You are on page 1of 7

BAGIAN 1

Pendahuluan

Saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami kenaikan jumlah kasus yang sangat
bermakna. Beberapa kasus bahkan ada yang hingga meninggal, sehingga di beberapa wilayah provinsi
dan kabupaten oleh pemerintah daerahnya sudah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Di
beberapa rumah sakit pasien terus berdatangan setiap harinya. Banyak pasien sudah tidak lagi dirawat
(inap) di ruangan yang biasa menangani penyakit ini, tetapi banyak juga yang terpaksa mendapat
perawatan di selasar ruang gawat darurat dengan memakai velbed sebagai tempat tidurnya.

Banyak juga pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan berat, bahkan dalam keadaan syok
(dengue shock syndrome/DSS), suatu keadaan yang paling berat dari demam berdarah. Keadaan seperti
ini tentu saja harus diatasi dengan meningkatkan kewaspadaan kita semua, masyarakat dan pemerintah,
khususnya dalam hal mencegah penularan dan apabila sudah terjadi penyakit mencari pengobatan
dalam keadaan yang masih dini.

Apakah penyebab demam berdarah ?

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue, suatu virus yang
termasuk dalam marga (genus) Flavivirus dari famili Flaviridae. Sebenarnya bila seseorang terinfeksi
virus dengue tidak selamanya akan menjadi DBD. Manifestasi infeksi virus dengue bervariasi dengan
spektrum yang luas, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik), demam yang tidak khas, demam
dengue (dengue fever) dengan atau tanpa disertai perdarahan, demam berdarah dengue (DBD/dengue
hemorrhagic fever), sampai keadaan yang paling berat yang dapat menyebabkan kematian yaitu
sindrom syok dengue (SSD atau DSS).
Begitu juga bila terjadi DBD tidak selalu akan disertai gejala perdarahan yang nyata. Hal ini mungkin
menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat tidak segera mencari pengobatan karena tidak atau
belum ada tanda-tanda perdarahan.

Nyamuk apa yang menularkan penyakit DBD ?

Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang dalam tubuhnya terdapat virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama untuk penularan penyakit dengue. Nyamuk lain yang
lebih jarang adalah Aedes albopictus dan yang sangat jarang adalah Aedes polynesiensis dan Aedes
scutellaris.

Sifat-sifat nyamuk A. aegypti adalah sebagai berikut: nyamuk betina menggigit manusia/antropofilik
(dengan menghisap darah untuk mematangkan telur dalam tubuhnya), umumnya menggigit pada siang
hari (dari pagi sampai petang), dan pada satu waktu senang menggigit berulang-ulang sekaligus kepada
banyak orang (ini alasan di satu tempat dapat terjadi banyak orang yang terkena DBD).

Nyamuk ini biasa hidup di sekitar perumahan atau tempat-tempat umum, suka beristirahat di tempat
yang agak gelap, seperti pada baju atau kain yang bergantungan di balik pintu, atau beristirahat di
kolong/bawah meja atau kursi. Jarak terbangnya sekitar 100–200 meter dan senang meletakkan
telurnya pada tempat penampungan air bersih yang tidak berhubungan langsung dengan tanah seperti
vas bunga, tempat minum burung, ban bekas/ kaleng bekas/gelas plastik bekas tempat minuman/batok
kelapa yang didalamnya terisi genangan air hujan.
Apabila telur nyamuk bersentuhan dengan air, maka telur akan berubah menjadi jentik (larva),
kemudian menjadi kepompong (pupa) dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa. Proses dari telur menjadi
nyamuk dewasa ini memerlukan waktu sekitar 7 -10 hari. Oleh karena itu menguras tempat
penampungan air harus dikerjakan sekurang-kurangnya setiap 7 hari sekali.

Bagaimana cara penularan penyakit DBD ?

Nyamuk betina dapat terinfeksi virus dengue sewaktu dia menghisap darah dari pasien dengue fase
demam pada saat darahnya banyak mengandung virus (viremia), yaitu 2 hari sebelum sampai 5 hari
sesudah demam timbul. Nyamuk bersifat infektif dalam 8-12 hari sesudah menghisap darah (masa
inkubasi ekstrinsik) dan bisa tetap infektif selama hidupnya. Selama masa ini, virus berkembang biak
pada saluran pencernaan dan akhirnya bisa sampai di kelenjar ludah.

Pada saat nyamuk tersebut menggigit orang lain (yang sehat), dia akan mengeluarkan cairan ludahnya
ke dalam luka gigitan sehingga orang tersebut akan tertular virus dengue. Masa inkubasi penyakit ini 3-
14 hari (paling sering 4-7 hari) dan setelah itu akan mulai timbul gejala-gejala penyakit.

BAGIAN 2

Bagaimana gejala penyakit DBD ?

Fase demam ditandai dengan demam yang mendadak tinggi, terus menerus , disertai nyeri kepala, nyeri
otot seluruh badan, nyeri sendi, kemerahan pada kulit, khususnya kulit wajah (flushing). Gejala lain
seperti nafsu makan berkurang, mual, dan muntah sering ditemukan.

Pada fase ini sulit dibedakan dengan penyakit bukan dengue, maupun antara penyakit dengue berat dan
yang tidak berat. Bila diperiksa laboratorium darah, biasanya ada penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia) dan pada awal jumlah trombosit dan nilai hematokrit (kekentalan darah) sering kali masih
dalam batas normal. Fase ini biasanya berlangsung selama 2–7 hari.
Fase kritis biasanya terjadi paling sering pada hari ke-4–6 (dapat terjadi lebih awal pada hari ke-3 atau
lebih lambat pada hari ke–7) sejak dari mulai sakit demam. Pada fase ini terjadi peningkatan
permeabilitas pembulu darah kapiler sehingga akan terjadi perembesan plasma (plasma leakage),
sehingga darah menjadi kental, dan apabila tidak mendapat terapi cairan yang memadai, dapat
menyebabkan syok sampai kematian.

Sering disertai tanda bahaya berupa muntah yang terus menerus, nyeri perut, perdarahan pada kulit,
dari hidung, gusi, sampai terjadi muntah darah dan buang air besar berdarah.

Pada fase ini juga dapat ditemukan badan dingin (terutama pada ujung lengan dan kaki) sebagai tanda
syok, tampak lemas, bahkan terjadi penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan
penurunan jumlah trombosit yang disertai peningkatan nilai hematokrit yang nyata.

Fase ini terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan sampai mendekati batas normal
(defervescence). Hal ini yang sering menyebabkan terlambatnya orang berobat, karena menganggap bila
suhu tubuh mulai turun berarti penyakit akan mengalami penyembuhan. Pada pasien yang tidak
mengalami peningkatan permeabilitas kapiler akan menunjukkan perbaikan klinis menuju kesembuhan.

Fase pemulihan biasanya berlangsung dalam waktu 48 – 72 jam yang ditandai oleh perbaikan keadaan
umum, nafsu makan pulih, anak tampak lebih ceria, dan pengeluaran air kemih (diuresis) cukup atau
lebih banyak dari biasanya.

Pada pemeriksaan laboratorium darah nilai hematokrit akan mengalami penurunan sampai stabil dalam
rentang normal dan disertai peningkatan jumlah trombosit secara cepat menuju nilai normal.
Bagaimana pengobatan penyakit DBD ?

Sampai saat ini belum ada obat (anti virus) yang spesifik untuk penyakit ini. Pengobatan yang utama
adalah mempertahankan keseimbangan ciran dengan pemberian cairan yang cukup, tidak kurang
maupun berlebihan. Jenis, jumlah, dan cara pemberian berdasar atas fase penyakit, keadaan klinis, dan
atas panduan nilai hematokrit.

Apabila tidak ada muntah dan masih mau minum, pada fase demam masih boleh dirawat di rumah
dengan pemberian cairan/minum dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Pengobatan lain
berupa simtomatik khususnya pemberian obat antipiretik (penurun demam). Obat yang
direkomendasikan adalah obat yang mengandung parasetamol, sedangkan asetosal dilarang
penggunaannya dan ibuprofen tidak direkomendasikan.
Keberhasilan pengobatan sangat dipengaruhi oleh diagnosis dini dan pemantauan keadaan klinis serta
pemberian cairan yang tepat.

Bagaimana pencegahan penyakit DBD?

Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD dengan menjaga kebersihan
lingkungan supaya dapat menghilangkan sarang atau tempat perindukan nyamuk.

Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:

Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak
mandi, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, tempat minum burung, vas bunga,
dan lain-lain sekurang-kurangnya 7 hari sekali;

Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, toren air, dan
sebagainya;
Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat
perkembangbiakan nyamuk atau kalau tidak memungkinkan dibuang dengan cara menguburnya.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seprti: menggunakan
kelambu saat tidur, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung
pakaian di dalam rumah, mengoleskan obat anti nyamuk (repellent) pada daerah kulit terbuka, kecuali
muka, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan, serta memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; dan lain-lain.

Adapun pengasapan (fogging) merupakan upaya pencegahan yang kurang efektif, bila tidak disertai PSN,
karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Apabila akan dilakukan juga harus memenuhi persyaratan
tertentu. Menurut Pedoman Kemenkes RI tahun 2007, kegiatan pengendalian vektor dengan
pengasapan atau fogging fokus dilakukan di rumah pasien/tersangka DBD dan lokasi sekitarnya yang
diperkirakan menjadi sumber penularan. Kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi (PE)
positif yaitu ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan tiga atau lebih orang dengan
demam tanpa sebab dan ditemukan jentik > 5%. Fogging dilaksanakan dalam radius 200 meter dan
dilakukan dua siklus dengan interval kurang lebih 1 minggu.

You might also like