Professional Documents
Culture Documents
Askep Lansia
Askep Lansia
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar masyarakat
1. DEFINISI MASYARAKAT
Menurut Linton (ahli antropologi)
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja
sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
Menurut MJ. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara
hidup tertentu.
Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi
sikap dan perasaan persatuan yang sama.
Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system
adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Menurut R. LintonSetiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sam sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan social dengan
batas-batas tertentu.
2. CIRI-CIRI MASYARAKAT
Interaksi antar warga.Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur
seluruh penduduk warga kota atau desa.Satuan komunitas dalam wilayah.Satuan
rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Masyarakat desa
Adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerja sama disuatu daerah
tertentu dengan bermata pencaharian dari sector agraris.
Masyarakat kota
Adalah suatu himpuman penduduk tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan
disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.
Masyarakat pinggiran
Adalah masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggiran kota yang
kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari
nafkahnya dengan cara menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).
Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan kebudayaan, masyarakat terdiri
dari:Masyarakat sederhana,Masyarakat madya,Masyarakat modern
Masyarakat berdasarkan mata pencaharian :Masyarakat pemburu,Masyarakat
peternak,Masyarakat peladang,Masyarakat nelayan,Masyarakat petani. (Syafrudin,
2009)
3. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
a. Kategori sosial
Adalah kesatuan manusia yang terwujut karena adanya suatu ciri-ciri yang
objektif yang dikenakan pada manusia-manusianya, seperti: seks, usia,
pendapatan dll.
Dilakukan kategori bila kriterianya sbb:
Tidak ada interaksi antar anggota.
Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.
Tidak ada harapan-harapan peran.
b. Golongan sosial
Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan
sering kali ciri itu dikenalkan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka
sendiri. Misalnya: golongan pemuda, gelandangan dan pengemis.
c. Komunitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang nyata
dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, terikat identitas komunitas
dan memiliki patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-kesatuan seperti
kota, desa, RW, pengrajin, petani dll.
d. Kelompok dan himpunan
Kelompok
Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya,
mempunyai
adt istiadat tertentu norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa
identitas yang sama serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.
Himpunan
Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna,
sifat hubungan berdasarkan kotrak, dasar organisasinya buatan,
pimpinan berdasarkan wewenang dan hokum. Misalnya PPNI, IDI, IBI,
IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009)
B. Konsep lansia
1. Definisi Lansia
adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupubn mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain
untuk menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Lansia
a. Yang lama
b. Yang baru:
c) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan.
3. Teori Proses manua pada lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dati suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, deawasa, dan
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kuran jelas, penghilatahan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang tidak proposional.
4. Ciri-ciri Lansia
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2). Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3). Menua membutuhkan perubahan peran.
1) Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah,
sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup
berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang
mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering
sakit.
2) Masalah kognitif ( intelektual )
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Jam : 10.00
B. Identitas
Nama : Tn.K
Agama : Islam
Suku : Jawa
E. Riwayat Kesehatan
Status kesehatan umum klien selama setahun yang lalu adalah klien
memiliki riwayat hipertensi.
a. Keluhan kesehatan utama
• S:6(sedang)
d. Riwayat keluarga
Genogram
e. Riwayat Rekreasi
f. Sumber/Sistem Pendukung
Bidan desa (polindes) karena jarak dari rumah sakit dari rumah jauh.
g. Obat-obatan
h. Nutrisi
i. Tinjauan Sistem
- Umum
- Sistem Integumen
- Hemopoietik
- Kepala
- Mata
- Telinga
- Leher
- Payudara
Inspeksi : -
Palpasi : -
- Sistem Pernafasan
- Sistem Kardiovaskuler
- Sistem Gastrointestinal
- Sistem Perkemihan
- Genito Reproduksi
- Sistem Endokrin
- Data Tambahan
Agama : Islam
Umur : 72 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat :Tegal
Indeks karz
Skore Kriteria
A√
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
Keterangan : A
Mandiri tanpa pengawasan pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia anggap mampu.
Barthel indeks
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI SKORE
BANTUAN
1 Makan 5 10 10
2 Minum 5 10 10
Berpindah dari
kursi roda ke
3 5 15 15
tempat tidur,
sebaliknya
Personal toilet
(cuci muka,
4 0 5 5
menyisir rambut,
gosok gigi)
Jalan di permukaan
7 0 5 5
Datar
Mengenakan
9 5 10 10
Pakaian
Kontrol Bowel
10 5 10 10
(BAB)
Kontrol Bladder
11 5 10 10
(BAK)
Olahraga atau
12 5 10 10
Latihan
Rekreasi atau
13 pemantapan waktu 5 10 10
Luang
JUMLAH 125
Keterangan :
1) 130 : Mandiri
Instruksi :
JUMLAH Salah 2
Interpretasi Hasil
Analisa Data
Total nilai 4
Prioritas Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri Akut
Intervensi Keperawatan
4.memberikan pendidikan
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan antara kesenjangan dengan teori dan asuhan
keperawatan secara langsung pada Tn.K dengan diagnosa medis Hipertensi
di Desa Tegal meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis
telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia sehingga lansia dan keluarga
terbuka dan mengerti serta kooperatif
2. Identitas Klien
Pada tinjauan pustaka lansia yang mengalami Hipertensi yaitu pada penyakit
Hipertensi sering menyerang pada usia diatas 45tahun terlebih dengan orang yang
memiliki berat badan yang tinggi. Wanita berpeluang besar menderita penyakit
Hipertensi. Dengan pola hidup yang tidak sehat dan pengetahuan yang kurang
juga akan menyebabkan
Hipertensi Gloria, 2012). Pada tinjauan kasus didapat data klien Berumur 70 tahun
dan pada jenis kelamin laki-laki. Antara tinjauan kasus dan pustaka tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan. Menurut penulis usia diatas 45 tahun
dengan faktor gaya hidup yang tidak sehat dan semakin bertambahnya usia
seseorang akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun yang bisa
mengakibatkan segala macam penyakit bisa menyerang salah satunya yaitu
penyakit Hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny Masruroh (2018)
pada usia diatas 45 tahun adalah usia yang kurang aktif, berat badan bertambah,
massa otot berkurang, dan akibat proses menua yang akan mengakibatkan
penyusutan sel-sel beta yang progresif.
Pada tinjaukan pustaka didapat keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien
Hipertensi yaitu kepala pusing banget sekali disertai dengan penglihatan kabur,
(Riyadi dan Sukarmin, 2013). Tinjauan kasus didapat pemeriksaan klien
mengatakan menderita darah tinggi (Hipertensi), dan klien mengatakan merasa
lemas dan nyeri pada lutut, nyeri seperti ditusuk-tusuk terasa nyeri saat dibuat
aktivitas dengan skala nyeri 6. Antara tinjauan sistem dan tinjauan sistem terjadi
kesenjanagan karena pada tinjauan kasus klien merasakan nyeri pada lutut karena
mengalami proses penuaan dan selebih nya sama
4. Riwayat Keluarga
Pada tinjauan pustaka Hipertensi dapat berpotensi pada keturunan keluarga, Pada
injauan kasus didapat data klien memiliki faktor keturunan penyakit Hipertensi
dari ibunya. Antara tinjauan kasus dan pustaka tidak ditemukan kesenjangan.
Hasil dari penelitian Arif Nurma (2016) jika dalam keluarga ada yang memiliki
riwayat riwayat penyakit Hipertensi maka keturunannya beresiko 4 kali lebih
besar untuk menderita Hipertensi.
5. Riwayat Pekerjaan
6. Obat-obatan
1) Tinjauan Umum
a. Umum
b. Integumen
Palpasi : Lansia dengan hipertensi akan mengalami nyeri pada kepala Secara
khusus perubahan pada kulit lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah
kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
berkuranya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi. Secara khusus
perubahan pada rambut lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah kulit
kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, pertumbuhan rambut menjadi
lambat, dan rambut banyak yang rontok. Secara khusus perubahan pada kuku
lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah pertumbuhan kuku menjadi
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, dan kuku pada kaki tumbuh secara
berlebihan danseperti tanduk (Udjianti, 2011). Pada tinjaun kasus didapat Inspeksi
: Tidak terjadi lesi/luka, tidak terjadi perubahan pigmentasi pada kulit, terjadi
perubahan pada rambut yaitu berwarna hitam sedikit putih, dan tidak
terjadiperubahan kuku Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput
dan tidak elastis. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapatkesenjangan
pada tinjauan kasus klien tidak mengalami luka pada ektremitas bawah. Menurut
penulis tidak semua penderita hipertensi mengalami sakit kepala
c. Hemopoietik
d. Kepala
Pada tinjauan pustaka lansia dengan Diabetes Melitus biasanya akan mengalami
sakit kepala. Diabetes bisa menyebakan saraf kranial salah satu saraf yang ada
didalam otak mengalami pembesaran. Neoropati pada saraf ini menyebabkan sakit
kepala pada penderita Diabetes Melitus (Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus
didapat pemeriksaan klien merasa pusing, tidakmerasakan sakit kepala dan tidak
terjadi trauma yang berarti dimasa lalu. Antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka ditemukan kesenjangan karena ditinjauan kasus klien tidak merasakan
sakit kepala yang diakibatkan saraf kranialnya terganggu.
e. Mata
Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area mata. Antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka ditemukan kesenjangan yaitu klien tidak terdapat kantung mata atau hitam
disekitar mata karena klien tidak mengalami kesulitan dalam tidurnya.
f. Telinga
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Diabetes Melitus biasanya
akan terjadi gangguan pendengaran, karena penderita 107Diabetes Melitus dapat
merusak nervus vestibulocochlear (Nervus 8) pada organ pendengaran yang dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran.
Palpasi : Lansia dengan Hipertensi tidak mengalami nyeri pada daerah tragus
(Edward, Y, dkk. 2018). Secara khusus perubahan sistem pendengaran lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah terjadi perubahan pendengaran (prerbiakusis)
karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga terutama terhadap
nada/suara yang tinggi dan suara yang tidak jelas atau sulit dimengerti (Udjianti,
2011). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan
pendengaran, tidak terdapat alat-alat protesa, titinus (telinga berdengung),
kebiasaan perawatan telinga klien biasanya membersihkan menggunakan cotton
bud.Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat kesenjangan.
Menurutpenulis tidak semua penderita Hipertensi mengalami perubahan
pendengaran karena belum merusak sel-sel saraf pembuluh darah pada
telinga. Menurut Edward (2018) menunjukkan jika tidak mengalami perubahan
pendengaran berarti tidak merusak nervus vestibulocochlear yang dapat
mengganggu pendengaran
Pada tinjauan pustaka terdapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi hidung terlihat
simetris, adanya gangguan pada penciuman karena
Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak ada nyeri tekan (Rohman, 2010). Pada
tinjauan kasus didapat pemeriksaan mulut dan tenggorokan tidak mengalami sakit
tenggorokan, tidak terdapat lesi, tidak mengalami perubahan suara, tidak
mengalami kesulitan menelan, tidak terdapat alat protesa, tidak memasang gigi
palsu, dan pola mengosok gigi klien 2 x sehari,nafas tidak bau seperti buah atau
aseton. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan kesenjangan karena
pada tinjauan kasus klien tidak mengalami peradangan pada mulut, tidak ada
caries gigi, nafas klien tidak bau buah yang menunjukkan terjadinya kateodosis
diabetik dan tidak mengalami nyeri tekan
i. Leher
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan hipertensi tidak ada
pembesaran kelenjar limfa leher, tidak mengalami kekakuan Palpasi : Lansia
dengan hipertensi tidak ada pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan
(Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus didapat Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan
dan tidak mengalami keterbatasan gerak, Palpasi : Tidak terjadi nyeri tekan dan
tidak terdapat benjolan. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat
kesenjangan yang signifikan karena pada tinjauan kasus tidak ditemukan masalah
yang menonjol
j. Pernafasan
nyeri. Perukusi : Lansia dengan hipertensi jika terjadi sesak nafasatau batuk maka
akan terdengar pekak karena terdapat lendir . Auskultasi Lansia dengan
hipertensijika terjadi sesak biasanya ada nafas tambahan seperti ronchi (Mulyati,
2014).
k. Kardiovaskuler
l. Muskuluskeletal
tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisis (hilangnya separuh/seluruh fungsi otot),
tidak terjadi paresis (badannya lemah untuk bergerak), tidak terjadi masalah
koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak terjadi paratesia, tidak terjadi cedera kepala,
dan tidak mengalami masalah memori. Antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus
terdapat kesenjangan karena pada tinjauan kasus tidak terdapat masalah yang
pada saraf.
2) Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3) Intervensi Keperawatan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang
mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan pada tinjauan perencanaan
menggunakan saran dalam intervensinya dengan tujuan meningkatkan
kemandirian klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan melalui tahap
peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku (afektif), dan
keterampilan dalam menangani masalah yang terjadi (psikomotorik) Pada
intervensi tinjauan pustaka tidak terdapat diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan cidera biologis. Pada intervensi tinjauan kasus terdapat
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis dengan
alasan klien mengeluh nyeri pada persendian, terasa nyeri saat dibuat aktivitas,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, munculnya secara tiba-tiba dengan skala nyeri
6,Diagnosa keperawatan ini dijadikan prioritas karena paling dipikirkan oleh
klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan diharapkan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : klien mampu menjelaskan kembali
penyebab nyeri, klien melaporkan nyerinya berkurang, klien dapat
mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri, wajah klien tidak tampak menyeringai,
skala nyeri 1-3, TTV dalam batas norma yaitu tekanan darah 130/80-
140/90mmHg, Nadi 60-70x/menit, pernafasan 14-16x/menit, suhu 36,4-37,5oC.
Dilakukan tindakan keperawatan jelaskan kepada klien penyebab nyeri,anjurkan
memonitoring nyeri secara mandiri, ajarkan klien melakukan teknik
nonfarmakologi (misalnya : teknik distraksi, teknik relaksasi, dan kompres air
hangat), dan lakukan observasi skala nyeri, lokasi, karakteristik, durasi dan
kualitas nyeri.Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama
dengan intervensi yang ada ditinjauan kasus dengan diagnosa keperawatan
defisiensi pengetahuan karena klien tidak mengetahui tentang gejala, komplikasi,
dan penanganannya. Setelah dilakuakan intervensi keperawatan selama 1x
kunjungan pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat dengan kriteria hasil
4) Implementasi Keperawatan
5) Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena merupakan evaluasi
secara teori. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data pendokumentasian
evaluasi yang mengacu pada hasil atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan
secara langsung kepada klien.Pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri akut sudah terpenuhi dalam 2x
tindakan keperawatan karena skala nyeri klien 3 dan klien tidak tampak
menyeringai dan masalah teratasi pada tanggal 03 maret 2021 dan intervensi
dihentikan.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-masyarakat.html?
m=1#:~:text=Masyarakat%20adalah%20setiap%20kelompok
%20manusia,social%20dengan%20batas%2Dbatas%20tertentu