You are on page 1of 15

I.

UMUM 1

PENYELENGGARAAN JALAN
Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.

UU NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN


3 (tiga) unsur yang terkait dalam pelaksanaan Jalan

DINAS PU DINAS
(BIDANG BINA PERHUBUNGAN/ POLRI
MARGA) LLAJ
Penyedia Prasarana Regulator Penegakan Hukum
Jalan Pengguna Jalan

Ketiga unsur tersebut berkewajiban berkoordinasi dalam pelaksanaan


pekerjaan jalan dan pengoperasian jalan
PENGELOMPOKAN JALAN MENGACU PADA 2
UU NO. 38 TAHUN 2004 DAN PP NO. 34 TAHUN 2006
Dalam UU No. 38 Tahun 2006 dan PP No. 34 Tahun 2006 pengertian Jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori dan jalan kabel.
UU NO. 38 TAHUN 2004 DAN PP. NO. 34 TAHUN 2006
PENGELOMPOKAN JALAN

JALAN UMUM JALAN KHUSUS JALAN TOL


Jalan yang Jalan yang dibangun oleh Jalan umum yang
diperuntukan bagi Lalu Instansi, Badan Usaha, merupakan bagian
Lintas Umum Perseorangan atau sistem jaringan jalan
Kelompok Masyarakat dan sebagai jalan
untuk kepentingan nasional yang
sendiri penggunanya
diwajibkan membayar
tol.

SISTEM JARINGAN JALAN


3
SISTEM JARINGAN JALAN
Sistem Jaringan Jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem
jaringan jalan Primer dan sistem jaringan jalan Sekunder yang terjalin dalam hubungan
hierarki yang disususn mengacu pada rencana tata ruang wilayah dengan
memperhatikan keterhubungan antar kawasan/atau dalam kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan.
SISTEM JARINGAN JALAN

SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER SISTEM JARINGAN JALAN SEKUNDER


Sistem jaringan jalan dengan Sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang perenan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk pengembangan dan jasa untuk masyarakat di dalam
semua wilayah ditingkat nasional, kawasan perkotaan
dengan menghubungkan semua titik
simpul jasa distribusi yang berwujud
pusat-pusat kegiatan.

FUNGSI JALAN, STATUS JALAN DAN PERSYARATAN TEKNIS


4
STATUS JALAN, FUNGSI JALAN DAN PERSYARATAN
TEKNIS
SISTEM JARINGAN JALAN
UNTUK JALAN UMUM

STATUS JALAN
FUNGSI JALAN ➢ Jalan Nasional
Berdasarkan sifat, pergerakan pada lalu ➢ Jalan Propinsi
lintas dan angkutan jalan ➢ Jalan Kabuapten
Fungsi Jalan dibedakan atas : ➢ Jalan Kota, dan
➢ Jalan Ateri ➢ Jalan Desa
➢ Jalan Kolektor
➢ Jalan Lokal, dan
PENYELENGARAAN JALAN SESUAI
➢ Jalan Lingkungan STATUS JALAN PELAKSANAANNYA
DIBAGI SESUAI DENGAN
KEWENANGAN

PERSYARATAN TEKNIS
Meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk,
persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, pelengkap jalan, penggunaan jalan
sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus
STATUS JALAN UNTUK JALAN UMUM 5

STATUS JALAN
UNTUK JALAN UMUM

JALAN NASIONAL JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN JALAN KOTA JALAN DESA
➢ Jalan Ateri ➢ Jalan Kolektor ➢ Jalan Kolektor ➢ Jalan Umum ➢ Jalan Lingkungan
Primer Primer yang Primer yang pada jaringan Primer dan jalan
➢ Jalan Kolektor menghubungkan tidak termasuk jalan sekunder Lokal Primer yg
Primer yang ibukota provinsi Jalan Nasional dan di dalam kota tidak termasuk
menghubungkan dengan ibukota Jalan Provinsi jalan kabupaten
antar ibukota kabupaten atau ➢ Jalan Lokal Primer di dalam kawasan
provinsi kota menghubungkan perdesaan, dan
➢ Jalan Tol, dan ➢ Jalan Kolektor ibukotakabupaten merupakan jalan
➢ Jalan Strategis Primer yang dengan ibukota umum yang
Nasional menghubungkan kecamatan, menghubungkan
antar ibukota ibukotakabupaten kawasan/antar
kabupaten atau dgn pusat desa, permukiman di
kota antaribukota dalam desa
➢ Jalan Strategis kecamatan, ibu
Propvinsi, dan kota kecamatan
➢ Jalandi daerah dengan desa, dan
khusus ibukota antar desa
Jakarta, kecuali ➢ Jalan Sekunder KEWENANGAN
jalan nasional tdk termasuk
jalan provinsi dan PEYELENGGARAAN JALAN
jalan sekunder ✓ Pemerintah Pusat
dalam kota, dan
➢ Jalan strategis ✓ Pemerintah Provinsi
kabupaten ✓ Pemerintah Kabupaten
✓ Pemerintah Kota
PEMBAGIAN KEWENANGAN PENYELENGGARAAN 6
JALAN SESUAI UU NO. 38 TAHUN 2004

NEGARA
Penguasaan atas jalan

WEWENANG WEWENANG WEWENANG WEWENANG


PEMERINTAH PEMERINTAH PEMERINTAH PEMERINTAH
(PUSAT) PROVINSI KABUPATEN KOTA
• Penyelenggaraan Penyelenggaraan • Penyelenggaraan Penyelenggaraan
jalan secara umum jalan provinsi jalan kabupaten jalan kota
• Penyelenggaraan • Penyelenggaraan
jalan nasional jalan desa

PengaTURan, PemBINaan, PemBANGunan, PengaWASan


(TURRBINBANGWAS)
BENTUK KEWENANGAN PENYELENGGARA JALAN 7

WEWENANG PENYELENGGARAAN JALAN

PENGATURAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN PENGAWASAN


• pembentukan peraturan • Pengembangan sistem • laik fungsi, prioritas pemeli • evaluasi dan pengka
perundang-undangan (U) bimbingan, penyuluhan, haraan, perawatan dan jian pelaksanaan
• perumusan kebijakan serta diklat (U, N) pemeriksaan secara kebijakan penyeleng
perencanaan (U) • Pemberian bimbingan, berkala, dan pembiayaan garaan jalan (U)
• pengendalian penyelengga penyuluhan, dan pembangu nan jalan umum, • pengendalian fungsi
raan jalan secara makro (U) pelatihan (All) masukan masyarakat (U) & manfaat hasil pem
• Penetapan N, S, P, K • Pengkajian serta litbang • Perencanaan teknis, pemro bangunan jalan (U)
pengaturan jalan (U) bidang jalan (N, P) graman dan penganggaran, • hasil penyelengga
• Perumusan kebijakan • pengembangan pengadaan lahan, serta raan jalan harus me
penyelenggaraan (P, Ka, teknologi terapan di pelaksanaan konstruksi (All) menuhi standar pela
Ko) bidang jalan (Ka, Ko) • pengoperasian dan pemeli yanan minimal (U)
• Penetapan fungsi jalan • pemberian izin, rekomen haraan jalan (All) • evaluasi kinerja
(N,P) dasi, dispensasi, dan per • pengembangan dan penge penyelenggaraan
• Penetapan status jalan (All) timbangan pemanfaatan lolaan sistem manajemen jalan (All)
• Penyusunan perencanaan RUMAJA, RUMIJA, jalan (N, P) • pengendalian fungsi
jaringan (All) RUWASJA (Ka, Ko) • pengembangan dan penge & manfaat hasil pem
lolaan manajemen pemeli bangunan jalan (All)
Keterangan:
haraan jalan (Ka, Ko)
(U) = penyelenggaraan jalan secara umum
(N ) = penyelenggaraan jalan Nasional
(P) = penyelenggaraan jalan Provinsi
(Ka) = penyelenggaraan jalan Kabupaten & Desa
(Ko) = penyelenggaraan jalan Kota
(All) = penyelenggaraan semua kewenangan jalan
KLASIFIKASI JARINGAN JALAN 8

KOTA
Jalan Arteri Primer
KOTA

KOTA Jalan Kolektor Primer


Jalan Lokal Primer

KOTA
KOTA
PKN (Pusat Kegiatan
KOTA
Nasional)
KOTA KOTA

KOTA
KOTA
KOTA
PKW (Pusat Kegiatan
Wilayah)

KOTA
PKL (Pusat
Kegiatan Lokal)
KOTA
Dasar Hukum
❖ UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
❖ PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
JALAN
❖ PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol

❖ UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan ❖ KM No. 49 Tahun 2005 tentang


Ruang TATA LALU SISTRANAS
RUANG LINTAS
❖ PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ❖ UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ

UU No. 38
Tahun 2004 ❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, kolektor, lokal, dan
tentang Jalan lingkungan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 8 ayat (6) ❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum diatur dalam
dan 9 ayat (7) Peraturan Pemerintah

PP No. 34 Tahun ❖ Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya dilakukan


2006 tentang berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
Jalan Pasal 61
ayat (4) dan 62 ❖ Penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya dilakukan secara
ayat (6) berkala dan dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan
oleh Menteri

Permen PU No.
03/PRT/M/2012 ❖Penetapan & Prosedur Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan
tentang Pedoman ❖Wewenang Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan
Penetapan
❖Perubahan Fungsi Jalan & Status Jalan
Fungsi Jalan dan
Status Jalan
9
Tujuan dan Lingkup Pengaturan
TUJUAN PENGATURAN LINGKUP PENGATURAN
❖ Mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan; ❖ Penetapan dan perubahan fungsi jalan; dan
❖ Mewujudkan kepastian hukum mengenai fungsi ❖ Penetapan dan perubahan status jalan.
jalan dan status jalan.

JALAN adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 10
Pengelompokan Jalan
PERUNTUKAN SISTEM FUNGSI STATUS

Arteri (JAP) JALAN NASIONAL SK


SK Menteri
(termasuk jalan tol dan Menteri
PU
Kolektor-1 (JKP-1) jalan strategis nasional) PU

Kolektor-2(JKP-2)
SK
JALAN PROVINSI
Sistem Gubernur
Kolektor-3 (JKP-3)
Primer
JALAN Kolektor-4 (JKP-4)
UMUM
(Jalan yang Lokal (JLP) JALAN KABUPATEN
diperuntukkan dan SK Bupati
bagi lalu lintas Lingkungan (Jling- SK JALAN DESA
umum) P)

Arteri (JAS)
Gubernur
Kolektor (JKS)
Sistem
Sekunder Lokal (JLS) JALAN SK
KOTA Walikota
Lingkungan (Jling-
S)

11
Fungsi Jalan dalam Sistem Jaringan Jalan Primer

• JAP (Jalan Arteri Primer)


▪ AntarPKN
▪ Antara PKN dan PKW
▪ Antara PKN dan/atau PKW dan Pelabuhan Utama/Pengumpul
▪ Antara PKN dan/atau PKW dan Bandar Udara Utama/Pengumpul
• JKP (Jalan Kolektor Primer) JALAN NASIONAL
▪ JKP-1 → Antaribukota provinsi
▪ JKP-2 → Antara ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota
▪ JKP-3 → Antara ibukota kabupaten/kota JALAN DAERAH
▪ JKP-4 → Antara ibukota kabupatern/kota dan ibukota kecamatan
(Prov/ Kab)
• JLP (Jalan Lokal Primer)
▪ Antara PKN dan PK-Ling
▪ Antara PKW dan PK-Ling
▪ antarPKL
▪ Antara PKL dan PK-Ling
• Jling.P (Jalan Lingkungan Primer)
▪ Antarpusat kegiatan dalam kawasan perdesaan
▪ Jalan dalam lingkungan kawasan perdesaan
12
Prosedur Penetapan Status Jalan
(Permen PU No. 03/PRT/M/2012)
PENETAPAN

JALAN NASIONAL
FUNGSI JALAN yang
ditetapkan oleh MENTERI
(Keputusan Menteri)
JALAN PROVINSI

JALAN KABUPATEN

FUNGSI JALAN yang


ditetapkan oleh JALAN KOTA
GUBERNUR (Keputusan
Gubernur)
JALAN DESA

Perubahan status dan fungsi jalan terhadap kawasan hutan


clean and clear.
13
Wewenang Pemerintah
(Permen PU No. 03/PRT/M/2012)

WEWENANG PEMERINTAH
• Penetapan fungsi jalan arteri dan kolektor yang menghubungkan
antaribukota provinsi (K-1) dalam sistem primer
• Penetapan status jalan nasional

WEWENANG PEMERINTAH PROVINSI


• Penetapan fungsi jalan dalam sistem sekunder dan jalan kolektor
(K-2,K-3, K-4), lokal dan lingkungan dalam sistem primer
• Penetapan status jalan provinsi

WEWENANG PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


• Penetapan status jalan kabupaten/kota dan jalan desa

14
Perubahan Fungsi & Status Jalan
(Permen PU No. 03/PRT/M/2012)
Pertimbangan Perubahan Fungsi Jalan:
→ Berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah yang lebih luas daripada wilayah
sebelumnya;
→ Semakin dibutuhkan masyarakat dalam rangka pengembangan sistem transportasi;
→ Lebih banyak melayani masyarakat dalam wilayah wewenang penyelenggara jalan yang baru;
dan/atau
→ Semakin berkurang peranannya, dan/ atau semakin sempit luas wilayah yang dilayani.

Penyelenggara
Sebelumnya
PENETAPAN
Usulan perubahan PERUBAHAN FUNGSI
fungsi jalan oleh Penyelenggara JALAN kepada pejabat
PENYELENGGARA jalan yang akan yang berwenang
JALAN menerima dengan mengikuti Penyelenggara
SEBELUMNYA prosedur penetapan
fungsi jalan yang Akan
Menerima

15

You might also like