You are on page 1of 49

BAB 1

TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar masyarakat
1. DEFINISI MASYARAKAT
 Menurut Linton (ahli antropologi)
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup bekerja
sama sehingga dapat mengorganisasi dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu
kesatuan social dengan batas-batas tertentu.
 Menurut MJ. Herskovits
Masyarakat adalah kelompok individu yang dikoordinasikan dan mengikuti satu cara
hidup tertentu.
 Menurut JL. Jillin dan JP. Jillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi
sikap dan perasaan persatuan yang sama.
 Menurut Prof. DR. Koentjoroningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system
adat istiadat tertentu yang berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
 Menurut R. LintonSetiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja
sam sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dalam kesatuan social dengan
batas-batas tertentu.

2. CIRI-CIRI MASYARAKAT
Interaksi antar warga.Adat istiadat, norma hokum dan aturan khas yang mengatur
seluruh penduduk warga kota atau desa.Satuan komunitas dalam wilayah.Satuan
rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
 Masyarakat desa
Adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerja sama disuatu daerah
tertentu dengan bermata pencaharian dari sector agraris.
 Masyarakat kota
Adalah suatu himpuman penduduk tidak agraris yang bertempat tinggal di dalam dan
disekitar suatu kegiatan ekonomi, pemerintah, kesenian, ilmu pengetahuan dsb.
 Masyarakat pinggiran
Adalah masyarakat yang tinggalnya di daerah-daerah pinggiran kota yang
kehidupannya selalu diwarnai dengan kegelisahan dan kemiskinan dan mencari
nafkahnya dengan cara menjadi pemulung. (Syafrudin. 2009).
 Masyarakat berdasarkan taraf struktur sosial dan kebudayaan, masyarakat terdiri
dari:Masyarakat sederhana,Masyarakat madya,Masyarakat modern
 Masyarakat berdasarkan mata pencaharian :Masyarakat pemburu,Masyarakat
peternak,Masyarakat peladang,Masyarakat nelayan,Masyarakat petani. (Syafrudin,
2009)

3. UNSUR-UNSUR MASYARAKAT
a. Kategori sosial
Adalah kesatuan manusia yang terwujut karena adanya suatu ciri-ciri yang
objektif yang dikenakan pada manusia-manusianya, seperti: seks, usia,
pendapatan dll.
Dilakukan kategori bila kriterianya sbb:
 Tidak ada interaksi antar anggota.
 Tidak ada ikatan moral bersama yang dimiliki.
 Tidak ada harapan-harapan peran.

b. Golongan sosial
Adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh suatu ciri tertentu, bahkan
sering kali ciri itu dikenalkan kepada mereka dari pihak luar kalangan mereka
sendiri. Misalnya: golongan pemuda, gelandangan dan pengemis.
c. Komunitas
Adalah suatu kesatuan hidup manusia, yang menempati wilayah yang nyata
dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, terikat identitas komunitas
dan memiliki patriotism dan nasionalisme. Misalnya kesatuan-kesatuan seperti
kota, desa, RW, pengrajin, petani dll.
d. Kelompok dan himpunan
 Kelompok
Adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi antar anggotanya,
mempunyai
adt istiadat tertentu norma-norma berkesinambungan dan adanya rasa
identitas yang sama serta mempunyai organisasi dan sistem pimpinan.
 Himpunan
Adalah kesatuan manusia yang berdasarkan sifat tugas dan atau guna,
sifat hubungan berdasarkan kotrak, dasar organisasinya buatan,
pimpinan berdasarkan wewenang dan hokum. Misalnya PPNI, IDI, IBI,
IAKMI, dll. (Syafrudin, 2009)
B. Konsep lansia

1. Definisi Lansia

adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun
wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupubn mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain
untuk menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
2. Batasan Lansia

1) WHO yang lama dan yang baru

a. Yang lama

*. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

*. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan

*. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b. Yang baru:

Setengah baya : 66- 79 tahun

* Orang tua : 80- 99 tahun,

* Orang tua berusia panjang

2) Depkes RI (2005) batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,

a) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,


b) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

c) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan.
3. Teori Proses manua pada lansia

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dati suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu, anak, deawasa, dan
tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kuran jelas, penghilatahan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan igur tubuh yang tidak proposional.
4. Ciri-ciri Lansia

1). Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2). Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya
lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap
sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3). Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami


kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
4). Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung


mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah..
5. Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan


manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang
akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif
yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma
dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para
ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan
pada faktor genetik.
6. Permasalahan yang terjadi Lansia

1) Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah,
sering terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup
berat, indra pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang
mulai berkurang serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga sering
sakit.
2) Masalah kognitif ( intelektual )

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif,


adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit
untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
3) Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah


rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu,
lansia sering marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi.
4) Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah


kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai
menurun, merasa kurang tenang ketika mengetahui anggota
keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika
menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Hari : Jumat, 05 Maret 2021

Jam : 10.00
B. Identitas

Nama : Tn.K

Tempat, tanggal lahir : Tegal, 5 Oktober 1951

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Penampilan : Bersih dan rapih

Diagnosa medis : Hipertensi

C. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

Pekerjaan saat ini : Petani

Pekerjaan sebelumnya : Petani

Sumber pendapatan : Dari sendiri dan anak

Kecukupan pendapatan : Kecukupan

D. Lingkungan dan tempat tinggal

Kebersihan dan kerapihan ruangan : Kebersihan baik

Penerangan : Penerangan baik


menggunakan listrik

Sirkulasi udara : Sirkulasi ruang baik

Keadaan kamar mandi dan WC : Bersih

Pembuangan air kotor : Tersedia

Pembuangan sampah : Tersedia tempat sampah

Sumber pencemaran : Tidak ada

E. Riwayat Kesehatan

Status kesehatan umum klien selama setahun yang lalu adalah klien
memiliki riwayat hipertensi.
a. Keluhan kesehatan utama

• P:Pusing dan nyeri kaki saat berjalan

• Q:terasa cekot cekot

• R:dikaki sebelah kanan

• S:6(sedang)

• T:saat berjalan muncul perlahan

b. Pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan

Pada pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan


klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, saat ditanya
tentang penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan penanganan dari
Hipertensi klien tampak bingung. Klien juga sering bertanya-tanya
tentang penyakit yang dideritanya.

c. Riwayat kesehatan terdahulu

Klien tidak memiliki trauma apapun dan tidak memiliki riwayat


operasi.

d. Riwayat keluarga

Genogram

e. Riwayat Rekreasi

Klien mengatakan sering memanfaatkan waktu liburannya dengan


berkunjung kerumah anaknya.

f. Sumber/Sistem Pendukung

Bidan desa (polindes) karena jarak dari rumah sakit dari rumah jauh.

g. Obat-obatan

Klien mengkonsumsi obat captropil diminum 1x1 hari setelah


makan, fungsi obat tersebut adalah untuk menghambat produksi
hormon angiotensin yaitu hormon yang dapat menyempitkan
pembuluh darah.

h. Nutrisi

Klien mengatakan tidak ada pembatasan makanan. Klien


mengatakan ada penurunan berat badan yaitu berat badan yang
semula 65 kg turun menjadi 57 kg. Pola konsumsi makanan klien
adalah 3x sehari dan biasaya makan bersama istrinya.

i. Tinjauan Sistem

- Umum

Klien mengatakan sering mengalami kelelahan, apalagi


setelah melakukan aktifitas yang berat seperti mencangkul
disawah. Terjadi perubahan berat badan dari 65 kg menjadi 57 kg
dan tidak terjadi perubahan nafsu makan. Klien tidak mengalami
demam, keringat malam dan tidak pilek. Klien mengatakan
kesulitan tidur.

- Sistem Integumen

• Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak gatal dan memar, tidak


terjadi perubahan pigmentasi kulit, terjadi perubahan
pada kuku. Kulit tampak kering dan rambut klien terlihat
memutih/beruban.

• Palpasi : Pada pemeriksaan palapsi ditemukan perubahan


tekstur pada kulit klien yaitu kulit kendur dan tidak
elastis. Pada pemeriksaan rambut ditemukan rambut klien
tipis dan banyak yang rontok.

- Hemopoietik

Pada pemeriksaan hemopoietik tidak ada


perdarahan/memar pada abdomen, tidak ada pembekakan
kelenjar limfa, dan klien tidak anemia. Klien mengatakan tidak
memliki riwayat transfusi darah.

- Kepala

Pada pemeriksaan kepala klien tidak merasakan sakit


kepala, klien merasa pusing dan tidak terjadi trauma yang berarti
dimasa lalu

- Mata

• Inpeksi : Terjadi perubahan penglihatan klien tidak bisa


melihat jarak jauh, klien tidak menggunakan kaca mata,
tidak terjadi air mata berlebihan, tidak terjadi gatal diarea
mata, tidak terjadi bengkak sekitar mata, dan foto pobia

• Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area mata

- Telinga

Pada pemeriksaan telinga terjadi perubahan pendengaran,


tidak terdapat alat-alat protesa, tidak terjadi titinus (telinga
berdengung), kebiasaan perawatan telinga klien biasanya
membersihkan menggunakan cotton bud

- Hidung dan Sinus

Pada pemeriksaan hidung tidak terjadi rinorea (pilek),


tidak terjadi penyempitan pada pernafasan, mendengkur, tidak
terjadi nyeri, dan tidak memiliki alergi

- Mulut dan tenggorokan

Pada pemeriksaan mulut tidak ditemukan membrane


mukosa kering, klien mengatakan menggosok gigi 2x sehari,
tidak ada lesi, tidak ada gigi palsu, tidak terdapat alat protesa,
tidak ada riwayat infeksi dan tidak terjadi perubahan suara pada
klien.

- Leher

• Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan dan tidak mengalami


keterbatasan gerak

• Palpasi : tidak terjadi nyeri tekan dan tidak terdapat


benjolan

- Payudara

Inspeksi : -

Palpasi : -

- Sistem Pernafasan

• Inspeksi : Klien tidak batuk dan tidak ada sputum. klien


mengatakan tidak sesak napas. Tidak terjadi hemopteses
(batuk berdarah), tidak terjadi mengi dan tidak memiliki
alergi pada pernapasan.

- Sistem Kardiovaskuler

• Inspeksi : Klien tidak mengalami nyeri dada. Klien


mengatakan tidak sesak napas. Tidak ada dipsnea. tidak
terjadi ortopnea (bernafas tidak nyaman saat berbaring)
tidak terjadi perubahan warna pada kaki, tidak terjadi
varises, dan tidak terjadi kesemutan

• Palpasi : Pada sistem kardiovaskuler tidak terjadi nyeri


pada dada, tidak mengalami edema

• Auskultasi : Pada sistem kardiovaskuler tidak ada bunyi


jantung tambahan yaitu murmur

- Sistem Gastrointestinal

Pada sistem Gastrointestinal tidak terjadi Disfagia


(kesulitan menelan), tidak terjadi perubahan nafsu makan pada
klien, tidak mengalami nyeri ulu hati, tidak terjadi mual/muntah,
tidak terjadi Hematemesis (muntah darah), tidak mengalami
intoleran makanan, tidak ada ulkus, tidak mengalami nyeri, tidak
terjadi ikterik, tidak ada benjolan/ massa, tidak mengalami diare,
tidak terjadi konstipasi, tidak terjadi melena, tidak megalami
Hemoroid (wasir), tidak menglami perdaran rektum. Pola
kebiasaan defekasi klien adalah 2 hari sekali.

- Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan tidak terjadi disuria, hematuria,


poliuria, oliguria, dan nokturia. Klien tidak mengalami nyeri saat
berkamih, tidak memiliki riwayat batu saluran kemih, dan tidak
terjadi infeksi saluran kemih. Frekuensi berkemih klien antara 4-
7 kali dalam sehari.

- Genito Reproduksi

Pada sistem genitor reproduksi tidak ada lesi, tidak


terjadi rabas dan nyeri pelvis. Klien tidak memiliki penyakit
kelamin dan tidak terjadi infeksi.
- Sistem Muskuluskeletal

Pada pemeriksaan muskuluskeletal sering terjadi nyeri


pada persendian dipergelangan kaki sebelah kanan., tidak terjadi
deformitas (perubahan bentuk), tidak terjadi spasme/kejang, tidak
mengalami kram dan kelemahan otot, ada masalah dengan cara
berjalan 5-5-4-5,tidak nyeri punggung, tidak menggunakan alat
protesa, klien tidak pernah latihan/berolahraga.

- Sistem Saraf Pusat

Pada pemeriksaan sistem saraf pusat klien tidak


merasakan sakit kepala, tidak terjadi kejang, tidak terjadi
paralisis (hilangnya separuh/seluruh fungsi otot), tidak terjadi
paresis (badannya lemah untuk bergerak), tidak terjadi masalah
koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak 41 terjadi paratesia, tidak
terjadi cedera kepala, dan tidak mengalami masalah memori.

- Sistem Endokrin

Pada sistem endokrin tidak terjadi goiter (pembengkakan tiroid),


tidak terjadi polifagi (banyak makan), tidak terjadi polidipsi
(banyak minum), dan tidak terjadi poliuria (sering BAK).

- Data Tambahan

TTV Klien : TD 140/80 mmHg, N 98x/menit, RR 22x/menit

F. Pengkajian fungsional klien

Nama Klien : Tn.K

Tanggal : 5 Maret 2021

Jenis Kelamin : Laki-laki

TB/BB : 172 Cm/61 Kg

Agama : Islam

Umur : 72 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD

Alamat :Tegal
Indeks karz
Skore Kriteria

A√
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK/BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi

B Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas

C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain

D Mandiri, kecuali mandi berpakaian dan satu fungsi yang lain

Mandiri, kecuali mandi berpakaian, ke toilet dan satu fungsi yang


E
Lain

Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu


F
fungsi yang lain

G Ketergantungan untuk semua fungsi

Lain-lain : tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak


diklarifikasikan sebagai C, D, A a
H
tau F

Keterangan : A
Mandiri tanpa pengawasan pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia anggap mampu.
Barthel indeks

Termasuk manakah klien ?


Tabel Barthel Indeks

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI SKORE
BANTUAN

1 Makan 5 10 10

2 Minum 5 10 10

Berpindah dari
kursi roda ke
3 5 15 15
tempat tidur,
sebaliknya

Personal toilet
(cuci muka,
4 0 5 5
menyisir rambut,
gosok gigi)

Keluar masuk toilet


(mencuci pakaian.
5 5 10 10
Menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 15

Jalan di permukaan
7 0 5 5
Datar

8 Naiki turun tangga 5 10 5

Mengenakan
9 5 10 10
Pakaian

Kontrol Bowel
10 5 10 10
(BAB)

Kontrol Bladder
11 5 10 10
(BAK)

Olahraga atau
12 5 10 10
Latihan

Rekreasi atau
13 pemantapan waktu 5 10 10
Luang

JUMLAH 125
Keterangan :

1) 130 : Mandiri

2) 65 – 125 : Ketergantungan Sebagian √

3) 60: Ketergantungan Total

Pengkajian Status Mental Gerontik

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short


Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Instruksi :

Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar dan catat semua jawaban :

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

Tabel Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?

√ 02 Hari apa sekarang ?


√ 03 Apa nama tempat ini ?

√ 04 Di mana alamat anda ?

√ 05 Berapa umur anda ?

√ 06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun lahir )

√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?

√ 09 Siapa nama ibu anda ?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan


3 dari setiap angka baru, semua secara
menurun.

JUMLAH Salah 2
Interpretasi Hasil

1) Salah 0 -3: Fungsi Intelektual Utuh

2) Salah 4 – 5: Kerusakan Intelektuan Ringan

3) Salah 6 – 5: Kerusakan Intelektual Sedang

4) Salah 9 -10: Kerusakan Intelektual Berat

Analisa Data

Nama : Tn.N Umur : 70 Tahun

Tabel 3.4 Analisa Data

No Analisa Data etiologi Masalah

1 Ds: klien mengatakan nyeri kaki 1.kerusakan vaskuler Nyeri Akut


karena dulu pernah jatuh ,nyeri pembuluh darah
terasa cekot-cekot,nyeri terasa
bertambah saat berjalan
P= berjalan jauh terasa nyeri
dikaki sebelah kanan 2.penyumbatan
pembuluh darah
Q= terasa cekot-cekot
R= di kaki sebelah kanan
S= 6 (sedang)
3.vasokontriksi
T= saat berjalan muncul secara
perlahan.
Do: k/u baik 4.gangguan sirkulasi
GCS= 4,5,6
Px berjalan pelan

TD:140/80 mmHg 5.perubahan struktur


Format Skoring Dan Prioritas Diagnosa

1) Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut


Tabel 3.5 Skoring Nyeri Akut
No Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran

1 Sifat masalah : Skor x bobot Karena Tn.N sering


3 Aktual Angka Tertinggi mengalami kelelahan saat
Skor
beraktifitas maka aktivitas
2 Resiko tinggi
1 1
sehari-hari terbatas
1 Potensial
3/3 x 1

2 Kemungkinan masalah Skor x bobot Masalah dapat dirubah dengan


dapat di ubah :
Angka Tertinggi memdemonstrasikan cara
Skor
latihan fisik kepada Tn.N
2 2
2 Tinggi
1 Sedang 2/2 x 2
0 Rendah

3 Potensi masalah untuk Skor x bobot Masalah dapat dicegah jika


di cegah : Tn.N mengetahui pentingnya
Angka Tertinggi latihan fisik
3 Tinggi 1 Skor 1
2 Cukup
1 Rendah 3/3 x 1

4 Menonjolnya masalah : Skor x bobot

2 Masalah berat, Angka Tertinggi


Harus Skor
segera ditangani
1
1 Ada masalah, tetapi
0/2 x 1
tidak perlu 0
Ditanggapi
0 Masalah tidak
Dirasakan

Total nilai 4
Prioritas Diagnosa Keperawatan:

1. Nyeri Akut

Intervensi Keperawatan

Nama : Tn.N Umur : 70 Tahun

Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan

No Tujuan\Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Setelah dilakukan tindakan 1.kaji lokasi,intensitas 1.nyeri merupakan


keperawatan selama 2x24 dan tipe nyeri respon subjektif
jam diharapkan nyeri yang dapat dikaji
2.bantu dan batasi
Berkurang dengan
aktivitas klien.penyebab
menggunakan
nyeri adalah kerusakan
skala nyeri
jaringan yang telah rusak.
KH:
2.menghindari
3.ajarkan teknik distraksi
1.klien dapat melaporkan terjadinya
dan relaksasi
penurunan nyeri peningkatan nyeri
2. skala nyeri berkurang 4.observasi ttv 3.untuk
5.kolaborasi dengan mengurangi/
0-3
mengalihkan rasa
dokter dalam pemberian
3.ekspresi wajah rileks nyeri
obat analgesic
4.untuk
mengetahui
keadaan umum
klien
5.untuk
mempercepat
kesembuhan klien
Implementasi Keperawatan
Nama : Tn.N Umur : 70 Tahun
Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan

No Tanggal Jam Implementasi Nama\Tanda


Tangan

1 03-Maret-2021 10.30 1.membantu dan membatasi


aktivitas pasien
2.mengajarkan teknik
deistraksi dan
relaksasi
3.mengobservasi ttv

4.memberikan pendidikan

kesehatan tentang penyebab

nyeri dan hipertensi


Catatan Perkembangan

Nama : Tn.N Umur : 70 Tahun

Tabel 3.10 Catatan Perkembangan

No Doagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf

S=klien mengatakan masih nyeri


1 Nyeri Akut dengan
skala 4
O=k/u cukup
Kesadaran cm
Klien berjalan dengan tongkat
TD=140/80 mmHg
A=masalah belum teratasi
P=intervensi dilanjutkan

pasien mengatakan sudah mengerti


tentang nyeri dan hipertensi
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan antara kesenjangan dengan teori dan asuhan
keperawatan secara langsung pada Tn.K dengan diagnosa medis Hipertensi
di Desa Tegal meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis
telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu untuk
melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia sehingga lansia dan keluarga
terbuka dan mengerti serta kooperatif

2. Identitas Klien

Pada tinjauan pustaka lansia yang mengalami Hipertensi yaitu pada penyakit
Hipertensi sering menyerang pada usia diatas 45tahun terlebih dengan orang yang
memiliki berat badan yang tinggi. Wanita berpeluang besar menderita penyakit
Hipertensi. Dengan pola hidup yang tidak sehat dan pengetahuan yang kurang
juga akan menyebabkan

Hipertensi Gloria, 2012). Pada tinjauan kasus didapat data klien Berumur 70 tahun
dan pada jenis kelamin laki-laki. Antara tinjauan kasus dan pustaka tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan. Menurut penulis usia diatas 45 tahun
dengan faktor gaya hidup yang tidak sehat dan semakin bertambahnya usia
seseorang akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun yang bisa
mengakibatkan segala macam penyakit bisa menyerang salah satunya yaitu
penyakit Hipertensi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny Masruroh (2018)
pada usia diatas 45 tahun adalah usia yang kurang aktif, berat badan bertambah,
massa otot berkurang, dan akibat proses menua yang akan mengakibatkan
penyusutan sel-sel beta yang progresif.

3. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Pada tinjaukan pustaka didapat keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien
Hipertensi yaitu kepala pusing banget sekali disertai dengan penglihatan kabur,
(Riyadi dan Sukarmin, 2013). Tinjauan kasus didapat pemeriksaan klien
mengatakan menderita darah tinggi (Hipertensi), dan klien mengatakan merasa
lemas dan nyeri pada lutut, nyeri seperti ditusuk-tusuk terasa nyeri saat dibuat
aktivitas dengan skala nyeri 6. Antara tinjauan sistem dan tinjauan sistem terjadi
kesenjanagan karena pada tinjauan kasus klien merasakan nyeri pada lutut karena
mengalami proses penuaan dan selebih nya sama

4. Riwayat Keluarga

Pada tinjauan pustaka Hipertensi dapat berpotensi pada keturunan keluarga, Pada
injauan kasus didapat data klien memiliki faktor keturunan penyakit Hipertensi
dari ibunya. Antara tinjauan kasus dan pustaka tidak ditemukan kesenjangan.
Hasil dari penelitian Arif Nurma (2016) jika dalam keluarga ada yang memiliki
riwayat riwayat penyakit Hipertensi maka keturunannya beresiko 4 kali lebih
besar untuk menderita Hipertensi.

5. Riwayat Pekerjaan

Pada tinjauan pustaka Pekerjaan yang dapat mempengaruhi penyakit Hipertensi


adalah pekerjaan yang terlalu banyak melakukan Aktivitas.(Marunung, 2014).
Pada tinjauan kasus didapat data pekerjaan klien yaitu Petani Antara tinjauan
kasus dan tinjauan pustaka tidak ditemukan perbedaan yang signifikan karena
melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak terlalu banyak aktivitas. Menurut
penulis seseoarang yang kurang melakukan aktivitas lemak didalam tubuh akan
mengalami peningkatan jika berlangsung dalam waktu yang lama akan
menyebabkan obesitas, dan obesitas salah satu faktor yang dapat menyebabkan
Hipertensi

6. Obat-obatan

Pada tinjauan pustaka didapat penderita Hipertensi biasany amengonsumsi obat


Amlodipine,captropil (Putra, 2019). Pada tinjauan kasus didapat klien
mengonsumsi obat captropil yaitu obat golongan ace inhibitor. Antara tinjauan
kasus dan tinjauan pustaka tidak ditemukan kesenjangan yang signifikan.

1) Tinjauan Umum

a. Umum

Pada tinjauan pustaka didapat penderita Hipertensi biasanya tampak kelelahan,


adanya perubahan berat badan klien, mengalami penigkatan nafsu makan dan
mengalami hipertermi karena terjadi infeksi (Susilowati, 2014). Pada tinjauan
kasus klien tidak terlihat kelelahan, berat badan klien 2 bulan yang lalu adalah 60
tahun dan berat badan klien sekarang 63 tahun, klien tidak mengalami perubahan
nafsu makan, tidak mengalami demam, tidak mengalami keringat malam
mengalami kesulitan tidur, dan tidak sering pilek. Anta, tidak ra tinjaun kasus dan
tinjauan pustaka terdapat kesenjangan. Menurut penulis klien tidak mengalami
kelelahan dan penurunan berat badan karena klien mengalami peningkatan nafsu
makan. Menurut Budiono (2017)

b. Integumen

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi biasanya


kepala terasa pusing

Palpasi : Lansia dengan hipertensi akan mengalami nyeri pada kepala Secara
khusus perubahan pada kulit lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah
kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
berkuranya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi. Secara khusus
perubahan pada rambut lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah kulit
kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, pertumbuhan rambut menjadi
lambat, dan rambut banyak yang rontok. Secara khusus perubahan pada kuku
lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah pertumbuhan kuku menjadi
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, dan kuku pada kaki tumbuh secara
berlebihan danseperti tanduk (Udjianti, 2011). Pada tinjaun kasus didapat Inspeksi
: Tidak terjadi lesi/luka, tidak terjadi perubahan pigmentasi pada kulit, terjadi
perubahan pada rambut yaitu berwarna hitam sedikit putih, dan tidak
terjadiperubahan kuku Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput
dan tidak elastis. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapatkesenjangan
pada tinjauan kasus klien tidak mengalami luka pada ektremitas bawah. Menurut
penulis tidak semua penderita hipertensi mengalami sakit kepala

c. Hemopoietik

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi.Pada lansia


akan terjadi peningkatan vikositas plasma darah yang menyebabkan resiko
tersumbatnya pembuluh darah. Selain itu terjadi peningkatan pada resitensi
pembuluh darah perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. (Udjianti,
2011).

d. Kepala

Pada tinjauan pustaka lansia dengan Diabetes Melitus biasanya akan mengalami
sakit kepala. Diabetes bisa menyebakan saraf kranial salah satu saraf yang ada
didalam otak mengalami pembesaran. Neoropati pada saraf ini menyebabkan sakit
kepala pada penderita Diabetes Melitus (Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus
didapat pemeriksaan klien merasa pusing, tidakmerasakan sakit kepala dan tidak
terjadi trauma yang berarti dimasa lalu. Antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka ditemukan kesenjangan karena ditinjauan kasus klien tidak merasakan
sakit kepala yang diakibatkan saraf kranialnya terganggu.
e. Mata

Pada tinjauan kasus ditemukan Inspeksi : Lansia yang mengalami Diabetes


Melitus terdapat kantung mata atau hitam disekitar mata disebabkan kurangnya
tidur pada malam hari karena sering buang air kecil pada malam hari. Juga
penderita Diabetes Melitus akan mengalami gangguan penglihatan karena
menyerang pada nervus optikus (penglihatan), nervus okulomotorius (gerakan
bola mata), nervus raklear (Gerakan bola mata). Palpasi : Lansia dengan Diabetes
Melitus bola mata teraba kenyal, dan tidak teraba nyeri (Rahmawati, 2017) Secara
khusus perubahan sistem penglihatan pada lansia yang terjadi karena proses
penuaan adalah kekendoran kelopak mata, kulit pada palpebra mengalami atropi
dan 106 kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan kulit
yang berlebihan. Pada lansia sering dijumpai keluhan “nerocos” yang disebabkan
kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis yang menimbulkan
keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau
seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur, perubahan kornea terjadi arcus
senilis yaitu kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna keputihan berbentuk
cincin dibagian tepi kornea. Selain itu pada lansia terjadi presbiopia , terjadi
kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan kemampuan
membedaan warna antara biru dan ungu. Perubahan pada iris mengalami proses
degenerasi menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi, tampak ada
bercak berwarna merah muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih tebal.
Perubahan pada pupil yaitu terjadi penurunan kemampuan akomodasi (Tamtomo,
2016). Pada tinjauan kasus didapat Inpeksi : Terjadi perubahan penglihatan klien
tidak bisa melihat jarak jauh dan biasanya tampak kabur, klien tidak
menggunakan kaca mata, tidak terjadi air mata berlebihan, tidak terjadi gatal
diarea mata, tidak terjadi bengkak sekitar mata, dan tidak foto pobia

Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area mata. Antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka ditemukan kesenjangan yaitu klien tidak terdapat kantung mata atau hitam
disekitar mata karena klien tidak mengalami kesulitan dalam tidurnya.

f. Telinga

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Diabetes Melitus biasanya
akan terjadi gangguan pendengaran, karena penderita 107Diabetes Melitus dapat
merusak nervus vestibulocochlear (Nervus 8) pada organ pendengaran yang dapat
mengakibatkan gangguan pendengaran.

Palpasi : Lansia dengan Hipertensi tidak mengalami nyeri pada daerah tragus
(Edward, Y, dkk. 2018). Secara khusus perubahan sistem pendengaran lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah terjadi perubahan pendengaran (prerbiakusis)
karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga terutama terhadap
nada/suara yang tinggi dan suara yang tidak jelas atau sulit dimengerti (Udjianti,
2011). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan
pendengaran, tidak terdapat alat-alat protesa, titinus (telinga berdengung),
kebiasaan perawatan telinga klien biasanya membersihkan menggunakan cotton
bud.Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat kesenjangan.
Menurutpenulis tidak semua penderita Hipertensi mengalami perubahan
pendengaran karena belum merusak sel-sel saraf pembuluh darah pada
telinga. Menurut Edward (2018) menunjukkan jika tidak mengalami perubahan
pendengaran berarti tidak merusak nervus vestibulocochlear yang dapat
mengganggu pendengaran

g. Hidung dan Sinus

Pada tinjauan pustaka terdapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi hidung terlihat
simetris, adanya gangguan pada penciuman karena

terganggu pada nervus olfaktori (Nervus 1) Palpasi : Lansia dengan hipertensi


tidak megalami nyeri pada hidung (Fadila, 2012). Secara khusus perubahan sistem
penciuman pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah mengalami
penurunan atau kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya penurunan
sensivitas bau pada lansia (Sunaryo et al, 2016). Pada Tinjauan kasus didapat
pemeriksaan hidung tidak terjadi rinorea (pilek), tidak terjadi penyempitan pada
pernafasan, tidak mendengkur, tidak terjadi nyeri, dan tidak memiliki alergi. Dan
Tidak terjadi gangguan penciuman. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka
terdapat kesenjangan. Menurut penulis tidak semua penderita hipertensi
mengalami perubahan penciuman karena belum merusak sel-sel saraf pembuluh
darah pada hidung. Menurut fadila (2012) jika penciumannya tidak tertanggu
karena nervus olfaktori tidak mengalami masalah.

h. Mulut dan tenggorokan

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi :

Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak ada nyeri tekan (Rohman, 2010). Pada
tinjauan kasus didapat pemeriksaan mulut dan tenggorokan tidak mengalami sakit
tenggorokan, tidak terdapat lesi, tidak mengalami perubahan suara, tidak
mengalami kesulitan menelan, tidak terdapat alat protesa, tidak memasang gigi
palsu, dan pola mengosok gigi klien 2 x sehari,nafas tidak bau seperti buah atau
aseton. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan kesenjangan karena
pada tinjauan kasus klien tidak mengalami peradangan pada mulut, tidak ada
caries gigi, nafas klien tidak bau buah yang menunjukkan terjadinya kateodosis
diabetik dan tidak mengalami nyeri tekan

i. Leher

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan hipertensi tidak ada
pembesaran kelenjar limfa leher, tidak mengalami kekakuan Palpasi : Lansia
dengan hipertensi tidak ada pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan
(Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus didapat Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan
dan tidak mengalami keterbatasan gerak, Palpasi : Tidak terjadi nyeri tekan dan
tidak terdapat benjolan. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat
kesenjangan yang signifikan karena pada tinjauan kasus tidak ditemukan masalah
yang menonjol
j. Pernafasan

Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan hipertensi


biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan,

Palpasi :Lansia yang menderita hipertensi sistem pernafasan tidak terjadi

nyeri. Perukusi : Lansia dengan hipertensi jika terjadi sesak nafasatau batuk maka
akan terdengar pekak karena terdapat lendir . Auskultasi Lansia dengan
hipertensijika terjadi sesak biasanya ada nafas tambahan seperti ronchi (Mulyati,
2014).

k. Kardiovaskuler

Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Inspeksi : Lansia dengan hipertensi


dada terlihat simetris, penyembuhan luka yang lama. Palpasi : Lansia dengan
hipertensi tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba, CRT < 2 detik (bisa
terjadi > 3 detik dan sianosis).Perkusi : Lansia dengan hipertensi biasanya
terdengar suara dullnes atau redup atau pekak. Auskultasi :Pada lansia dengan
hipertensi bunyi jantung normal dan tidak ada suara jantung tambahan seperti
gallop dan rhytme (Putra, 2019) . Secara khusus perubahan sistem kardiovaskuler
pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah katup jantung menebal dan
menjadi kaku sehingga menyebabkan bising jantung (murmur), jantung serta
arteri kehilangan elastisitasnya (Muhit, 2016) Pada tinjauan kasus didapat
pemeriksaan Inspeksi : Sistem kardiovaskuler tidak mengalami sesak nafas, tidak
mengalami dispnea saat aktivitas, tidak mengalami Ortopnea (bernafas tidak
nyaman), tidak terjadi perubahan warna pada kaki, tidak terjadi varises, dan
terjadi parestesia (kesemutan). Palpasi : Sistem kardiovaskuler tidak terjadi nyeri
pada dada, tidak mengalami edema. Auskultasi : Sistem kardiovaskuler tidak
adanya bunyi jantung tambahan yaitu murmur. Antara tinjauan kasus dan tinjauan
pustaka tidak terdapat kesenjangan karena pada tinjauan kasus dan tinjaun pustaka
tidak mengalami nyeri dada, tidak terjadi sianosis, tidak ada bunyi tambahan
seperti mur-mur

l. Muskuluskeletal

Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Inspeksi :Lansia dengan

hipertensi biasanya mengalami pusing kepala Palpasi : Lansia dengan hipertensi


terasa nyeri, terdapat edema (Sudarta, 2012). Secara khusus perubahan sistem
muskuluskeletal pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang
kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami kekakuan dan nyeri,
otot akan mengalami kelemahan sehinggan kesulitan untuk berdiri dan berjalan
(Muhith, 2016).

m. Sistem pusat saraf

Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Secara khusus perubahan sistem


susunan saraf pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah Terjadi
penurunan sensori, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
(Sudarta,2012). Secara khusus perubahan sistem susunan saraf pada lansia yang
terjadi karena proses penuaan adalah mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Kholifah, 2016). Pada
tinjauan kasus pemeriksaan sistem saraf pusat klien tidak merasakan sakit kepala,
6
3

tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisis (hilangnya separuh/seluruh fungsi otot),

tidak terjadi paresis (badannya lemah untuk bergerak), tidak terjadi masalah

koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak terjadi paratesia, tidak terjadi cedera kepala,

dan tidak mengalami masalah memori. Antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus

terdapat kesenjangan karena pada tinjauan kasus tidak terdapat masalah yang

menonjol seperti ditinjauan pustaka yaitu terjadi penurunan sensori, anastesia,

mengantuk, reflek lambat, kacau mental,dan disorientasi karena klien tidak

mengalami komplikasi pada neuropati yang mengakibatkan terjadinya gangguan

pada saraf.

2) Diagnosa Keperawatan

 Nyeri Akut
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

3) Intervensi Keperawatan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang
mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan pada tinjauan perencanaan
menggunakan saran dalam intervensinya dengan tujuan meningkatkan
kemandirian klien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan melalui tahap
peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku (afektif), dan
keterampilan dalam menangani masalah yang terjadi (psikomotorik) Pada
intervensi tinjauan pustaka tidak terdapat diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan cidera biologis. Pada intervensi tinjauan kasus terdapat
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis dengan
alasan klien mengeluh nyeri pada persendian, terasa nyeri saat dibuat aktivitas,
nyeri seperti tertusuk-tusuk, munculnya secara tiba-tiba dengan skala nyeri
6,Diagnosa keperawatan ini dijadikan prioritas karena paling dipikirkan oleh
klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x kunjungan diharapkan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : klien mampu menjelaskan kembali
penyebab nyeri, klien melaporkan nyerinya berkurang, klien dapat
mendemonstrasikan cara mengatasi nyeri, wajah klien tidak tampak menyeringai,
skala nyeri 1-3, TTV dalam batas norma yaitu tekanan darah 130/80-
140/90mmHg, Nadi 60-70x/menit, pernafasan 14-16x/menit, suhu 36,4-37,5oC.
Dilakukan tindakan keperawatan jelaskan kepada klien penyebab nyeri,anjurkan
memonitoring nyeri secara mandiri, ajarkan klien melakukan teknik
nonfarmakologi (misalnya : teknik distraksi, teknik relaksasi, dan kompres air
hangat), dan lakukan observasi skala nyeri, lokasi, karakteristik, durasi dan
kualitas nyeri.Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama
dengan intervensi yang ada ditinjauan kasus dengan diagnosa keperawatan
defisiensi pengetahuan karena klien tidak mengetahui tentang gejala, komplikasi,
dan penanganannya. Setelah dilakuakan intervensi keperawatan selama 1x
kunjungan pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat dengan kriteria hasil

: klien mampu menjelaskan masalah penyakitnya, klien melaporkan bahwa


pengetahuannya sudah bertambah, klien tidak terlihat kebingungan saat ditanya.
Dilakukan tindakan keperawatan yaitu jelaskan penyebab , gejala, komplikasi,
penanganan dan pencegahan pada hipertensi.Pada intervensi tinjauan pustaka
tidak terdapat diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang diet.Pada intervensi tinjauan kasus terdapat diagnosa
keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang diet karena saat ditanya tentang diet dan perhitungan kalori klien tidak
mengetahui. Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak 3x diharapkan
pengetahuan tentang diet meningkat dengan kriteria hasil klien mampu
menjelaskan kembali tentang pentingnya diet, klien melaporkan dapat
menjalankan diet, klien dapat mendemonstrasikan cara membuat menu makan dan
membuat jadwal makan, saat ditanya tentang diet klien tidak tampak bingung.
Dilakukan tindakan keperawatan jelaskan tujuan kepatuhan diet, informasikan
makanan yang diperoleh dan dilarang dan jumlah kalori, anjukan mengganti bahan
makanan sesuai diet yang diprogramkan, ajarkan cara merencanakan makanan
yang sesuai, ajarkan cara menghitung kalori, ajarkan untuk membuat catatan
makanan per hari, observasi catatan makan dan kadar gula darah. Pada intervensi
tinjauan pustaka didapat diagnosa ketidakpatuhan berhubungan dengan
ketidakadekuatan informasi pengobatan. Pada intervensi tinjauan kasus didapat
diagnosa ketidakpatuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahamana
sekunder akibat defisit kognitif. Terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus karena pada saat pengkajian didapatkan klien tidak patuh dengan
makanannya yaitu jika klien memasak sangat manis. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan sebanyak 1x diharapkan kepatuhan klien meningkat dengan kriteria
hasil klien mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya diet, klien
melaporkan dapat menjalankan diet, klien dapat mendemonstrasikan cara
membuat menu makan dan membuat jadwal makan, perilaku megikuti program
diet mambaik.Dilakukan tindakan keperawatan Informasikan program diet yang
harus dijalani,informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani
program diet,anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat klien selama
menjalani program diet.

4) Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah perwujudan dari perencanaan yang


telah dibuat. Perencanaan adalah tujuan pustaka diwujudkan pada klien dan
pendokumentasian setelah intervansi keperawatan. Pada implementasi tinjauan
pustaka tidak didapat diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis. Pada implementasi tinjauan kasus didapat diagnosa keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu menjelaskan kepada
klien penyebab nyeri, menganjurkan memonitoring nyeri secara mandiri,
mengajarkan klien melakukan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik distraksi,
teknik relaksasi,dan kompres air hangat), dan melakukan observasi skala nyeri,
lokasi,karakteristik, durasi dan kualitas nyeri.

5) Evaluasi Keperawatan

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena merupakan evaluasi
secara teori. Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan data pendokumentasian
evaluasi yang mengacu pada hasil atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan
secara langsung kepada klien.Pada waktu dilaksanakan evaluasi nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis. Nyeri akut sudah terpenuhi dalam 2x
tindakan keperawatan karena skala nyeri klien 3 dan klien tidak tampak
menyeringai dan masalah teratasi pada tanggal 03 maret 2021 dan intervensi
dihentikan.
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-masyarakat.html?

m=1#:~:text=Masyarakat%20adalah%20setiap%20kelompok

%20manusia,social%20dengan%20batas%2Dbatas%20tertentu

You might also like