You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI

LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu Lathifatul Izzah M.Ag.

Disusun Oleh:
1. Tiara Febri Alamsyah (181900018)
2. Nabila Aqidatul A (181400016)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

disahkan di Yogyakarta pada hari Selasa tanggal 28 Oktober 2018

Dosen Pengampu

Lathifatul Izzah, M.Ag.


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, atas karunia-Nya lah kami
akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini membahas tentang implementasi
Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan sekolah khususnya di SMA Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Betapa pentingnya mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Disamping karena Pancasila adalah ideologi bangsa kita, nilai-nilainya pun telah lama
mendarah daging di tubuh semua rakyat Indonesia. Maka dari itu, melalui makalah ini, kami
harap kita lebih bisa menghargai dan bisa mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan kita sebagai mahasiswa dan kita sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan
akakn tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menydari nahwa makalah iini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupu materinya. Kritik konstruktif dari prmbaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.

Wassalamualaikum wr wb.

Yogyakarta, 28 Oktober 2018

Tim Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang warga negara tentunya memiliki pengetahuan mengenai nilai-nilai
kenegaraan yang disosialisasikan pemerintah melalui berbagai program dan salah satunya
adalah melalui program pendidikan. Masyarakat indonesia dibekali konsep-konsep
pemahaman mengenai hakikat kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikannya, yang
dicontohkan dengan program wajib mempelajari Pancasila dalam pelaksanaan aktivitas
akademik. Dari pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi masyarakat Indonesia
disuguhi pemahaman pancasila yang mencakup aspek-aspek kewarganegaraan.
Namun, dewasa ini implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah, kampus,
atau lembaga pendidikan lainnya. Pancasila hanya dijadikan suatu simbol tanpa ada tindakan
konkret bagi terwujudnya masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Mahasiswa yang
merupakan agen of change yang seharusnya menggerakkan implementasi pancasila kini
mulai hilang semangatnya. Dari gambaran di atas, penyusun ingin mengankat implementasi
pancasila sebagai tema dalam penyusunan makalah yang berjudul, “Implementasi Pendidikan
Kewarganegaraan di Lingkungan SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta”. Implementasi
Pancasila akan dipersempit hanya di SMA Muhammadiyah Yogyakarta di mana penyusun
melaksanakan kegiatan observasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan?
2. Apa tujuan pendidikan kewarganegaraan di lingkungan sekolah?
3. Bagaimana pengimplementasian nilai-nilai kewarganegaraan di lingkumgan
sekolah?
4. Apa penyebab gagalnya implementasi pendidikan kewarganegaraan di lingkunagn
sekolah dan solusi permasalahan?

C. TUJUAN
Sebagai suatu cara untuk meningkatkan wawasan mengenai bagaimana implementasi
pendidikan kewarganegaraan di lingkungan sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945. Kemudian menurut Azis Wahab (Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn
ialah media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh
tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan,
politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut.
Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai
penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan,
kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya
(Samsuri, 2011: 28). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian
proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa
Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam
masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Di Lingkungan Sekolah

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela


negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengem bangkan jati diri
dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.
Siswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini akan
melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang
akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring
dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya
pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk
dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas
yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan
dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi
krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada
masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan
Negara kita. Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan
gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai
keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai
kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Seperti yang pernah diungkapkan salah
satu rektor sebuah universitas, “tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir
masyarakat egois. Tanpa penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan
menjadi penjara dan neraka dalam artian menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat
kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait dengan strategi kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :

 Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau


pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
 Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang kemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar dan
ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
 Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan kebudayaan.
Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena tersebut
dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan
pengembangan kebudayaan.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara
lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen
terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar
mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan
konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal,
agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan
demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai
persoalan kebijakan  publik, agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak
(berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi
warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak dapat
diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.
Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak
langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita sebagai
mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam melindungi
negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun akan banyak
aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga
negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana
sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap
generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan
karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya. Rasa kewarganegaraan yang tinggi,
akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya
hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh secara langsung budaya yang
bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku
di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar.
Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita
pelajari.  Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di
masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi,
metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para
pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-
baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.
Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pendidikan kewarganegaraan diatas, maka
tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membangun dan menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang mencintai tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para
calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai ilmu
pengetahuaan dan teknologi serta seni.
Dangan hal berbeda bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang
berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung  jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan
membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap
ini disertai perilaku yang:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai-nilai falsafah
bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara. 
      Melalui pendidikan kewarganegaraan, rakyat Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat,
bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan
nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

C. Implementasi Kewarganegaraan Nilai-Nilai di Lingkungan Sekolah


Para informan pakar pada umumnya sependapat bahwa pendidikan
kewarganegaraan berkaitan dengan Pancasila yakni pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia bertugas membelajarkan Pancasila kepada para siswa. Namun kaitan antara
pendidikan, pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila lebih dari sekedar hal tersebut.
Bahwa Pancasila itu menjadi dasar, asas bagi pendidikan nasional dan Pancasila itu ada
dalam PKn. PKn secara umum bertugas mendidik warga negara agar paham dan menjadi
warga negara yang baik.
Dalam pendidikan kewarganegaraan ada beberapa komponen materi dan empat
kesepakatan dasar. Komponen materi tersebut adalah lembaga negara, Hak Asasi Manusia
Warga Negara, Pancasila, dan UUD. Empat kesepakatan dasar meliputi NKRI, Pancasila, UUD,
dan Bhineka Tunggal Ika.
Dalam penerapan pendidikan kewarganegaraan yang berkaitan dengan Pancasila
yaitu dengan membentuk pola pikir siswa untuk bisa bermusyawarah dengan makhluk social
lainnya. Pancasila memiliki lima sila yang setiap silanya diterapkan di SMA Muhamadiyah 3
Yogyakarta.
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Pengalaman sila pertama meliputi
pembiasaan wajib sholat di masjid sekolah dan sekolah menyediakan absen, jadi pihak
sekolah akan tahu siswa-siswa yang tidak mengikuti kegiatan ibadah tersebut. Kecuali siswa
putri yang datang bulan, namun terkadang guru mendapatkan siswa putri yang berbohong.
Untuk mengantisipasi hal tersebut pihak sekolah akan mengcek kebenaran siswa putri
tersebut dengan diajak ke kamar mandi dan di tes dengan memberi anak tersebut tisu.
Selain itu, penerapan sila pertama Pancasila meliputi berdoa sebelum pembelajaran dimulai,
mengajakan untuk bertoleransi atau menghargai agama lain walaupun keluarga besar di
SMA Muhammadiyah 3 menganut agama Islam.
Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Pengamalan sila kedua yaitu bermain
dan bergaul dengan rukun, tidak saling ejek dengan teman dan antar pelajar yang berbeda
sekolah, saling membantu teman yang membutuhkan, tidak memandang rendah teman lain
berdasarkan suku, ras, budaya, dan agama, dan menghargai hak asasi manusia.
Sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Pengamalan sila ini yaitu mengikuti upacara dengan
hikmat, tidak memprovikasi dan memisahkan teman yang sedang bertengkar, dan menjaga
nama baik sekolah dengan menghindari pertikaian antar sekolah.
Sila keempat Pancasila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Penerapan sila keempat ini meliputi menyadari kesamaan
hak dan kewajiban di sekolah, berdiskusi dengan saling menghargai dan menghormati
pendapat orang lain, pemilihan pengurus kelas maupun organisasi di sekolah dengan
demokrasi yang bermartabat.
Sila kelima yaitu kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penerapan sila tersebut
meliputi menanamkan perilaku suka bergotong royong, tidak mencontek ketika ujian, tidak
sombong dan rendah hati, dan sebisa mungkin tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
Sekolah juga berperan dalam mewujudkan ketertiban pada setiap siswa dengan peraturan-
peraturan yang sudah dibuat dan sudah disepakati oleh sekolah, sebagai contoh jam masuk
sekolah pukul 07:00 WIB dan siswa tidak boleh terlambat. Jika siswa terlambat akan diberi
hukuman dan siswa yang terlambat melebihi ketentuan orangtua siswa akan dipanggil ke
sekolah. Namun siswa yang tidak berangkat beberapa hari tanpa keterangan maka pihak
sekolah akan melakukan home visit. SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta juga mengadakan
outbound khusus yang pesertanya siswa-siswa yang terindikasi masuk di sebuah geng padahal
geng adalah kegiatan yang dilarang keras oleh berbagai sekolah karena mengacu pada hal
yang negatif.

D. Penyebab Gagalnya Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan Di


Lingkunagn Sekolah

Salah satu penyebab dasar kegagalan pendidikan kewarganegaraan di lingkungan


sekolah adalah masalah pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan dalam dunia
pendidikan, selama ini banyak pengajar yang masih menggunakan paradigma atau model
pembelajaran ceramah, yaitu murid hanya dijejali materi dengan guru hanya ceramah saja
sehingga murid pasif hanya mendengar dan menghafal untuk menghadapi tes akhir dimana
soal-soal dalam tes tersebut hanyalah bersifat hafalan.

Bahwa semestinya pendidikan kewarganegaraan  adalah upaya untuk membentuk


kepribadian dan tingkah laku warga negara yang baik, seharusnya dalam proses
pembelajaran siswa lebih banyak diaktifkan dengan memberi kegiatan-kegiatan yang bisa
mencerminkan bahwa mereka memiliki sikap yang sesuai dengan keinginan pendidikan
kewarganegaraan itu sendiri, misal diadakan kerja kelompok, bakti sosial, berkunjung
dengan sekolah lain disini bisa dilihat bagaimana tingkah laku dan sikap siswa dalam
berinteraksi dengan orang lain.

Perancangan kurikulum juga sangat berperan untuk pelaksanaan pembelajaran


kewarganegaraan, dan kenyataannya kurikulum yang selama ini digunakan dengan berbagai
perbaikan yang dilakukan pemerintah juga belum berhasil dalam upaya keberhasilan
pendidikan kewarganegaraan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berbagai masalah yang ada diatas memperlihatkan masih perlunya dilaksanakan pendidikan
kewarganegaraan (civic education) dari tingkat Sekolah Dasar yang dikenal dengan nama
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) hingga tingkat Perguruan Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

http://ppkn.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/Implementasi-PS-melalui-
PKn_AP3KnI-2017.pdf. Di akses tanggl 22 November 2018
Notonagoro .(1982). Beberapa Hal mengenai Falsalah Pancasila . Cet ke-10. Jakarta.
Pantjuran Tudjuh.
Pasha, MK. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta. Citra Karsa
Mandiri.
Sunarso, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.
https://eprints.uny.ac.id/8665/3/BAB%202%20-%2005401241022.pdf. Di akses
tanggal 22 November 2018.

You might also like