You are on page 1of 17

Media digital (web, video, dsb) dan media non digital (social story, flash card, pop up

book, dsb) yang dapat digunakan dalam pengembangan komunikasi, interaksi sosial
dan perilaku ABK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Komunikasi, Interaksi sosial Dan
Perilaku ABK

Dosen Pengampu :
Dr. Wiwik Widajati, M.Pd

Disusun Oleh : PLB 2020 A


KELOMPOK IV
Anak Agung Ngurah Wisnu Wardana (20010044160)
Ridha Wardhila (20010044164)
Alda Shinta Selfiah (20010044167)
Nida Zakiyya Al-Khansa (20010044170)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Media digital (web, video, dsb) dan media non
digital (social story, flash card, pop up book, dsb) yang dapat digunakan dalam
pengembangan komunikasi, interaksi sosial dan perilaku ABK”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Dosen pada Mata kuliah Pengembangan
Komunikasi,interaksi sosial dan perilaku abk di Universitas Negeri Surabaya. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Media digital dan media non digital yang dapat digunakan dalam pengembangan
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku ABK”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Kalimantan Timur, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Media Digital............................................................................................................................6
2.2 Media Non digital...................................................................................................................10
2.3 Implikasi media flash card dalam pembelajaran ABK.............................................................13
2.4 Manfaat Media Pop-Up Book.................................................................................................14
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pop-Up Book...............................................................................15
BAB III..............................................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan menstimulasi proses
belajar. Pembelajaran suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja, berencana dan
sistematis untuk mempengaruhi dan mengubah tingkah laku individu yang belajar agar
memiliki prilaku tertentu.

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran diperlukan agar materi


pelajaran yang disampaikan guru dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara tepat guna. Sehingga komunikasi dan
interaksi antara guru dan murid dapat berlangsung secara efektif dan efesien (Hamalik
1980). Pengelompokan media oleh Leshin, Pollock & Reigeluth dalam Arsyad, (2006:36)
1) Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-
trap)
2) Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan, alat bantu kerja, dan lembaran
lepas)
3) Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar,
transparansi, slide)
4) Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi)
5) Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video,
hypertext).

Media pembelajaran berteknologi digital merupakan media yang canggih atau memenuhi
kebaruan (novelty) yang biasanya akrab dengan peserta didik.

Ada banyak manfaat yang diberikan media digital dalam konteks pendidikan, antara lain
dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, membantu peserta
didik bekerja melalui konsep yang sulit, membantu mempromosikan kesadaran kritis,
membantu mendorong kesetaraan, dan masih banyak lagi manfaat yang diberikan.

Jenis-jenis media pembelajaran digital


1) Multimedia interaktif
2) Video dan animasi
3) Podcast
4) Augmented Reality (AR)
5) Virtual Reality (VR)
6) Game based learning

Media pembelajaran non digital secara umum bisa diartikan sebagai alat bantu proses
belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan. Pembelajaran Non digital juga bisa
diartikan sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang menggunakan alat-alat sederhana
(manual) yang tidak melibatkan teknologi (IT). Contohnya: papan tulis, kartu baca, gambar
cetak, papan buletin, iklan media cetak, poster, dsb.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah antara lain :
1. Media pembelajaran digital
2. Media pembelajaran non digital
3. Implikasi media flash card dalam pembelajaran ABK
4. Manfaat Media Pop-Up Book
5. Kelebihan dan Kekurangan Pop-Up Book
1.3 Tujuan
Adapun tujuan nya antara lain :
1. Untuk mengetahui apa itu Media pembelajaran digital
2. Untuk mengetahuai apa itu Media pembelajaran non digital
3. Untuk mengetahuai Implikasi media flash card dalam pembelajaran ABK
4. Untuk mengetahui Manfaat Media Pop-Up Book
5. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Pop-Up Book
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Media Digital
1. Video call aplikasi Whatsapp untuk kemampuan komunikasi

Anak berkebutuhan khusus sering merasa terasingkan dari kehidupan sehari-hari,


kecenderungan orang tersebut menjadi kurang berpartisipasi dalam aktivititas di
lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Dikarenakan keadaan tersebut, anak
mengalami hambatan perkembangan emosi seperti mudah curiga, emosi yang tidak
stabil, kurang percaya diri, dan sosialnya yang kurang berkembang sebagaimana
mestinya. Anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan dalam memahami apa yang
orang lain bicarakan berakibat pada frustasi sehingga ia membatasi dirinya untuk
berinterkasi sosial dengan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari,

Teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak


berkebutuhan khusus salah satunya ialah video call atau panggilan berbasis video.
Panggilan video yang memungkinkan orang lain untuk mengetahui respon langsung
dari penelepon membuat video call menjadi fitur yang menarik dan membuat
panggilan telepon terasa lebih nyata.

Whatsapp merupakan salah satu aplikasi yang memiliki fitur video call dan merupakan
aplikasi terbanyak kedua yang dipakai di Indonesia. Hootsuite (We Are Social) :
Indonesian Digital Report Januari 2021, pengguna internet di Indonesia mencapai
202,6 juta orang dari 274,9 juta populasi penduduk Indonesia. Whatsapp merupakan
aplikasi pesan singkat untuk smartphone yang tidak memiliki batasan saat mengirim
pesan karena menggunakan jaringan internet (Alaby, 2020). Aplikasi yang diciptakan
Ian Koum pada tahun 2009 ini tidak hanya untuk mengirim pesan seperti SMS,
whatsapp juga dapat melakukan penggilan telepon, video call, voice note, mengirim
emoji, gambar maupun dokumen.

Berdasarkan hasil kajian literatur ditemukan bahwa penggunaan video memiliki


dampak positif pada perkembangan kemampuan interaksi sosial dan komunikasi anak
dengan spektrum autisme terutama komunikasi verbal. Video yang memiliki dampak
besar pada anak dengan spektrum autisme ialah pemodelan video atau video modeling
(VM).

Menurut penelitian Shukla-Mehta (2010) anak akan diberikan pemodelan video dengan
tujuan untuk mengembangkan kemampuan interaksi dan komunikasi anak dengan
spektrum autisme. Selain pemodelan video atau VM, penggunaan aplikasi berbasis
audio visual juga berdampak baik pada kemampuan komunikasi anak dengan spektrum
autisme. Sejalan dengan pendapat Suherman (2020) bahwa komunikasi juga
melibatkan simbol dan tanda baik secara verbal atau nonverbal. Ramadania (2020) juga
menyebutkan bahwa penggunaan media berbasis audio visual dapat menunjang proses
pembelajaran karena dapat membantu panca indera saat proses belajar. Media – media
berbasis audio visual digunakan untuk menunjang proses belajar anak – anak dengan
spektrum autisme, selain penggunaan media berbasis audio visual pendampingan oleh
terapis maupun guru bahkan orang tua juga menjadi peran penting dalam proses belajar
anak. Pada masa pandemi dengan adanya peraturan pembatasan kegiatan sosial seperti
sekarang, penggunaan media video dapat menjadi alternatif dalam hal pembelajaran
anak dengan spektrum autisme. Menurut Virpi (2012) pada penelitiannya, penggunaan
video pada pembelajaran anak dengan spektrum autisme membuat anak mampu
mengeluarkan suara – suara saat video yang mereka lihat menampilkan gambar atau
tampilan yang membuat mereka merasa tertarik. Media video yang digunakan juga
disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan anak itu sendiri, seperti penggunaan media
video call atau panggilan video dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp menjadi
solusi dari kondisi pandemi dan kondisi lingkungan anak.

Penggunaan panggilan video untuk mengembangkan komunikasi anak dengan


spektrum autisme dilakukan untuk mencegah adanya kegiatan sosial yang melibatkan
anak dan orang lain, panggilan video juga digunakan untuk memberikan anak
pengalaman langsung berkomunikasi dengan orang lain meskipun terhalang kondisi
lingkungan. Penggunaan aplikasi whatsapp yang memiliki fitur panggilan video juga
disesuaikan dengan kondisi lingkungan orang tua, whatsapp yang merupakan aplikasi
kedua terbanyak yang digunakan masyarakat Indonesia membuat whatsapp menjadi
aplikasi yang sudah familier dengan orang tua maupun guru. Selain karena sudah
familiernya aplikasi whatsapp di masyarakat, tampilan praktis dan sederhana fitur –
fitur yang ada pada whatsapp mempermudah para pengguna aplikasi ini. Bentuk
mengikuti perilaku sesuai dengan video yang ada, VM berdurasi 3-5 menit dan anak
akan melihat lalu mengikuti kegiatan yang ada pada video tersebut. Sehingga anak
akan mencontoh perilaku yang ditampilkan pada video yang dilihat. Kegiatan –
kegiatan atau perilaku yang ditampilkan berbagai macam, Alzyoudi (2015)
menyebutkan bahwa penggunaan VM yang diperankan oleh orang dewasa memiliki
dampak yang lebih baik untuk panggilan video yang dimiliki aplikasi whatsapp juga
praktis dan sederhana. Pada penelitian Mokashi (2013) tampilan yang sederhana saat
melaksanakan panggilan video membuat anak – anak dengan spektrum autisme lebih
fokus dalam proses belajar, sehingga membuat kondisi belajar lebih kondusif meskipun
dalam keadaan online atau tidak bertemu langsung. Situasi yang kondusif dan media
yang menunjang proses belajar anak membuat panggilan video pada aplikasi whatsapp
dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan kemampuan komunikasi pada
anak dengan spektrum autisme selama masa pandemi.

2. Digital Story Telling

Digital storytelling merupakan sebuah praktek menggabungkan narasi/cerita pribadi


dengan multimedia (gambar, audio dan teks) untuk menghasilkan sebuah autobiografi
pendek (Banaszewski, 2005). Digital storytelling dapat dibuat dalam format
instruksional untuk pengajaran, persuasif, historis, atau sebagai kegiatan reflektif. Ada
6 (enam) manfaat belajar digital storytelling berdasarkan Standar Teknologi
Pendidikan Nasional (NETS) tahun 2007, yaitu:
1) Kreativitas dan inovasi
2) Komunikasi dan kolaborasi
3) Penelitian dan kelancaran Informasi
4) Berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
5) Masyarakat digital
6) Pengoperasian teknologi dan konsep

Pada digital storytelling siswa dibiarkan bebas untuk berekspresi menggunakan foto
mereka sendiri yang sebagian besar menyukai dan memiliki akun di media sosial yang
didalamnya terdapat fitur unggah foto saat melakukan aktivitas sehari-hari, maupun
gambar yang diperoleh dari internet, dan menambahkan suara untuk mendukung cerita
yang mereka buat. Selain itu, digital storytelling juga mempunyai beberapa elemen
yaitu:
a) Point of view atau sudut pandang,
b) Dramatic question atau sebuah pertanyaan drama,
c) Emotional content atau konten emosional,
d) The gift of your voice atau pemberian suara,
e) The power of the soundtrack atau kekuatan musik pengiring,
f) Economy atau tingkat ekonomi,
g) Pacing atau tingkat kecepatan
(Bull & Kajder, 2004).

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam menerapkan digital storytelling


yaitu diawali dengan menulis cerita, merancang storyboard, mengembangkan digital
storytelling, dan menampilkan digital storytelling di kelas. Beberapa keuntungan
menggunakan digital storytelling diantaranya meningkatkan motivasi belajar siswa
terutama dalam hal membaca dan menyusun cerita, dan adanya pengalaman pribadi
yang menarik ketika menyusun sebuah cerita. Maka dengan memahami suatu alur
cerita yang dibuat, diharapkan siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan berbahasa secara lisan. Termasuk mampu mengungkapkan pendapat
maupun refleksi pribadi.

Dalam paradigma Lasswell disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses


penyampaian pesan melalui media yang dapat menimbulkan pemahaman tertentu.
Digital storytelling merupakan suatu media dimana terdapat pengubahan cerita ke
dalam bentuk multimedia. Dalam proses tersebut ada interaksi yang muncul dimulai
dari diri sendiri yang dituangkan kedalam suatu bentuk cerita sampai pada
penyampaian cerita pada oranglain. Maka selain membuat anak menjadi tertarik
dengan metode ini, terjalin suatu komunikasi yang baik antara guru dengan siswa.
Beberapa studi dilakukan untuk menguji efektivitas digital storytelling dimana hasilnya
adalah munculnya ketertarikan anak dalam belajar.
3. Video Animasi Lagu Anak Berbasis Signalong Indonesia

Signalong adalah sistem isyarat yang membantu anak-anak dalam memperoleh


keterampilan bahasa dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi (The Signalong
Group; Stratford House, Waterside Court, Rochester, Kent, ME2 4NZ). Sistem
komunikasi signalong adalah suatu model komunikasi isyarat bagi anak berkebutuhan
khusus yang dikembangkan di Inggris yang telah diimplementasikan dan terbukti
memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Maka model sistem komunikasi isyarat
signalong diadopsi dan diaaptasikan dengan kondisi dan budaya komunikasi Indonesia
agar dapat diimplementasikan dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan
khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam Signalong tidak hanya isyarat
melainkan juga menyertakan simbol komunikasi. Simbol sangat efektif dalam
mengajarkan pemahaman pada anak. Kedudukan simbol yang memiliki makna dan
fungsi adalah sebagai penyampai informasi.

Signalong adalah sistem isyarat yang membantu anak-anak dalam memperoleh


keterampilan bahasa dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi (The Signalong
Group; Stratford House, Waterside Court, Rochester, Kent, ME2 4NZ). Signalong
Indonesia adalah sistem isyarat berdasarkan budaya Indonesia yang digunakan untuk
anak berkebutuhan khusus bagi sekolah khusus dan inklusif untuk meningkatkan
komunikasi dan mutu pembelajaran (signalong Indonesia).

Memanfaatkan hasil penelitian Budiyanto et al (2017) terkait mengembangkan


signalong Indonesia: masalah kebahagiaan dan pedagogi, pelatihan dan stigmatisasi
maka pengemabangan signalong Indonesia dianggap penting dalam hal komunikasi.
Selain itu peran media juga dapat membantu mengantarkan pesan berupa simbol-
simbol agar mudah dipahami. Video animasi dipilih karena sesuai dengan karakteristik
video dapat menampilkan visualisasi, audio dan animasi. Video animasi lagu anak
berbasis signalong Indonesia merupakan tayangan video dengan mengangkat

konsep aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh anak. Dengan lagu, anak yang
mengalami keterlambatan atau hambatan komunikasi dapat belajar lebih mudah dan
menyenangkan. Urgensi dikembangkan video animasi yaitu (1) untuk memfasilitasi
gaya komunikasi masing-masing individu, (2) melalui Signalong Indonesia membantu
pemahaman dan interaksi anak berkebutuhan khusus dalam berkomunikasi baik
dengan sesama,guru,orang tua ataupun dengan masyarakat sekitar, (3) melalui program
Sahabat Pak Kumis ini dapat memberikan tayangan edukatif dan inklusif yang efektif
dengan video animasi bagi semua kalangan khususnya anak-anak Indonesia.

Produk video animasi lagu anak berbasis signalong Indonesia yang telah
dikembangkan telah melalui uji ahli. Uji kelayakan berupa, uji validasi ahli media
dengan skor 94.5% dengan kategori baik dan layak digunakan, ahli materi dengan skor
92.5% dengan kategori sangat baik dan layak digunakan. Uji coba produk dengan hasil
88% dengan kategori baik dan layak digunakan.
Pengembanganvideo animasi lagu anak berbasis signalong Indonesia ini dapat
dilanjutkan dengan proses desiminasi dan penelitian lanjutan terkait signalong
Indonesia.

2.2 Media Non digital


 Social story
social story merupakan salah satu jenis intervensi dengan bantuan media gambar
dan tulisan. Social story berisi kegiatan pada situasi tertentu dan mencakup dimana
kegiatan itu berlangsung, kapan peristiwa terjadi, siapa yang terlibat, apa yang
akan terjadi di situasi tersebut, serta dampak yang akan di timbulkan (Crozier et al,
2007).
social story dalam bidang pendidikan untuk anak – anak berkebutuhan khusus.
Social story, dengan gaya belajar secara visual, digunakan untuk mengajar anak –
anak dengan autis mengenai keterampilan sosial yang menggunakan cerita yanng
mirip dengan situasi yang sebenarnya. Social story terdiri dari empat sampai enam
kalimat yang memberikan gambaran informasi mengenai suatu situasi sosial,
kemungkinan reaksi orang lain dalam situasi tersebut dan pernyataan direktif
(langsung) mengenai respon sosial yang diharapkan (Yuwanto, 2012 ). Dengan
menggunakan metode Social Story yang berupa kartu – kartu bergambar selain
fungsinya membentuk pemahaman anak autis tentang interaksi sosial dapat juga
membuat anak autis untuk melakukan perintah dari terapis mengikuti gerakan pada
gambar dan yang sangat penting dengan sering dan banyaknya gambar dan bentuk
yang dilihatkan ke anak akan membantu pembentukan respon, kontak mata,
konsentrasi dan emosional anak. Semua ini diharapkan dapat terjadi dengan cepat
pada perkembangan anak autis tersebut agar anak dapat berinteraksi dengan orang
dan lingkungan sekitar selayaknya orang lain. Yang kita harapkan interaksi sosial
di awal yaitu senyum dan jabat tangan kepada orang sekitar. Metode social story
ini juga bertujuan untuk mendapatkan pemahaman anak autis menjadi lebih baik
dalam berinteraksi dengan orang lain. Di awal pertemuan pemahaman dari setiap
anak autis berbeda – beda dalam berinteraksi dengan orang lain, ada anak autis
yang belum paham sama sekali dan ada juga yang sdikit paham. Setelah dilakukan
pemberian metode social story terhadap anak, ada kemajuan perkembangan
pemahaman anak walupun kemajuan perkembangan pemahaman anak autis juga
berbeda – beda, contohnya dari yang tidak mengerti sama sekali dalam
berinteraksi dengan orang lain sekarang anak sudah cukup paham untuk membalas
interaksi yaitu ada orang yang menyapa dengan memanggi nama anak dan
melambaikan tangan, anak menoleh dan membalas dengan melambaikan tangan
juga. Disini terlihat dengan adanya pemahaman pada anak autis membuat interaksi
sosial menjadi berbalas dan bermakna sehingga pemahaman mempunyai hubungan
terhadap interaksi sosial anak autis.
Metode social story ini bertujuan untuk membuat emosi anak autis menjadi lebih
baik sehingga interaksi sosial mempunyai makna dan berlangsung lama. Di awal
pertemuan emosi dari setiap anak autis berbeda – beda ada yang menangis saat di
sapa atau di sentuh orang lain untuk berinteraksi.
Metode social story ini bertujuan untuk membantu perkembangan bicara anak
autis menjadi lebih baik sehingga adanya komunikasi 2 arah saat interaksi sosial
Berlangsung
Contoh media social story :
Social Story Bergambar, Kenalkan Arti Kematian di Masa Pandemi Pada Anak
Berkebutuhan Khusus.
Kematian memang akan menghampiri siapa saja. Tua, muda, anak-anak, dewasa,
pria, wanita, dan lain sebagainya.
Bahkan tak jarang, itu pun dialami oleh ABK. Mereka merasakan kehilangan
orang terkasih seperti, ibu, ayah, saudara, kakek, nenek, dan lainnya.

“Situasi itu membuat mereka bingung. Mereka tidak tahu harus memberi respon
seperti apa. Sehingga, respon yang sering mereka keluarkan adalah marah,
bingung, sedih, dan kadang juga tidak tahu harus berbuat apa,”
Tak hanya ABK, orang di sekitar mereka pun bingung harus memberikan respon
seperti apa untuk menghadapinya.

“Kebanyakan, baik orang tua, guru, terapis atau pengasuh, akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan apa arti kematian pada ABK. Karena kematian adalah
hal yang abstrak, tapi anak-anak butuh hal yang nyata untuk mendeskripsikannya.
Namun apa arti kematian itu? Pertanyaan ini akan sangat sulit dicerna oleh anak-
anak. Terutama anak berkebutuhan khusus (ABK).
Saat ini di tengah pandemi virus Corona ( Covid-19 ), jumlah kehilangan terus
meningkat.
Dari Social story bergambar ini berfungsi untuk membantu orang tua, guru, terapis
atau pengasuh, memberikan pengertian tentang kematian pada ABK.Social story
secara detail memberikan pengertian mengenai kematian mulai dari, penjelasan
soal manusia sebagai makhluk hidup hingga bagaimana cara mengatasi kesedihan
saat ditinggalkan orang terkasih.
Social story di buat format Reading Comprehension with Symbol Supported atau
pemahaman bacaan dengan menggunakan bantuan simbol dan gambar.
Format ini sengaja dipilih karena ABK kesulitan untuk mencerna bahasa abstrak
dengan hanya mendengar atau membaca saja.

"Semuanya full gambar yang dibuat senyata mungkin, sehingga dapat dimaknai
dengan mudah oleh ABK,"
 Media Flashback Card
untuk Abk salah satunya adalah yang mengalami gangguan autisme Mencakup 3
aspek yaitu aspek komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
Penggunaan media flash card efektif dalam menangani permasalahan belajar
siswa. Media flash card dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan
tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.
Media flash card merupakan media visual berupa kartu bergambar maupun teks
sebagai media untuk belajar. Media flash card sebagai stimulus untuk motivasi
agar anak mau berbicara dengan mengucapkan kata dan membuat kalimat
sederhana. Hal ini sesuai dengan Doman (1991) dalam (Dinar Rapmuladi, 2015:
56), yang mengemukakan “flash card dapat diberikan kepada anak autis sebagai
sebuah permainan mengenal huruf dan kata-kata”.
Gambar yang digunakan pada media flash card merupakan gambar kegiatan
sehari-hari di sekolah. Gambar tersebut dipilih supaya anak lebih mudah
mengingat dan media lebih komunikatif.
Tidakan yang dilakukan guna meningkatkan kemampuan berbicara adalah
memberikan latihan pada pembelajaran keterampilan berbahasa dengan
menggunakan media flash card. Kemampuan berbicara yang dilatihkan meliputi
pengucapan kata dan kalimat sederhana berdasarkan gambar pada flash card.
Setiap kegiatan tersebut dinilai dengan menggunakan tes perbuatan atau unjuk
kerja, sehingga dapat diketahui hasil pencapaian kemampuan berbicara. Melalui
pembelajaran menggunakan media flash card diharapkan kemampuan berbicara
anak dapat meningkat, sehingga dapat membantu guru dalam meningkatkan
kemampuan berbicara anak.
pembelajaran menggunakan media flash card, media ditaruh dimeja dan anak
dibiarkan untuk mengenal media tersebut, peneliti melihat ketertarikan anak
terhadap media flash card. Selanjutnya guru menunjukkan gambar satu persatu
dari sepuluh buah gambar pada flash card, mulai dari gambar menangis, menyanyi,
lomba, minum, menyapu, pakai helm, keranjang sampah, naik sepeda, keramas
dan gosok gigi. Kemudian anak diberikan pertanyaan dari guru mengenai nama
kegiatan berdasarkan gambar.

2.3 Implikasi media flash card dalam pembelajaran ABK


 Bagi siswa, penggunaan media flash card mampu meningkatkan aktivitas dan
keterampilan siswa khususnya kemampuan berbicara. Oleh karena itu, dalam
upaya meningkatkan kemampuan berbicara media ini bisa terus dikembangkan
untuk mempermudah komunikasi dirumah. Keterampilan berbicara yang sudah
didapatkan siswa disekolah diharapkan dilanjutkan dilingkungan rumah.
 Bagi guru, flash card bisa dijadikan alternatif pilihan media pembelajaran
dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara.
 Bagi sekolah, agar pelaksanaan kegiatan siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan baik dan mandiri perlu ditunjang
dengan sumber-sumber belajar lainnya yang dapat dijadikan pedoman dalam
pembelajaran terutama dalam keterampilan berbicara anak autis. Oleh karena
itu, pihak sekolah diharapkan pro aktif dalam memfasilitasi segala kebutuhan
guru dan siswa dalam upaya menigkatkan mutu layanan pendidikan.

 Media Poop up book


Pop up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau
memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan visualisasi yang menarik, mulai dari
tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka (Dzuanda, 2011:
1). Sementara itu Febrianto dalam (Sholikhah, 2017:1)) mengungkapkan bahwa
pop up book merupakan jenis buku atau kartu yang didalamnnya terdapat lipatan
gambar yang dipotong dan muncul membentuk lapisan tiga dimensi ketika halaman
tersebut dibuka. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa pop up
book adalah sebuah media berbentuk buku yang mempunyai unsur tiga dimensi dan
gerak. Pada pop up book, materi disampaikan dalam bentuk gambar yang menarik
karena jika lembarang buku dibuka, setiap halamannya terdapat bagian yang jika
dibuka dapat bergerak, berubah atau memberi kesan timbul.
Jenis-jenis Pop up book
Pop up book memiliki bermacam-macam teknik dalam Penggunaannnya, seperti
yang diungkapkan oleh Bernadette (2010) diantaranya sebagai berikut:
1. Flaps
Flaps adalah salah satu bentuk paling awal paling sederhana dalam Teknik pop
up. Ketika flap diangkat ilustrasi tersembunyi terungkap.
2. V-Folding
Teknik V-Folding menambahkan panel lipat pada sisi gambar yang Akan
ditempelkan. Panel ini diletakkan disisi dalam kartu sehingga tidak tampak dari
luar. Sudut harus diperhatikan agar tidak terjadi Kemiringan. (Mark, 1996:16).
3. Internal stand
Digunakan sebagai sandaran kecil, sehingga pada saat dibuka, gambarnya akan
berdiri. Dibuat dengan cara potongan kertas yang dilipat tegak lurus dan diberi
panel untuk ditempelkan pada kartu.
4. Transformation
Transformation menunjukan bentuk tampilan yang terdiri dari potongan-
potongan pop-up yang disusun secara vertical. Apabila menarik lembar
halaman ke samping atau ke atas sehingga tampilan dapat berubah ke bentuk
yang berbeda.
5. Volvelles
Volvelles adalah bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam
pembuatannya, tampilan ini memiliki bagian-bagian yang dapat berputar.
6. Peepshow
Peepshow menunjukkan tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan
kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi
kedalaman dan perspektif
7. Pull-tabs
Pull-tabs yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan didorong
untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru.
8. Carousel
Teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila dibuka dan
dilipat kembali berbentuk benda yang komplek.
9. Box and Cylinder
Box and cylinder atau kotak dan silinder adalahj gerakan sebuah kubus atau
tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika halaman dibuka.
Terdapat beberapa teknik pop-up yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan
pop-up book. Dalam pembuatan pop-up book ini peneliti menggunakan teknik V-
Folding.

2.4 Manfaat Media Pop-Up Book


Menurut Dzuanda (2011: 5-6) manfaat media pop-up book yaitu:
a. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik.
b. Mendekatkan anak dengan orang tua karena Pop-Up Book memberi kesempatan
orang tua mendampingi anak saat menggunakannya
c. Mengembangkan kreatifitas anak
d. Merangsang imajinasi anak
e. Menambah pengetahuan serta memberi pengenalan bentuk pada benda
f. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada anak.
Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan media Pop-Up Book dapat bermanfaat
dalam proses pembelajaran dan membantu peserta didik dalam memahami materi yang
disampaikan.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pop-Up Book


Kelebihan dari media pop-up book dijelaskan oleh Dzuanda (2011:1):
a. Memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik karena tampilannya memiliki
dimensi, gambar dapat bergerak, bagian yang berubah bentuk, memiliki tekstur
seperti benda asli, bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi;
b. Dapat memberikan kejutan-kejutan ketika halamannya dibuka;
c. Memancing antusias dalam membaca; dan
d. Memperkuat kesan yang ingin disampaikan

Selain memiliki banyak kelebihan, pop-up book juga memiliki beberapa kekurangan,
Dzuanda (2011: 2) menyebutkan beberapa kekurangan pop-up diantaranya:
a. Waktu pengerjaannya cenderung lama;
b. Menuntut ketelitian
c. Biaya yang dikeluarkan lebih mahal dibandingkan dengan buku pada umumnya.
BAB III

KESIMPULAN

Media pembelajaran berteknologi digital merupakan media yang canggih atau memenuhi
kebaruan Augmented Reality Virtual Reality Game based learning.Media pembelajaran non
digital secara umum bisa diartikan sebagai alat bantu proses belajar mengajar. Media digital
antara lain Story Telling ,Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam
menerapkan
digital storytelling yaitu diawali dengan menulis cerita, merancang storyboard, mengemban
gkan digital storytelling, dan menampilkan digital storytelling di kelas. Signalong adalah
sistem isyarat yang membantu anak-anak dalam memperoleh keterampilan bahasa dan
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi . Sistem komunikasi signalong adalah suatu
model komunikasi isyarat bagi anak berkebutuhan khusus yang dikembangkan di Inggris
yang telah diimplementasikan dan terbukti memiliki tingkat efektivitas yang
tinggi. Kedudukan simbol yang memiliki makna dan fungsi adalah sebagai
penyampai informasi. Tua, muda, anak-anak, dewasa, pria, wanita, dan lainsebagainya. Kar
ena kematian adalah hal yang abstrak, tapi anak-anak butuh hal yang nyata untuk
mendeskripsikannya. Pertanyaan ini akan sangat sulit dicerna oleh anak-anak.Terutama
anak berkebutuhan khusus . Social story di buat format Reading Comprehension with
Symbol Supported atau pemahaman bacaan dengan menggunakan bantuan simbol dan
gambar.
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196505161994021-
ASEP_SARIPUDIN/MEDIA_PEMBELAJARAN.pdf
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/83194/Ulfa%20Khoirunnisa
%20%23.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/view/36594/32552
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/view/36580/32538
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/view/2194/1656
https://anyflip.com/fifui/skca/basic
https://journal.unesa.ac.id/index.php/ji/article/view/7879/3761
https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=social+story+dalam+pengembangan+komunikasi+interaksi+sos
ial+dan+prilaku+ABK&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3D-tXPZVItkSAJ
http://eprints.uny.ac.id/56973/1/Edo%20Lely%20Sagita_13103241063.pdf

You might also like