Materi Ii Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan

You might also like

You are on page 1of 13

HUKUM PERLINDUNGAN ANAK DAN

PEREMPUAN

BAB II
KONVENSI PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK
DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN

A. Pengertian Konvensi CEDAW.


Pada hakikatnya, setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di
muka bumi dianugerahi seperangkat hak asasi manusia dalam menjalani
kehidupannya yang harus dihormati dan dijunjung tinggi oleh siapa pun
tanpa terkecuali sebagai wujud pengakuan atas harkat dan martabat
manusia di mana hal tersebut telah ditegaskan dalam Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Pengakuan terhadap hak asasi manusia tanpa adanya
diskriminasi atau perbedaan menjadi hal yang sangat mendasar karena
setiap manusia sejatinya dilahirkan bebas dan mempunyai hak dan
kebebasan yang setara sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, yang mengamanatkan penghapusan segala bentuk
perbedaan termasuk perbedaan dalam pemenuhan hak asasi manusia
termasuk perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia kemudian tercantum dalam
Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil Politik (International Covenant on
Civil and Political Rights) yang mengamanatkan bahwa pengakuan atas
harkat dan martabat manusia serta hak yang sanna dan tidak terpisahkan
dari seluruh umat manusia di muka bumi termasuk di dalamnya persamaan
antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati semua hak-haknya di
sipil dan politik dalam setiap aktivitas kehidupannya. Demikian halnya
dalam Konvensi Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya {International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights)
yang mengamanatkan sesuai dengan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia

1
bahwa setiap manusia termasuk perempuan mempunyai hak yang sanna
dalam menikmati hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.
Untuk menguatkan pengakuan terhadap hak-hak perempuan,
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengesahkan Konvensi tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention on
the Elimination of All Forms of Discrimination againts Women) yang
ditetapkan dan dibuka untuk ditandatangani, diratifikasi dan disetujui oleh
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 34/180 pada tanggal 18 Desember
1979. Konsideran Konvensi menyatakan bahwa Deklarasi Universal hak
asasi Manusia menegaskan prinsip untuk tidak menerima diskriminasi dan
menyatakan bahwa seluruh umat manusia dilahirkan bebas dan sama
dalam martabat serta hak dan bahwa setiap orang memiliki seluruh hak dan
kebebasan yang tercantum di dalamnya, tanpa segala bentuk perbedaan,
termasuk perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
Konsideran konvensi selanjutnya menyatakan bahwa diskriminasi
terhadap perempuan adalah perbuatan yang bertentangan atau melanggar
prinsip-prinsip persamaan hak dan penghormatan terhadap martabat
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, merupakan suatu hambatan/
rintangan terhadap partisipasi perempuan, berdasarkan persamaan dengan
laki-laki, dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya di
negaranya, menghambat pertumbuhan kesejahteraan masyarakat dan
keluarga serta mempersulit perkembangan sepenuhnya potensi perempuan
dalam pengabdiannya kepada negara dan kemanusiaan.
Kemudian, bagian konsideran lainnya juga berisi pernyataan untuk
mengingatkan kembali betapa besar peranan atau kontribusi yang dapat
diberikan oleh perempuan terhadap kesejahteraan keluarga dan
perkembangan masyarakat, sejauh ini tidak diakui sepenuhnya, arti sosial
tentang kehamilan serta peran kedua orang tua dalam keluarga dan dalam
membesarkan anak-anak, dan menyadari bahwa peranan perempuan dalam
memperoleh keturunan tidak boleh dijadikan dasar diskriminasi dan bahwa
membesarkan anak-anak menuntut pembagian tanggung jawab antara laki-
laki dan perempuan serta masyarakat sebagai keseluruhan.
Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita {Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination againts Women) secara eksplisit mengatur dengan tegas
istilah diskriminasi terhadap perempuan yang merupakan fenomena yang

2
dialami oleh perempuan di berbagai belahan dunia, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 1 yang menyatakan bahwa untuk tujuan Konvensi int, istilah
diskriminasi terhadap perempuan berarti perbedaan, pengucilan atau
pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang berakibat atau
bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil atau apapun lainnya oleh
kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar
persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Dari pengertian diskriminasi yang tercantum dalam Konvensi
CEDAW tersebut di atas, mengandung makna bahwa diskriminasi
merupakan suatu tindakan atau perbuatan berupa pembatasan yang dapat
dilakukan baik oleh perseorangan, sekelompok orang, masyarakat atau
bahkan dilakukan lembaga atau badan pemerintahan/negara yang
mempunyai kewenangan tertentu, di mana pembatasan tersebut dilakukan
berdasarkan jenis kelamin yang ditujukan kepada perempuan atau
mempunyai dampak pengurangan hak-hak asasi manusia khususnya
perempuan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pembatasan
tersebut juga termasuk kebebasan-kebebasan yang sudah semestinya
diperoleh perempuan dalam segala bidang kehidupannya antara lain
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil dan bidang lainnya sehingga
mengakibatkan perempuan tidak dapat menikmati hak dan kebebasan
tersebut.

B. Tujuan Konvensi CEDAW.


Secara umum, kehadiran Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan dilatarbelakangi oleh kondisi yang
dialami oleh perempuan di berbagai negara-negara di dunia antara lain
tindakan diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupannya sehari-hart
yang disebabkan berbagai faktor, yakni ekonomi, sosial budaya,
pandangan dan pemahaman masyarakat pada umumnya tentang kedudukan
perempuan dalam kehidupan yang berada di bawah dominasi laki-laki
serta faktor lain sehingga teijadi hak-hak perempuan menjadi terabaikan.
Tindakan diskriminasi terhadap perempuan tersebut tentunya melanggar
prinsip-prinsip persamaan hak dan penghormatan terhadap harkat dan

3
martabat manusia yang dapat menghambat, mengurangi atau bahkan
menghilangkan hak-hak perempuan dalam menjalani aktivitas
kehidupannya di segala bidang kehidupan.
Oleh karena itu, untuk menjamin pengakuan dan pemenuhan
terhadap hak-hak perempuan sebagai manusia yang secara hakiki juga
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang diberikan seperangkat hak asasi
manusia, maka diperlukan penegasan dan penguatan terhadap hak-hak
perempuan yang dituangkan dalam Konvensi Internasional di bawah
naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa sehingga dapat menjadi pedoman
bagi negara-negara di dunia untuk menegakkan hak-hak perempuan tanpa
adanya diskriminasi atau perbedaan yang didasarkan pada jenis kelamin.
Diharapkan dengan adanya Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan, menjadi angin segar bagi pemenuhan
hak-hak perempuan tanpa diskriminasi sekaligus sebagai dasar hukum bagi
negara-negara di dunia dalam menyusun berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan di negaranya masing-masing sebagai tindak lanjut
prinsip dan substansi yang tercantum dalam konvensi tersebut.
Adapun tujuan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan {Convention on the Elimination of All
Forins of Discrimination againts Women) sebagaimana tercantum dalam
Pasal 2, yang menyatakan bahwa Negara-negara pihak mengutuk
diskriminasi terhadap perempuan dalam segala bentuknya dan bersepakat
dengan segala cara yang tepat dan tanpa ditunda-tunda untuk menjalankan
suatu kebijakan yang menghapus diskriminasi terhadap perempuan dan
untuk tujuan ini berusaha untuk:
1. Memasukkan asas persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam
undang-undang dasar mereka atau perundang-undangan lainnya
yang layak apabila belum dimasukkan ke dalamnya, dan untuk
menjamin realisasi praktis pelaksanaan dari asas ini, melalui hukum
dan cara-cara lain yang tepat;
2. Membuat peraturan perundang-undangan yang tepat dan upaya
lainnya, dan di mana perlu termasuk sanksi-sanksi, yang melarang
semua diskriminasi terhadap perempuan;
3. Menetapkan perlindungan hukum terhadap hak perempuan atas
dasar persamaan dengan kaum laki-laki, dan untuk menjamin
perlindungan bagi kaum perempuan yang aktif terhadap setiap

4
perilaku diskriminatif, melalui pengadilan nasional yang kompeten
dan badan-badan pemerintah lainnya;
4. Menahan diri untuk tidak melakukan suatu tindakan atau praktik
diskriminasi terhadap perempuan, dan menjamin agar pejabat-
pejabat dan lembaga-lembaga publik akan bertindak sesuai dengan
kewajiban ini;
5. Mengambil semua langkah-langkah yang tepat untuk menghapuskan
perlakuan diskriminatif terhadap perempuan oleh orang, organisasi
atau lembaga apapun;
6. Mengambil langkah-langkah yang tepat, termasuk upaya legislatif,
untuk mengubah dan menghapuskan undang-undang, peraturan-
peraturan, kebijakan-kebijakan, dan praktik-praktik yang ada yang
merupakan diskriminasi terhadap perempuan;
7. Mencabut semua ketentuan pidana nasional yang merupakan
diskriminasi terhadap perempuan.

C. Prinsip-Prinsip Konvensi CEDåW.


Prinsip-prinsip Konvensi CEDAW merupakan landasan atau dasar
yang menjadi pedoman pokok dalam pelaksanaan dan pemenuhan
berbagai ketentuan yang tercantum dalam Konvensi sehingga diharapkan
dapat mencapai tujuan Konvensi dalam rangka menghapuskan segala
bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam aktivitas kehidupannya
sehari-hart. Adapun prinsip-prinsip yang terkandung dalam Konvensi
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita
{Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination againts
Women), adalah sebagai berikut: 16
1. Prinsip kesetaraan substantif, prinsip int dikenal juga dengan
pendekatan korektif, yaitu pendekatan yang tidak berfokus pada
perlakuan yang sama di depan hukum saja tetapi juga mencakup
kesetaraan dalam arti de jure dampak aktual atau riil dari hukum.
Perhatian utamanya adalah memastikan agar hukum melakukan
koreksi atas ketimpangan yang ada dan memberi pengaruh pada

'6 Fika Yuliadina Hakim, Menerjemahkan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk


Diskriminasi Terhadap Perempuan {CEDAW) Ke Dalam Peraturan Perundang-
IJndangan, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9 Nomor 1, April 2006, hlm. 100-101.

5
hasilnya dengan memastikan adanya kesetaraan substantif dalam
kesempatan, akses, dan manfaat bagi perempuan.

2. Prinsip nondiskriminasi, pengertian diskriminasi dalam konvensi


ini adalah setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang
dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau
tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan
pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun
lainnya oleh kaum perempuan terlepas dari status perkawinan
mereka, atas dasar persamaan laki-laki dan perempuan.

3. Prinsip kewajiban Negara yang meliputi hal-hal sebagai berikut:


a. Menjamin hak perempuan melalui hukum dan kebijakan serta
menjamin hasilnya;
b. Menjamin pelaksanaan praktis dan hak melalui langkah tindak atau
aturan khusus sementara, menciptakan kondisi yang kondusif untuk
meningkatkan kesempatan dan akses perempuan pada peluang yang
ada dan menikmati manfaat yang sama/adil dari hasil menggunakan
peluang itu.
c. Negara tidak saja menjamin tetapi juga merealisasi hak perempuan.
d. Tidak saja menjamin secara de- jure tetapi juga de-facto.
e. Negara tidak saja harus bertanggung jawab dan mengaturnya di
sektor publik tetapi juga melaksanakannya terhadap tindakan orang-
orang dan lembaga di sektor privat (keluarga) dan sektor swasta.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa Konvensi CEDAW dilaksanakan berdasarkan pada prinsip
kesetaraan yang tidak hanya bersifat formalitas belaka namun kesetaraan
yang substantif artinya bahwa kesetaraan terhadap harkat dan martabat
perempuan tidak hanya sebatas wacana namun diimplementasikan dalam
berbagai aktivitas kehidupan sehari-hart di masyarakat, bangsa dan negara.
Sejalan dengan prinsip kesetaraan, dikuatkan dengan prinsip
nondiskriminasi yang menyiratkan makna bahwa tidak boleh ada
perbedaan, pengucilan atau pembatasan yang didasarkan pada jenis
kelamin sehingga akan berdampak pada pengurangan, pembatasan atau

6
bahkan penghapusan hak-hak perempuan dalam berbagai bidang antara
lain pohtik, ekonomi, sosial, budaya, sipil dan bidang lainnya. Untuk
menjamin agar prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi terhadap hak-hak
perempuan dapat beijalan sebagaimana mestinya, maka prinsip kewajiban
negara mempunyai peranan yang penting melalui berbagai upaya dan
tindakan antara lain mengeluarkan berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagai pedoman dalam pemenuhan hak-hak
perempuan yang setara dan nondiskriminasi, dan kemudian menjamin
pelaksanaan dan penegakan hak-hak perempuan tersebut dalam kehidupan
nyata sehari-hart.

D. Substansi Konvensi CEDAW.


Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
secara historis Konvensi CEDAW merupakan Konvensi yang dikeluarkan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dilatarbelakangi oleh keprihatinan
terhadap kondisi dan keadaan perempuan di berbagai belahan dunia yang
mendapatkan perlakuan atau tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia ciptaan Tuhan, yang
memiliki hak-hak asasi manusia dalam menjalani kehidupannya tanpa
adanya perbedaan atau diskriminasi. Atas hal tersebut maka Konvensi
CEDAW merupakan suatu produk hukum internasional yang diharapkan
menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa dan negara di dunia untuk
menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam hal
pemenuhan hak-haknya di berbagai bidang kehidupan tanpa adanya
pembatasan atau perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
Secara garis besar, substansi Konvensi tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap perempuan ‹Convention on the Elimination
of All Forms of Discrimination againts Women) terdiri atas 6 Bagian dan
30 Pasal yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagian I berisi tentang pengertian umum diskriminasi dan tujuan
konvensi untuk menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan,
dengan pokok-pokok substansi, yaitu:
a. Pengaturan secara eksplisit tentang pengertian diskriminasi terhadap
perempuan, yaitu perbedaan, pengucilan atau pembatasan yang
dibuat atas dasar jenis kelamin (Pasal 1);

7
b. Kesepakatan Negara peserta untuk melakukan upaya atau tindakan
Negara peserta untuk menjalankan suatu kebijakan yang menghapus
diskriminasi terhadap perempuan (Pasal 2);
C. Upaya-upaya negara peserta khususnya dalam bidang politik, sosial,
ekonomi dan budaya untuk menjamin pengembangan dan pemajuan
perempuan sepenuhnya (Pasal 3);
d. Tindakan-tindakan khusus oleh negara peserta untuk mempercepat
persamaan antara laki-laki dan perempuan secara de facto tidak
dianggap sebagai diskriminasi sebagaimana ditegaskan dalam
Konvensi (Pasal 4);
e. Tindakan yang tepat untuk mengubah pola tingkah laku sosial dan
budaya para laki-laki dan perempuan untuk menghapus kebiasaan
yang berdasarkan pemikiran adanya superioritas salah satu gender
dan memastikan pendidikan keluarga terhadap pemahaman peran
dan tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan (Pasal

f. Negara peserta harus melakukan upaya yang tepat termasuk


pembuatan undang-undang untuk memberantas segala bentuk
perdagangan perempuan dan eksploitasi seksual terhadap
perempuan (Pasal 6).

2. Bagian II tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan


dalam bidang politik dan kewarganegaraan, dengan pokok-pokok
substansi, yaitu:
a. Negara peserta harus mengambil langkah yang diperlukan untuk
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan
politik, kemasyarakatan negaranya, khususnya menjamin bagi
perempuan atas dasar persamaan dengan laki-laki untuk memilih
dalam semua pemilihan, berpartisipasi dalam perumusan kebijakan
pemerintah, dan untuk berpartisipasi dalam organisasi atau
perkumpulan nonpemerintah (Pasal 7);
b. Negara peserta harus mengambil upaya yang tepat untuk
memastikan agar perempuan memiliki kesempatan mewakili
Pemerintah mereka pada tingkat internasional dan berpartisipasi

8
dalam pekeijaan organisasi internasional tanpa diskriminasi apapun
(Pasal 8);
C. Negara peserta wajib memberikan hak yang sama kepada
perempuan untuk memperoleh, mengubah atau mempertahankan
kewarganegaraannya, menjamin hak kewarganegaraan apabila
menikah dengan orang asing, termasuk hak kewarganegaraan anak-
anak mereka (Pasal 9);

3. Bagian III tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan


dalam bidang pendidikan, pekeijaan, kesehatan, ekonomi dan sosial
lainnya, dan hak-hak perempuan di pedesaan, dengan pokok-pokok
substansi, yaitu:
a. Negara peserta wajib untuk mengambil upaya yang tepat untuk
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam rangka
untuk memastikan hak yang sama dengan laki-laki dalam bidang
pendidikan, terutama untuk menjamin atas dasar persamaan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal karier dan pendidikan, akses
pelajaran dan tenaga pendidikan yang sama, penghapusan konsep
stereotip tentang peranan laki-laki dan perempuan dalam semua
tingkat dan bentuk pendidikan (Pasal 10);
b. Negara peserta wajib untuk melakukan semua upaya yang tepat
untuk menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam
bidang pekeijaan dalam rangka memastikan persamaan antara
perempuan dan laki-laki terutama hak dan kesempatan untuk
bekeija, memilih pekeijaan, persamaan pendapatan, jaminan sosial
dan perlindungan kesehatan (Pasal 11);
C. Negara peserta harus melakukan upaya-upaya yang tepat untuk
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam bidang
kesehatan dalam rangka memberi kepastian berdasarkan persamaan
antara perempuan dan laki-laki, kesempatan atas pelayanan
kesehatan termasuk yang berhubungan dengan keluarga berencana
(Pasal 12);
d. Negara peserta wajib melakukan upaya-upaya yang tepat untuk
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan pada bidang-
bidang kehidupan ekonomi, sosial lainnya dalam rangka

9
memastikan hak yang sama berdasarkan persamaan antara
perempuan dan laki-laki khususnya hak atas tunjangan keluarga, hak
atas pinjaman dari bank dan kredit lainnya, hak untuk ikut serta
dalam kegiatan rekreasi, olahraga dan aspek lain dalam kehidupan
budaya (Pasal 13);
e. Negara peserta wajib memperhatikan masalah-masalah khusus yang
dihadapi perempuan pedesaan, dan peran penting yang dimainkan
perempuan pedesaan untuk mempertahankan kehidupan
keluarganya, termasuk pekeıjaan di luar sektor moneter dalam
ekonomi dan wajib melakukan upaya yang tepat untuk memastikan
penerapan ketentuan Konvensi ini pada perempuan pedesaan (Pasal
14);

4. Bagian IV tentang persamaan perempuan di depan hukum dan


dalam hal perkawinan, dengan pokok-pokok substansi, yaitu:
a. Negara peserta wajib memberikan perempuan persamaan dengan
laki-laki di hadapan hukum, dalam bidang perdata perempuan
mempunyai kapasitas hukum yang sama dengan laki-laki untuk
melakukan peijanjian dan mengelola kekayaan, dan kebebasan
untuk memilih tempat tinggal dan domisilinya (Pasal 15);
b. Negara peserta wajib melakukan upaya-upaya khusus untuk
menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan dalam setiap
masalah yang berhubungan dengan perkawinan dan hubungan
keluarga, dan berdasarkan persamaan antara laki-laki dan
perempuan terutama harus memastikan hak yang sama untuk
melakukan perkawinan, hak memilih pasangan, hak dan tanggung
jawab selama perkawinan, hak sebagai orang tua dan hak-hak
lainnya dalam keluarga (Pasal 16);

5. Bagian V tentang pengawasan terhadap pelaksanaan konvensi,


dengan pokok-pokok substansi, yaitu:
a. Untuk melakukan penilaian terhadap kemajuan yang dicapai dalam
pelaksanaan Konvensi, dibentuk Komite Penghapusan Diskriminasi
terhadap Perempuan, di mana anggota Komite berasal dari Negara
peserta dan ahli yang memiliki standar moral yang tinggi dan

10
berkompeten dalam bidang yang tercakup dalam Konvensi (Pasal
17);
b. Negara peserta beijanji untuk menyampaikan kepada Sekretaris
Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk dipertimbangkan oleh
Komite, suatu laporan mengenai langkah-langkah legislatif,
yudikatif, administratif atau langkah-langkah yang telah diambil
untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan Konvensi int dan
mengenai kemajuan yang telah dicapai (Pasal 18);
C. Komite harus membuat aturan-aturan proseduralnya sendiri, dan
memilih pejabat-pejabat untuk masa jabatan dua tahun (Pasal 19);
d. Komite harus melakukan pertemuan tahunan untuk jangka waktu
tidak lebih dari dua minggu untuk membahas laporan-laporan yang
diajukan oleh negara peserta yang dilaksanakan di Markas Besar
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau tempat lain sesuai keputusan
Komite (Pasal 20);
e. Komite setiap tahunnya wajib menyampaikan laporan kepada
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Dewan
Ekonomi dan Sosial, serta dapat memberikan saran-saran dan
rekomendasi umum berdasarkan penelaahan atas laporan-laporan
dan keterangan yang diterima dari Negara-Negara peserta yang
dimasukan dalam laporan Komite (Pasal 21);
f. Badan-badan khusus berhak untuk diwakili pada waktu
mempertimbangkan pelaksanaan ketentuan-ketentuan Konvensi int
sesuai dengan ruang lingkup dan kegiatan mereka (Pasal 22).

6. Bagian VI tentang upaya penghapusan diskriminasi dalam peraturan


perundang-undangan nasional dan internasional, dengan pokok-
pokok substansi, yaitu:
a. Tidak satu pun ketentuan dalam Konvensi ini akan mempengaruhi
ketentuan-ketentuan yang lebih baik bagi tercapainya persamaan
antara perempuan dan laki-laki yang mugkin terdapat dalam
perundang-undangan Negara peserta, Konvensi, atau Peijanjian/
Persetujuan Internasional yang berlaku bagi Negara yang
bersangkutan (Pasal 23);

11
b. Negara peserta beijanji untuk mengambil semua langkah yang
diperlukan pada tingkat nasional yang ditujukan untuk mencapai
perwujudan sepenuhnya hak yang diakui dalam Konvensi ini (Pasal
24);
C. Konvensi ini terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara, di
mana Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ditunjuk
sebagai penyimpan Konvensi int (Pasal 25);
d. Permintaan untuk merevisi Konvensi ini dapat diajukan sewaktu-
waktu oleh setiap Negara peserta dengan pemberitahuan tertulis
yang dialamatkan kepada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa (Pasal 26);
e. Konvensi ini mulai berlaku pada hart ketiga puluh setelah tanggal
diserahkannya instrumen ratifikasi atau aksesi yang kedua puluh
pada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
disimpan (Pasal 27);
f. Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa menerima dan
mengedarkan kepada semua Negara, naskah reservasi yang dibuat
oleh Negara-Negara pada waktu dilakukannya ratifikasi atau aksesi
(Pasal 28);
g. Setiap perselisihan antara dua atau lebih Negara peserta mengenai
penafsiran atau penerapan Konvensi ini yang tidak diselesaikan
melalui perundingan, diajukan untuk arbitrase atas permohonan
salah satu negara tersebut, jika tidak dapat bersepakat dalam waktu
enam bulan, para pihak dapat menyerahkan perselisihan tersebut
atau ke Mahkamah Internasional (Pasal 29);
h. Konvensi ini naskahnya dibuat dalam bahasa Arab, Cina, Inggris,
Perancis, Rusia dan Spanyol, mempunyai kekuatan yang sama dan
wajib disimpan pada Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-
Bangsa (Pasal 30).

12

You might also like