidikan Agama Kristen.
66

Vol.1, no.1

Mulawarman.(2017). Perilaku Penggunaan Media Sosal Beserta Implikasinya


Ditinjau Dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Dalam Jurnal
Buletin Psikologi Vol.25, No 1

Mirda Mahdianti, (2014) “Dampak Masuknya Budaya Asing terhadap


Masyarakat Indonesia”, Jakarta:

Michael Ricky, Perkembangan dan Pengaruh Budaya Asing di Indonesia


diEraGlobalisasi,BlogMichaelRicky,michaelricky08.blogspot.co.id/2015
/01/perkembangan-dan-pengaruh-budaya- asing.html (14 september
2021).

Muhammad faizhal pikalouhatta (2017). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di SMA Negeri 13
Ambon.

Nasrullah, Rulli, (2017), Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nilam Cahya, “Faktor Penyebab Budaya Asing Masuk ke Indonesia”, Blog


Nilam Cahya. https://nilam12.wordpress.com/2012/08/29.faktor-
penyebab.com (14 september 2021).

Ni Putu Fridayanti (2021) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Tentang Seks


Usia Remaja Di SMK Parwisata X Bandung. Dalam Jurnal
Community Of Publishing In Nursing. Vol 9, no 2.

Notoatmodjo, S. (2011).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Nursalam.(2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka


Cipta

Priyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Siduarjo : Zifamata


publishing.

Piaget Dan Kohlberg,(2007). Antara Tindakan Dan Pikiran. (Ahli Bahasa


Agus Cremers SVD).Jakarta. Gramedia.
67

Pratiwi, (2008).Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilkau Seksual


PranikahRemaja,(online),(http://www.psychologymania.com/2012/06
faktorfaktor-yang-mempengaruhi-perilaku.html). Diakses Pada
Tanggal 13 September 2021.

Pawesti.,Wardani. R.S.,Sonna. (2013) Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


Remaja Tentang Seks Pranikah. Jurnal Keperawatan
Maternitas,1(1).

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta:


UNY Press

Rusmiati, D., & Hastono, S. P., (2015). Sikap Remaja Terhadap


Keperawanan dan Perilaku Seksual Dalalm Berpacaran. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 10, No 1

Rumini (2011) S. Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta :


rineka cipta;

Rahyani, K.Y., Utarini, A., Wilopo, S.A., Hakimi, M. (2012). Perilaku Seks
Pranikah Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol (7).
No. 4; 180-185.

Rintyastini R (2011). Bimbingan Dan Konseling SMP.Gelora Aksara


Pratama.

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Cetakan Keempat


belas. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

____________, (2013). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Cetakan Keempat


belas. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Sarwono, (2010). S. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Edisi Kesebelas. Jilid 1. Alih Bahasa:


Widyasinta, B. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siti Qomariah. (2020). Pacar Berhubungan Seks Pranikah Pada Remaja.


Jurnal Kesmas.

Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta :


Prenada Media Group.
68

________________, (2009). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta :


Prenada Media Group

Saryono. (2013), Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam


Bidang Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika.

Sofyan Dkk.(2012). Remaja dan Masalahnya.Bandung:Alfabeta

Soetjiningsih (2008). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta:CV Sangung Seto.

__________, (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta:CV Sangung Seto.

Talizaro Tafonao. (2019). Dampak Seks Bebas Terhadap Perilaku Generasi


Milenial. Dalam Juornal Of Public.

Vembriarto. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widia


Sarana.

__________, (2012). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widia


Sarana.

Very Retnowati.(2020). Pengaruh Teman Sebaya dan Gaya Pacaran


Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Pria. Dalam Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia. Vol.15, no.2

Wahid Abdul dan Labib Muhammad. (2009) Kejahatan Mayantara,


Bandung: Refika Aitama

World Health Organization. (2018). Guidance on Ethical Considerations in


Planning and Reviewing Research Studies on Sexual and
Reproductive Health in Adolescents.jakarta

Wati DF, Mayasarah A.(2015) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Kelas IX Di SMA X. Bekasi

Zainal Madon dan Moh. Sharani Ahmad. (2011). Panduan Mengurus


Remaja Modern. Bentong: PTS Professional Publishing.

DOKUMENTASI
69

You might also like