You are on page 1of 6

BAB II

KERANGKA TEORI
Dislipidemia
1. Definisi
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan
(peningkatan atau penurunan) fraksi lipid dalam plasma. 13 Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan
kolesterol HDL.
2. Etiologi
Etiologi dari dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Faktor jenis kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari hormon reproduksi.
Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan hormon seks pria (testosteron)
mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita (estrogen) mempunyai
efek perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause mempunyai
risiko lebih besar terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.
b. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga
dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin
meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL
relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen
pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. 14
c. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu
genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu ( spesific – trait ) diturunkan
secara berpasangan yaitu dimana diperlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah,
sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer
karena faktor kelainan genetik. 14
d. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang
dapat terjadi sendiri ataupun bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan energi
ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan didapat output
VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida
berlebihan dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan
HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini
secaratipikal ditandai dengan kadar kolesterol HDL yang rendah.
e. Faktor Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat secara bermakna.
Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai trigliserida. Olahraga memecahkan
timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah.
f. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan
menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok akan merusak dinding
pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon
adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah. 14
g. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Asupan
tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL sehingga
mempunyai resiko terjadinya dislipidemia.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Fenotipik
Klasifikasi ini dibagi menjadi dua klasifikasi, yakni:
a. Klasifikasi Europian Atherosclerosis Societ (EAS)
EAS telah menetapkan klasifikasi sederhana yang berguna untuk pemilihan terapi,
yaitu hiperkolesterolemia, dislipidemia campuran, dan hipertrigliseridemia.
b. Klasifikasi WHO
Klasifikasi WHO merupakan modifikasi klasifikasi Fredrickson yang didasarkan pada
pengukuran kolesterol total dan TG, serta penilaian secara elektroforesis subkelas lipoprotein.
Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi kedua yakni klasifikasi patogenik, membagi menjadi dislipidemia primer
dan sekunder. Dislipidemia sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit
lain, misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan lain-lain. 3
a. Dislipidemia primer
Dislipidemia ini dapat disebabkan oleh banyak kelainan genetik, dislipidemia ini menjadi
beberapa keadaan, yakni :
- Hiperkolesterolemia Poligenik
Keadaan ini merupakan penyebab hiperkolesterolemia tersering (>90%). Merupakan interaksi
antara kelainan gen yang multipel, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya serta lebih
mempunyai lebih dari satu dasar metabolik. Hiperkolesterolemia biasanya ringan atau sedang
dan tidak ada xantoma (penumpukan lemak di bawah lapisan kulit).
- Hiperkolesterolemia Familial
Kelainan ini bersifat autosomal dominan dan terdapat bentuk homozigot maupun
heterozigot. Hiperkolesterolemia familial homozigot memiliki kadar kolesterol total antara
600-1000 mg/dl, tidak dapat diobati, menyebabkan PJK dan stenosis aorta pada masa kanak-
kanak dan dewasa muda. Hiperkolesterolemia timbul karena peningkatan kadar kolesterol
LDL yang disebabkan oleh kelainan fungsi atau jumlah reseptor LDL.
Pada hiperkolesterolemia familial heterozigot biasanya kadar kolesterol total bervariasi
antara 350-460 mg/dl, tetapi adanya nilai >300 mg/dl pada dewasa atau >260 mg/dl untuk
usia <16 tahun perlu dicurigai diagnosis hiperkolesterolemia familial. Diagnosisnya dapat
dibuat pada saat kelahiran dengan menggunakan darah yang berasal dari umbilikus. Kadar
TG normal atau sedikit meningkat.
- Dislipidemia Remnan
Kelainan ini ditandai dengan peningkatan kolesterol dan TG (dislipidemia kombinasi) dan
berat-ringannya kelainan ini bervariasi. Pada orang muda atau pasien yang kurus satu-satunya
manifestasi mungkin hanya hipertrigliseridemia sedang. Meskipun jarang terjadi, namun
merupakan penyebab PJK serius dan penyebab kelainan pembuluh darah perifer yang dini.
Manifestasi kardiovaskuler sering muncul setelah dekade kehidupan ke-4 atau ke-5. 3
- Hiperlipidemia Kombinasi Familial
Kelainan ini merupakan kelainan genetik metabolisme lipoprotein yang sering ditemukan
berhubungan dengan PJK, dengan angka kejadian 1% dari jumlah penduduk. Diagnosis
bergantung pada hasil pemeriksaan pada anggota keluarga lain. Biasanya terjadi pada
keluarga dengan riwayat PJK yang kuat. Mayoritas pasien menunjukkan peningkatan Apo B
plasma. Pada pasien dengan peningkatan kadar kolesterol dan TG, diagnosis banding,
meliputi dislipidemia remnan, hiperlipidemia kombinasi familial, hiperkolesterolemia
familial, dan dislipidemia sekunder.
- Sindrom Kilomikron
Kelainan ini merupakan penyebab hipertrigliseridemia berat yang jarang ditemukan.
Disebabkan oleh kelainan enzim lipoprotein lipase atau apo C-II. Terdapat banyak xantoma
eruptif. Pada keadaan ini adanya hipertrigliseridemia berat dan kadar kolesterol HDL yang
sangat rendah tidak mengakibatkan peningkatan resiko PJK.
- Hipertrigliseridemia Familial
Keadaan ini merupakan keadaan klinis yang sama dengan sindrom kilomikron.
Hipertrigliserida yang ada bisa berat atau ringan. Peningkatan TG yang ringan menunjukkan
kenaikan kadar VLDL, sedangkan bentuk yang lebih berat biasanya disertai kilomikronemia.
Tidak berpengaruh terhadap resiko PJK.
- Peningkatan kolesterol HDL
Kadar kolesterol HDL yang tinggi mengakibatkan hiperkolesterolemia ringan. Keadaan
ini tidak memerlukan terapi, serta disebut sebagai longevity syndrome . Kadar lipoprotein
lainnya normal.
- Peningkatan Apolipoprotein B
Pada beberapa penelitian ditemukan peningkatan kadar Apo B pada banyak pasien PJK.
Pengetahuan kita tentang hal ini belum mencukupi.
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia ini dapat disebabkan oleh penyakit/keadaan lain. Penatalaksanaan penyakit
primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Risiko PJK mungkin berkurang pada
dislipidemia sekunder dibandingkan dislipidemia primer karena masa berlangsung yang lebih
pendek.
Ada pula yang disebut dislipidemia autoimun, yakni dislipidemia yang terjadi karena
mekanisme autoimun seperti pada penyakit-penyakit mieloma multiple, SLE ( Systemic
Lupus Erythrematosus ), penyakit Graves, dan purpura trombositopenik serta idiopatik. Di
sini terjadi pembentukan antibodi yang mengikat dan mengubah fungsi enzim lipolitik
(seperti LDL, Hepatic Triglyceride Lipase -HTGL), apoprotein, dan reseptor.
Dislipidemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi lipoprotein. Lipoprotein
disini diperiksa dengan cara ultrasentrifugasi, kemudian klasifikasi dibuat berdasarkan
kandungan lipid dan apoprotein yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),
intermediate density lipoprotein (ILD), low density lipoprotein (LDL), dan high density
lipoprotein (HDL).
Secara klinis dislipidemia dapat diklasifikasikan sebagai :
a) Hiperkolesterolemia
b) Hipertrigliseridemia
c) Campuran hiperkolesterolemia dan hipertrigliserida (dislipidemia campuran).
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. 1
Hasil Anamnesis ( Subjective )
a. Keluhan
Pada anamnesis biasanya didapatkan pasien dengan faktor risiko seperti konsumsi tinggi
lemak, merokok, riwayat keluarga dengan dislipidemia dan DM, kurang beraktivitas fisik,
konsumsi alkohol, riwayat diabetes sebelumnya. Pada umumnya dislipidemia tidak bergejala
dan biasanya ditemukan pada saat pasien melakukan pemeriksaan rutin kesehatan ( medical
check-up ).
b. Faktor Risiko
1. Umur pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun.
2. Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan ibu
< 65 tahun.
3. Kebiasaan merokok.
4. Hipertensi ( ≥140/90 mmHg atau sedang mendapat obat antihipertensi
5. Kolesterol HDL rendah (<40 mg/dl). Jika didapatkan kolesterol HDL ≥60 mg/dl maka
mengurangi satu faktor risiko dari jumlah total.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh) dan tekanan
darah. Cara pengukuran IMT(kg/m 2)= BB(kg)/TB 2(m). 1
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kolesterol HDL dan trigliserida plasma.
- Lingkar pinggang
Lingkar pinggang menggambarkan lemak viseral atau obesitas sentral. Selama ini
diketahui bahwa obesitas sentral berhubungan dengan sindrom metabolik yang salah satunya
yaitu peningkatan kadar trigliserida sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Kelebihan
lemak pada perut ini meningkatkan produksi asam lemak bebas yang dapat meningkatkan
kadar trigliserida, sehingga menyebabkan hipertrigliseridemia.
Pengukuran lingkar pinggang di Eropa menurut WHO tidak cocok untuk populasi Asia.
WHO menyarankan pengukuran lingkar pinggang 94 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita
di Eropa. Sementara pengukuran 90 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita digunakan untuk
Asia.
- Indeks Massa Tubuh
Cara untuk mengetahui berat badan ideal yaitu dengan IMT (Indeks MassaTubuh) atau
BMI ( Body Mass Index ).HOMA-IR ( Homeostasis Model Assessment Insulin Resistance)
Resistensi insulin merupakan suatu kondisi yang berhubungan dengan kegagalan organ target
yang secara normal merespon aktivitas hormon insulin. Resistensi insulin berkaitan dengan
kelainan pada berbagai organ, diantaranya adalah sindroma polikistik ovarium, kanker,
infeksi, obesitas dan diabetes mellitus tipe II. 9 Resistensi insulin juga berkaitan dengan
kondisi hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia, suatu kumpulan gejala yang disebut
sebagai sindroma metabolik. Resistensi insulin diyakini menjadi faktor inisiasi terjadinya
sindroma metabolik dan mendasari patofisiologi gejala-gejala yang ada pada sindroma
metabolik. 9 Resistensi insulin menyebabkan hiperinsulinemia yang berlanjut menjadi
intoleransi glukosa, dislipidemia aterogenik, hipertrigliseridemia dan peningkatan tekanan
darah.
Indeks HOMA merupakan pengukuran yang valid dan reliabel untuk mengetahui
resistensi insulin pada anak dan remaja dibandingkan FGIR ( Fasting Glucose/Insulin Ratio)
dan QUICKI ( Quantitative Insulin Sensitivity Check Index ). Tingkat resistensi insulin
berbanding lurus dengan besarnya indeks HOMA. Semakin tinggi nilai indeks HOMA,
semakin tinggi derajat resistensi insulin. Kesepakatan internasional maupun regional
mengenai nilai acuan untuk menentukan resistensi insulin baik pada dewasa maupun pada
remaja berdasarkan indeks HOMA belum terdapat sampai saat ini.Patogenesis Dislipidemia
Metabolisme HDL juga sangat dipengaruhi oleh obesitas karena peningkatan jumlah
sisa-sisa dari kilomikron diambil oleh hati melalui beberapa jalur termasuk apo E, hepatic
lipase , reseptor LDL, reseptor LDL terkait protein dan heparan sulphate proteoglycans dan
VLDL bersama-sama dengan gangguan lipolisis. Meningkatnya jumlah TG-kaya lipoprotein
hasil dalam peningkatan aktivitas ( cholesterylester-transfer-protein ) CETP, yang pertukaran
cholesterolesters dari HDL untuk TG dari VLDL dan LDL. Selain itu, lipolisis dari TG-kaya
HDL ini terjadi oleh hepatic lipase mengakibatkan HDL kecil dengan afinitas dikurangi
untuk apo AI, yang mengarah ke pemisahan apo AI dari HDL. Hal ini pada akhirnya akan
mengarah ke tingkat yang lebih rendah dari HDL-C ( high-density lipoprotein cholesterol )
dan pengurangan dalam sirkulasi partikel HDL dengan gangguan reverse cholesterol
transport .

You might also like