You are on page 1of 41

SOAL_SOAL LATIHAN UAS ASP

1. UU no berapa yang mengatur perimbangan keuangan pusat dan daaerah dan jelaskan
bagaimana alokasi Dana Bagi Hasil baik dari sector pajak maupun non pajak dialokasikan
untuk pemda dan pemerintah pusat (jelaskan secara rinci % dalam mengalokasi dana
tersebut).
CPMK 3, CPL S2, S4, S5, P1,KU1,KU8 (20%)
Jawab :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai
konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemda. Penyelenggaraan urusan Pemda
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai oleh APBD. Penyelenggaraan urusan
Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
didanai oleh APBN. Sedangkan penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh
Gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai oleh APBN.

Dana perimbangan terdiri atas :

1) Dana Bagi Hasil


Bersumber dari pajak : PBB, BPHTB, PPh
Sumber Daya Alam : Kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi
2) Dana Alokasi Umum
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam
Negeri Netto yang ditetapkan dalam APBN. 
3) Dana Alokasi Khusus
Besarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN

Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Untuk
hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah Daerah
tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Sedangkan Dana
Darurat, Pemerintah mengalokasikannya yang bersumber dari APBN untuk keperluan
mendesak yang dilakibatkan oleh bencana nasional dan atau peristiwa luar biasa yang tidak
dapat di tanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

Atau bisa juga jawabnya yang lebih bagus

Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut ketentuan Umum UU
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demikratis, transparan, dan
bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan
mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.

Dana perimbangan terdiri atas :

1) Dana Bagi Hasil


Bersumber dari pajak : PBB, BPHTB, PPh
Sumber Daya Alam : Kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak
bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi

Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. DBH Pajak Bumi dan Bangunan (DBH PBB) merupakan bagian dari Transfer ke
Daerah yang berasal dari penerimaan PBB yang dikenakan atas bumi dan bangunan, kecuali
Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan.

2. DBH Pajak Penghasilan (DBH PPh) adalah bagian dari Transfer ke Daerah yang berasal
dari penerimaan Pajak Penghasilan, yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 25 dan Pasal 29. – PPh
Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lainnya sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan. –
Sedangkan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 adalah Pajak Penghasilan terutang oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal 29 Undang-Undang
mengenai Pajak Penghasilan yang berlaku kecuali Pajak Penghasilan yang diatur dalam Pasal
25 ayat (8) Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan.

3. DBH Cukai Hasil Tembakau (DBH CHT) adalah bagian dari Transfer ke Daerah yang
dibagikan kepada provinsi penghasil cukai dan/atau provinsi penghasil tembakau.

Penggunaan DBH Pajak bersifat blockgrant, yaitu penggunaan dana diserahkan kepada
daerah sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Kecuali untuk DBH CHT paling
sedikit 50% digunakan untuk mendanai program/kegiatan peningkatan kualitas bahan baku,
pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai serta
pemberantasan barang kena cukai ilegal.

2) Dana Alokasi Umum


Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam
Negeri Netto yang ditetapkan dalam APBN. 
3) Dana Alokasi Khusus
Besarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN

Pembagian Dana Bagi Hasil antara Pusat dan Daerah pada DBH Pajak :

Pasal 12

1. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (2) huruf a dan huruf b dibagi antara daerah provinsi, daerah kabupaten/kota, dan
Pemerintah.
2. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) untuk
Daerah dengan rincian sebagai berikut:
a. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan
dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi;
b. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;
dan
c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
3. 10% (sepuluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh
daerah kabupaten dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun
anggaran berjalan, dengan imbangan sebagai berikut:

a. 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh daerah
kabupaten dan kota; dan
b. 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten
dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan
sektor tertentu.
4. Dana Bagi Hasil dari penerimaan BPHTB adalah sebesar 80% (delapan puluh persen)
dengan rincian sebagai berikut:

a. 16% (enam belas persen) untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke
Rekening Kas Umum Daerah provinsi; dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk daerah kabupaten dan kota penghasil dan
disalurkan ke Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota.
5. 20% (dua puluh persen) bagian Pemerintah dari penerimaan BPHTB dibagikan dengan
porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota.
6. Penyaluran Dana Bagi Hasil PBB dan BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Pasal 13

1. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c
yang merupakan bagian Daerah adalah sebesar 20% (dua puluh persen).
2. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi antara
Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten/kota.
3. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dengan
imbangan 60% (enam puluh persen) untuk kabupaten/kota dan 40% (empat puluh
persen) untuk provinsi.
4. Penyaluran Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan secara
triwulanan.

Sedangkan DBH SDA meliputi Kehutanan, Mineral dan Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas
Bumi, Pengusahaan Panas Bumi dan Perikanan.

Pasal 14

Pembagian Penerimaan Negara yang berasal dari sumber daya alam sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut:

a. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Pengusahaan Hutan
(IHPH) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah Daerah
yang bersangkutan dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah
dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
b. Penerimaan Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan
sebesar 60% (enam puluh persen) untuk Pemerintah dan 40% (empat puluh persen)
untuk Daerah.
c. Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan
80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.
d. Penerimaan Perikanan yang diterima secara nasional dibagi dengan imbangan 20% (dua
puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk seluruh
kabupaten/kota.
e. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan:
a. 84,5% (delapan puluh empat setengah persen) untuk Pemerintah; dan
b. 15,5% (lima belas setengah persen) untuk Daerah.
f. Penerimaan Pertambangan Gas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang
bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dibagi dengan imbangan:

a. 69,5% (enam puluh sembilan setengah persen) untuk Pemerintah; dan


b. 30,5% (tiga puluh setengah persen) untuk Daerah.
g. Pertambangan Panas Bumi yang dihasilkan dari wilayah Daerah yang bersangkutan yang
merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak, dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh
persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk Daerah.

Pasal 15

1. Dana Bagi Hasil dari penerimaan IHPH yang menjadi bagian Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi; dan
b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil.
2. Dana Bagi Hasil dari penerimaan PSDH yang menjadi bagian Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibagi dengan rincian:
a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 16

Dana Bagi Hasil dari Dana Reboisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b:

a. 60% (enam puluh persen) bagian Pemerintah digunakan untuk rehabilitasi hutan dan
lahan secara nasional; dan
b. 40% (empat puluh persen) bagian daerah digunakan untuk kegiatan rehabilitasi hutan
dan lahan di kabupaten/kota penghasil.

Pasal 17

1. Penerimaan Pertambangan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c terdiri


atas:
a. Penerimaan Iuran Tetap (Land-rent); dan
b. Penerimaan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti).
2. Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara Iuran Tetap (Land-rent) yang menjadi bagian
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibagi dengan rincian:

a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; dan


b. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil.
3. Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi
(Royalti) yang menjadi bagian Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
dibagi dengan rincian:

a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;


b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
4. Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c, dibagikan dengan
porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.

Pasal 18
1. Penerimaan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d terdiri atas:
a. Penerimaan Pungutan Pengusahaan Perikanan; dan
b. Penerimaan Pungutan Hasil Perikanan.
2. Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara sektor perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf d dibagikan dengan porsi yang sama besar kepada kabupaten/kota
di seluruh Indonesia.

Pasal 19

1. Penerimaan Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang dibagikan ke Daerah
adalah Penerimaan Negara dari sumber daya alam Pertambangan Minyak Bumi dan
Gas Bumi dari wilayah Daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak
dan pungutan lainnya.
2. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 huruf e angka 2 sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut:
a. 3% (tiga persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
3. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf f angka 2 sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:

a. 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;


b. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
bersangkutan.
4. Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf
c, dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota dalam provinsi
yang bersangkutan.

Pasal 20
1. Dana Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf e angka 2 dan huruf f angka 2 sebesar 0,5% (setengah
persen) dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
2. Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi masing-masing dengan
rincian sebagai berikut:
a. 0,1% (satu persepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/ kota penghasil; dan
c. 0,2% (dua persepuluh persen) dibagikan untuk kabupaten/ kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan.
3. Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dibagikan
dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota dalam provinsi yang
bersangkutan.

Pasal 21

1. Penerimaan Negara dari Pertambangan Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 huruf g merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terdiri atas:
a. Setoran Bagian Pemerintah; dan
b. Iuran tetap dan iuran produksi.
2. Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Pertambangan Panas Bumi yang dibagikan kepada
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf g dibagi dengan rincian:

a. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;


b. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil; dan
c. 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
3. Bagian kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dibagikan
dengan porsi yang sama besar untuk semua kabupaten/kota dalam provinsi yang
bersangkutan.

Pasal 22

Pemerintah menetapkan alokasi Dana Bagi Hasil yang berasal dari sumber daya alam
sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil.

Pasal 23
Dana Bagi Hasil yang merupakan bagian Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
disalurkan berdasarkan realisasi penerimaan tahun anggaran berjalan.

Pasal 24

1. Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil yang berasal dari sektor minyak bumi dan gas
bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari asumsi dasar harga minyak
bumi dan gas bumi dalam APBN tahun berjalan.
2. Dalam hal Dana Bagi Hasil sektor minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melebihi 130% (seratus tiga puluh persen), penyaluran dilakukan
melalui mekanisme APBN Perubahan.

Pasal 25

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dan ayat
(2) dikenakan sanksi administrasi berupa pemotongan atas penyaluran Dana Bagi Hasil
sektor minyak bumi dan gas bumi.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Bagi Hasil diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Berikan penjelasan terkait APBD/APBN, bagaimana Rancangan APBN/APBD,


Pertanggungjawaban APBN/APBD, Azas umum dan struktur APBN/APBD, Penetapan
APBN/APBD dan Pelaksanaan APBN/APBD.
CPMK 3, CPL S1, S4, S5, P4,KU9,KU8 (20%)
Jawab :

APBN atau Anggaran Pendapatan Belanja Nasional adalah suatu rencana keuangan
tahunan pemerintah Indonesia yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari DPR.
APBD atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah adalah suatu rancangan keuangan
tahunan pemerintah Daerah yang sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari DPRD
setempat.
Rancangan APBN
Penyusunan APBN didasarkan pada ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
yang telah diubah menjadi Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3). Penyusunan APBN melewati proses
perencanaan pengeluaran dan pemasukan negara. Penyusunan ini biasa disebut dengan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN.
Dalam menyusun anggaran, penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) dihadapkan dengan berbagai ketidak pastian. Setidaknya terdapat enam sumber
ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni:
a. Harga minyak bumi di pasar internasional
b. Kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC
c. Pertumbuhan ekonomi
d. Inflasi
e. Suku bunga
f. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD)

Penetapan angka-angka keenam unsur diatas memegang peranan yang sangat penting dalam
penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asumsi-asumsi dasar penyusunan
RAPBN. Angka-angka asumsi yang dihasilkan oleh tim ini selanjutnya dipakai sebagai dasar
untuk menyusun RAPBN. Perlu diketahui bahwa angka-angka yang tertera ini masih berupa
usulan dari pihak eksekutif (pemerintah) kepada pihak legislatif (DPR).
Selanjutnya RAPBN ini disampaikan oleh Presiden ke DPR dalam suatu siding paripurna
yang merupakan awal dari proses pembahasan RAPBN antara pemerintah dan DPR.
Tentunya angka perubahan terhadap angka asumsi RAPBN sangat mungkin terjadi selama
berlangsungnya proses pembahasan antara pemerintah dan DPR. Perubahan ini
mencerminkan banyak hal diantaranya:
a. Pemerintah dan DPR bertanggungjawab terhadap keputusan penetapan angka-angka
asumsi dalam APBN
b. Angka asumsi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik
c. Terjadi pergeseran secara riil status APBN, dari “milik pemerintah” menjadi “milik
publik”

Setelah RAPBN disetujui oleh DPR, RAPBN kemudian ditetapkan menjadi APBN melalui
Undang-undang. Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang
APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan setinggi-tingginya jika angka APBN tahun
sebelumnya.
Agar pelaksanaan APBN sesuai dengan rencana, maka dikeluarkan keputusan presiden
tentang pelaksanaan APBN. Keputusan presiden tersebut terutama menyangkut hal yang
belum dirinci didalam UU APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor
daerah kementrian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan
pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementrian negara/lembaga.
Rancangan APBD
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman
kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh pemerintah.
(1) SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang bersifat
indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
(2) Penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
RPJMD.
(1) Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan
menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu
kepada Rencana Kerja Pemerintah.
(2) Renja SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran dari Renstra
SKPD yang disusun berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
tahun-tahun sebelumnya.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(4) Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempertimbangkan prestasi
capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(1) RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
(2) Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran
sebelumnya.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Pertanggungjawaban dan Pelaksanaan APBN
Laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa
Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah
daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada
DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
Pertanggungjawaban dan Pelaksanaan APBD
1) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi
keuangan, aset, utang dan ekuitas dana, yang berada dalam tanggung jawabnya.

2) Penyelenggaraan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan di lingkungan SKPD dan menyiapkan
laporan keuangan sehubungan dengan pelaksanaan anggaran dan barang yang dikelolanya.

3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan yang disampaikan kepada kepala
daerah melalui PPKD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

4) Kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa


pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan
sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(1) PPKD menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas
dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
(2) PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas; dan
d. Catatan Atas Laporan Keuangan.

(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan laporan ikhtisar
realisasi kinerja dan laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.
(5) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
berdasarkan laporan keuangan SKPD.
(6) Laporan keuangan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada kepala daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

(1) Laporan keuangan pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (2)
disampaikan kepada BPK selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari
pemerintah daerah.
(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) BPK belum
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan, rancangan peraturan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 101 diajukan kepada DPRD.
Asas umum penyusunan APBN
Penyusunan program pembangunan tahunan dituangkan dalam APBN dengan berazaskan:
a. Kemandirian, artinya sumber penerimaan dalam negeri semakin ditingkatkan
b. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas
c. Penajaman prioritas pembangunan.

ASAS umum dan struktur APBD


1) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.
2) Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada RKPD
dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan
bernegara.
3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
4) APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban APBD setiap tahun ditetapkan dengan
peraturan daerah. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang,
barang dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD.
5) Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
6) Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara
bruto dalam APBD.
7) Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan
peraturan perundangundangan.
Struktur APBD
1) APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah; dan
c. pembiayaan daerah.
2) Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum
Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.
3) Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
4) Pembiayaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.

Asas Umum Pelaksanaan APBD


(1) SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan
yang tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggarannya dalam
APBD.
(2) Pelaksanaan belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus didasarkan pada
prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
(1) Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
(2) Bendahara penerimaan wajib menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum
daerah selambatlambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.
(3) Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang lengkap atas setoran dimaksud.
Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan SPD, atau DPA-SKPD, atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
(1) Gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan dalam APBD.
(2) Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil
daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan memperhatikan kemampuan
keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,
wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening
Kas Negara pada bank pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai
bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan perundangundangan.
(1) Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan
oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
(2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penerbitan SP2D
oleh kuasa BUD.
(3) Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kuasa BUD
berkewajiban untuk:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum dalam perintah
pembayaran;
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah; dan
e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

(1) Penerbitan SPM tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.
(3) Bendahara pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya
setelah:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran; dan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
(1) Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh PPKD.
(2) Semua penerimaan dan pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening
Kas Umum Daerah.

3. Jelaskan Akuntansi di Rumah Sakit, Pelaporan Keuangan RS, Akuntansi dan pengukurannya,
Akuntansi dana di RS dan Laporan Keuangan RS
CPMK 4, CPL S1, S4, S5, P4, KU9, KU8 (20%)
Jawab :

AKUNTANSI RS
Akuntansi rumah sakit diklasifikasi sebagai organisasi not – for – profit. Standar
akuntansinya sesuai dengan yang diatur oleh Governmental Accounting Standars Board
(GASB). Sistem akuntansi berdasarkan Akuntansi Dana.
Akuntansi rumah sakit adalah sistem akuntansi yang mengakumulasi,
mengkomunikasikan, dan menginterpretasi data ekonomi historis dan perkiraan yang berguna
untuk memastikan posisi keuangan dan hasil operasional rumah sakit.
Informasi yang berkaitan dengan kegiatan rumah sakit, disajikan dalam bentuk
statistik yang bersifat historis dan, pada saat yang sama, diperkirakan. Informasi statistik
tersebut sama pentingnya bagi pengguna manajemen internal dan pihak eksternal rumah
sakit. Di rumah sakit, akuntansi tidak lain sebagai sistem informasi.
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan
data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam meerncanakan,
mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan dapat
dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :
 Neraca (Balance sheet)
 Laporan keuangan (Income statement)
  Laporan perubahan keuangan.
Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2 sistem yang sangat penting
yaitu:
 Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel
Yang telah dipakai oleh pemerintah kita termasuk RS Pemerintah. Dalam sistem ini
hanya dicatat “penerimaan” dari pengeluaran uang, sehingga sebetulnya sistem ini sangat
sederhana, mudah dikerjakan dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu
pengawasan menjadi lebih mudah. Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan
pengeluaran dalam satu tahun anggaran yang ditentukan.
 Accrual Basis
Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak
diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan.
Dengan kata lain penghasilan diakui pada saat penyerahan barang/jasa, bukan pada saat
kas diterima; dan biaya diakui pada saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan.
Dengan metode aktual, harta daki ui pada saat diperoleh kepemilikannya.

AKUNTANSI DAN PENGUKURAN


Pendapatan rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga katagori utama:
1. pendapatan jasa pasen, dihasilkan oleh beberapa pusat perawatan pasen baik rawat inap
maupun rawat jalan. Pendapatan jasa pasen, termasuk pendapatan dari:
a. perawatan sehari-hari pasen seperti ruang rawat ,makanan dan jasa perawatan
umum lainnya;
b. Jasa perawatan lain seperti ruang operasi, ruang rehabilitasi, labolatorium, rawat
jalan dan;
c. jasa propesional lainnya seperti laboran ,radiology, anesthesia dan fisio teraphy.
2. Pendapatan premi yang dihasilkan dari adanya kontrak perawatan pasen dengan
instansi atau perusahaan.
3. Pendapatan lainnya yang diperoleh dari kegiatan lain diluar pasen dan jasa perawatan
seperti:
a. pendapatan yang diperoleh dari bimbngan mahasiswa praktek,
b. pendapatan yang diperoleh dari dana terbatas yang digunakan untuk tujuan khusus
seperti penelitian atau pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
donor atau pemberibantuan,
c. Pendapatan yang diperoleh dari hadiah, bantuan atau pendapatan subsidi sesuai
pembatasan donor untuk kegiatan amal.
d. Sumber lainnya seperti penyewaan instalasi, penjualan barang sisa (scrap), kantin,
penjualan perlengkapan pasen dan foto copy.
Kriteria pengukuran dan pengakuan beban dan kerugian, secara umum di edentifikasi
sesuai kuantitas usaha. Kecuali biaya pensiun, pengukuran bagi Rumah Sakit Pemerintah
berbeda, karena kuantitas pemerintah harus menerapkan GASB statemen No. 27. “
Accounting For penssion By State and Local Govermental Employes”. Juga SFAS 87 “
Employes Accounting For Penssion “.Beban – beban Rumah Sakit diklasifikasi dalam
fungsi utama :
1. Beban pelayan perawatan
2. Bebab pelayanan Profisional lain
3. Beban pelayanan umum
4. Beban pelayanan Piscal
5. Beban pelayanan Administrasi
6. Beban pelayanan lainnya.

AKUNTANSI DANA
Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi keuangan
mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu:
 Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)
Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu.
 Dana Terikat (Restricted Fund)
Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang biasanya
muncuul karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan sumbangan. Terikat
tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang memberikan sumber
keuangan
Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK
yang paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang
organisasi nirlaba.

Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal.
Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
 Dana tidak terikat
 Dana terikat sementara
 Dana terikat permanen

LAPORAN KEUANGAN RS
Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh , yaitu:
1. Neraca
Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun proses
penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca perusahaan
yang sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara
khusus perlu diperhatikan antara lain:
 Kas
Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang
tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasi.
 Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.
 Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar
pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.
 Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.
 Aktiva yang Disisihkan
Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang
penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori dana
tersebut.
 Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang dilaporkan pada neraca.
 Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh
rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu,
dan terikat permanen.

2. Laporan Operasi
Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi
(Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung dan
rugi, serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan.
Dalam laporan operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih
dalam perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit selama periode
berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun rugi operasi selama
periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh selama operasi berjalan. Perubahan
lain dari saldo dana selama periode berjalan harus dilaporkan setelah indikator kinerja.
3. Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang Tidak
Terikat, Terikat Sementara, dan terikat Permanen.
4. Laporan Arus Kas
Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas komersial.
Laporan arus kas terdiri dari:
 Aktivitas operasi
 Aktivitas investasi
 Aktivitas pendanaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Terdiri dari :
 Gambaran umum RS
 Iktisar kebijakan akuntansi
 Penjelasan pos-pos laporan keuangan

4. Jelaskan Akuntansi di Universitas, Standar pelaporan Keuangan pendidikan, Struktur dana


Universitas Negeri dan Swasta, Dana Lancar dan Dana Lancar Terkait
CPMK 4, CPL S1, S4, S5, P4, KU9, KU8 (20%)
Jawab :

Pengertian Akuntansi Universitas


Akuntansi universitas adalah proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan
informasi ekonomi universitas yang berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan
mengenai usaha atau kegiatan universitas. Kegiatan akuntansi universitas meliputi
pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan,
pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan,
dan  pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan.
Standar pelaporan Keuangan pendidikan
Pelaporan Keuangan Universitas agak berbeda dengan laporan keuangan perusahaan pada
umumnya. Universitas, sebagai organisasi nirlaba, memiliki karakteristik yang berbeda
dengan organisasi bisnis. Hal ini menyebabkan terdapat perbedaan perlakuan pencatatan
keuangan dan pelaporan keuangan antara organisasi bisnis dengan organisasi nirlaba.
Meskipun tujuan utama organisasi nirlaba bukanlah menghasilkan profit dari pengelolaan
sumber daya, tetapi tetap memiliki kewajiban untuk melakukan pertanggungjawaban kepada
pemberi sumber daya dan masyarakat, salah satunya berupa penyusunan laporan keuangan
sebagai bahan evaluasi kinerja keuangan.
PSAK 45
Dalam pelaporan keuangan, organisasi nirlaba berpatokan pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 45. Berdasarkan PSAK 45, terdapat istilah-istilah dalam
penyusunan laporan keuangan yang tidak ada dalam organisasi bisnis, seperti berikut ini:
1. Aset Netto

Berbeda dengan sumber daya (modal) di organisasi bisnis, sumber daya di organisasi nirlaba
tidak dibayarkan kembali kepada pemberi sumber daya, sehingga kurang sesuai jika disebut
sebagai modal. Standarnya, sumber daya di organisasi nirlaba disebut dengan istilah aset
netto meskipun penyebutan ekuitas masih digunakan di beberapa tempat. Aset netto atau
sumber daya terbagi berdasarkan batasan oleh pemberi sumber daya sebagai berikut:
 Aset Netto Tidak Terikat

Sumber daya ini tidak dibatasi penggunaannya untuk tujuan atau periode tertentu. Sumber
daya ini biasanya didapatkan dari pendapatan opersional, sumbangan, atau hasil investasi
yang dikurangi beban operasional.
 Aset Netto Terikat

Sumber daya ini dibatasi penggunaannya berdasarkan jangka waktu atau tujuan tertentu.
Aset Netto Terikat terbagi lagi menjadi:
 Aset Netto Terikat Temporer

Sumber daya ini dibatasi penggunaannya hingga jangka waktu tertentu. Sumber daya
ini biasanya berupa investasi jangka tertentu, pemerolehan aset tetap yang
penggunaannya sampai jangka waktu tertentu.
 Aset Netto Terikat Permanen
Sumber daya ini dipertahankan/digunakan secara permanen, biasanya berupa aset
yang tidak untuk dijual atau investasi yang pendapatannya diperkirakan akan berjalan
terus-menerus.
2. Laporan Aktivitas

Laporan Aktivitas menyajikan perubahan aset netto (tidak terikat, terikat temporer, terikat
permanen) dalam suatu periode, beserta ketentuan lainnya yang diatur dalam PSAK 45.
Dalam laporan keuangan untuk organisasi bisnis, laporan aktivitas menyajikan informasi
yang sama dengan laporan laba/rugi.

SIKLUS AKUNTANSI
Penyajian laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki siklus akuntansi yang sama dengan
organisasi bisnis, meliputi: pencatatan transaksi (penjurnalan), posting ke buku besar,
penyusunan jurnal penyesuaian dan neraca lajur, dan penyusunan laporan keuangan.
 Penjurnalan adalah pencatatan kronologis segala transaksi keuangan (pemasukan dan
pengeluaran) ke dalam jurnal, dengan memperhatikan mekanisme debet-kredit.
 Posting adalah proses pemindahan jurnal ke buku besar sesuai akun. Masing-masing akun
dicatat transaksinya secara kronologis dan menghitung selisih debet-kredit akun tersebut.
Tujuan pemindahan buku yaitu mencari nominal saldo akhir akun-akun pada suatu
periode tertentu, biasanya per bulan.
 Jurnal Penyesuaian, Jurnal Setelah Disesuaikan, dan Neraca Lajur dikerjakan menjelang
akhir periode akuntansi, dalam mempersiapkan laporan keuangan.
 Penyusunan Laporan Keuangan adalah hasil dari tiga tahap sebelumnya dan ditutup
dengan jurnal penutup. Laporan-laporan keuangan universitas, atau organisasi nirlaba
pada umumnya, terbagi menjadi: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, dan
Laporan Arus Kas.

Struktur dana Universitas Negeri dan Swasta


Universitas yang dikelola pihak swasta ( private university ) dilaksanakan berdasarkan
standar akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accountin Standard Board - FASB
( Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan ( FASB Statement ) no
117 tentang laporan keuangan untuk organisasi nirlaba.
Universitas yang dikelola pihak pemerintah ( public University), pelaksanaan akuntansi nya
dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang dikembangkan oleh Govermental
Accounting Standard Board – GASB ( Dewan Standar Akuntansi Pemerintah ) khusunya
pernyataan  ( GASB Statement ) no 15 tentang  “Model pelaporan keuangan untuk
universitas”
Struktur dana untuk universitas terdiri atas :
 Dana Lancar (Currents Funds)
 Dana Pinjaman (Loan Funds)
 Dana Abadi ( Endowment Funds)
 Dana Anuitas dan Pensiun (Anuity and Life Income Funds)
 Dana Pembangunan (Plants Funds)

Dana Lancar (Current Funds) adalah dana yang didirikan oleh universitas untuk mengelola
kekayaan atau sumber daya (resource) yang akan digunakan dalam rangka membiayai
kegiatan opresional sehari-hari. Current Funds ini dibagi menjadi dua, yaitu dan yang
penggunaannya tidak ada batasan (unrestriced current funds)dan dana yang penggunaannya
terbatsa pada tujuan tertentu (restriced current funds)
Dana Pinjaman (Loan Funds) dana yang didirikan untuk mengumpulkan dana-dana yang
akan digunakan untuk memberikan pinjaman baik kepada pegawai unversitas maupun pihak-
pihak lain yang terkait dengan universitas.
Dana Abadi (Endowment Funds) adalah dana yang dikumpulkan dan kemudain dikelola oleh
universitas tidak untuk penggunaan jangka pendek. Dana ini “diabadikan” kemudian dikelola
untuk bentuk investasi yang hasilnya (return) bisa dimanfaatkan untuk penggunaan jangka
pendek.
Dana Anuitas dan Pensiun (Annuity and Life Income Funds) adalam semacam dan pensiun
yang dikelola universitas, sedangkan  Dana Pembangunan (Plant Funds) adalah dana yang
dikumpulkan dengan tujuan penggunana nberupa pembangunann gedung, fasilitas, dan aktiva
tetap lainnya.
Dana Lancar dan Dana Lancar Terkait
Dana Lancar (Current funds)
Dana lancar yaitu dana ynag didirikan oleh universitas untuk mengelola kekayaan atau
sumber  daya yang akan digunakan dalam rangka membiayai kegiatan operasional sehari-
hari. dana lancar ini dibagi menjadu dua bagian yaitu :
 Dana yang penggunaan nya tidak ada batasan  (Unrestricted current funds)
 Dana yang penggunaannya terbatas (Restricted current funds)

Dana Lancar Tidak Terikat


Dana lancar tidak terikat mencatat dana yang dapat dibelanjakan untuk menjalankan aktivitas
utama dari universitas dan yang penggunaannya tidak dibatasi untukt ujuan tertentu.
Tujuannya serupadengan Dana Umum pada entitas pemerintah.
Dasar akuntansinya menggunakan dasar akrual. Namun, sebagai ganti laba bersih (net
income), selisih antara pendapatan dan belanja dicatat sebagai perubahan bersih atas saldo
dana (net change to fund balance). Rincian anggaran disiapkan menurut fungsi objek,
departemen dan kelompok belanja.Untuk pencatatannya serupa dengan akuntansi pemerintah.
Pencatatan ayat jurnal untuk anggaran ini serupa dengan yang diacatat dalam akuntansi
pemerintah dengan format sebagai berikut :
Anggaran pendapatan xxxxx
Estimasi belanja xxxxx
Saldo dana xxxxx
Ayat jurnal tersebut ditutup pada akhir periode. Dalam akuntansi dana universitas juga
menggunakan sistem Encumbrance untuk mencatat pesanan pembelian yang jadi setiap kali
ada pesanan pembelian, maka jurnalnya adalah :
Cadangan Beban Belanja xxxxx
Beban belanja xxxxx
Belanja xxxxx
Kas xxxxx

DANA LANCAR TERIKAT


Dana dalam Dana Lancar Terikat dapat digunkan untuk tujuan operasional dari universitas
sesuai batasan yang ditetapkan pihak eksternal yang mensponsori dana tersbut. Penerimaan
dana dengan pembatasan (restriction) dicatat sebagai peningkatan dalam kas dan saldo dana,
namun tidak diakui sebagai pendapatan sampai ketentuan yang membatasi pengunaan dana
itu dipenuhi dan dana dibelanjakan sesuaidengan cara yang telah ditetapkan. Jadi dalam Dana
Lancar Terikat, pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan tujuan tertentu
telah dilaksanakan. Format jurnal penerimaan dana dalam dana lancar terikat sebagai berikut:

Kas xxx
saldo dana xxx

Format ayat jurnal ketika dana dibelanjakan sebagai berikut:


Belanja xxx
saldo dana xxx
kas xxx
pendapatan xxx

Dalam dana lancar terikat pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan tujuan
tertentu telah dilakukan:
 Pendapatan dan penambahan saldo dana lainnya
 Balanja dan pengurangan saldo lainnya
 Transaksi lainnya
5. Sajikan salah satu laporan keuangan dari Lembaga Sektor Publik (Pemerintah, Rumah Sakit
atau Universitas) saudara analisa berdasarkan laporan BPK/KAP dan apa yang membedakan
dengan laporan keuangan di sektor swasta.
CPMK 5, CPL S1, S4, S5, P4, KU9, KU8 (20%)
Jawab
Menurut Mardiasmo (2002), akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian
sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang
bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.

Berikut merupakan perbedaan pengelolaan laporan keuangan oleh institusi pemerintah


dan non pemerintah :

Laporan Keuangan Sektor Publik Laporan Keuangan Sektor Swasta

Fokus finansial dan politik Fokus finansial

Kinerja diukur secara finansial dan non- Sebagian besar kinerja diukur secara
finansial finansial

Pertanggungjawaban kepada parlemen dan Pertanggungjawaban kepada pemegang


masyarakat luas saham dan kreditur

Melihat ke masa depan secara detail Tidak dapat melihat masa depan secara
detail

Aturan pelaporan ditentukan oleh Aturan pelaporan ditentukan oleh undang-


departemen keuangan undang, standar akuntansi, pasar modal dan
praktik akuntansi

Laporan diperiksa oleh treasury Laporan keuangan diperiksa oleh auditor


independen

Cash accounting Accrual accounting


6. a. Jelaskan isi dari PP No 24 Tahun 2005 dan apakah dalam penyajian laporan keuangan
sektor public harus mengacu pada PSAP?
b. PSAP no berapa yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan sector public dan
bagaimana proses audit dijalankan?
CPMK 5, CPL S2, S4, S5, P3, P4, KU6, KU8 (20%)
Jawab :
a. Isi PP NO 24 Tahun 2005 adalah tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Secara
umum dijelaskan isi dari PP No 24 Tahun 2005 yang berbunyi :
Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa
standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen
dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan
(3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Namun, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun


2010, maka PP Nomor 24 Tahun 2005 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAP Berbasis Akrual dapat
dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010. Dengan
ditetapkannya PP 71 Tahun 2010 tentang SAP ini maka PP 24 Tahun 2005 dinyatakan
tidak berlaku lagi. Namun meski sudah dinyatakan berlaku secara substansial PP 24
Tahun 2005 masih dilaksanakan dalam rangka proses transisi penyusunan laporan
keuangan berbasis Kas Menuju Akrual kepada penyusunan laporan keuangan berbasis
akrual. Substansi PP  24 Tahun 2005 ini dinyatakan dalam Lampiran II PP 71 Tahun
2010 tentang SAP.

Apakah dalam penyajian laporan keuangan sektor public harus mengacu pada
PSAP?
Iya, karena dalam Laporan Keuangan perlu mengacu pada PSAP karena ini berlaku
efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, yaitu
untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, standar ini menetapkan seluruh
pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan
keuangan dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun
dengan menerapkan akuntansi berbasis akrual, Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar
Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan. SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun
laporan keuangan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah.

b. PSAP no berapa yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan sector


public.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 217/PMK.05/2015 tentang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Berbasis Akrual nomor 13 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum, terhitung mulai tanggal 1
Januari 2016 satker Badan Layanan Umum telah memiliki PSAP tersendiri. PSAP
nomor 13 ini mengatur penyajian laporan keuangan BLU dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun
antar BLU. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh
pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan
keuangan dan persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Bagaimana proses audit dijalankan?
1. Penyelidikan

Penyelidikan adalah proses meminta klien untuk penjelasan tentang proses


atau transaksi yang terkait dengan laporan keuangan. Jenis prosedur audit ini
biasanya melibatkan pengumpulan bukti verbal. Demikian juga, auditor
menggunakan prosedur penyelidikan untuk berbagai macam proses audit.

2. Pemeriksaan catatan atau dokumen

Pemeriksaan catatan atau dokumen adalah proses pengumpulan bukti


dengan memeriksa catatan atau dokumen. Jenis prosedur audit ini dapat dilakukan
dengan menjamin catatan transaksi ke dokumen pendukung atau menelusuri
dokumen pendukung ke catatan transaksi.

3. Perhitungan ulang

Perhitungan ulang adalah proses menghitung kembali pekerjaan yang


telah dilakukan klien untuk melihat apakah ada hasil yang berbeda antara
pekerjaan auditor dan pekerjaan klien.

4. Prosedur analitik

Prosedur analitik adalah proses mengevaluasi informasi keuangan


melalui analisis tren, rasio atau hubungan antara data termasuk data keuangan
dan non-keuangan. Auditor biasanya melakukan jenis prosedur audit ini
dengan membangun harapan mereka tentang transaksi khas atau saldo akun
dan membandingkannya dengan catatan klien.

5. Tes Penilaian

Menghitung aset berwujud dapat memberi auditor bukti nilai. Auditor


dapat mengonfirmasi jumlah peralatan atau produk tertentu untuk menentukan
bahwa nilainya sesuai dengan pernyataan perusahaan.
7.  Jelaskan Pengertian Audit Sektor Publik, tujuan audit sektor publik, Prosedur audit sektor
publik. Laporan hasil Audit sektor public dan apa isi dari UU No 15 Tahun 2004
CPMK 5, CPL S2, S4, S5, P3,P4,KU6,KU8 (20%)
Jawab :

Audit sektor public adalah suatu proses sistematik secara objektif, Audit sektor publik ini
dilakukan untuk memeriksa kebenaran pelaporan yang dibuat dengan kondisi real yang
terjadi apakah instansi
pemerintah telah melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab dan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Tujuan sektor publik
a. Menetapkan prinsip-prinsip dasar untuk merepresentasikan praktik-praktik
audit yang seharusnya.
b. Menyediakan kerangka kerja pelaksana dan peningkatan kegiatan audit intern yang
memiliki nilai tambah.
c. Menetapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit.
d. Mempercepat perbaikan kegiatan operasi dan proses organisasi.
e. Menilai, mengarahkan dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit.
f. Menjadi pedoman dalam pekerjaan audit.
g. Menjadi dasar penilaian keberhasilan pekerjaan audit.

Prosedur audit
sektor publik adalah metode dan teknik yang dipergunakan untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit. Prosedur dapat diklasivikasi menjadi tiga bagian:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman lingkungan pengendalain interan.
2. Pengujian pengendalaian merupakan pengujian yang ditujukan terhadap rencana dan
pelaksanaan suatu kebijakan untuk mencegah dan menemukan salah saji material
dalam suatu lapoaran keuanagn.
3. Pengujian substantif merupakan pengujian rinci dan prosedur analitis yang dilakuakn
untuk menemukan salah saji material dalam saldo rekening, golongan transaksi dan
unsur pengungkapan laporan keuangan

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 adalah tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara
wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara memiliki standar pemeriksaan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pemeriksa Keuangan dalam melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara dilindungi oleh Undang-
Undang.

8. Jelaskan tentang anggaran pada sector public, dan Indonesia menganut basis anggaran
berdasakan apa?
CPMK 2, CPL S1,S4,S5, P4,KU9,KU8 (20%)
Jawab :

Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan
pelaksanaan program-program (Putra dkk, 2015). Anggaran pada sektor publik harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik dan diberi masukan (Putra dkk, 2015). Anggaran
merupakan rencana yang menjabarkan tujuan dan kegiatan perusahaan dimasa yang akan
datang yang bersifat kuantitatif dan dinyatakan dalam satuan moneter (Sinaga, 2013). Hal-hal
yang perlu dihindari terkait dengan penyusunan anggaran salah satunya adalah kesenjangan
anggaran.
Sehingga dapat disimpulkan anggaran sektor publik merupakan alat yang dibutuhkan
manajemen untuk melaksanakan visi dan misi suatu organisasi. Anggaran sektor publik harus
dapat dipertanggung jawabkan kepada publik untuk diberi kritikan atau pun masukan. Karena
tujuaan dari organisasi sektor publik adalah untuk memberikan pelayanan dan kesejahteraan
kepada masyarakat.

Dan indonesia menganut basis anggaran berdasarkan apa?


Sistem penganggaran yang diterapkan di Indonesia menurut yang diamanatkan oleh Undang-
Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara adalah penganggaran berbasis kinerja. 
Sistem penganggaran berbasis kinerja berfokus pada hasil yang dicapai dari penggunaan
sumber daya. Dulu dalam pengalokasian anggarannya, Indonesia menggunakan sistem
tradisional dimana berfokus pada bagaimana merinci program dalam kegiatan dan biayanya
sehingga terbentuk alokasi anggaran yang menyeluruh atas program, tetapi telah berubah
menjadi penganggaran berdasarkan kinerja.
Untuk APBN saat ini menggunakan sistem anggaran berbasis kinerja berdasarkan UU Nomor
1 Tahun 2004. Sejak tahun 1969 diterapkan sistem berimbang dan dinamis dalam
penyusunan anggaran pendapatan belanja negara.

Sistem anggaran di Indonesia pada awalnya mengikuti sistem anggaran tradisional


(traditional budgeting system) yang berakhir secara bertahap sampai tahun anggaran
1970/1971 untuk anggaran pembangunan, sedangkan anggaran rutin disusun secara
tradisional berakhir pada tahun 1973/1974. Sistem anggaran tradisional lebih menekankan
pada aspek pelaksanaan dan pengawasan anggaran. Dalam pelaksanaan yang dipentingkan
adalah besarnya hak tiap departemen/lembaga sesuai dengan obyek dan sudah dibenarkan
apabila sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku.

Kemudian dalam perkembangan dikenal sistem anggaran kinerja (PBS) yang


untuk pertama kali pada tahun anggaran 1970/1971 untuk anggaran pembangunan. Anggaran
ditetapkan berdasarkan program-program pembangunan yang menjadi tujuan pembangunan
yang akan dicapai.

Perwujudannya sendiri berbentuk proyek-proyek pembangunan. Secara administratif proyek-


proyek ini dituangkan dalam bentuk DIP. Dalam DIP disebutkan penanggungjawab proyek,
nama proyek, letak, waktu dimulai dan perkiraan tanggal selesai. DIP berisi rencana fisik dan
perkiraan baiya yang harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan dan Bappenas.
Pengawasan dalam sistem PBS, ditekankan pada rencana fisik untuk mencapai sasaran tujuan
yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan biaya disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi dalam
prakteknya biaya ini dibatasi oleh kredit anggaran (ibid.).
Sedangkan PBS bagi anggaran rutin baru dimulai pada tahun anggaran 1973/1974.

Dalam anggaran rutin digunakan daftar isian kegiatan (DIK) sebagai dasar otorisasi bagi
departemen/lembaga dalam melaksanakan anggaran belanja rutin. DIK selanjutnya harus
mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Di dalam DIK disebutkan penanggungjawab
anggaran (bagian anggaran departemen/lembaga), kegiatan, kantor pelaksana, satuan hasil
kegiatan , dan satuan volume kegiatan.

Dengan diterapkan DIP dan DIK maka sejak tahun anggaran 1973/1974 maka Indonesia
menganut sistem anggaran PBS. Sistem ini lebih menekan pada aspek manajemen yaitu
memperhatikan segi ekonomi, keuangan serta pelaksanaan anggaran maupun hasil fisik yang
dicapai. Dalam sistim ini juga diperhatikan fungsi dari masing- masing departemen/lembaga
serta pengelompokan kegiatannya (satuan prestasi kerja).

9. Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) mengatur pengelolaan keuangan sektor publik, jelaskan secara rinci konsep tersebut
dan sebutkan jenis2 laporan keuangan yang sajikan sector public.
CPMK 4, CPL S1,S4,S5, P4,KU9,KU8 (20%)
Jawab :

Dari konsep tersebut, Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah
Pusat. Tujuannya adalah untuk menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya,
menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu, dan menyediakan informasi keuangan
yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan
pemerintah secara efisien. 
Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari: 
 Laporan Realisasi Anggaran 
 Neraca Pemerintah 
 Laporan Arus Kas 
 Catatan atas Laporan Keuangan 

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdiri dari: 


1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(Ditjen PBN).
2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. 

Dan dari konsep pengelolaan keuangan sektor publik, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
(SAPD) adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi
komputer. Siklusnya dimulai dengan pencatatan transaksi atau aktivitas keuangan ke dalam
Jurnal. Transaksi yang telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke dalam Buku
Besar per akun atau kode rekening. Pada tanggal tertentu (misal akhir periode), saldo dari
setiap akun atau kode rekening dari Buku Besar diikhtisarkan atau dirangkum dalam Neraca
Saldo. Neraca Saldo menjadi dasar penyusunan Laporan Keuangan.
Lalu, pada proses klasifikasi di Akuntansi pemerintahan menggunakan kode rekening,
dimana informasi keuangan diklasifikasikan menjadi :
 Aset 
 Hutang
 Ekuitas
 Pendapatan
 Belanja
 Pembiayaan

Berikut jenis-jenis laporan keuangan yang disajikan sector publik:


 Laporan Surplus/Defisit
 Laporan Realisasi Anggaran
 Laporan Laba/Rugi
 Laporan Arus Kas
 Laporan Neraca
 Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non finansial.

10. a. Jelaskan apakah dalam penyajian laporan keuangan sektor public harus mengacu pada
PSAP?
c. PSAP no berapa yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan sector public dan
bagaimana proses audit dijalankan?
CPMK 5, CPL S2,S4,S5, P3,P4,KU6,KU8 (20%)
Jawab :
a. Laporan keuangan perlu mengacu pada PSAP karena dalam PSAP terdapat kerangka
konseptual dan 13 PSAP untuk SAP berbasis akrual yang mencakup keseluruhan laporan
keuangan. Dengan adanya PSAP, maka pemerintah akan terbantukan/dimudahkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
badan layanan umum yang sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu, perlunya PSAP ini
juga berguna untuk keseragaman laporan keuangan, sehingga maka segala informasi
keuangan (misalnya informasi terkait posisi sumber daya ekonomi, ketaatan realisasi
terhadap anggaran, dll) tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan
keputusan dan menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan. Pemerintah juga akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas,
sesuai kaidah dan format, sehingga para pengguna nantinya lebih mudah untuk menganalisa
dan membandingkan laporan dengan periode-periode sebelumnya.

Atau

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN  BERBASIS AKRUAL


NOMOR 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM 

bahwa berclasarkan Peraturart Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Stanclar Akuntansi
Pemerintahan, ketentuan mengenai stanclar akuntansi pemerintahan clinyatakan clalam
bentuk pernyataan stanclar akuntansi pemerintahan,bahwa untuk penyusunan clan penyaJ1an
laporan keuangan Baclan Layanan Umum, perlu cliatur ketentuan mengenm penyajlan,
pecloman struktur, clan persyaratan minimum isi laporan keuangan Ba clan Layanan Umum
clalam suatu pernyataan stanclar akuntansi pemerintahan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dalam
rangka peningkatan pelayanan  kepada masyarakat, satuan kerja dapat ditetapkan menjadi
satuan  kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
Satuan kerja tersebut diberikan fleksibitas pengelolaan keuangan dengan menerapkan
praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan tanpa mengutamakan
keuntungan, melakukan kegiatannya dengan prinsip efisiensi dan produktivitas. Satuan kerja
pemerintah dimaksud memberikan layanan publik, seperti pemberian layanan barang/jasa,
pengelolaan dana khusus, dan pengelolaan kawasan. 

2. Sesuai dengan ketentuan, satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU
diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain pengelolaan pendapatan dan belanja,
pengelolaan kas, pengelolaan utang-piutang, pengelolaan investasi dan pengadaan
barang/jasa, kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non Pegawai Negeri Sipil
(PNS), serta kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan
kontribusinya. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan
BLU dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran,
antar periode, maupun antar BLU. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan
seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan
keuangan dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan
menerapkan akuntansi berbasis akrual.

Laporan keuangan BLU merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh BLU. Tujuan umum laporan keuangan BLU adalah
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih,
arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan BLU adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber
daya yang  dipercayakan kepadanya, dengan: 

A.menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
BLU;

B.menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan
ekuitas BLU; 

C.menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

D.menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; 

E.menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan 

Fmemenuhi kebutuhan kasnya; menyediakan informasi mengenai potensi BLU untuk


membiayai penyelenggaraan kegiatan BLU; dan 

G.menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan dan kemandirian


BLU dalam mendanai aktivitasnya. 

 Pendapatan-LRA pada BLU diakui pada saat pendapatan kas yang diterima BLU diakui
sebagai pendapatan  oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum. 22. Pemerintah dapat membuat mekanisme pengakua pendapatan-LRA BLU sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di lingkup pemerintah tersebut. Misalnya, pemerintah
membuat mekanisme pengesahan pendapatan-LRA BLU yang disampaikan kepada
Bendahara Umum Negara (BUN)/Bendahara Umum Daerah 13  (BUD).
Dalam hal bendahara penerimaan pendapatan-LRA BLU merupakan bagian dari BUN/BUD,
maka pendapatan-LRA BLU diakui pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan
BLU. Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). 

b.  PSAP no berapa yang mengatur tentang penyajian laporan keuangan sector public dan
bagaimana proses audit dijalankan?

Tujuan PSAP 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan
baik terhadap anggaran, antarperiode, maupun antarentitas. Laporan keuangan untuk tujuan
umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini
menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman
struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam
standar akuntansi pemerintahan lainnya.
Audit terhadap sektor publik sangat penting dilakukan hal ini merupakan bentuk tanggung
jawab sektor publik (pemerintah pusat dan daerah) untuk mempertanggungjawabkan dana
yang telah digunakan oleh instansi sehingga dapat diketahui pemanfaatan dana tersebut
dilaksanakan sesuai prosedur dan standar atau tidak. karakteristik manajemen sektor publik
yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan
perundang-undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada
hal-hal tersebut.
Hasil audit berupa informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik dapat
digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan internal.
Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di luar entitas yang diaudit)
untuk mengevaluasi apakah:
1. Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya
secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan,
2. Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan, dan
3. Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efi sien, ekonomis, etis, dan
berkeadilan

Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa
pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara
secara tertib dan taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11. a.Jelaskan perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta dan apa persamaannya?
b.Berikan penjelasan bagaimana proses pembuatan APBD/APBN, jelaskan secara rinci alur
prosedurnya.
CPMK 3, CPL S1,S4,S5, P4,KU9,KU8 (20%)
Jawab :
a. Jelaskan perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta dan apa persamaannya?
Jawab :
•Tujuan Organisasi
Yang dapat terlihat yakni dari tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor swasta, usaha
mencapai laba atau profit dimaksimumkan, sedangkan pada sektor publik bukan hanya untuk
mencapai keuntungan semata, namun juga dalam rangka penyediaan pelayanan publik.

• Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber pendanaan organiasi
atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal atau struktur pembiayaan.

• Pola Pertanggung jawaban


Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan (pemegang
saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik manajemen
bertanggungjawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan oleh organisasi
sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari masyarakat.

• Struktur Organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta. Struktur
organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku dan hirarki, sedangkan struktur
organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel.

• Karakteristik Anggaran dan Stakeholder


Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran dipublikasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Beda dengan di swasta,
dimana anggaran pada sektor swasta bersigat tertutup dan merupakan rahasia perusahaan.
Publik dalam organisasi sektor publik memiliki makna yang berbeda dengan yang dipahami
oleh organisasi sektor swasta.

• Sistem Akuntansi Yang Digunakan


Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi yang biasa
digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual (Accrual accounting)
sedangkan pada sektor publik sampai pada tahun 2014 ini masih menggunakan sistem
akuntansi berbasis kas menuju akrual (Cash toward Accrual).

Persamaan akuntansi sektor publik dan sektor swasta, antara lain :

- Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi, di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama untuk
mencapai tujuan organisasi.

- Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomi, efisien dan efektif.

- Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di


kedua sektor. Kedua sektor tersebut membutuhkan informasi yang handal, relevan untuk
melaksanakan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).

- Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, seperti sama-sama
bergerak dibidang transportasi massal, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan
sebagainya.
- Kedua sektor terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

b. Berikan penjelasan bagaimana proses pembuatan APBD/APBN, jelaskan secara rinci alur
prosedurnya.
Jawab :

Penyusunan APBD :
1. Pertama, pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan APBD). RAPBD disusun
pemerintah daerah atas dasar usulan dari setiap perangkat belanja administrasi dan
umum 326.928.112 daerah yang diusulkan dalam bentuk RASK (Rencana Anggaran
Satuan Kerja).
2. Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas. Sebelum
membahas RAPBD, DPRD menyosialisasikan RAPBD kepada masyarakat untuk
mendapat masukan. Masukan tersebut dicatat dan akan dibukukan sebagai lampiran.
3. DPRD membahas RAPBD bersama dengan Tim Anggaran Eksekutif.
4. RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD untuk dilaksanakan.
Penyusunan APBN :
1. Penyusunan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional) oleh
lembaga-lembaga terkait berdasarkan hasil analisis dari asumsi-asumsi makroekonomi.
2. Pemerintah akan mengajukan RAPBN tersebut kepada DPR untuk didiskusikan lebih
lanjut apakah RAPBN tersebut dapat disetujui atau tidak.
3. Jika DPR menyetujui RAPBN tersebut, maka DPR akan mengesahkannya menjadi
APBN. Jika DPR menolak RAPBN tersebut, maka pemerintah harus menggunakan
APBN yang terdahulu.

You might also like