Professional Documents
Culture Documents
Kesimpulan Pityriasis Rosea
Kesimpulan Pityriasis Rosea
dengan adanya lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul lesi-
lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan tungkai atas yang tersusun sesuai dengan
lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu beberapa minggu.
Hal ini kemungkinan dsebabkan oleh HHV-6 dan HHV-7 yang juga manifestasi
seperti erupsi obat maupun vaksin. Pada penderita Pitiriasis rosea terdapat kurangnya
aktivitas sel Natural Killer (NK Cell) dan sel B, namun tidak untuk sel T. Peningkatan
sel T CD4 dan sel Langerhans yang terdapat di dermis memungkinkan sebagai
pemrosesan dan APC (Antigen Presenting Cell). Pada pasien pitiriasis rosea ditemukan
Anti-Imunoglobulin M (IgM) yang memungkinkan terkait dengan fase eksantema.
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Pitiriasis berarti skuama halus. Penyakit
dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter, berbentuk oval
dan anular, diametemya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di
pinggir. Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu. Lesi berikutnya timbul 4-10
hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama
hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon
cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari. Tempat
predileksi pada batang tubuh, lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas, sehingga
menyerupai pakaian renang perempuan zaman dahulu. Kecuali bentuk yang lazim
berupa eritroskuama, pitiriasis rosea dapat juga berbentuk urtika, vesikel dan papul,
yang lebih sering terdapat pada anak-anak.
Diagnosis dapat dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Tatalaksana dapat berupa topikal dan sistemik. Topical yaitu larutan anti gatal,
calamine lotion dan corticosteroid medium potent. Sedangkan sistemik dapat berupa
Pertanyaan 1 :
topik ini perlu disebutkan secara khusus karena akhir-akhir ini, ada laporan yang saling
bertentangan tentang hasil kehamilan yang merugikan pada wanita yang mengalami PR
selama kehamilan, dan sebagian besar dokter tidak menyadari fakta ini. Insiden PR pada
kehamilan telah dilaporkan 18% berbanding 6% pada populasi umum.Drago dkk.
mempelajari 38 wanita yang mengalami PR selama kehamilan dimana 9 diantaranya
melahirkan prematur dan 5 keguguran. Mereka menemukan tingkat aborsi adalah 62% pada
wanita yang mengembangkan PR dalam waktu 15 minggu kehamilan. Enam kasus
menunjukkan hipotonia neonatus, motilitas lemah, dan hiporeaktivitas; namun, semua
neonatus akhirnya mengikuti tren pertumbuhan normal. Semua pasien menunjukkan titer
antibodi imunoglobulin G (IgG) yang tinggi untuk HHV 6 dan 7 dan antibodi IgM negatif.
Jaringan embrio yang diperoleh dari seorang wanita menunjukkan tanda-tanda kerusakan
sitopatik virus yang menunjukkan fakta bahwa PR sebenarnya adalah infeksi HHV sistemik
yang menyebabkan transmisi virus intraplasenta. Dengan demikian, penulis mendalilkan
bahwa PR yang terjadi pada kehamilan, terutama pada trimester pertama, dapat menjadi
penanda kemungkinan hasil kehamilan yang merugikan