Professional Documents
Culture Documents
MODERASIBERAGAMAFIDIASALSABILAINDIVIDU
MODERASIBERAGAMAFIDIASALSABILAINDIVIDU
Oleh :
(2102026111 / 1C )
1
KATA PENGANTAR
puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat –Nya
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menucapkan terima kasih kepada semua
Tiada gading yang retak. Demikian pula pada makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
10
3
BAB I
PENDAHULUAN
sosial keagamaan yang disegani. Yang pertama sering disebut oleh para pengamat
sedang yang kedua sering dikatakan sebagai perkumpulan yang mewakili muslim
modernis. Kalau NU lahir pada 31 januari 1926, maka Muhammadiyah lahir lebih
organisasi tujuh zaman (istilah Mas Surya Paloh). Keduanya sama-sama pernah
Reformasi.
Dilihat dari sudut historitasnya, keduanya telah berperan cukup besar bagi
4
keduanya untuk tampil sebagai pemain garda depan. Dan dengan tipologi yang
memiliki makna penting. Setelah melalui perjalanan panjang dengan segala suka
dan dukanya, maka kebersamaan waktu antara sidang tanwir Muhammadiyah dan
ulang tahun NU ke-76 inipun bisa dijadikan sebagai titik pijak untuk
mengoptimalkan secara serius (bukan semu) era keduanya dalam konteks sosio-
sebagai visi dan cita pergerakan kultural, tanpa perlu terjebak pada pemenuhan
sosial keagamaan, yang beberapa waktu lalu sempat terhenti akibat gonjang-
ganjing politik nasional yang telah memecah konsentrasi sebagian besar para
petinggi kedua organisasi ini. Sekarang tiba saatnya keduanya untuk bisa bekerja
5
1.2 Rumusan masalah
berikut:
1.3 Tujuan
sebagai berikut:
6
BAB II
PEMBAHASAN
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Kha
amalan
yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinyauntuk mengajak mereka kembali kepa
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat
ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan
7
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau
juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang
disebut ”sinratul muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak – anak laki- laki
dan
ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai
tahun 1918 beliau telah mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919
menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930
selesai menyampaikan santapan rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang
juga pengurus Budi Utomo. Usul itu disetujui, dengan syarat di luar pelajaran
sendiri. Di antara para siswa Kweekschool Jetis ada yang memperhatikan susunan
bangku, meja, dan papan tulis. Lalu, mereka menanyakan untuk apa, dijawab
untuk sekolah anak-anak Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan
8
penyelelenggaraan ditangani oleh suatu organisasi agar berkelanjutan sepeninggal
dengan harapan agar para anggotanya dapat hidup beragama dan bermasyarakat
ini diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Setelah memakan
dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad
Dahlan Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi
pemimpinnya.
1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.
9
1934.
yang di kemudian hari berubahmenjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini
Menjadi Muktamar 5 tahunan.
2.2 Sejarah Berdirinya NU
Sejarah hari lahir NU terjadi 93 tahun silam, tepatnya tanggal 31 Januari 1926.
Pendirian NU digagas para kiai ternama dari Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah
di Surabaya. Selain K.H. Wahab Chasbullah, pertemuan para kiai itu juga
merupakan prakarsa dari K.H. Hasyim Asy’ari. Yang dibahas pada waktu itu
dirasa perlu dibentuk sebuah wadah khusus. Sebenarnya, upaya semacam itu
sudah dirintis Kiai Wahab jauh sebelumnya. Bersama K.H. Mas Mansur, seperti
ditulis Ahmad Zahro dalam buku Tradisi Intelektual NU: Lajnah Bahtsul Masail
“kebangkitan tanah air” pada 1914. Martin van Brulnessen dalam buku berjudul
Nahdlatul Wathan versi Kiai Wahab dan Kiai Mas Mansur berbeda dengan
lembaga bernama serupa yang didirikan Tuan Guru Kiai Haji (TGKH)
1953.
10
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami
ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut
Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan
politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut
Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga
pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni
sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena
dianggap bidah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari
11
Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak
pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami
tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab
pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang
dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud
sangat berharga.
hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
12
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
pada 16 Rajab 1344 H (13 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
Pembeda NU Muhammadiyah
Abdul Wahab)
yang terkuat)
Tasawuf atau Tarikat Menerima tasawuf dan tariqah Menolak tasawuf dan tariqah
13
yang mu’tabar (diakui) (akan tetapi banyak yang
(diba’an) diba’
Muhammadiyah
pertimbangan rasionya.
14
Bicara masalah perbedaan antara dua organisasi islam yaitu NU dan
muhammadiyah jelasnya sangat berbeda, baik itu cara berfikirnya ataupun dalam
lebih cendrung mengikuti pada NU, kalau diperkoataan masih stabil antara NU
suara agar untuk tidak nyaring dalam bacaan basmalah pada surat fatihah ketika
shalat dan dzikir ketika selesai shalat. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
masyarakat perbedaan paling nyata adalah dalam berbagi masalah furu’ (cabang).
kalau tidak dilakukan harus melakukan sujud sahwi, dan berbagai masalah lain.
15
Alhadulillah perbedaan pandangan ini sudah tidak menjadikan pertentangan lagi,
1912, didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan) adalah lembaga yang lahir dari inspirasi
Rasyid Rida (yang sangat rasional) sekaligus pemikir salaf (yang literalis) seperi
membuka pintu ijtihad kembali ke al-qur’an dan sunnah, tidak boleh taqlid,
TBC. Yang menjadi masalah, banyak kategori TBC tersebut justru diamalkan
dikalangan NU, bahkan di anggap sunnah. Karena sifatnya yang dinamis, praktis,
Disisi lain NU (Nahdhatul Ulama), didirikan antara lain oleh KH. Hasyim
16
Rasyid Ridha di Mesir, KH. Ahmad Dahlan sangat tertarik dan mengembangkan
mereka.
sesungguhnya tidak masuk hal yang bersifat prinsip. Perbedaan itu misalnya,
dalam jumlah raka’at dalam shalat taraweh, menggunakan qunut dan tidak,
mengawali ushalli dalam mengawali shalat atau tidak, shalat hari raya dimasjid
atau dilapangan, shalat jumat menggunakan adzan sekali atau dua kali, pakai
Diluar peribadan itu masih ada perbedaan lain, misalnya orang NU suka
juga melahirkan kritik dari orang NU, misalnya orang Muhammadiyah mau diberi
Perbedaan pandangan itu, biasanya dilontarkan dalam bentuk sindiran dan
bahkan juga ejekan. Sindiran atau ejekan kelompok lain, jika dimaksudkan
17
justru kontra produktif. Sindiran atau ejekan itu tidak akan menghasilkan apa-apa
kecuali kebencian. Dan seseorang yang dibuat benci tidak akan mengikuti pikiran,
apalagi jejak langkah orang yang melontarkan kritik dan ejekan itu. Oleh karena
itu, saya kira perkembangan dakwah Muhammadiyah yang tidak terlalu berhasil
dengan cepat sebagai salah satu sebabnya adalah cara dakwahnya dilakukan
Mengikuti konsep yang akhir-akhir ini yang dilontarkan oleh beberapa
yang banyak dilakukan pada saat itu, maka paham ini tidak akan menemui
diintrodusir oleh Muhammadiyah juga bukanlah hal yang baru. Jika ketika itu
kegiatan dakwah dilakukan dengan hati-hati, tidak terasakan nuansa menang dan
kalah, maka umat islam tidak akan terpolarisasi sebagaimana yang terjadi
Muhammadiyah adalah merupakan misi yang sangat terpuji dan mulia. Akan
tetapi, menurut Al-Qur’an dan juga Hadits Nabi hal itu harus dilakukan dengan
18
penuh hikmah agar jangan sampai menimbulkan perasaan sakit hati yang
kemudian berujung terjadi perpecahan. Selain itu, apapun dalih yang digunakan
umat islam. Umat islam harus tetap bersatu. Begitulah pesan al-qur’an dan
itulah kita bisa menentukan titik temu keduanya yang merupakan organisasi islam
terbesar di Indonesia.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diulas diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa
pandangan antara K.H. Hasyim Asy’ari dengan K.H. Ahmad Dahlan yang
lembaga yang lahir dari inspirasi pemikir-pemikir modern seperti Jamaludin Al-
pemikir salaf(yang literalis) seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahab.
Qur’an dan Sunnah, tidak boleh ijtihad, menghidupkan kembali pemikiran islam.
Disisi lain, NU (Nahdhatul Ulama), didirikan antara lain oleh KH. Hasyim
Rasyid Ridha di Mesir, KH. Ahmad Dahlan sangat tertarik dan mengembangkan
20
diIndonesia. sedangkan KH. Hsyim Asy’ari justru kritis terhadap pemikiran
mereka.
masyarakat perbedaan yang nyata adalah dalam berbagi masalah furu’ (cabang).
kalau tidak dilakukan harus melakukan sujud sahwi, dan berbagai masalah lain.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah saya paparkan diatas, saya memberikan saran
kepada:
1. Pembaca
sebab bagaimanapun juga bangsa kita adalah bangsa yang besar dengan
21
2. Penulis
b. Lebih baik dalam mencari kajian pustaka agar pembaca jelas terhadap
pemahaman tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24