Professional Documents
Culture Documents
MODUL
Oleh
20075000031
FAKULTAS PASCASARJANA
2021
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
BAB I
UNSUR INPUT AUDIT
A. Pendidikan Formal dalam UU No. 34 tahun 1954 dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 25/PMK 01/2014
Audit adalah metode untuk mengumpulkan dan mengkaji fakta data
kuantitatif mengenai suatu usaha ekonomi yang dilakukan oleh individu yang
profesional dan tidak memihak untuk menilai dan mencatat kepatuhan terhadap
persyaratan pengetahuan yang telah ditentukan sebelumnya (Arens dan
Loebbecke dalam Salsabila, 2011).
Kasdin Sitohang (2019) mengatakan bahwa akuntan harus memiliki
pengetahuan teknis yang memadai untuk meningkatkan profesionalisme
mereka. Ini membutuhkan akuntan untuk secara aktif meningkatkan keahlian
mereka. Ini adalah pertumbuhan pribadi dan perusahaan.
Uraian ini menunjukkan bahwa orang yang otonom dan berpengetahuan
harus melakukan audit. Auditor harus dapat mempertimbangkan standar yang
digunakan dan memenuhi syarat untuk memahami bentuk dan kuantitas
informasi yang akan dikumpulkan untuk memastikan bahwa mereka memiliki
penilaian yang benar, akurat dan bahwa publik akan mempercayai mereka. Jika
keahlian auditor tidak terlepas dari pengumpulan dan evaluasi data, mereka
tidak lagi kompeten.
Sesuai yang telah diatur dalam UU No. 34 tahun 1954 dan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) No. 25/PMK 01/2014, tentang Akuntan Berregister
Negara dalam Bab 2 bagian Kesatu menjelaskan bahwa Seseorang yang
terdaftar dalam Register Negara Akuntan diberikan piagam Register Negara
Akuntan dan berhak menyandang gelar Akuntan dan Piagam Register Negara
Akuntan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan pengakuan kepada
seseorang yang memiliki kompetensi dan profesionalisme di bidang akuntansi
dengan memenuhi ketentuan Peraturan Menteri ini.
Untuk itu, mengacu pada UU No. 34 tahun 1954 dan Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 25/PMK 01/2014 tentang Akuntan Berregister Negara,
tentang Akuntan Berregister Negara, dalam pasal 3 menjelaskan bahwa :
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
BAB II
UNSUR PROSES
A. Konsep Standar Audit.
Standar audit adalah pengukur kualitas, dan tujuan sehingga jarang
berubah, sedang prosedur audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci
untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan
audit berubah. Misalnya sistem akuntansi berkomputer berbeda dengan sistem
akuntansi manual, karena menggunkaan prosedur audit yang berbeda. Namun
kualitas dan tujuan audit tidak perlu berubah.
Standar audit adalah standar/aturan/kriteria yang ditetapkan dan disahkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi 3 bagian yaitu standar
umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta
interpretasinya. Standar audit merupakan pedoman audit atas laporan keuangan
historis.
Berbicara mengenai standar audit, ini merupakan sebuah aturan yang
ditetapkan agar bisa dijadikan sebagai pedoman khusus untuk menilai dan
melakukan evaluasi. Evaluasi tersebut merupakan evaluasi mengenai laporan
keuangan perusahaan tersebut.
Proses auditing ini juga bisa dianggap sebagai sebuah proses melakukan
pemeriksaan dan juga penilaian serta evaluasi mengenai hasil laporan
keuangan. Proses tersebut dilakukan oleh seseorang baik internal maupun
eksternal.
Langkah melakukan penilaian terhadap laporan keuangan tersebut tentu
berpegang pada standar auditing yang ada untuk dijadikan acuannya. Acuan
tersebut ditetapkan dan juga disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) dengan beberapa standar yang ada. Standar tersebut meliputi standar
umum, pekerjaan lapangan, dan juga pelaporan interpretasinya.
Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan.
Standar auditing merupakan salah satu ukurn kualitas pelaksanaan audit. IAI
telah menetapkan dan mengensahkan standar auditing yang terdiri dari
sepuluh standar.
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
mengukur berapa besar dan pentingnya suatu salah saji (misstatements) dalam
laporan keuangan. Beberapa contoh pertanyaan mengenai salah saji dalam
laporan keuangan :
Mengapa penentuan materialitas sangat penting dalam audit?
Apakah materialitas diukur secara kuantitatif saja, atau ada unsur
kualitatifnya?
Bagaimana menetapkan materialitas, baik secara kuantitatif atau
kualitatifnya?
Aoakah salah saji dapat diabaikan? Jika jawaban “Ya”, salah saji itu
“tidak material” (immaterial). Sebaliknya, jika tidak dapat diabaikan,
karena jumlah atau signifikannya, salah saji itu material.
Apakah perhatian auditor ditujukan pada salah saji secara individu atau
secara gabungan/agregatif ?
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menerbitkan
Keputusan nomor KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik pada tanggal 25 Juni 2012,
mendefinisikan Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang
bergantung pada ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat memengaruhi keputusan
ekonomi pengguna laporan keuangan.
Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor
merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan
jumlah yang rendah maka lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan
dari pada jumlah yang tinggi. Begitu juga sebaliknya. Seringkali mengubah
jumlah materialitas dalam pertimbangan awal ini selama audit. Jika ini
dilakukan, jumlah yang baru tadi disebut pertimbangan yang direvisi mengenai
materilitas. Sebab-sebabnya antara lain perubahan faktor-faktor yang
digunakan untuk menetapkannya, atau auditor berpendapat jumlah dalam
penetapan awal tersebut terlalu kecil atau besar. Sebagai contoh : Suatu
perusahaan diragukan kelangsungannya pada saat perencaan audit, namun
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
karena ada suntikan dana likuiditas perusahaan semakin baik selama tahun
tersebut. Untuk kasus contoh ini, tingkat materialitas yang digunakan dalam
menilai temuan audit mungkin lebih tinggi dari pada tingkat materialitas pada
perencanaan audit.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya
penghilangan atau salah saji itu.
Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat
dalam asersi dapat diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak
terpengaruh oleh besarnya salah saji tersebut. Konsep risiko audit berkaitan
dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya atas laporan
keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat
perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara
wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.
Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Dua
konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
a) Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat
diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh
oleh salah saji tersebut.
b) Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk
mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi
salah saji material.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara
kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
F. Konsep kesimbungan usaha.
Istilah “kesinambungan usaha” dan “usaha yang berkesinambungan” yang
digunakan merupakan terjemahan dari “going concern”. Ada tiga tahap dalam
proses audit atas kesinambungan usaha:
a) Tahap 1—Risk Assessment (Penilaian Risiko)
1) Pertimbangkan dan tanya kepada manajemen apakah ada peristiwa
atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan mengenai
kemampuan entitas uantuk melanjutkan usahanya sebagai usaha
yang berkesinambungan,
2) Telaah penilaian yang dilakukan manajemen (management
assessment) tentang kemungkinan adanya peristiwa atau kondisi
tersebut diatas, dan tanggapan atau rencana manajemen
menghadapi peristiwa atau kondisi tersebut.
3) Tetap waspada terhadap peristiwa atau kondisi yang berpotensi
mengancam kesinambungan usaha selama berlangsungnya audit
4) Tanya kepada manajemen tentang peristiwa atau kondisi
diluar/sesudah periode penilaian yang dilakukan manajemen.
5) Pertimbangkan fakta atau informasi tambahan yang masuk secara
bertahap (kewaspadaan selama audit berlangsung)
b) Tahap 3—Reporting (Pelaporan)
1) Tentukan apakah: Ketidakpastian material terjadi, berkenaan
dengan peristiwa atau kondisi yang diidentifikasi dan penggunaa
asumsi baha usaha entitasnya akan berkesinambungan, masih tepat.
2) Apakah laporan keuangan menjelaskan secara utuh “kekhawatiran”
akan peristiwa atau kondisi dan mengungkapkan setiap
ketidakpastian yang material ?
3) Peroleh representasi manajemen (Management representatiion)
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
BAB III
UNSUR OUTPUT
A. Konsep dan jenis Opini
Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan
keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut
materialitas, posisi keuangan, dan arus kas.
Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah
laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil
penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Sedangkan menurut kamus istilah akuntansi (Tobing, 2004) opini audit
merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang
menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau
aturan pemeriksanaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa.
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya.
Opini yang diberikan atas asersi manajemen dari klien atau instansi
peusahaan yang diaudit dikelompokkan menjadi wajar tanpa pengecualian,
wajar dengan pengecualian, tidak membeikan pendapat, dan tidak wajar.
Opini dapat bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan atau instansi
pemerintah. Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan
pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan.
Dalam perumusan opini, pemeriksa mengacu kepada Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang memberlakukan empat standar pelaporan
SPAP yang ditetapkan IAPI, disamping menambahkan enam standar tambahan.
Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam LK yang
didasarkan pada:
Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
Kecukupan pengungkapan,
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
Efektivitas sistem pengendalian intern. Singkatnya, opini merupakan
informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi
(user) tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya.
Menurut Standar Profesional Akuntan (PSA 29), opini audit terdiri dari
lima jenis yaitu:
a) Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Adalah suatu pendapat yang diberikan pada saat audit sudah
dilaksanakan sesuai dengan Standar Auditing (SPAP), auditor tersebut
tidak menemukan adanya kesalahan material secara keseluruhan laporan
keuangan atau juga tidak terdapat penyimpangan dari adanya prinsip
akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk laporan tersebut digunakan jika
terdapat keadaan berikut:
Bukti audit yang dibutuhkan sudah terkumpul dengan secara
mencukupi dan juga auditor sudah menjalankan tugasnya sedemikian rupa,
sehingga ia dapat memastikan kerja lapangan tersebut sudah ditaati.
Standar umum sudah diikuti sepenuhnya didalam perikatan kerja.
Laporan keuangan yang di audit tersebut disajikan sesuai dengan
adanya prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang
ditetapkan juga dengan secara konsisten pada laporan-laporan yang
sebelumnya.
Demikian juga pada penjelasan yang mencukupi sudah disertakan
pada catatan kaki serta bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
Tidak terdapat adanya ketidakpastian yang cukup berarti (no
material uncertainties) tentang perkembangan di masa mendatang
yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya atau juga dipecahkan
dengan secara memuaskan.
b) Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified
Unqualified Opinion)
MUTU AUDIT by Beatryc S D Santun 20075000031
KESIMPULAN
Dengan adanya auditing maka sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam
melakukan evaluasi ke depan agar bisnis perusahaan makin berkembang.
Selain itu opini audit mampu meningkatkan kredibilitas perusahaan, kejujuran
serta efisiensi. Setelah auditing tentu akan muncul evaluasi yang akan
mendorong adanya efisiensi di pasar modal.
Untuk menghasilkan opini audit terbaik, lakukanlah pembukuan pada
setiap transaksi yang bisnis Anda lakukan. Simpan juga setiap bukti transaksi
dengan aman, karena nantinya auditor akan meminta bukti setiap transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan Anda.