Professional Documents
Culture Documents
ID Pemeriksaan Malaria Sebelum Dan Sesudah
ID Pemeriksaan Malaria Sebelum Dan Sesudah
197-204
Pemeriksaan Malaria Sebelum dan Sesudah ... (Wigati, R.A., Widiarti, Wiwiek Trapsilowati , dan Kusno Barudin )
Abstract
Purworejo regency was the only district in Central Java, which has areas of Middle Case Incidence
(MCI) of malaria. The objectives of the descriptive study were to know the type and stage of malaria
parasites, occurrence of indigenous transmission and effect of Long Lasting Insecticides Nets (LLIN)
on malaria cases in Sendangsari and Kalitapas village, from May to October 2015. Blood samples of
malaria patients were examined before and after using the LLIN and the blood samples were tested by
conventional methods of blood thick and thin smear of blood fingertip. The results showed that slide
positivity rate, was 7.69% before using insecticide mosquito nets and 1.5% after using insecticide
mosquito nets and the stage of malaria parasite was gametocytes in children aged 2-4 years old. Based on
parasite stage in young patient, a local transmission had occurred. Although the number of cases before
and after usage of LLIN was declined, but it could be influenced by other vector control instead of LLIN,
which were distributed by Purworejo District Health Service.
Abstrak
Kabupaten Purworejo merupakan satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki daerah MCI
malaria. Adapun penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan stadium parasit malaria,
adanya penularan lokal, serta dampak kelambu berinsektisida pada kasus malaria di Desa Sendangsari dan
Kalitapas dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2015. Pengambilan darah penduduk penderita malaria
telah dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan kelambu LLIN. Pemeriksaan dan pengambilan darah
Mass Blood Survey, dilakukan dengan metode konvensional darah tebal dan darah apus tipis yang diambil
dari ujung jari. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Slide Positivity Rate sebesar 7,69% sebelum
dilakukan pemasangan kelambu LLIN dan 1,50% setelah dilakukan pemasangan kelambu LLIN. Parasit
malaria yang ditemukan adalah Plasmodium falciparum, dan parasit malaria stadium gametosit pada anak
umur 2-4 tahun, sebelum dilakukan pemasangan kelambu berinsektisida. Berdasarkan stadium parasit dan
umur penderita yang masih muda (belum beraktivitas keluar rumah) telah terjadi penularan lokal. Apabila
dilihat dari jumlah kasus sebelum dan setelah pemasangan kelambu LLIN terjadi penurunan. Tetapi tidak
menutup kemungkinan pengaruh pengendalian vektor lain selain kelambu LLIN yang dilakukan Dinas
Kesehatan setempat, mendukung terjadinya penurunan kasus.
197
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September 2017: 197 - 204
198
Pemeriksaan Malaria Sebelum dan Sesudah ... (Wigati, R.A., Widiarti, Wiwiek Trapsilowati , dan Kusno Barudin )
Gambar 1. Lokasi penelitian malaria di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, tahun 2015.
199
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September 2017: 197 - 204
200
Pemeriksaan Malaria Sebelum dan Sesudah ... (Wigati, R.A., Widiarti, Wiwiek Trapsilowati , dan Kusno Barudin )
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria (sebelum pemasangan kelambu LLIN) Berdasarkan
Kelompok Umur di Desa Sendangsari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah, Tahun 2015
Jumlah yang positif
Umur Jumlah yang diperiksa Stadium
P. falciparum P.vivaks Campuran Jumlah
0-11 bulan 1 0 0 0 0 -
12-23 bulan 2 0 0 0 0 -
2-4 tahun 10 1 0 0 1 Gametosit
5-9 tahun 9 0 0 0 0 -
10-14 tahun 14 2 0 0 2 Gametosit
≥ 15 tahun 172 13 0 0 13 Tropozoit dan Gametosit
Total 208 16 0 0 16
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria (setelah pemasangan kelambu LLIN) Berdasarkan
Kelompok Umur di Desa Sendangsari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah, Tahun 2015
201
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September 2017: 197 - 204
Berdasarkan data Puskesmas Bener, peningkatan dan 10 sampai 11 hari pada suhu 25ºC-28ºC.10
kasus malaria, didominasi oleh P. falciparum. Sama Pelaksanaan Mass Blood Survey (MBS)
halnya dengan hasil pemeriksaan mikroskopis juga dilakukan setelah adanya pemasangan
melalui kegiatan Mass Blood Survey (MBS) di kelambu berinsektisida Long Lasting Insecticides
Desa Sendangsari, yang memperlihatkan bahwa Nets (LLIN) pada setiap rumah penduduk
P. falciparum mendominasi (paling banyak Desa Sendangsari. Hal ini dimaksudkan untuk
ditemukan). P. falciparum ditemukan pada stadium mengetahui sejauh mana pengaruh efektifitas
tropozoit muda dan stadium gametosit P. falcipa- kelambu berinsektisida tersebut melindungi
rum, penyebab malaria falsiparum atau malaria anggota keluarga yang memasang kelambu di
tropika atau malaria tersiana maligna. Plasmodium rumahnya dengan keberadaan parasit Plasmodium
falciparum ditemukan di daerah tropik, terutama sp, apakah terjadi penurunan kasus penderita
di Asia Tenggara. Parasit ini di Indonesia tersebar malaria atau tidak ada sama sekali ditemukan
di seluruh kepulauan. Plasmodium falciparum penderita malaria di wilayah Desa Sendangsari,
merupakan spesies yang paling berbahaya karena Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi Kasus malaria di Desa Sendangsari,
berat. Perkembangan aseksual dalam hati hanya Kecamatan Bener sebelum dilakukannya
menyangkut stadium praeritrosit saja, tidak ada pemasangan kelambu LLIN, ditemukan pada
stadium eksoeritrosit yang dapat menimbulkan laki-laki dan perempuan hampir di semua umur,
relaps seperti pada infeksi P.vivax dan P.ovale kecuali <1 tahun dan 5-9 tahun. Telah terjadi
yang mempunyai hipnozoit dalam sel hati. Dalam penularan setempat, karena ditemukannya positif
darah, bentuk cincin stadium tropozoit muda parasit malaria P. falciparum pada anak umur 2-4
P.falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran tahun stadium gametosit. Anak usia 2-4 tahun
kira-kira seperenam diameter eritrosit. Adanya sebagian besar tidak beraktifitas keluar rumah pada
skizon muda dan skizon matang P.falciparum waktu malam hari.13 Adanya penularan setempat,
dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi menggambarkan keberadaan nyamuk yang
berat, sehingga merupakan indikasi untuk berperan sebagai vektor dengan kepadatan tinggi.14
tindakan pengobatan cepat. Jumlah gametosit Hal ini juga didukung dengan ditemukannya
pada infeksi P.falciparum berbeda-beda, kadang- penderita malaria stadium gametosit. Stadium
kadang sampai 50.000-150.000/UL darah; jumlah gametosit jika terhisap oleh nyamuk Anopheles
ini tidak pernah dicapai oleh spesies Plasmodium betina vektor malaria lalu masuk ke dalam tubuh
lain pada manusia.11 Gametosit muda mempunyai nyamuk, maka dapat menularkan parasit malaria
bentuk lonjong, sehingga memanjangkan dinding ke manusia lainnya. Stadium gametosit juga
sel. Setelah mencapai perkembangan akhir, ditemukan pada remaja kelompok umur 10-14
mempunyai bentuk pisang yang khas, disebut tahun sebelum dilakukan pemasangan kelambu
“sabit” (crescent). Pada P. falciparum sering LLIN / berinsektisida dan stadium tropozoit muda
tampak titik-titik Maurer. Titik-titik ini tampak setelah dilakukan pemasangan kelambu LLIN/
sebagai bercak-bercak merah yang bentuknya berinsektisida. Hal ini dimungkinkan kegiatan/
tidak teratur.12 Beberapa P.falciparum bentuk aktifitas remaja yang dilakukan pada petang atau
skizogoni terjadi setiap 48 jam, sehingga demam malam hari tanpa menggunakan pelindung diri dari
terjadi setiap hari ke-3. Kadang-kadang pada gigitan nyamuk, juga didukung dengan kondisi
infeksi P.falciparum, replikasi stadium eritrositik rumah yang tidak rapat serangga/ adanya lubang
aseksual terjadi dengan interval waktu kurang dari keluar-masuk nyamuk. Penduduk dengan kelom-
48 jam, dan keadaan yang demikian disebut demam pok umur ≥ 15 tahun positif malaria terbanyak,
subtertian. Masa inkubasi P.falciparum berkisar yaitu stadium tropozoit muda dan gametosit gamet,
9-14 hari. Gejala utama penyakit ini adalah sakit sebelum dilakukan pemasangan kelambu LLIN/
kepala, menggigil dan demam.13 Siklus seksual P. berinsektisida dan setelah dilakukan pemasangan
falciparum dalam nyamuk umumnya sama seperti kelambu LLIN/berinsektisida.
Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari Masih ditemukannya kasus malaria
pada suhu 20ºC, 15 sampai 17 hari pada suhu 25ºC setelah pemasangan kelambu, mengindikasikan
202
Pemeriksaan Malaria Sebelum dan Sesudah ... (Wigati, R.A., Widiarti, Wiwiek Trapsilowati , dan Kusno Barudin )
tidak terlindunginya masyarakat secara tuntas, menyatakan, aktifitas malam hari seperti
atau masyarakat berada di luar kelambu pada saat berkumpul di pos ronda, kegiatan pertemuan
terjadi penularan. warga, mengambil nira kelapa mulai sore sampai
Pemakaian kelambu berinsektisida malam hari, kegiatan di rumah pada malam hari
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi bersama keluarga dengan pintu dan jendela terbuka,
faktor resiko penularan malaria.10 Berdasarkan merupakan aktifitas yang meningkatkan kontak
survei entomologi di Kabupaten Purworejo, dengan nyamuk vektor, sehingga berisiko terkena
menunjukkan bahwa nyamuk diduga vektor malaria. Kegiatan tersebut di atas, dilakukan oleh
adalah Anopheles balabacensis. Berdasarkan hal penduduk tanpa menggunakan alat pelindung diri,
tersebut, dilakukan pemakaian kelambu sebagai seperti jaket, penggunaan repellent (obat oles anti-
upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk pada nyamuk), sarung, sarung tangan atau kaus kaki,
waktu tidur. Kelambu yang digunakan merupakan penutup kepala-wajah.19,18,20
kelambu berinsektisida, sehingga disamping Penelitian ini juga mengindikasikan
melindungi dari gigitan nyamuk juga membunuh adanya penularan malaria secara impor (kasus
nyamuk yang hinggap pada kelambu. Kelambu malaria impor), dikarenakan beberapa penduduk
berinsektisida digunakan oleh satu kepala keluarga ada yang bekerja sebagai tenaga pemetik kopi di
(KK). Kelambu berinsektisida diuji setelah Provinsi Lampung, yang termasuk daerah endemis
pemakaian selama satu bulan. Hasil evaluasi malaria. Hal tersebut sesuai dengan penelitian18
pengujian kelambu memperlihatkan bahwa di daerah Pangkalpinang yang menyatakan
kelambu berinsektisida masih efektif membunuh bahwa, bepergian ke daerah endemis malaria
nyamuk dengan rata-rata kematian 90,4 %.16 juga berperan dalam penularan malaria, sehingga
Kondisi rumah yang tidak rapat dan perlu dilakukan surveilens migrasi yang lebih
kondisi bangunan yang tidak tertutup sempurna intensif. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
masih memungkinkan nyamuk masuk kedalam terjadinya kasus malaria muncul kembali di suatu
rumah Hal ini didukung dengan topografi Desa daerah, akibat infeksi malaria yang diperoleh
Sendangsari, berupa perbukitan, adanya kebun, dari luar daerah. Adanya penularan indigenous
sawah, semak dan pohon yang berada di sekitar (hal ini dibuktikan dengan ditemukannya parasit
rumah penduduk, serta adanya sungai yang selalu Plasmodium falciparum stadium gametosit pada
dialiri air, ditemukannya genangan air, mata air, anak umur di bawah lima tahun). dan impor
merupakan lingkungan yang potensial sebagai menggambarkan populasi vektor tinggi atau
habitat perkembangbiakan nyamuk malaria.17 vectorial capacity tinggi dan dianjurkan untuk
Faktor lingkungan ikut berperan melakukan pengendalian vektor.
mendukung berkembangbiaknya vektor malaria Sedangkan adanya Plasmodium stadium
(suhu 18ºC-29ºC), tempat hidup nyamuk gametosit pada penderita malaria menunjukkan
Anopheles. Hasil survei jentik yang dilakukan di terjadi keterlambatan diagnosis atau pengobatan
Desa Sendangsari, Kecamatan Bener, ditemukan tidak tuntas yang dapat menyebabkan seseorang
beberapa tempat positif jentik nyamuk Anopheles dapat kembali menderita malaria. Selain stadium
yaitu kobakan di sekitar ladang dan bekas kolam gametosit juga ditemukan stadium tropozoit muda
ikan. Spesies yang ditemukan pada tempat (ring).21 Plasmodium dengan stadium tropozoit
perkembangbiakan ini adalah An. vagus dan An. muda berbentuk ring dalam sel darah merah,
aconitus. Beberapa tempat yang berpotensi sebagai menunjukkan Plasmodium berada pada stadium
habitat perkembangbiakan vektor malaria adalah pertumbuhan dan menunjukkan telah terjadi
sawah, sumber mata air, kobakan di sepanjang penularan baru di Desa Sendangsari.
sungai.16
Hasil penelitian,18-20 menunjukkan bahwa, KESIMPULAN
kegiatan di luar yang dilakukan pada malam
hari dapat menjadi penyebab penularan malaria. Plasmodium falciparum merupakan
Kegiatan di luar rumah malam hari di setiap parasit yang menjadi penyebab kasus malaria di
daerah berbeda-beda. Beberapa hasil penelitian Desa Sendangsari, Kecamatan Bener, Kabupaten
203
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 45, No. 3, September 2017: 197 - 204
Purworejo, tetapi setelah dilakukan pemasangan Diagnostic Test. Trop Med Hyg. 2007;p.119–27.
kelambu berinsektisida, terjadi penurunan kasus 9. Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo. Profil
malaria. Adanya penduduk Desa Sendangsari yang Kesehatan Kabupaten Purworejo Tahun 2014.
menderita malaria falsiparum stadium gametosit Purworejo : Dinkes Kabupaten Purworejo; 2015.
pada kelompok umur kurang dari empat tahun, 10. Dirjen P2PL. Laporan Program Pengendalian
Malaria di Indonesia Tahun 2014 (Indonesia
didukung dengan keberadaan nyamuk diduga
Malaria Report 2014). Jakarta: Ditjen P2PL;
vektor malaria An.balabacensis, menunjukkan 2014.
bahwa penularan malaria terjadi secara lokal/ 11. Inge Sutanto, Is Suhariah I, Pudji K.S SS. Buku
indigenous. Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat.
Jakarta: FKUI; 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH 12. Koes Irianto. Parasitologi Medis. Bandung:
Penerbit Alfabeta; 2013.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada 13. Pinardi Hadidjaja dan Sri S.Margono. Dasar
Kepala Balai Besar B2P2VRP Salatiga, Kepala Parasitologi Klinik. Edisi Pertama. Jakarta :
Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, Kasie P2 FKUI; 2011.
dan Pengelola Program, Kepala Puskesmas Bener, 14. Hakim L. Faktor risiko penularan malaria di
Pengelola Program Malaria, Bidan Desa dan Kader Desa Pamotan, Kabupaten Pangandaran. J
atas koordinasi dan bantuannya serta partisipasi Aspirator. 2013;5 (2):45–54.
15. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri
masyarakat Desa Sendangsari dalam pelaksanaan
Kesehatan RI No. 042/MenKes/SK/I/2007
kegiatan pemeriksaan darah masal (MBS). tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan
DAFTAR RUJUKAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria.
Kemenkes RI; 2007.
1. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis 16. Wiwik Trapsilowati, Widiarti, RA Wigati,
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. S Riyani S, P Aryani P, Arief Nugroho, WP
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015. Dimas Bagus, Mujiyono, B Kusno L. Laporan
2. Misriyah. Kebijakan Nasional Pengendalian Penelitian Kejadian Luar Biasa (KLB) Tahun
Vektor (Disampaikan pada pemantapan 2015. Salatiga: B2P2VRP Salatiga; 2015.
pengendalian vektor terpadu di Kabupaten/Kota 17. Pramestuti N. Laporan Penyelidikan Kejadian
24-27 Mei 2016. Jakarta: {s.n}; 2016. Malaria di Desa Sokoagung Kecamatan Bagelen
3. Dirjen P2PL. Situasi Terkini Perkembangan Kabupaten Purworejo. Banjarnegara. Balai
Program Pengendalian Malaria di Indonesia Litbang P2B2 Banjarnegara. 2014.
Tahun 2014: Laporan Singkat. Jakarta: 18. Sunarsih E, Nurjazuli S. Faktor risiko lingkungan
Kementerian Kesehatan RI; 2015. dan perilaku yang berkaitan dengan kejadian
4. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan malaria di Pangkalbalam Pangkalpinang. J
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. Semarang: Kesehat Lingkung Indones. 2009;8 (1).
Dinkes Provinsi Jawa Tengah; 2015. 19. Ristiyanto, DH Farida, S Wahyuni, Gambiro
5. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan S. Survei Dinamika Penularan Malaria di Desa
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Semarang: Banjaretno, Kecamatan Kajoran Kabupaten
Dinkes Provinsi Jawa Tengah; 2014. Magelang, Jawa Tengah. Media Litbang
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo. Laporan Kesehat. 2007;XVII (2):8–19.
Penemuan Penderita Malaria. Kabupaten 20. Wijayanti T SZ. Karakteristik dan faktor risiko
Purworejo: Purworejo : Dinkes Kabupaten kejadian malaria di Desa Kalipoh Kecamatan
Pueworejo; 2014. Ayah Kabupaten Kebumen. Media Litbang
7. Dirjen P2PL. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehat. 2010;XX (4):159–63.
Parasit Malaria. Jakarta : Kemenkes RI; 2014. 21. Gasem M. Diagnosis dan Penatalaksanaan
8. Wongsrichanalai C, MJ Barcus, S Muth, Terkini Malaria. Simposium AIDS, Tuberkulosis
A Sutamihardja WW. A Review of Malaria dan Malaria. Semarang: Universitas Diponegoro;
Diagnostic Tools: Microscopy and Rapid 2004.
204