You are on page 1of 33

 

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
 berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini. Makalah ini membahas Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil beresiko
: HIV AIDS.

Pada dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan


 pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pad
padaa
ibu hamil yang beresiko HIV AIDS.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saram dari pembaca sangat
 penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Prabumulih, November 2019

Penyusun

1
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................


...................................................................
......................................
................ 1

DAFTAR ISI ....................................................


..........................................................................
.............................................
......................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................


......................................................
............................................
........................
.. 3

LATAR BELAKANG MASALAH............................................


............................................................
................ 3

TUJUAN UMUM & KHUSUS ..........................................


.................................................................
......................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ...............................................


......................................................................
...........................
.... 7

PENGERTIAN.............................................................
...................................................................................
...............................
......... 7

ETIOLOGI .............................................
...................................................................
............................................
...............................
......... 7

PATOFISIOLOGI.........................................
...............................................................
............................................
...................... 10

MANIFESTASI KLINIK ............................................


...................................................................
.............................
...... 14

PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................


.......................................................
.............................
....... 16

INTERVENSI ATAU MANAJEMEN KEPERAWATAN ..................... 17

BAB III TINJAUAN KASUS.............................................


....................................................................
.........................
.. 19

GAMBARAN KASUS ............................................


..................................................................
.................................
........... 19

ANALISA DATA ...........................................................


..................................................................................
..........................
... 20

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI............................................


...................................................
....... 23

EVALUASI............................................
..................................................................
............................................
.............................
....... 27

BAB IV PENUTUP ........................................................


..............................................................................
.............................
....... 32

KESIMPULAN .........................................
...............................................................
.............................................
..........................
... 32

SARAN ..........................................
.................................................................
.............................................
....................................
.............. 32

DAFTAR PUSTAKA ..........................................


................................................................
........................................
.................. 33

2
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah


1.  Insiden Kasus
HIV telah menjadi masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan
masyarakat dunia. Sejak tahun 2007 telah tercatat
te rcatat ODHA (orang dengan
HIV-AIDS) didunia mencapai 33,2 juta (30,6-36,1 juta). Setiap hari
diperkirakan lebih dari 6800 orang terinfeksi HIV dan 5700 orang
meninggal karena HIV.

Tahun 2006 prevalensi pada populasi umum mencapai 2,4% (Kemenkes


RI, 2011). Jumlah daerah yang melaporkan kasus HIV-AIDS
mengalami peningkatan, pada akhir tahun 2000 ditemukan 16 provinsi
yang melaporkan kasus HIV , pada akhir tahun 2003 jumlah tersebut
meningkat menjadi 25 provinsi dan tahun 2006 meningkat tajam
menjadi 32 provinsi. Berdasarkan beberapa hasil pemodelan berbasis
data prevalensi HIV di Indonesia, diperkirakan dalam rentang waktu
2008-2015, secara kumulatif akan terdapat 44.180 anak yang dilahirkan
dari ibu positif HIV.

Marya Yenita Sitohang,2018, menyebutkan bahwa meskipun hasil


 penelitian pada tahun 2003-2010 di 8 provinsi di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi HIV AIDS pada ibu hamil tergolong
rendah, hal ini tidak membuat HIV AIDS pada ibu hamil menjadi
masalah kecil.

Pada periode awal penularan HIV AIDS tahun 1987-1997 selalu


diasosiasikan dengan PSK dan dan lelaki seks dengan lelaki (LSL)
sebagai kelompok beresiko. Pada tahun 1997-2007 bergeser pada
kelompok pengguna NAPZA dengan jarum suntik. Sejak 2007 sampai
saat ini trend berpindah pada kelompok ibu rumah tangga yang
didalamnya adalah ibu hamil.

3
 

Sebanyak 4.9 juta ibu rumah tangga menikah dengan pria beresiko
tinggi dan sebanyak 6.7 juta laki-laki di Indonesia merupakan pembeli
seks. Kelompok beresiko PSK hanya menyumbang 3.4% penularan HIV
AIDS , sedangkqn ibu rumah tangga , karyawan swasta dan wirausaha
menyumbang 40.3% dalam jumlah kasus AIDS di Indonesia tahun
2016.

2.  Kegawatan Kasus


United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) jumlah orang
dengan HIV mengalami peningkatan di 50 negara termasuk Indonesia.
Lebih dari 1.8 juta orang baru terinfeksi virus HIV pada tahun 2017.
Terdapat 180 ribu anak usia 0-14 tahun terinfeksi virus mematikan ini
dan 110 ribu anak meninggal karena penyakit yang terkait dengan
AIDS.

Transmisi secra vertical dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV
kepada janinnya saat hamil, saat persalinan dan setelah melahirkan
melalui pemberian ASI. Angka penularan selama kehamilan mencapai
5-17%, saat persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI 10-20%.
Keseluruhan risiko penularan pada masa perinatal akan tetap tinggi yaitu
25-45% jika ibu hamil tidak dapat intervensi dan layanan PPIA
(Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak).

Pada tahun yang sama terdapat 36.9 juta orang hidup dengan HIV, dan
1.8 juta antara nya adalah anak dibawah 15 tahun. Diperkirakan terdapat
8.604 bayi dengan HIV lahir setiap tahun. Bayi dengan HIV harus
mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV) seumur hidupnya dan
kemungkinan yatim piatu juga sangat besar dialami oleh anak lahir dari
ibu dengan HIV AIDS.

4
 

3.  Peran Perawat


Factor penyebab penularan yang terpenting yaitu jumlah virus dalam
darah ibu hamil, sehingga tiap ibu hamil yang positif HIV harus
dideteksi, ibu hamil harus mendapatkan terapi ARV dan diberikan
langsung seumur hidup tanpa terputus.

Beberapa program implementasi pengendalian HIV AIDS di Indonesia


yaitu : mobilisasi masyarakat, partisipasi pria, layanan ANC untuk ibu
hamil, konseling dan tes HIV sukarela, pemberian ARV, konseling
 pemberian makanan bayi, layanan persalinan yang aman, dan dukungan
 psikososial dan perawatan.

4.  Ketertarikan Pemilihan Judul


Penulis tertarik memilih judul Ibu Hamil Beresiko : HIV AIDS karena
kejadian HIV AIDS pada ibu hamil semakin meningkat yang rata-rata
ditemukan pada usia 20-29 tahun. HIV AIDS pada ibu
i bu hamil juga dapat
menyebabkan masalah yang lebih berat karena dapat membahayakan
keselamatan jiwa ibu dan menular kepada bayi
ba yi melalui masa kehamilan,
saat melahirkan dan menyusui.

B.  Tujuan Umum dan Khusus


1.  Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit HIV AIDS pada ibu hamil dan dan mampu
membuat asuhan keperawatan ibu hamil resiko : HIV AIDS.

2.  Tujuan Khusus


a)  Mengetahui pengertian dari ibu hamil beresiko : HIV AIDS
 b)  Mengetahui etiologi dari ibu hamil beresiko : HIV AIDS
c)  Mengetahui patofisiologi ibu hamil beresiko : HIV AIDS
d)  Mengetahui manifestasi klinik pada ibu hamil beresiko : HIV AIDS
e)  Mengetahui pemeriksaan lab dan diagnostic pada ibu hamil beresiko
: HIV AIDS

5
 

f)  Mengetahui intervensi keperawatan atau manajemen keperawatan


 pada ibu hamil beresiko : HIV AIDS
g)  Mengetahui asuhan keperawatan pada ibu hamil HIV AIDS

6
 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 
A. Pengertian
HIV atau Human Immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih (limfosit) didalam tubuh manusia. Limfosit berfungsi
membantu melawan bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh dan
menyebabkan AIDS.

HIV termasuk keluarga retro virus yaitu virus yang mampu mengcopy,
mencetak serta memasukkan materi genetic dirinya kedalam sel tuan rumah.
Virus ini melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro) yaitu dari

RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA manusia,


membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan stadium akhir


abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi
HIV. Acquired artinya tidak diturunkan tetapi ditularkan dari satu orang ke
orang lainnya. Immune artinya system daya tangkal tubuh terhadap
 penyakit. Deficiency artinya tidak cukup atau kurang. Syndrome adalah
kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS
merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh. Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal
yang sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini
akan dibahas mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat
terjadi dalam kehamilan.

B.  Etiologi
Berikut ini antara lain penjelasan penyebab dari HIV pada ibu dan bayi :

7
 

1.  Dengan melihat tempat hidup HIV, tentunya bisa diketahui penularan
HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik dan
alat-alat penusuk (tato, penindik, dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu
hamil yang mengidap HIV kepada jani atau di susui oleh wanita
 pengidap HIV.
2.  Bayi yang di lahirkan oleh ibu yang terkena HIV
H IV lebih mungkin tertular.
3.  Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, bayi lebih mungkin
tertular jika persalinan berlanjut lama.
4.  Selama proses persalinan, bayi keadaan beresiko tertular oleh darah ibu.
5.  ASI dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus tersebut. Jadi
 jika bayi disusui oleh ibu HIV (+) , bayi bisa
bisa tertular.

Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut:
be rikut:

1)  Janin dengan ibu yang terjangkit HIV


2)  Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik.
3)  Pekerja seks komersial
4)  Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin

Gambaran tahapan perjalanan alamiah infeksi HIV secara umum


ditandai dengan enam tahap, yaitu :
1.  Infeksi virus (2-3 minggu setelah virus masuk)

Virus mulai bekerja mereplikasi diri dalam sel tubuh seseorang


terinfeksi (terutama sel T CD4 dan Makrofag). Replikasi dari virus
dilakukan dalam kelenjar limfe regional orang yang terinfeksi.
2.  Sindrom Retroviral Akut (kurang lebih 2-3 minggu)
min ggu)
Disertai dengan penyebaran HIV ke organ limfoid, saluran cerna,
dan saluran genital. Setelah mencapai puncak penyebaran virus,
 jumlah virus dalam plasma atau viral load menurun bersamaan
dengan berkembangnya respon imunitas seluler. HIV
mempengaruhi system kekebalan tubuh dengan menghasilkan

antibody khas untuk HIV. Waktu masuknya infeksi dan terbentuk

8
 

antibody butuh waktu 2-12 minggu. Terbentukya antibody dapat


dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Masa ini dikenal
dengan masa jendela / window periode. Hampir 30-50% orang
mengalami infeksi akut
akut pada
pada periode ini dengan tanda gejala
gejala
demam, pembesaran kelenjar getah bening, keringat malam, ruam
kulit, sakit kepala dan batuk, kondisi dialami 2-3 minggu.
3.  Reaksi Serokonversi (dalam 2-4 minggu)
Suatu reaksi perubahan tes antibody
antibody HIV yang semulan negative
menjadi positif, terjadi dalam 2-4 minggu.
4.  Infeksi Kronis Asimtomatis/ Dini (berjalan selama 8 tahun)
Dengan menurunnya penyakit primer pada reaksi serokonversi,
kebanyakan pasien mengalami masa asimptomatis yang lama,
namun replikasi virus terus berlanjut diikuti dengan perusakan
limfosit CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah sindrom
kekurangan daya kekebalan tubuh yang progresif (Progressive
Immunodeficiency Syndrome).
5.  Infeksi Simptomatis / Antara
Komplikasi kelainan kulit selaput lendir mulut dan gejala
kontitusional lebih sering terjadi. Penyakit kulit seperti herpes
zoster, fokulitis bacterial, psoriasis, dan ruam yang tidak diketahui
sebabnya dan mungkin resisten terhadap pengobatan standar.
Kutil sering muncul pada kulit maupun daerah anogenital, sariawan
dan gingivitis ulcerative nekrotik akut komplikasi yang sulit diobati.
Gejala konstitusional seperti demam, berat badan turun, kelelahan,
nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri kepala. Diare berulang, sinusitis
 bacterial sering terjadi, dan nefropati (kelainan ginjal) dapat juga
terjadi.
6.  Infeksi HIV Simtomatis Lanjut/ AIDS (berjalan 1-3 ta
tahun)
hun)
Penyakit stadium lanjut ditandai oleh suatu penyakit yang
 berhubungan dengan penurunan imunitas yang serius. Perkembang
virus HIV menjadi AIDS tergantung pada factor usia <5 tahun atau
>40 tahun menjadi sangat cepat perkembangan nya, factor infeksi

9
 

lain, factor genetic, dan keganasan. Keadaan ini disebut sebagai


infeksi oportunistik.

C.  Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T – helper
helper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah
virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid)
 berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim
enzi m
yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian
dari DNA manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel
 jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan virus – virus
virus HI. Enzim
lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus – virus
virus
yang baru. Virus –   virus
virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak
 bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini
adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak
sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang
oleh infeksi dan penyakit – 
 – 
 penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang. Respons tubuh secara
alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel – 
sel – sel
sel yang
terinfeksi dan mengantikan sel – 
 – sel
sel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari
dar i
sel  – 
– sel
sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800 – 1200
1200 sel/ml kubik
darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel  – 
– sel
sel CD4+ T – nya
nya terhitung
dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi  – 
– infeksi
infeksi
oportunistik.

Infeksi – 
 – infeksi
infeksi oportunistik adalah infeksi  – 
– infeksi
infeksi yang timbul ketika
sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang
sehat infeksi  – 
– infeksi
infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka
tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal penyakit
klinis yang tinggi pada ibu-ibu yang anaknya menderita penyakit.
Tindakan pencegahan universal dilakukan terhadap ibu dan bayi, seperti

10
 

yang dilakukan terhadap semua pasien. Wanita dan bayinya diarahkan


 pada dokter yang berpengalaman dalam pengobatan AIDS dan keadaan-
keadaan -
keadaan yang menyertainya. Pengaruh infeksi pada bayi dan neonatal
mungkin tidak jelas. Karena virus yang melalui plasenta, darah di tali pusat
akan menunjukkan antibody HIV baik apabila bayi terinfeksi ataupun
tidak. Selama itu antibody yang melalui palang plasenta mungkin tidak
terdapat pada bayi yang tidak terinfeksi sampai usia 15 bulan. Ketika
infeksi HIV menjadi aktif banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada
orang dewasa terjadi pada bayi. Komplikasi yang menyertai infeksi HIV
 pada bayi mencakup Enchephalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif,
system saraf pusat (CNS/central nervous system) Lhympoma, Cerebro
Vaskuler Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty.

Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode :

1.  Periode kehamilan


Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil.
Disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus
oleh virusitu sendiri. Oksigen, makanan, antibody dan obat obatan m
emang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta
 justru melindungi janin dari infeksi
infeksi HIV. Perlindungan
Perlindungan menjadi tidak
efektif apabila ibu:
a)  Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria)
 pada plasenta selama kehamilan.

 b)  Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya


muatan virus pada saat itu.
c)  Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d)  Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak
langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke
anak.
2.  Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi

 fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi

11
 

dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama


 proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi.
Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
dengan section
 section
caesaria. Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari
ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama robeknya
membran.
a)  Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau
infeksi lainnya).
 b)  Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi
dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
c)  Anak pertama dalam kelahiran kembar
3.  Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI
Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu
yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar10-
15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui
m enyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a)  Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif
akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
 b)  Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan
 putting susu dan infeksi payudara
payudara lainnya.
c)  Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan
infeksi.
d)  Status gizi ibu yang buruk.

Cara penularan HIV yang hingga kini diketahui adalah :


1.  Transmisi Seksual 
Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual
maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling
sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina
atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
 pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan

12
 

 pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada
 penelitian Darrow (1985)  ditemukan resiko seropositive untuk zat anti
terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada
 pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan
berhubungan seksual dengan
 berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi
terinfeksi virus HIV.
   Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas
homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua
s emua
golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan
 perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya
khususnya
 bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seorang
 pegidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rectum yang sangat
tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan
secara anogenital.
   Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan
heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah
kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang
mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.

2.  Transmisi Non Seksual


  
Transmisi Parenral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat
tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan
narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara
 bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui
mela ui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu.
Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%.
-  Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-

negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi

13
 

melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena


ka rena darah
donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular
infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%.
  Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil,melahirkan
dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk
 penularan dengan resiko rendah.

D.  Manifestasi Klinik


Tahapan klinis infeksi HIV pada dewasa dan remaja >13 tahun menurut
WHO (1989) diklasifikasikan menjadi 4 tahap klinis. Tahapan ini
merupakan modifikasi dari Eastern Cooperative Oncology Group Score
dengan menambahkan tanda dan gejala penyakit, aktivitas fisik dalam setiap
tahap.
1.  Stadium Klinis I
a.  Asimtomatis (tanpa gejala)
 b.  Dalam hal ini, ibu dengan HIV positif tidak akan ,menunjukkan
gejala klinis yang berarti, sehingga ibu akan tampak sehat seperti
orang normal.
c.  Limfadenopati generalisata persistent
d.  Skala penampilan : aktivitas normal
2.  Stadium Klinis II
a.  Ibu dengan HIV sudah menunjukkan gejala yang ringan.
 b.  Penurunan berat badan yang sedang, tanpa penyebab yang jelas
<10% dari perkiraan berat badan sebelumnya.
c.  Manifestasi mukokutaneus minor (dermatitis seborhoic, prurigo,
infeksi jamur pada kuku)
d.  Infeksi oral berulang-ulang (ulkus mulut yang berulang, keilitis
angularis)
e.  Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

14
 

f.  Infeksi saluran pernafasan berulang (sinusitis, tonsillitis, otitis


media, faringitis)
g.  Ruam kulit pada lengan dan tungkai yang gatal (Papular Pruritic
Eruptions)
h.  Skala penampilan : simtomatis dan aktivitas normal
3.  Stadium Klinis III
a.  Ibu dengan HIV sudah tampak lemah dan gejala infeksi sudah
s udah mulai
 bermunculan
 b.  Penurunan badan yang banyak tanpa sebab yang jelas >10% dari
 berat badan sebelumnya)
c.  Diare kronis dengan penyebab tidak jelas >1bulan
d.  Demam suhu >38℃ yang tidak diketahui penyebab nya, hilang
timbul/menetap selama >1bulan
e.  Kandidiasis pada mulut (Trust)
f.  Oral Hairy Leukoplakia pada lidah
g.  Tuberculosis paru dalam setahun terakhir
h.  Infeksi bacterial berat : pneumonia, empiema, meningitis,
 piomiositis, infeksi tulang atau sendi, bakteraemia)
i.  Stomatitis, gingivitis atau periodontitis nekrotikan ulseratif akut.
4.  Stadium Klinis IV
a.  Pasien akan menjadi AIDS dan infeksi mulai bermunculan dimana-
mana dan cenderung berat
 b.  Sindroma wasting HIV
c.  Pneumonia pneumosistis (jiroveci)
d.  Pneumonia bacteri berat berulang
e.  Toksoplamosis pada system saraf pusat, otak, abses pada otak
f.  Meningitis kriptokokus
g.  Encefalopati HIV
h.  Cryptosporidiosis dengan diare >1bulan
i.  Cryptococcosis extrapulmonary
 j.  Isosporiasis kronis
k.  Mikosis profunda

15
 

l.  Septisemia yang berulang


m.  Tuberculosis extraparu
n.  Renitis cytomegalovirus
o.  Cytomegalovirus
 p.  Infeksi herpes simplek kronis
q.  Progressive multifocal leukoencephalopati (PML)
r.  Candidiasis esofagal
s.  Infeksi mycobacterium non-tuberculosis yang menyebar
t.   Non typoid salmonella extra pulmonary tuberculosis
u.  Lymphoma
v.  Sarcoma kaposi
w.  Kanker serviks invasive
x.  Leishmaniasis atipikal diseminata
y.  Skala penampilan : berada ditempat tidur >50% dalam sehari selama
1 bulan.

E.  Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


1. Tes untuk diagnosis infeksi virus HIV/AIDS :
- ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
- Western Blot Assay
- Rapid Test
- Pemeriksaan Antigen p24 maupun Polymerase Chain Reaction (PCR)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Jumlah CD4
- Viral load plasma
- LED
- Hematokrit.
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

16
 

F.  Intervensi atau Manajemen Keperawatan


1.  Mobilisasi Masyarakat
a.  Penyuluhan pada ibu hamil dan pasangannya, motivasi ibu hamil
agar mau memeriksakan kehamilan nya ke layanan ANC
 b.  Menyebarluaskan pesan tentang HIV AIDS untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat dan mengurangi stigma serta diskriminasi
terhadap ODHA
c.  Memanfaatkan kader (Ibu PKK, tokoh masyarakat) untuk
memotivasi ibu hamil menghadiri penyuluhan kesehatan.
2.  Partisipasi Pria
a.  Mendukung ibu hamil ke layanan ANC
 b.  Membantu ibu hamil pada saat penting : ikut tes HIV, mengambil
hasil tes, menggunakan obat ARV, memilih makanan bayi
3.  Layanan ANC untuk ibu hamil
a.  Diintegrasikan dengan paket pelayanan ANC diseluruh jenjang
sarana layanan kesehatan
 b.  Petugas kesehatan memberikan informasi tentang arti penting
konseling dan tes HIV sukarela
4.  Konseling dan tes HIV sukarela
a.  Ibu hamil dengar kesadaran sendiri menentukkan sikap untuk
menjalani atau tidak menjalani konseling dan tes HIV
 b.  Tidak boleh ada paksaan
c.  Perlu ruang khusus untuk menjamin kerahasiaan klien
d.  Pra test konseling dan post tes konseling
5.  Pemberian ARV
a.  Dibawah pengawasan dokter
 b.  Jelaskan efek samping yang dapat terjadi
c.  Post partum, ARV dilanjutkan untuk meningkatkan kualitas hidup
ibu. Sebaiknya ada pendamping minum ARV karena tingkat
kepatuhan sangat menentukan efektivitas hasil penggunaan ARV
6.  Konseling pemberian makan bayi

17
 

a.  Ibu hamil dengan HIV + perlu diberi konseling agar mampu
memberi keputusan tentang makanan yang akan diberikan pada bayi
 b.  Pilihan I : susu formula selama satu tahun
c.  Pilihan II : ASI ekslusif selama 4-6 bulan bila susu formula tidak
memungkinkan dan tidak memenuhi AFASS
d.  Tidak boleh diberikan ASI dicampur susu formula
7.  Layanan persalinan yang aman
a.  Ibu hamil perlu diberi konseling agar memiliki informasi yang
cukup untuk memberikan keputusan sendiri tentang cara persalinan
yang akan dijalani nya.
 b.  Untuk mengurangi risiko penularan HIV ibu dapat menjalani
 persalinan section caesarea walaupun tindakan persalinan per
vaginam dapat juga dijalani
8.  Dukungan psikososial dan perawatan
a.  Ibu hamil perlu terus mendapat dukungan psikologis dan social
setelah melahirkan apalagi ibu hamil membutuhkan ARV jangka
Panjang
 b.  Perlu ada hubungan kerja yang baik antara RS dengan LSM dalam
memberikan layanan rujukan medis dan psikososial.

18
 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 
A. Gambaran Kasus
 Ny. H berusia 36 tahun datang ke sebuah
s ebuah RS untuk memeriksa kehamilan.
Saat ini Ny.H sedang menjalani kehamilan nya yang ketiga. Anaknya
 pertama perempuan, kini
kini berusia 12 tahun. Kehamilan kedua
kedua berlangsung 9
tahun lalu, namun mengalami keguguran. Saat itu Ny.H tidak berniat untuk
hamil lagi.

Akan tetapi 8 tahun yang lalu


lal u suaminya meninggalkan rumah dan menikah
lagi. Ny.H tidak mengetahui kabar suaminya lebih lanjut, namun beberapa

orang mengatakan suaminya telah meninggal. Karena itu empat tahun yang
lalu Ny. H menikah lagi dan ingin punya anak dari suami keduanya. Ny.H
mengatakan suaminya yang kedua ini belum pernah cek HIV namun pernah
menikah dengan wanita penggunan NAPZA jenis suntik.

Hari pertama haid terakhir adalah 15 minggu yang lalu. Tidak ada keluhan
yang dirasakan pada kehamilan saat ini, serta tidak ada temuan signifikan
 pada riwayat kehamilan dan pemeriksaan fisik.
fisi k. Klien menanyakan apakah
 penyakitnya bisa menyebabkan keguguran. Apakah bayinya kelak akan

lahir dengan HIV juga, apakah klien akan diberi pengobatan segera dan
apakah efek samping untuk janin nya.

-  Berikut adalah hasil pemeriksaan penunjang Ny. H pada control 1bulan


yang lalu di RS. Hemoglobin 11.9 g/dl, MCV 82 fl, leukosit 4.1 x 10ꝰ /L,
trombosit 129 x 10ꝰ /L, golongan darah B+, HIV positif. Tekanan darah :
110/80 mmHg, HR : 105x/menit, Suhu : 36,5℃,
36,5℃, RR : 20x/menit. BB
sebelum hamil 55kg dan BB hamil 59 kg.
 Namun klien belum melakukan tindakan / pengobatan apapun
apapun karena masih

menyangkal hasil pemeriksaan HIV tersebut.

19
 

B.  Analisa Data


 Nama Klien : Ny “H” 
“H”  Tanggal : Minggu, 10 November 2019
Umur : 36 tahun
 No Data Etiologi Problem
1. DS : Imunosupresi, Resiko infeksi
-  Klien mengatakan malnutrisi, dan
tidak ada keluhan  pola hidup yang
 pada kehamilan saat  beresiko
ini
-  Klien mengatakan
suami kedua pernah
menikah dengan
wanita pengguna
 NAPZA jenis suntik
DO :
-  G3A1P1
-  HIV Positif
-  Stadium HIV :
stadium klinis 1
-  TD : 110/80 mmHg
-  HR : 105x/menit
-  Suhu : 36,5℃ 
36,5℃ 
-  RR : 20x/menit
-  BB : 59 kg
-  HPHT : 15 minggu
yll
-  Hb : 11,9 g/dl
-  MCV : 82 fL
-  Leukosit :
4,1x10ꝰ /L

20
 

-  Trombosit :
129x10ꝰ /L
-  Gol. Darah : B+
2. DS : Banyak stressor Perilaku kesehatan
-  Klien mengatakan dan dukungan cenderung beresiko
hasil tersebut bukan social tidak
hasil pemeriksaan adekuat
yang dilakukan nya
-  Klien mengatakan
tidak ada keluhan
 pada kehamilan saat
ini
-  Klien mengatakan
suami kedua belum
 pernah cek HIV
DO :
-  Klien belum
melakukan tindakan
/ pengobatan apapun
-  Klien masih
menyangkal hasil
 pemeriksaan HIV
tersebut.
-  Suami klien tidak
menemani klien
 berobat
-  G3A1P1
-  HIV Positif
-  Stadium HIV :
stadium klinis 1
-  TD : 110/80 mmHg
-  HR : 105x/menit

21
 

-  Suhu : 36,5℃ 
36,5℃ 
-  RR : 20x/menit
-  BB : 59 kg
-  HPHT : 15 minggu
yll
-  Hb : 11,9 g/dl
-  MCV : 82 fL
-  Leukosit :
4,1x10ꝰ /L
-  Trombosit :
129x10ꝰ /L
Gol. Darah : B+
3. DS : Keterbatasan Defisiensi
-  Klien bertanya kognitif  pengetahuan
apakah penyakitnya
 bisa menyebabkan
keguguran
-  Klien mengatakan
apakah klien akan
diberi obat segera
-  Klien mengatakan
apakah ada efek
samping untuk janin
nya
DO :
-  Klien tampak cemas
-  HR : 105x/menit
-  Klien banyak
 bertanya tentang
 penyakitnya dan
efek ke janin nya

22
 

C.  Intervensi Keperawatan dan Implementasi Keperawatan


Diagnosa Hasil yang Dicapai Intervensi
Intervensi Keperawatan
Keperawatan Implementasi
Keperawatan Keperawatan

Resiko infeksi Mengenali dan Independent : Independent :


 berhubungan mengikuti perilaku 1.  Kaji pengetahuan dan 1.  Mengkaji
dengan untuk menurunkan kemampuan klien  pengetahuan dan
imunosupresi, resiko infeksi 2.  Anjurkan klien dan kemampuan klien
malnutrisi, dan keluarga untuk 2.  Menganjurkan klien
 pola hidup yang mencuci tangan dan keluarga untuk
 beresiko sebelum dan setelah mencuci tangan
semua kontak sebelum dan setelah
 perawatan semua kontak
3.  Beri informasi tentang  perawatan
 penggunaan kondom
kondom 3.  Memberi informasi
selama kontak seksual tentang penggunaan
4.  Beri lingkungan yang kondom selama
 berventilasi baik kontak seksual
5.  Pantau tanda vital, 4.  Memberi lingkungan
termasuk suhu yang berventilasi
6.  Anjurkan untuk  baik
membersihkan kuku 5.  Memantau tanda
dengan sering vital, termasuk suhu
7.  Laporkan bila ada 6.  Menganjurkan untuk
 perubahan dalam membersihkan kuku
 pernapasan, sakit dengan sering
kepala, leher kaku, dan 7.  Melaporkan bila ada
aktivitas kejang  perubahan dalam
8.  Laporkan bila ada  pernapasan, sakit
nyeri uluhati, disfagia, kepala, leher kaku,
nyeri menelan, dan aktivitas kejang

23
 

 peningkatan kram 8.  Melaporkan bila ada


 perut, dan diare berat. nyeri uluhati,
9.  Anjurkan untuk selalu disfagia, nyeri
control kehamilan menel, peningkatan
(ANC) di layanan kram perut, dan
kesehatan. diare berat.
9.  Menganjurkan untuk
selalu control
kehamilan (ANC) di
layanan kesehatan

Kolaboratif : Kolaboratif :
1.  Beri obat-obatan 1.  Memberi obat-
sesuai indikasi dan obatan sesuai
anjuran dokter indikasi dan anjuran
2.  Anjurkan klien untuk dokter
kosultasi dengan ahli 2.  Menganjurkan klien
gizi terkait diet klien untuk konsultasi
dengan ahli gizi
terkait diet klien
Perilaku -  Mengungkapkan 1.  Evaluasi kemampuan 1.  Mengevaluasi
kesehatan kenyataan dan klien untuk kemampuan klien

cenderung  penerimaan memahami kejadian untuk memahami


 beresiko terhadap kondisi secara realistis dan kejadian secara
 berhubungan -  Menunjukan menghargai realistis dan
dengan banyak  peningkatan rasa 2.  Dorong klien untuk menghargai
stressor dan  percaya dan ikut serta dalam 2.  Mendorong klien
dukungan social  partisipasi pada kelompok dukungan untuk ikut serta
yang tidak  penyusunan 3.  Kaji system social dalam kelompok
adekuat rencana rencana dan adanya dukungan
tindakan dukungan, persepsi 3.  Mengkaji system

social dan adanya

24
 

-  Memulai terhadap kehilangan dukungan, persepsi


 perubahan gaya dan stressor. terhadap kehilangan
hidup yang akan 4.  Beri penyuluhan dan stressor.
memungkinkan kepada klien tentang 4.  Memberikan
adaptasi terhadap HIV AIDS, obat dan  penyuluhan kepada
situasi hidup saat emosi klien tentang HIV
ini 5.  Diskusikan perilaku AIDS, obat dan
resiko tinggi , missal emosi.
menggunakan 5.  Mendiskusikan
kondom ketika akan  perilaku resiko tinggi
 berhubungan seksual , misal menggunakan
dengan suami kondom ketika akan
 berhubungan seksual
dengan suami
Defisiensi -  Mengungkapkan Independent : Independent :
 pengetahuan  pemahaman 1. Beri informasi realistis 1.  Memberikan
 behubungan  proses penyakit, dan optimis selama tiap informasi realistis
dengan  prognosis, dan kontak dengan klien dan optimis selama
keterbatasan kemungkinan 2. Beri informasi tentang tiap kontak dengan
kognitif komplikasi  pentingnya klien
-  Mengenali mengkonsumsi obat 2.  Memberikan
hubungan tanda ARV (AZT) untuk informasi tentang

dan gejala proses mengurangi risiko  pentingnya


 penyakit dan  bayinya tertular mengkonsumsi obat
menghubungkana 3. Beri informasi tentang ARV (AZT) untuk
gejala dengan tekun menggunakan mengurangi risiko
factor penyebab kondom selama kontak  bayinya tertular
-  Memulai seksual 3. Memberikan
 perubahan gaya 4. Beri klien konseling informasi tentang
hidup yang agar memiliki informasi tekun menggunakan
dibutuhkan yang cukup untuk kondom selama

membuat keputusan kontak seksual

25
 

-  Mengungkapkan tentang cara persalinan 4. Memberikan klien


 pemahaman yang aman konseling agar
tujuan 5. Ajarkan klien untuk memiliki informasi
 pengobatan dapat mengenali tanda yang cukup untuk

dan gejala yang membuat keputusan


membutuhkan evaluasi tentang cara
medis seperti demam  persalinan yang aman
menetap, 5. Mengajarkan klien
 pembengkakan kelenjar untuk dapat
limfe,letih, diare berat, mengenali tanda dan
keringat malam, batuk gejala yang
kering, ruam, sakit membutuhkan
kepala dan gangguan evaluasi medis seperti
tidur. demam menetap,
 pembengkakan
kelenjar limfe,letih,
diare berat, keringat
malam, batuk kering,
ruam, sakit kepala
dan gangguan tidur.

Kolaboratif : Kolaboratif :
1. Kolaborasi dengan 1.  Berkolaborasi
dokter dalam pemberian dengan dokter dalam
obat ARV  pemberian obat ARV

26
 

D.  Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan


Keperawatan Evaluasi

1 Senin/ 11 Resiko infeksi S:


 November 2019  berhubungan dengan
dengan Klien mengatakan tidak ada
imunosupresi, malnutrisi, keluhan saat kehamilan
dan pola hidup yang sekarang dan suami kedua
 beresiko  pernah menikah dengan
wanita pengguna NAPZA
O:
-  G3P1A1
-  HIV Positif
-  Stadium HIV : stadium
klinis 1
-  TD : 110/80 mmHg
-  HR : 105x/menit
-  Suhu : 36,5℃ 
36,5℃ 
-  RR : 20x/menit
-  BB : 59 kg
-  HPHT : 15 minggu yll
-  Hb : 11,9 g/dl
-  MCV : 82 fL
-  Leukosit : 4,1x10ꝰ /L
A:
Masalah resiko infeksi belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Independent :
1.  Kaji pengetahuan dan
kemampuan klien

27
 

2.  Anjurkan klien dan keluarga


untuk mencuci tangan
sebelum dan setelah semua
kontak perawatan
 
3. Beri informasi tentang
 penggunaan kondom
kondom selama
kontak seksual
4.  Beri lingkungan yang
 berventilasi baik
5.  Pantau tanda vital, termasuk
suhu
6.  Anjurkan untuk
membersihkan kuku dengan

sering
7.  Laporkan bila ada
 perubahan dalam
 pernapasan, sakit kepala,
leher kaku, dan aktivitas
kejang
8.  Laporkan bila ada nyeri
uluhati, disfagia, nyeri
menelan, peningkatan kram

 perut, dan diare berat.


9.  Anjurkan untuk selalu
control kehamilan (ANC)
di layanan kesehatan.
Kolaboratif :
1.  Beri obat-obatan sesuai
indikasi dan anjuran dokter
2.  Anjurkan klien untuk
kosultasi dengan ahli gizi

terkait diet klien

28
 

2 Senin , 11 Perilaku kesehatan S:


 November 2019 cenderung beresiko Klien mengatakan masih ragu
 berhubungan dengan
dengan untuk menerima hasil
 banyak stressor dan  pemeriksaan dirinya

dukungan social yang O:


tidak adekuat Suami dan keluaga klien
sudah datang untuk menemani
klien di RS. Dan klien masih
menyangkal tentang hasil
 pemeriksaan yang menyatakan
dirinya HIV positif
A:
Masalah perilaku kesehatan

cenderung beresiko belum


teratasi
P:
Lanjutkan intervensi

1.  Evaluasi kemampuan


klien untuk memahami
kejadian secara realistis
dan menghargai
 
2. Dorong klien untuk ikut
serta dalam kelompok
dukungan
3.  Kaji system social dan
adanya dukungan,
 persepsi terhadap
kehilangan dan stressor.
4.  klien tentang HIV
AIDS, obat dan emosi.

29
 

5.  Mendiskusikan perilaku


resiko tinggi , misal
menggunakan kondom
ketika akan

 berhubungan seksual
dengan suami

3 Defisiensi pengetahuan S:
 behubungan dengan Klien bertanya apakah
keterbatasan kognitif  penyakitnya bisa menyebabkan
keguguran dan apa efek
samping dari obat
O:

Klien tampak cemas dan masih


 bertanya tentang penyakit nya
A:
Defisiensi pengetahuan belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Independent :
1.  Berikan informasi realistis

dan optimis selama tiap


kontak dengan klien
2.  Berikan informasi tentang
 pentingnya mengkonsumsi
mengkonsumsi
obat ARV (AZT) untuk
mengurangi risiko bayinya
tertular
3.  Berikan informasi tentang
tekun menggunakan

30
 

kondom selama kontak


seksual
4.  Berikan klien konseling
agar memiliki informasi

yang cukup untuk membuat


keputusan tentang cara
 persalinan yang aman
5.  Mengajarkan klien untuk
dapat mengenali tanda dan
gejala yang membutuhkan
evaluasi medis seperti
demam menetap,
 pembengkakan kelenjar

limfe,letih, diare berat,


keringat malam, batuk
kering, ruam, sakit kepala
dan gangguan tidur.

Kolaboratif :
1.  Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat ARV

31
 

BAB IV

PENUTUP

A.  Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih (limfosit) didalam tubuh manusia. Limfosit berfungsi
membantu melawan bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh dan
menyebabkan AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan stadium akhir


abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi
HIV.

Factor penyebab penularan yang terpenting yaitu jumlah virus didalam


darah ibu hamil, sehingga setiap ibu hamil yang positif HIV harus dideteksi
dan ibu hamil harus mendapatkan terapi ARV dan diberikan langsung
seumur hidup tanpa terputus. Pemberian pengobatan ARV seawal mungkin
 perlu dilakukan agar mengurangi penularan ke
ke bayi.

B.  Saran
Penjelasan rinci tentang pentingnya kepatuhan minum obat dan akibat dari
kelalaian perlu dilakukan. Kemungkinan efek samping perlu pula dijelaskan
dijelas kan
didepan. Mendidik keluarga atau teman juga akan bermanfaat. Proses
 pemberian informasi, konseling, Pendidikan kesehatan dan dukungan
kepatuhan harus dilakukan dengan baik oleh petugas (konselor atau
 pendukung sebaya atau ODHA) yang betul-betul memahami kehidupan
ODHA.

32
 

DAFTAR PUSTAKA

Elisanti, Alinea Dwi. 2018. HIV-AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan Pada Janin.
Yogyakarta : Deepublish Publisher

Maryunani, Anik & Sari, Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : TIM

Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia. 2016. Rencana Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah : Diagnosis
Diagnosis NANDA-I 2015-2017
2015-2017 Intervensi
Intervensi NIC
Hasil NOC. Jakarta : EGC

33

You might also like