Professional Documents
Culture Documents
TB DG Hemoptu (Sistem Pernafasan)
TB DG Hemoptu (Sistem Pernafasan)
DISUSUN OLEH :
NAMA : SUPRIYANTO
NIM : 124021 2019 090
TINGKAT : 2 C
2. Etiologi
Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok
yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang
sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan abses paru. Pada
dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan
penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus
merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulsosis dan bronkiektasis.
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas :
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena
jamur dan sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.
6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba.
1. Tumor :
a. Karsinoma.
b. Adenoma.
c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal.
2. Infeksi
a. Aspergilloma.
b. b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).
c. c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru
4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru
a. Sistemic Lupus Eritematosus
b. Goodpasture’s syndrome
c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.
d. Bechet’s syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma
a. Kontusio pulmonal.
b. Transbronkial biopsi.
c. Transtorakal biopsi memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah
a. Malformasi arteriovena.
b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis
3. Patofisiologi
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya
untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis
yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori
terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama
dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya
hipervaskularisas i bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih
banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya
pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah
cukup untuk menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme
pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler Distensi pembuluh darah akibat
kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut
dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler Akibat adanya reaksi antibodi terhadap
membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas
tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh
darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada
bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal
ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan
pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis
masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
4. Pathway
Terjadi robekan ankurisna areti Gangguan pemenuhan Terjadinya penyebaran (lesi yang
pilnelis pada dinding kebutuhan istirahat meluas, limfogen, hematogen)
Stesol Epineprin
Peningkatan suhu Mual, muntah
Gangguan bersih jalan Nadi meningkat tubuh
nafas tidak efektif Anoreksia
Payah jantung
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
5. Manifestasi klinis
1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan
2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam saluran
napas
3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan (DS)
4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari
kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman
5. Bisa berlangsung beberapa hari
6. Penyebabnya : kelainan paru
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh
tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan
syok hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam
jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
7. Pemeriksaan penunjang
a. X-foto Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa adanya
infiltrat. Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.
b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis Pemeriksaan sputum BTA memastikan
diagnosis TB. Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di
lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu
pagi – sewaktu.
c. Pemeriksaan mantoox test Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Data Demografi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
b. Keluhan Utama: Pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan
berat badan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien hemaptoe sering panas lebih dari dua
minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah, dan
berkeringat banyak pada malam hari.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mempunyai riwayat tertentu seperti penyakit
jantung, TBC dll.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: biasanya keluarganya mempunyai penyakit
menular atau tidak menular.
f. Riwayat psikososial Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis
pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan
terhadap penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang
kumuh dan kotor, keluarga yang belum memahami tentang kesehatan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB
menurun.
b. Thorax Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal (Barrel chest)
c. Paru Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing
atau ronkhi.
d. Jantung Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan e. Abdomen Biasanya
terdapat pembesaran limfa dan hati
3. Pengkajian 11 Pola fungsional Gordon
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan
kebiasaan olahraga.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Umumnya nafsu makan menurun, diet khusus / suplemen, fluktasi berat baan
dan anoreksia.
3. Pola Eliminasi
Umumnya pasien tidak mengalami gangguan eleminasi
4. Pola Aktivitas
Bagaimana pasien melakukan pekerjaan. Sebelum sesak kegiatan apa saja
yang dilakukan pasien setiap harinya.
5. Pola Istirahat Tidur
Umumnya pasien mengalami gangguan pola tidur / istirahat.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Umumnya pasien tidak mengalami gangguan pada indera.
7. Pola Peran
Hubungan Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar cukup
baik.
8. Pola Seksualitas/Reproduksi
Bagaimana respon seksualitas pasien.
9. Pola Koping Toleransi Stress
Penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah.
10. Pola Keyakinan Nilai
Apa dan bagaimana keyakinan pasien.
11. Pola Konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Syok hemoragic berhubungan dengan batuk darah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau
darah.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
3. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehata klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ;
EGC.
Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media
Aesculapius.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN TB DENGAN HEMOPTU DI
RUANGAN INTERNA LAKI RSUD DR. M. HAULUSY
AMBON
6. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit
- Berat badan : 60 Kg Tinggi Badan: 170 cm.
- Jenis makanan : nasi, ikan, sayur.
- Makanan yang disukai : semua jenis makanan
- Makanan yang tidak disukai : tidak ada
- Makanan pantantangan : tidak ada
- Nafsu makan : ( √ ) Baik
- Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
Perubahan setelah sakit :
- Jenis diet : Makanan bubur Nafsu makan : tidak nafsu makan
- Rasa mual : tidak ada
- Porsi makan : setengah porsi makan
Cairan: Intake 3 gelas (750 cc/hari), IVFD: terpasang
7. Pola eliminasi
Sebelum Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1 kali/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : pagi
Konsistensi : normal
b. Buang air kecil
Frekuensi : 3 kali/hari ± 500cc, Warna : kuning Bau : pesing
Keluhan Lain : tidak ada
Perubahan setelah Sakit :
a. Buang air besar
Frekuensi : 1 x/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : tidak menentu
Konsistensi : lembek
b. Buang air kecil
Frekuensi : 1 kali/hari ± 200cc Warna : kuning
Bau : pesing Keluhan Lain : kencing sedikit
8. Pola tidur dan istrahat
Sebelum sakit :
Waktu Tidur (jam)
Malam : Pukul 22.00 – 05.00
Siang : Pukul 13.00 – 14.00
Lama tidur / hari : ± 8 jam
Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
Kesulitan dalam tidur : tidak ada
Perubahan setelah sakit :
Malam : Pukul 00.00 – 05.00
Siang : tidak pernah
Lama tidur / hari : ± 5 jam
9. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit.
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Karyawan swasta
b. Olahraga : Tidak ada
Frekuensi : -
c. Kegiatan diwaktu luang : keluarga pasien mengatakan berkumpul sama
keluarga
Perubahan setelah sakit : lebih banyak menghabiskan waktu di atas tempat tidur,
ADL dibantu keluarga
10. Pola pekerjaan
Sebelum Sakit :
a. Jenis pekerjaan : Swasta Lamanya : ± 15 tahun
b. Jumlah jam kerja : tidak menentu
c. Jadwal kerja : Setiap hari
Perubahan setalah sakit
- Istirahat total di tempat tidur di Rumah Sakit
- Pasien merasa pusing, lemas, sesak nafas
47
55
23 17 13
Keterangan :
G1 : Kakek dan Nenek pasien telah meninggal dunia karena faktor usia .
G2 : Ibu pasien anak ke kedua dari empat bersaudara sedangkan ayah pasien adalah
ayah pasien sejak kecil dan tidak memiliki riwayat penyakit menular
G3 : klien anak pertama dari dua bersaudara dan hanya klien yang memiliki penyakit
TB dengan hemoptu
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Pada saat dilakukan pengkajian lingkungan sekitar klien terlihat bersih, tidak ada keadaan
yang akan membahayakan klien, klien tinggal di lingkungan masyarakat, dan di sekitar
rumah klien bersih, tidak ada polusi udara.
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual: pasien mengatakan dulu sebelum sakit tidak ada
gangguan seksualnya dan sesudah pasien sakit sudah tidak pernah
berhubungan lagi karena terbaring di rumah sakit.
b. Pemahaman tentang seksual: pasien dan keluarga nampak paham tentang
seksual
6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan: sendiri, istri
b. Yang di sukai tentang dirinya: anggota badan
c. Yang ingin di rubah dari kehidupan: menjaga pola makan serta menjaga
kesehatan
d. Yang di lakukan jika stress: diam
7. Sistem dan nilai kepercayaan;
a. Siapa atau apa sumber kekuatan: Tuhan dan kedua orang tua
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting bagi anda: pasien dan keluarga
mengatakan Allah SWT adalah tuhannya sumber kepercayaannya karena
pasien menganut agama Islam
c. Kegiatan agama yang ingin di lakukan di RS: berdoa dan beribadah.
VII. PENGKAJIAN FISIK
1. Tingkat kesadaran: composmentis
Keadaan umum : Lemah
Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg. P: 26x/i. N: 110 x/i. S: 37,20C
Ekspresi wajah :-
2. Kepala
a. inspeksi :
Bentuk Kepala : normal
Kesimetrisan Muka, Tengkorak : simetris kiri – kanan
Warna/distribusi rambut/kulit kepala : hitam panjang, tipis, bersih
b. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan dan massa pada kepala
3. Mata
a. Inspeksi:
- Kelopak mata : udem
- Konjungtiva: anemis/pucat
- Skelera: tidak ikterus
- Pupil : isokor kiri dan kanan
- Reaksi terhadap cahaya : ada reflex terhadap cahaya
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
- Tidak ada massa tumor
c. Lain-lain.
Fungsi penglihatan:
pasien tidak ada ganguan dalam penglihatan
4. Telinga
a. Inspeksi
Nampak simetris kiri dan kanan
Tidak Nampak ada massa/benjolan
b. Palpasi:
Daun telinga lentur jika di tekuk ke depan, daun telinga akan kembali
ke posisi normal jika di lepas,
Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga.
5. Hidung
a. Inspeksi:
Tidak nampak ada epitaksis (perdarahan),
Tidak ada rinore,
Kemampuan penciuman baik,
Tidak ada pernapasan cuping hidung,
Tidak nampak adanya polip
b. Palpasi:
Tidak terdapat adanya obstruksi dan sinusitis,
Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
c. lain-lain:-
6. Mulut dan tenggorokan
a. Inspeksi:
Mukosa pucat
gigi dan lidah nampak bersih,
tidak nampak adanya peradangan pada gusi.
b. Palpasi:
Tidak teraba adanya pembesaran abnormal pada tonsil
Kesulitan menelan: tidak ada
c. Lain-lain: tidak ada
7. Dada, leher dan paru-paru
a. Inspeksi:
Bentuk dada simetris kiri dan kanan
Irama pernapasan : regular
Pengembangan dada pada waktu bernapas simetris kiri dan kanan
Penggunaan otot bantu napas : ada
b. Palpasi:
Taktil premitus, normal
tidak adanya massa dan nyeri tekan.
c. Auskultasi:
Bunyi napas vesikuler
d. Perkusi:
Suara perkusi sonor ICS 1 dan 4, ICS 5-6 redup
8. Jantung
a. Inspeksi:
Denyut apeks terlihat pada ics 5 kira-kira 2 – 3 cm, sebelah medial garis mid
clavikula (iktus kordis)
b. Palpasi :
Denyut teraba pada ics 5 kira-kira 2 – 3 cm sebelah medial garis mid
clavikula kiri.
c. Perkusi :
Suara perkusi resonan pada ics 2 dan 5
Batas-batas jantung pada ics 2 dan 3 dan apeks jantung di bagian bawah
Apeks ventrikel kiri menyentuh dinding anterior dada dan sejajar pada garis
mid clavikula dan dekat dengan spasium ics 5 -6
d. Auskultasi :
Bunyi jantung I murni (lub)
Bunyi jantung II murni (dub)
Tidak terdapat adanya bunyi jantung tambahan yang patologis
9. Abdomen:
a. Inspeksi:
Perut acites, simetris kiri dan kanan
b. Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
c. Perkusi:
Terdengar bunyi redup
Lain-lain : Lingkar Perut 120 cm
10. Genetalia,anus dan Status Reproduksi:
Tidak ada kelainan
11. Ekstremitas :
CRT 3 detik
Tangan dan kaki terasa berat untuk bergerak
Udema derajat II
12. Status neurologi
a. Fungsi cerebral
- Tingkat kesadaran
E: membuka secara spontan :4
M: orientasi baik :6
V: mengikuti perintah :5
Skor GCS : 15
- Tingkat kesadaran komposmentis
- Koordinasi baik
- Orientasi: klien dapat membedakan waktu, lingkungan dan orang.
- Sensasi: klien dapat membedaakan panas dan dingin
b. Fungsi cranial
- Nervus I (olfaktorius)
Rangsangan penghidu: dapat merasakan rangsangan bau
- Nervus II (optikus)
Ketajaman penglihatan baik
- Nervus III, IV dan VI (okulomotorius, troklearis, abdusens)
Gerak bola mata: klien dapat menggerakan bola mata keatas da bawah
- Nervus V (trigeminus)
Klien dapat mengunyah dengan baik
- Nervus VII (fasialis)
Bentuk wajah simetris kiri dan kanan
- Nervus VIII (Akustikus)
Ketajaman pendengaran: klien dapat mendengar
Keseimbangan: pendengaran seimbang
- Nervus IX (glosofaringeus)
Motorik: reflex menelan baik
Sensorik: pengecapan baik
- Nervus X (vagus)
Klien dapat menelan airliurnya
- Nervus XI (aksesorius spinalis)
Memutar kepala melawan tekanan: dapat memutar kepala
- Nervus XII (hipoglosus)
Menjulurkan lidah
c. Reflex
- Biseps : ekstensi pada ketukan lengan dalam
- Trisep : fleksi pada kekuatan lengan luar
- Patella : ekstensi pada ketukan lutut
- Babinski : fleksi pada jari kaki
VIII. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil: 12-11-2020 Jam 14.00 WIT
No Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Nilai Normal (satuan)
1 Gula darah sewaktu 99 70-140 mg/dL
2 SGOT 39 Pria : < 42 U/L
Wanita : < 43 U/L
3 SGPT 23 Pria : < 47 U/L
Wanita : < 39 U/L
4 Ureun 42,3 10-50 mg/dL
5 Kreatinin 1,0 0,5-1,1 mg/dL
6 Foto thorax TB dengan Hemoptu
7 Sputum BTA +TBC 3
12/11/2020
IX. TERAPI MEDIS
Obat-obatan:
Batuk lendir
Batuk darah
DO:
Tampak batuk darah disertai
lendir
Lendir berwarna kekuningan
1. Bersihin jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Penumpukan sputum yang
berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake yang
tidak adekuat
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi
INTERVENSI
EVALUASI
No Waktu Diagnosa Evaluasi
(Tgl & jam)
1 17.00 WIT Bersihin jalan nafas tidak S : Pasien mengatakan :
(12-11-2020) efektif b/d Penumpukan - Masih batuk
sputum yang berlebihan
O:
- Pasien masih batuk berlendir
- RR 24x/menit
O:
- Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan