PEMBUATAN KOMPOS DAN ARANG KOMPOS DARI
SERASAH DAN KULIT KAYU TUSAM
(Compost and Charcoal Compost Manufacturing from
Tusam Litters and Bark)
Oleh/By
Sri Komarayati, Gusmailina & Gustan Pari
SUMMARY
This investigation deals with manufacturing of compost and charcoal compost. The raw
materials in this manufacture were foliage litters and bark of tusam (Pinus merkusii Jungh et de
Vries) trees growing in West Java. Particular bio-activators, called as Orgadec and EM,, were used
to stimulate the decomposition of those materials. This investigation lass for about three months.
The results revealed that the quality of several of the resulting charcoal composts comply with the
related standards, with respect to among others : P = 1.12 = 1.24 percent; K = 1.47-1.62 percent; Mg
= 0.67-1.05 percent; moisture content ~ 55.81-56.21 percent; pH = 6.8-7.2; and C/N ratio 18,89-
20.10.
When compared to other compost, the charcoal compost revealed better qualities, since charcoal
was added to it to improve the properties of soil i.e. increasing the pH and storing more water.
Keywords: Foliage liters, tusam bark, compost, charcoal compost, Orgadec, EM,
RINGKASAN
Penelitian pembuatan kompos dan arang kompos disajikan pada tulisan ini, Bahan penelitian
berupa serasah dan kulit kayu tusam (Pinus merkusii Junght et de Vries) yang berasal dari Jawa Barat,
Untuk pemacu proses dekomposisi digunakan OrgaDec dan EM4. Penelitian berlangsung selama tiga
bulan,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa sifat kompos dan arang kompos yang
memenuhi standar antara lain : kandungan P = 1,12 ~ 1,24 ; K = 1,47 ~ 1,62; Mg = 0,67 — 1,05 :
kadar air = 55.81 — 56,21 dan pH = 6,8 - 7,2 ; Nisbah C/N yang diperoleh yaitu antara 18,89 — 20,10.
Bila dibandingkan dengan kompos lain ternyata arang kompos kualitasnya lebih baik karena
adanya penambahan arang. Penambahan arang dapat memperbaiki sifat tanah, meningkatkan pH dan
juga dapat menyimpan air.
Kata kunci : Serasah tusam, kompos, arang kompos, OrgaDec, EM,.
I. PENDAHULUAN
Pinus merkusii Jungh et De Vriese atau sering disebut tusam merupakan salah satu
jenis pohon industri yang mempunyai nilai produksi tinggi dan merupakan salah satu
231BULSTIiY Peneltian Hasil Hutan Vol. 20 No. 3 Th. 2002: 231-242
prioritas jenis untuk reboisasi terutama di Ivar pulau Jawa. Di pulau Jawa, pinus atau
tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah lebih
lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti produksi c pinen.
Kelemahan dari pohon ini adalah peka terhadap kebakaran, karena menghasilkan
serasah daun yang tidak mudah membusuk secara alami, Kebakaran hutan umumnya
terjadi pada saat musim kemarau, karena saat itu kandungan air, baik pada ranting-
ranting dan serasah di lantai hutan maupun pada pohon menjadi berkurang, sehingga
kemungkinan untuk mengalami kebakaran menjadi lebih besar. Ditambah lagi dengan
produksi serasah pinus yang tinggi sebesar 12,56 ~ 16,65 ton/hektar (Alrasjid, 1983).
Secara alami, serasah pinus akan terdekomposisi dalam waktu 8 — 9 tahun, karena
serasah pinus merupakan serasah daun jarum yang mempunyai kandungan lignin dan
ekstraktif tinggi serta bersifat asam sehingga sulit untuk dirombak oleh mikroorganisme
(Moore - Landecher, 1982 dalam Mindawati er al, 1998 ; Wiyono dan Lukman, 1989).
Untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan dalam rangka pemanfaatan limbah
serasah dan kulit pinus, maka pada penelitian ini telah dicoba pembuatan kompos dan
arang kompos dari serasah tusam dan arang kulit kayu tusam dengan pemacu proses
Organic Decomposer (OrgaDec) dan Efektif Mikroorganisme 4 (EM,).
OrgaDec merupakan bioaktivator yang terdiri dari fungus Trichodermapseudo-
koningii dan bakteti Cytophaga sp. yang diketahui mampu mendekomposisi bahan
organik (Goenadi et al, 1998). EMy merupakan kultur campuran dari beberapa jenis
mikroorganisme yang meliputi bakteri pensentesa asam laktat (Lactobacillus sp.), ragi,
bakteri fotosintetik dan Actinomycetes. Mikroorganisme ini berfungsi sebagai
dekomposer limbah organik, menekan pertumbuhan patogen tanah, meningkatkan
ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman serta dapat meningkatkan
aktivitas mikroba indigeneous yang menguntungkan (Wididana, 1994).
Adapun tujuan penelitian adalah meningkatkan pemanfaatan serasah dan kulit kayu
tusam menjadi produk yang lebih berguna bagi masyarakat serta memperoleh kompos
dan arang kompos yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai pupuk organik.
Sasaran penelitian adalah mendapatkan cara untuk memanfaatkan serasah dan kulit
kayu tusam menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan pupuk organik dan
mendapatkan konsentrasi bioaktivator dan arang yang optimal.
Il. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu serasah daun tusam dan kulit kayu tusam (Pinus
‘merkusii Jungh et de Vr) dari Jawa Barat, Untuk mempercepat proses pengomposan
digunakan bioaktivator OrgaDec (Organic Decomposer). Sebagai pembanding
digunakan EM, (Effektif Microorganisme 4).
Peralatan yang digunakan antara lain kotak (bak) terbuat dari semen dengan ukuran
1m x 0,70 mx I'm yang diletakkan dalam bangunan beratap dengan luas 3 m x 3 m=
9 m’ ; plastik hitam untuk penutup lapisan atas, hygrometer, pH meter, thermometer,
cangkul, sekop, sarung tangan, alat pencacah (chopper), karung, kantong plastik,
timbangan dan cawan porselin. Untuk pembuatan arang digunakan tungku drum
modifikasi dengan volume 200 liter.
232Pembuatan kompos ...... (Sri Komarayat, dk)
B. Lokasi
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia, Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor.
Analisis unsur hara dan sifat lainnya dari kompos dilakukan di Laboratorium Tanah,
Biotrop Bogor.
C. Metode
1, Pembuatan arang
Pembuatan arang dengan menggunakan tungku drum volume 200 liter yang
modifikasi, Proses pengarangan kulit kayu tusam berlangsung selama 12 jam dengan
suhu 500°C.
2, Pembuatan kompos
Sebelum dilakukan pembuatan kompos dan arang kompos, serasah daun tusam
terlebih dahulu dicacah sehingga mencapai ukuran 4-5 cm. Tujuannya adalah untuk
mempermudah perombakan yang dilakukan oleh mikroorganisme dan mempercepat
proses pengomposan. Pembuatan kompos serasah tusam dilakukan dengan cara
fermentasi tumpukan dan dengan menambah bioaktivator Orgadec sebesar 10 %, air
secukupnya, kemudian dicampur/diaduk merata, Kemudian ditutup dengan lembaran
plastik hitam, Setiap hari dilakukan pengamatan suhu, pH, dan kadar air bahan, proses
berlangsung selama 3 bulan, Setiap bulan dilakukan pembongkaran dan pengadukan.
Apabila bahan-bahan tersebut terlihat kering maka ditambahkan air dan ditutup
kembali dengan lembaran plastik warna hitam tersebut (Perlakuan 1)
3. Pembuatan arang kompos
a, Pembuatan arang kompos dari serasah daun tusam dengan campuran 5 % arang
kulit kayu tusam dilakukan dengan menambahkan 10 % bioaktivator OrgaDec
serta air secukupnya, Kemudian dicampur/diaduk merata, dibiarkan selama 3 bulan.
Setiap bulan dilakukan pembongkaran dan pengadukan. Apabila bahan-bahan
tersebut terlihat kering, maka ditambahkan air dan ditutup kembali dengan
lembaran plastik warna hitam (Perlakuan II).
b. Pembuatan arang kompos serasah daun tusam dengan memberikan larutan EM,
yang jumlahnya 5 % dari berat bahan dan penambahan arang kulit kayu tusam
sebesar 10 % serta kotoran sapi 5 %, air secukupnya, kemudian dicampur/diaduk
merata, dibjarkan selama 3 bulan. Setiap bulan dilakukan pembongkaran dan
pengadukan. Apabila bahan-bahan tersebut terlihat kering, maka ditambahkan air
dan ditutup dengan lembaran plastik warna hitam (Perlakuan III).
Setelah selesai proses pengomposan tersebut, dari masing-masing perlakuan
dianalisis unsur hara makro, seperti C organik, N total, P total, K total, Ca total, Mg
total, nisbah C/N, kadar air, pH, berat jenis, asam humik, asam fulfik dan kapasitas
tukar kation (KTK).BULETHY Peneitian Hasi Hutan Vol.20 No. 3 Th. 2002: 231-242
Bahan-bahan penelitian dapat dilihat pada Gambar | - 3. Peralatan pada Gambar 4
- 6 dan hasil penelitian pada Gambar 7.
Gb.1. Pohon tusam (Pinus merkusii Jungh et Gb.2. Serasah daun tusam di antara
de Vr.) umur 13 tahun pohon tusam dengan ketebalan
Fig. 1. 13 year old Tusam (Pinus merkusii serasah 20 - 25 em.
Jungh et de Vries) trees Fig.2, Liters of tusam leaves with their
thickness about 20-25 cm, scattered on
the ground between tusam tree stands
=—
Gb. 3. Limbah kulit kayu tusam Gb, Tungku drum modifikasi untuk
Fig. 3. Waste of bark portion from tusam trees pembuatan arang kulit kayu
tusam
Fig.4. Modified version of drum kiln for
the manufacture of charcoal
from tusam bark portion
234Pembuatan kompos ....
Gb.S. Rumah kompos dan arang kompos
Fig.5. Sheltering houses for compost charcoal
semen tempat pembuatan kompos dan arang kompos
(Sei Komarayat. dk)
i. Permanent container constructed of brick and cement as the manufacturing place for
compost and compost charcoal
Gb.7. Kompos dan arang kompos serasah daun tusam
Fig.7. Compost and compost charcoal derived from tusam littersBULETLY Peneltian Hasi Hutan Vol. 20 No, 3 Th. 2002: 231. 242
II, HASIL DAN PEMBAHASAN
asah daun tusam yang digunakan sebagai bahan penelitian
hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 1.
setelah dianal
‘Tabel 1. Karakteristik daun tusam
Table 1. Tasam littre characterist
| Kadar air a | ee e
ent) %
| emmmtonad ginin(®)} oc J oN | ep | Kk | ca | Mg | Nisbah (Ratio) Cn
| zat | a3} 3980 | 5146] 047 | 019 | 015 | 297 | 037 10949
t ___1 | a a
Dari hasil analisis dapat diketahui, bahwa daun tusam mengandung kadar air
rendah, bersifat asam dengan nisbah C/N sebesur 109,49. Selain bersifat asam, daun
tusam mengandung lilin dan minyak atsiri, tidak menyerap air dan mengandung kadar
lignin tinggi yaitu 39,80 %. Dengan demikian serasah tusam agak sulit dirombak dan
memerlukan waktu dan proses yang lama, terutama karena nisbah C/N yang terlalu
tinggi.
B. Proses Pengomposan
Hasil penelitian pembuatan kompos dan arang kompos yang berlangsung selama 3
bulan, menunjukkan bahwa selama — proses pengomposan_berlangsung, terjadi
perubahan sifat bahan, perubahan suhu, pH dan kelembaban.
1. Suhu
Ratacrata suhtt pengomposan yang diamati setiap hari adalah: suhu awal 36° C dan
suhu pada akhir proses pengomposan mencapai 45° C untuk perlakuan dengan
penambahan aktivator hayati OrgaDec, sementara proses pembuatan arang kompos
dengan EM,, suhu akhir hanya 31" C. Bila ditinjau dari awal sampai akhir proses ada
peningkatan sub, tetapi peningkatan masih dianggap rendah karena suhu optimum
untuk proses pengomposan adalah 45° - 55° C (Mindawati ef al, 1998). Keadaan
seperti ini mungkin disebabkan bahan yang digunakan yaitu daun/serasah tusam
mengandung. lilin, minyak atsiri dan bersifat asam, sehingga menghambat proses
perombakan yang dilakukan oleh mikroorganisme.
2. pH
Perubahan pH pada proses pengomposan merupakan salah satu citi bahwa proses
degradasi bahan organik sedang berlangsung, karena pH merupakan salah satu faktor
pertumbuhan mikroorganisme (Mindawati ef al, 1998). Rata-rata pH pada
awal pengomposan yaitu 6.2 (Perlakuan I) dan 6,3 (Perlakuan 1 dan Il). Pada
236Pembuatan kompos ...... (Si Komarayai, kk)
perlakuan III, pH lebih rendah karena pemacu proses adalah larutan EM, yang bersifat
asam, walupun sudah dicampur arang dan pupuk kandang. Pada akhir proses
pengomposan suhu meningkat menjadi 6,9.
3. Kelembaban
Kadar air serasah daun tusam sangat rendah yaitu 23,11 %, Untuk meningkatkan
kelembaban pada bahan maka harus ditambah air, karena hal ini ada kaitannya dengan
aktivitas mikroorganisme. Seperti. diketahui bahwa semua mikroorganisme
membutuhkan kadar air untuk aktivitas dan kehidupannya. Dalzell (1987) menyatakan
bahwa kadar air optimum untuk pengomposan adalah SO - 60 %. Selama proses
pembuatan kompos dan arang kompos, setiap hari dilakukan pengukuran suhu dan
kelembaban dengan hasil rata-rata antara 64 — 72 %, Supaya kadar air bahan tetap
stabil dan juga untuk meningkatkan oksigen, maka setiap selang waktu tertentu (sekali
seminggu) dilakukan pembalikan bahan kompos dan arang kompos.
C. Kualitas Kompos
Kompos yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan sebagai penyedia unsur
hara bagi tanaman. Kualitas kompos ditentukan oleh unsur hara yang terkandung di
dalamnya, terutama unsur hara makro. Pada Tabel 2 ; 3 dan 4 disajikan hasil analisis
laboratorium kompos dan arang kompos.
Tabel 2. Nisbah C/N dan penyusutan volume kompos dan arang kompos
Table 2. C/N ratio and volume reduction of compost and charcoal compost
Nisbah CIN (C/N rato) | Penyusutan volume (Volume reduction), em
No. | Bahan (Rawmateral)
‘bulan | 2bulan [3bulan| 1 buian | 2bulan | Sbulan
[Serasah tusam + OrgaDec oa
' |(tusam Litre + Owedec) ia | cece [Kc : * ®
Serasah tusam + OrgaDeo + Arang|
2 [ultkayu tusam (Tusem Litre + - | 3493 | t971 , 16 30
JOrgaDec + Tusam bark charcoal)
Serasah tusam +EMA + Arang Kult
kayu tusam + Pupuk kandang
3 | ream ite + OmeDecs Tuam | 5198 | 2086 | 100 34 50 64
bark charcoal + Manure)
Dari Tabel 2 dapat diketahui, bahwa semua perlakuan dapat menurunkan nisbah
C/N. Dari nisbah C/N awal serasah tusam 109,49, setelah mengalami proses
dekomposisi turun menjadi 20,64 — 34,93 (2 bulan) dan 18,89 — 20,10 (3 bulan).
Artinya semakin kecil nisbah C/N makin baik kualitas kompos yang dihasilkan. Untuk
perlakuan I (serasah tusam dan OrgaDec) dan perlakuan II (serasah tusam + OrgaDec +
arang) dapat menghasilkan kompos dengan nisbah C/N yang memenuhi standar 10 —
20 yaitu pada bulan ke 3, sedangkan perlakuan III (serasah tusam + EM4 + arang +
pupuk kandang) telah menghasilkan kompos dengan nisbah C/N sudah mendekati nilai
20 pada bulan ke 2. . Hal ini disebabkan pada perlakuan III diberikan penambahan
237BULETHIY Peneliian Hasil Hutan Vol, 20 No. 3 Th. 2002: 231-242
pupuk kandang (Kotoran sapi), sehingga proses dekomposisi lebih cepat. Begitu pula
bila dihubungkan dengan penyusutan volume ternyata perlakuan Ill lebih cepat
menyusut, Selain itu pada bulan ke 3 kandungan N untuk kompos dari hasil semua
perlakuan termasuk pada kategori tinggi yaitu 2,35 - 2,85 %.
a wae ]
Nisbah C/N
120
100
80
|
60 |
CIN ratio 40
. A
0
STO STOA STMK Gkontro!
oi |
perlakuan(treatment) es
= _ ee ie |
Gambar 8. Perbandingan antara perlakuan dengan nisbah C/N
Figure 8. Comparison between treatment with C/N ratio
Pada Tabel 3 dicantumkan hasil analisis unsur hara kompos dan arang kompos
serasah tusam. Kandungan P, Mg, Ca dan K pada semua perlakuan meningkat dengan
makin lamanya proses pengomposan. Hal ini disebabkan terjadinya proses
dekomposisi bahan yang menghasilkan gas CO) lepas ke udara, atau gas-gas lainnya,
Apabila dibandingkan dengan Pedoman Pengharkatan Hara Kompos yang dikeluarkan
oleh Biotrop (1999), kandungan P dan K termasuk tinggi, kandungan Ca rendah dan
kandungan Mg termasuk Kategori sedang. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan asam
humik termasuk kategori sedang, sementara asam fulfik termasuk rendah.Pembuatan kompos ...... (Sri Komarayat, dk)
Untuk menentukan apakah unsur hara Kompos dan arang kompos ini memenuhi
standar atau tidak, maka dilakukan perbandingan dengan standar yang dikeluarkan oleh
Perhutani (Tabel 5). Ternyata yang memenuhi standar yaitu kandungan P, K dan Mg.
Unsur hara P, Mg, Ca, dan K sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Masing-
masing unsur hara akan memberikan dampak yang berbeda pada tanaman antara lain,
bila tanaman kahat unsur P tanaman tidak mampu menyerap unsur hara lain dalam
jumlah cukup, karena keseimbangan hara dalam tanah akan terganggu. Unsur hara P
berperan dalam mengendalikan proses-proses fisiologis tanaman.
Begitu juga bila kahat unsur hara K metabolisme air dalam tanaman akan terganggu
sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis dan pernafasan (Sunarlim ef al., 1991).
Selanjutnya, bila kahat unsur hara Ca, maka tangkai tanaman menjadi lemah,
perkembangan akar terganggu dan pucuk tanaman mati. Selain ke tiga unsur hara tadi
ternyata unsur hara Mg sangat berperan dalam metabolisme fosfor dan juga merupakan
faktor penentu dalam produksi polong, terutama pada tanaman kacang-kacangan
seperti kedelai (Sutarto, 1985).
Untuk mengetahui kadar air, pH dan berat jenis kompos dan arang kompos
dilakukan analisa yang hasilnya dapat diketahui pada Tabel 4. Dibandingkan dengan
Pedoman Pengharkatan Hara Kompos yang ditetapkan oleh BIOTROP, ternyata dari
semua perlakuan kadar air termasuk tinggi, pH sedang dan berat jenis sedang,
sedangkan jika dibandingkan dengan standar Perhutani (Tabel 5), kadar air dan pH
telah memenuhi standar.
Tabel 3. Kandungan unsur hara kompos dan arang kompos
Table 3. Analysis results of compost and charcoal compost nutrient
Contoh (Sample)
No Parameter 1 2 3
2bulan | 3bulan | 2bvian | 3bulan | 2bulan | 3bulan
1. |P10s (%) 053 117 073 1,12 0.67 1,24
2 [cao (%) 091 097 078 0,93 043 1,28
3. [MgO (%) 061 0.93 0.65 087 082 087
4. |K:0 (%) 1,29 1.54 1.34 147 116 1,39
5. |KTK (meq/100 gr) 29.42 721 aa 36,29 24,16 33,58
6. [Asam Humik (Humic acid) (%)} 0,82 1,83 062 2.06 ont 2.19
7._ Asam Fulfik (Fulvic acia)(%) | 0,05 0.08 0.03 0.09 0,06 on
Keterangan (Remarks) itoh no. 1 = Serasah tusam + OrgaDec (Sample no. 1 = Tusam littre + OrgaDec)
Contoh no. 2 = Serasah tusam + OrgaDec + Arang kulit kayu tusam
(Sample no, 2 = Tusam littre + OrgaDec + Tusam bark charcoal)
Contoh no, 3 = Serasah tusam + EM4+ Arang kulit kayu tusam + Pupuk kandang
(Sample no, 3 = Tusam littre + EM4 + Tusam bark charcoal + Manure)
Ditinjau dari semua hasil analisa dan warna kompos/arang kompos yang dihasilkan
yaitu berwara coklat kehitaman, maka hasil penelitian ini sudah dapat diaplikasikan
pada tanaman. Apalagi kompos ini mengandung arang yang memang telah diketahui
sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa serasah tusam melalui teknologi pengomposan dapat dimanfaatkan
239BULELIY Penelian Hasil Hutan Vol, 20 No. 3 Th. 2002: 231-242
sebagai pupuk organik dan dikembalikan lagi pada tanaman tusam, Begitu pula bila
dikaitkan dengan tingginya produksi serasah, maka disarankan Perum Perhutani
mengelola serasah tusam ini menjadi produk yang lebih bermanfaat baik untuk Perum
Perhutani maupun untuk masyarakat di sekitar hutan.
‘Tabel 4. Kadar air, pH dan berat jenis kompos dan arang kompos
Table 4, Moisture content, pH and specific gravity of compost and charcoal compost
ada (Moise conte Borat jns (Specific ravi
* Tal gcc
No. Bahan (Raw material)
‘bn | 2bvion | saan | buen | 2bven | Stun | 1 buan | 2buan | 3buen
1. |Serasah tusam + OrgaDec - 48,26 | 56,23 = 62 68 bes 085, 078
(Tusam ute + OrgaDec)
2. |serasoh usam+ Orgabecs | - | sia | ssat es | 72 | - | om | ov
|Arang kulit kayu tusam (Tusam
|Litire + OrgaDec + Tusam bark
craze
3. |Serasah tusam + EMe + Arang 5406 | $217 | 56,21 53 mM mM 088 062 O72
ult ay tusam + Pupuk
andong (Tusam Lire +
|OrgaDec + Tusam bark charcoal
+ Manure)
Ada beberapa manfaat yang diperoleh apabila serasah_tusam dibuat kompos atau
arang kompos, antara lain :
- Manfaat Ekologis
Serasah daun tusam akan makin berkurang, sehingga dapat mencegah kebakaran.
Pengolahan serasah daun tusam menjadi kompos dan arang, kompos yang berkualitas
dari alam Kembali ke alam akan menyuburkan tanah dan meningkatkan
produktivitas.
- Manfaat Ekonomi
Produktivitas tanaman meningkat, menghasilkan keuntungan bagi Perhutani.
- Manfaat Sosial
Dapat menyerap tenaga kerja, mengurangi tekanan terhadap kerusakan hutan akibat
pencurian kayu dan kebakaran hutan,
Selain pernyataan di atas, ada kaitannya dengan kesuburan lahan yaitu kompos yang
berasal dari serasah tanaman mengandung hara makro dan mikro secara lengkap serta
bahan organik karbon yang strukturnya kompleks, di mana komposisi tersebut secara
keseluruhan berpengaruh terhadap peningkatan sifat fisika dan kimia tanah (Sudradjat,
1998).
240Pembuatan kompos .... (Sri Komarayat dh)
Tabel 5. Standar unsur hara kompos
Table $. Standard of compost nutrient
No, PARAMETER PERHUTANI JEPANG
1. [Carbon (C), % 196
2. |Nitrogen (N), % if >12
3. |Fasfor (P205), % og >05
4. |Kalium (K20), % 06 >03
5. |Kalsiun (CaO), % 49 :
6. [Magnesium (MgO), % 07
7. CN 10-20 < 35
8. |p 73 55-75
9. |Kadar Air, % 356 -
10. [BeratJenis, kgliter -
41. [Asam Humik, % : :
12. Asam Futfik, %
13. |KTK, meq/100 gram
‘Sumber (Source) : Perhutani (1977); Harada et al (1993) dalam Noor dkk. (1996), Mindawati (1998)
V. KESIMPULAN DAN SARAN,
1, Pembuatan kompos dari campuran serasah daun tusam dan Orgadec dengan waktu
proses 3 bulan menghasilkan nisbah C/N 20,10
. Pembuatan arang kompos dari campuran serasah daun tusam, arang kulit kayu
tusam dan Orgadec dengan waktu proses 3 bulan menghasilkan nisbah C/N 19,71
3. Pembuatan arang kompos dari campuran serasah daun tusam, EM,, arang kulit kayu
tusam dan pupuk kandang dengan waktu proses 3 bulan menghasilkan nisbah C/N
18,89
4. Kompos dan arang kompos yang dihasilkan sebagian telah memenuhi standar antara
lain: kadar air, pH, nisbah C/N, unsur hara P, K, dan Mg, kecuali Ca masih rendah
v
5. Kompos dan arang kompos yang dihasilkan perlu diaplikasikan pada skala lapangan
dengan penambahan kapur untuk meningkatkan kadar Ca;
6. Konsentrasi Orgadec diupayakan lebih rendah dari 10 %, akan tetapi jumlah arang
ditingkatkan dengan tujuan untuk mempercepat proses dan meningkatkan kualitas
arang kompos.
DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid, H. 1983, Some fuelwood tree species characteristics in Indonesia, Buletin
Penelitian Hutan Bogor.
Dalzell, H.W. ; Ad. Biddlestone ; K.R. Gray and K. Thurairayan. 1987. Soil
management. Compost production and use in tropical and subtropical
environment. Soil Bulletin, Vol. 56. FAO. Rome.
241BULETIY Penelitian Hasil Hutan Vol. 20 No. 3 Th. 2002: 231-242
Faridah, E. 1996, Pengaruh intensitas cahaya, mikoriza dan serbuk arang pada
pertumbuhan awal Dryobalanops sp. Buletin Fakultas Kehutanan. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, No. 20 : 14-26.
Gaur, A.C. 1982. A manual of rural composting. Food Agriculture Organization of
United Nations. Rome.
Goenadi, D.H. ; Y. Away ; Y. Sukin ; H. Yusuf ; Gunawan dan P. Aritonang. 1998.
Teknologi produksi kompos bioaktif tandan kosong kelapa sawit. Pertemuan
Teknis Bioteknologi Perkebunan Untuk Praktek. Bogor.
Gusmailina ; G. Pari dan S. Komarayati. 1999. Teknologi penggunaan arang dan arang
aktif sebagai soil conditioning pada tanaman. Laporan Proyek. Pusat Penelitian
Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. (Tidak
diterbitkan).
Haug, R.T. 1980. Compost Engineering. Annual Arbor Science. Michigan.
Higa, T. and J.F. Parr, 1994. Beneficial and effective microorganism for a sustainable
agriculture and environment. International Nature Farming Research Centre. Atami.
Japan.
Mindawati, N. ; M.H.L. Tata ; Y, Sumama dan A. $. Kosasih. 1998. Pengaruh
beberapa macam limbah organik terhadap mutu dan proses pengomposan dengan
bantuan efektif mikroorganisme 4 (EM,). Buletin Penelitian Hutan Bogor, No.
614: 29-40.
Purwito, D. 1987. Perbandingan antara luas reboisasi dan kebakaran hutan di Sumatera
Utara, Buletin Penelitian Kehutanan. 3 (1) : 29 - 36.
Sudradjat, R. 1998, Pedoman teknis penggunaan EM, untuk pembuatan kompos dari
daun serasah pohon di kawasan hutan. Info DAS No. 4 BTP DAS Surakarta.
Badan Litbang Kehutanan.
Sunarlim, N; T. Sudaryanto dan H. Anwarhan. 1991. Pengaruh pemupukan P & K
pada kedelai di lahan tadah hujan Wonogiri, Pertimbangan teknik dan ekonomik
Penelitian Pertanian (11)1:33-37.
Sutarto, Ig. V. Ds. 1985. Perpaduan tepat guna kapur dan pupuk NPK Pplus (Mo, Mg,
dan Si) di lahan masam pada kacang tanah. Seminar Balittan Bogor (1):99-117.
Suyanto, H.Y. 1997. Mendayagunakan limbah padat organik daun kayu putih sebagai
kompos _ berkualitas dengan teknologi Nu Soil. Duta Rimba/Mei-Juni/203 —
204/XX/1997: 13-20.
Wididana, G.N. 1994, Penerapan teknologi effective microorganisms dalam bidang
pertanian di Indonesia. Buletin kyusei nature farming. VoloS/IKWFS/Th. il.
September : 179 - 186.
Wiyono, B. dan A. H. Lukman, 1989. Analisis kimia daun pinus dan pemanfaatannya.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Bogor, (6) 2 : 125 — 128.
242