You are on page 1of 65

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI DESA KERTASURA


KECAMATAN KAPETAKAN KABUPATEN CIREBON

Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Cirebon

Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
170711037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
CIREBON
2021
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP
TINGKAT
KECEMASANPADALANJUTUSIADIDESAKERTASUR
A KECAMATAN KAPETAKAN KABUPATENCIREBON

Proposal Skripsi

Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
170711037

Dosen Pembimbing:

Dosen Pembimbing I : Uus Husni Mahmud,

S.Kp.,M.Si Dosen Pembimbing II : Maulida

Nurapipah M.Kep.,Ners

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat


Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Desa Kertasura
Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon

Nama Mahasiswi : Siti Rizka Herdiana


NIM : 170711037

Menyetujui,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Uus Husni Mahmud, Maulida Nurapipah M.Kep.,Ners


S.Kp.,M.Si

2021
SKRIPSI

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI DESA
KERTASURA KECAMATAN KAPETAKAN
KABUPATEN CIREBON

Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA

NIM: 170711037

Telah dipertahankan di hadapan penguji


skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Cirebon

PembimbingI, Pembimbing II,

Uus HusniMahmud, S.Kp.,M.Si Maulida NurapipahM.Kep.,Ners

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Uus Husni Mahmud, S.Kp, M.Si.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, untaian rasa syukur yang tak berbatas terucap dari
dalam lubuk hati. Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT
yangtelahmelimpahkansegalarahmat,hidayah,daninayah-Nya,sehinggapenulis
dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Desa Kertasura
Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon” dengan baik. Lantunan sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah
membawa umat Islam ke arah kebaikan dan kedamaian. Suatu kebahagiaan dan
kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
walaupun sesungguhnya masih banyak dijumpai kekurangan dalampenulisannya.

Skripsiinidisusungunamemenuhidanmelengkapipersyaratandalammemperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S-1) jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, semangat dan
bantuan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, maka pada pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnyakepada:
1. Rektor Universitas MuhammadiyahCirebon

2. Dekan Fakultas IlmuKesehatan

3. Kepala jurusan IlmuKeperawatan


4. Seluruh pegawai dan staff di lingkungan Universitas Muhammadiyah
Cirebon
5. Kedua orangtua tercinta yang senantiasa melantunkan doa-doanya dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini
6. Suamiku tercinta yang senantiasa melantunkan doa-doanya dan
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan penulis skripsi
ini
7. Adik dan kakak yang selalu memberikan semangat,dukungan,dan motivasi
kepada penulis untuk segera merampungkan pendidikan S-1
8. Serta semua pihak yang turut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis tidak dapat membalas apa-apa
kecuali untaian terimakasih yang tulus serta iringan doa semoga kita senantiasa
dirahmati oleh Allah SWT. Akhir kata penulis menyadari atas kekurangan dan
keterbatasan, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaan dari hasil yang didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis
berdoa, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan mendapat ridho-Nya,
Aamiin Yarabbal’alamin.
DAFTAR ISI
SKRIPSI..................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL..................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................9

1.1. Latar Belakang...........................................................................................9

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................12

1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................12

1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................15

2.1. Kajian Teori.............................................................................................15

2.4 Hipotesis........................................................................................................29

2.5 Kerangka Berpikir.........................................................................................30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................31

3.1 Desain Penelitian..........................................................................................31

3.2 Populasi danSampel Penelitian....................................................................32

3.3 Teknik Sampling.........................................................................................33

3.4 Lokasi Penelitian.........................................................................................33

3.5 Waktu Penelitian.........................................................................................33

3.6 Variabel........................................................................................................33

3.7 Definisi OperasionalVariabel........................................................................33

3.8 Sumber Data..................................................................................................36

3.9 Teknik Pengumpulan Data............................................................................36

vi
3.10 Uji Coba Instrumen.....................................................................................36

3.11 Analisis Data................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................40

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Kelompok Eksperimen dan Kontrol 20
3.2 Definisi operasional pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat stress 23
pada penderita hipertensi
3.3 Koefisien Korelasi 25
3.4 Kriteria Reabilitas 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 Sop Terapi Tertawa


Lampiran2 Kuesioner Perceived Stress Scale (PSS)10

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 dalam penelitian (Nugroho,

2008) menyatakan bahwa kesejahterahaan yang terjadi pada lanjut usia adalah

seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut (BPS, 2020) data

hasil survei kesehatan nasional, lansia keseluruhan yang ada di Indonesia

terdapat 20,04 juta orang atau terdapat sekitar 8,05% dari total penduduk di

Indonesia. Persentase untuk penduduk usia lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%,

usia lebih dari 70 tahun sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80 tahun sebesar

0,85%.

Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu

penanganan yang terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan

terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun

psikologis. Masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah

kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan demensia, jika lansia mengalami

masalah tersebut, maka kondisi itu dapat mengganggu kegiatan sehari-hari

lansia. Menurut (Maryam, 2008) menyatakan bahwa untuk merawat lansia

dengan masalah kesehatan jiwa adalah hal yang penting dalam upaya

mendorong lansia bahagia di keluarga dan masyarakat.

Menurut (Depkes, 2013) dalam penelitian (Bryant et al. 2011) menyatakan

bahwa prevalensi kecemasan pada lansia di dunia pada sektor komunitas

berkisar antara15-52,3%. Di Indonesia gangguan emosional yang terjadi pada

9
usia 55-64 tahun sebanyak 8%, usia 65-74 tahun sebanyak 10% dan pada usia

lebih dari 75 tahun sebanyak 13% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.

Stanley (2006) menyatakan kecemasan merupakan masalah psikologis

sebagai respon emosional seseorang lanjut usia mengalami penurunan

kondisi fisik dan psikis, menurunnya penghasilan akibat pensiun, serta

kesepian akibat ditinggal oleh pasangan, keluarga atau teman seusia. Menurut

(Hawari, 2011) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh

yang mengalami gangguan kecemasan yaitu cemas, khawatir, firasat buruk,

takut dan mudah tersinggung, merasa tegang dan tidaksenang.

Menurut (Maryam, 2008) menyatakan bahwa seorang lansia mengalami

kesehatan jiwa yaitu kecemasan, maka kondisi tersebut dapat mengganggu

kegiatan sehari-hari. Menurut (Flint, 1999) kecemasan yang dialami lansia

dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit fisik. Selain itu kecemasan

dapat berakibat penurunan daya ingat dan kesulitan membuat keputusan.

Menurut (Hawari, 2011) menyatakan bahwa obat anticemas dapat

menimbulkan banyak efek samping antara lain mengantuk, psikomotor dan

kemampuankognitifmenurun,penglihatankabur,konstipasi,perubahanEKG,

hipotensi, dan agitasi. Obat akan berdampak kurang baik bila dikonsumsi

terus-menerus terutama pada lanjut usia yang telah mengalami penurunan

fungsi tubuh. Menurut (Kataria, 2004) menyatakan bahwa untuk mengurangi

efek farmakologi, terapi non farmakologi merupakan intervensi yang cocok

untuk lanjut usia yang tidak ingin menggunakan terapi obat untuk kecemasan,

salah satu contoh terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah terapi

tertawa.

10
Terapi tertawa yaitu mengungkapkan perasaan gembira dan senang daridalam

hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga

membantu mengatasi masalah kesehatan baik masalah psikologis maupun

masalah fisik. Terapi tertawa dapat dilakukan setiap hari, tidak memerlukan

biaya, dan bisa dilakukan dimana saja.

Tawa dapat membantu menyingkirkan efek negatif yang ada didalam tubuh

seperti darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, kecemasan, depresi, batuk-

batuk dan flu kronis, gangguan pencernaan, insomnia, berbagai alergi, asma,

gangguan haid, sakit kepala, sakit perut dan bahkan kanker. Juga telah jelas

terbukti bahwa tawa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang

merupakan kunci utama untuk mempertahankan kesehatan. Dimana terapi

tawa diyakini mampu membangkitkan semangat hidup sekalipun kondisi

stress.

Menurut (Foy, 2000) dalam (Kataria 2004), seseorang dikatakan berhasil

dalam melakukan terapi tertawa apabila orang tersebut tertawa dengan lepas

yang dapat dilihat dari ekspresi wajah yang ditunjukkan, disertai dengan

adanya gerakan otot perut, otot dada, otot bahu dan peningkatan frekuensi

pernafasan. Terapi tertawa dapat di lakukan secara individu dan berkelompok,

terapi ini akan lebih baik bila dilakukan secara berkelompok.

Selama proses tertawa terjadi pelepasan hormon endorfin dan enkephalin

yang juga disebut morfin tubuh ke dalam sirkulasi darah, sehingga

menimbulkan sensasi nyaman, rileks, dan sehat. Menurut (Potter & Perry

dalam Haruyama, 2011) menyatakan bahwa, hormon ini akan mempengaruhi

sistem limbikyang merupakan pusat pengatur emosi yang kemudian akan

menekan produksi
11
hormon stres yaitu adrenalin dan nonadrenalin.

Pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

penderita hipertensi (studi diwilayah kerja Puskesmas Pegandan Semarang)

yang diteliti oleh ( Ika Istirokah, dkk, 2017), didapatkan ada pengaruh

pemberian terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

penderita hipertensi dengan persentase 86,5% dibanding dengan yang tidak

diberi terapi tertawa. Berdasarkan pengamatan kepustakaan di beberapa

Puskesmas dengan, dari sejumlah 6 orang lansia ada 2 orang lansia

mengatakan bahwa dirinya merasa takut dan gelisah bila ditinggal sendiri dan

terkadang juga sering terbangun dari tidur pada malam hari dan tidur kembali

pada pagi hari. Dua lansia lainnya mengatakan bahwa sering merasa tegang,

tersinggung dan mudah marah pada keluarga maupun tetangganya karena

merasa orang disekitarnya tidak peduli dan juga kadang mengalami mimpi

buruk. Dua lansia lagi sering merasacemas dan jantung berdebar. Lansia

tersebut mendapatkan terapi obat anti kecemasan yaitu trazadone hcl.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh

Terapi Tertawa terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia di Desa

Kertasura Kecamatan Kapetakan KabupatenCirebon.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah, adakah pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan lanjut

usia Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini

12
terbagi menjadi 2 yang antara lain adalah:

13
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah

ilmu pengetahuan mengenai pengaruh terapi tertawa terhadap

tingkat kecemasan lanjut Usia.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada

lanjut Usia di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian di harapkan memiliki manfaat yang anatara lain

sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Peneliti

1.4.1.1. Menambah pengetahuan dan pengalamanmelakukan

penelitian serta dapat dijadikan bekal melakukan penelitian

dimasa yang akandatang.

1.4.1.2. Sebagai pengalaman penulisan ilmiah, menambah

pengetahuan dan wawasan dalam bidangkesehatan.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

1.4.2.1 Bahan kajian dalam mengkaji, menganalisa dan

memberikan intervensi untuk menurunkan tingkat

kecemasan pada lanjutusia.

1.4.2.2 Acuan bagi ilmu keperawatan dalam memberi

terapi non farmakologi untuk mengatasi kecemasan pada


14
lansia.

1.4.3 BagiResponden

1.4.3.1 Lanjut usia dapat mengetahui perubahan

penurunan tingkat kecemasan dan insomnia sehingga dapat

melakukan terapi secara mandiri.

1.4.3.2 Bisa mengenal kecemasan yang dialami dan bisa

mengatasinya secaramandiri.

1.4.4 Bagi penelitilain

Sebagai pedoman peleksanaan penelitian lebih lanjut tentang terapi

tertawa.

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Konsep Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1.1. Pengertian lansia

Lansia adalah manusia yang sudah mengalami

perubahan fisik dan psikologisnya semakin menurun.

Menurut Potter & Perry (2005a) usia 65-75 tahun disebut

dengan masa dewasa tua (lansia). Lanjut usia adalah >65-70

tahun yang dibagi 3 batas umur, yaitu 70-75 tahun, 75-80

tahun, >80 tahun (Efendi dan Makhfudli 2009). Menurut

WHO dalam penelitian (Kushariyadi, 2011) menyatakan

bahwa lansia dibagi 4 klasifikasi, yaitu lansia usia

pertengahan(middleage)45-59tahun,lansia(elderly)60-74

tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua

(very old) >90tahun.

2.1.1.2. Perkembangan Lansia

Perjalanan hidup manusia di dunia melalui beberapa

fase kehidupan, dimulai dari masa bayi, remaja, dewasa,

kemudian menjadi tua. Menurut Bintang Mara Setiawan

(2013: 16) “setiap masa yang dilalui adalah tahap- tahap

yang saling memiliki hubungan dan tidak dapat diulang

kembali”. Selanjutnya Desmita (2007: 233) menjelaskan

“suatu perkembangan pada manusia tidak hanya berhenti

16
ketika orang mencapai kematangan fisik.

Elida Prayitno (2006:69) mengungkapkan proses

menjadi tua kadang menyenangkan, kadang kurang

menyenangkan, namun yang pasti menjadi tua tidak

terelakkan, karena merupakan proses yang alami. Jauh

sebelumnya, Elizabeth B. Hurlock (1980) juga menyatakan

usia tua merupakan periode penutup dalam rentang

kehidupan seseorang, yaitu sebuah periode seseorang yang

telah beranjak dari periode yang produktif.

Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan

manusia dari fase dewasa menjadi lansia memilki ciri-ciri,

yaitu kekuatan fisik dan kesehatan menurun,terjadinya

masa pensiun dan pendapatan menurun, kematian pasangan

dan mempertahankan kepuasaan terhadap hidup.

2.1.1.3. Proses Menua

Menrut (Nugroho, 2008) menyatakan bahwa

menuamerupakan proses alamiah disertai perubahan

kemunduran fungsi dan kemampuan sistem yang ada dalam

tubuh sehingga terjadi penyakit degeneratif. Proses menua

adalah proses menghilangnya perlahan kemampuan

jaringan memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya. Kondisi tersebut secara perlahan

menyebabkan kemunduran struktur dan fungsi organ

mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia.

17
Menurut (Kushariyadi, 2011) menyatakan bahwa

untuk memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran

fisik ditandai kulit mengendur, rambut memutih, gigi

ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan memburuk,

gerakan lambat dan tubuh tidak proporsional.

Menurut penelitian (Azizah, 2011) menyatakan

bahwa proses penuaan merupakan perubahan fisiologi

akumulasi secara progresif organ tubuh yang berlangsung

seiring dengan berjalannya waktu. Menua bukanlah suatu

keadaan patologis melainkan proses menurunnya daya

tahantubuh

2.1.1.4. Perubahan-perubahan yang Terjadi padalansia

Menurut (Maryam, 2008) menyatakan bahwa Lansia

mengalami perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik,

psikososial, dan psikologis, adalah:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Perubahan sel yang terjadi pada lansia berdampak

pada fungsi sistem tubuh. Perubahan yang terjaditerkait

keadaan sel pada lansia yaitu, jumlah sel berkurang,

ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan

intra seluler menurun.

b. Sistem Kardiovaskuler

Lansia mengalami penurunan elastisitas aorta,

18
penebalan katub jantung dan curah jantung akan

menurun, selain itu penurunan curah jantung, berkurang

kemampuan jantung karena perubahan jaringan ikat.

c. Sistem Respirasi

Menurut Nugroho (2008), perubahan pada lansia

adalah kelemahan otot pernafasan, hilangnya

elastisitasparu,meningkatkan kapasitas residu, lebih

beratmenarik nafas, menurunnyakapasitas

pernafasanmaksimum, dan berkurangnya elastisitas

bronkus. Perubahan otot, kartilago, dan sendi

menyebabkan gerakan pernapasan terganggu dan

mengurangi kemampuan peregangan toraks.

d. Sistem Neurologis

Akibat penuaan, jumlah neuron pada nervus

mulaiberkurang. Neuron tersebut tidak beregenerasi.

Penurunan jumlah neuron menyebabkan perubahan

fungsi. Perubahan dapat mempengaruhi tidak

terkoordinasinya sistem motoric.

e. Sistem Muskuloskeletal

Sistem musculoskeletal adalah sistem yang

berhubungan dengan sistem tulang, tulang pada lansia

mengalami penurunan cairan sehingga mudah rapuh,

dan persendian kaku.

f. Sistem Pencernaan

19
Menurut Nugroho (2008) lansia

mengalamiperubahan, yaitu kehilangan gigi, penurunan

indra pengecap (80%), terjadi iritasi selaput lendir,

menurunnya saraf pengecap lidah, melebarnya

esophagus, menurunnya asam lambung, tejadi

konstipasi, dan organ hati semakin mengecil.

g. Sistem Urinaria

Sistem urinaria terjadi pada lansia yaitu

ginjalmengecil, aliran darah ke ginjal menurun 50%,

otot melemah, dan pembesaran prostat laki-laki kurang

lebih 75% dengan usia +65 tahun.

h. Sistem Reproduksi

Menurut Potter dan Perry (2005a) lansia wanitaakan

mengalami menopause yang terjadi akibat menurunnya

respon ovarium terhadap hipofisis esterogen dan

progesterone menurun Lansia mengalami penurunan

spermatogenesis, libido tidak dipengaruhi fungsi

reproduktif dan perubahanstruktur.

i. Sistem Indera

Perubahan yang terjadi meliputi: sistem

penglihatan,sistem pendengaran dan sistem integumen.

Perubahan sistem penglihatan lansia yaitu hilangnya

elastisitas lensa, lemahnya otot lensa, dan berkurang

ketajaman penglihatan. Hilangnya kemampuan

pendengaran
20
telinga. Lansia mengalami penurunan fungsi

penglihatan dan pendengaran. Lansia perubahan sistem

integumen yaitu terjadi atrofi, kendur, tidak elastis

kering, dan berkerut padakulit.

j. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Menurut Bandiyah (2009), hipotalamus berfungsi

menetapkan suhu tubuh. Menurunnya fisologis

mengakibatkan suhu tubuh. Rendahnya aktivitas otot

berakibat ketebatasan reflex dan panas tidak diproduksi

banyak.

2. Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif pada lansia menurut Azizah (2008)

yaitu:

a. Terjadi penurunan daya ingat. Ingatan jangka

panjang kurang mengalami perubahan namun

ingatan jangka pendek menurun.

b. Tidak terjadi perubahan IQ (Intellegent Quicient),

menurunnya persepsi dan daya membayangkan.

c. Kemampuan belajar (learning) pada lansia yang

tidak mengalami demensia memiliki kemampuan

belajar yang baik.

d. Kemampuan pemahaman (comprehension),

menurunnya fungsi pendengaran dan konsentrasi,

terjadi penurunan pemahaman menangkap

21
pengertian.

e. Pemecahan masalah (problem solving) mengalami

hambatan yang disebabkan oleh menurunnya fungsi

indera, menurunnya daya ingat dan pemahaman

sehingga pemecahan masalah akan lebihlama.

3. Perubahan Psikososial

Pensiun menyebabkan stres psikososial pada lansia.Usia

wajib pensiun bervariasi. Pegawai negeri sipil mungkin

pensiun pada usia 65 tahun, industri swasta biasanya

antara usia 62-70 tahun, dan untuk pegaawai federal

tidak dipensiunkan sampai usia 70tahun (Potter&Perry,

2005a). Menurut Nugroho (2008) bila seorang pensiun

akan kehilangan finansial (pendapatan berkurang),

kehilangan status, kehilangan teman, dan kehilangan

pekerjaan ataukegiatan.

Isolasi sosial lansia meningkat seiring bertambahnya

usia. Isolasi sosial dibagi menjadi 4 tipe, sikap,

penampilan, perilaku, dan geografi (Potter & Perry,

2005). Isolasi perilaku terjadi akibat tidak diterimanya

lansia oleh sesama lansia. Hal ini menyebabkan lansia

menarik diri dari aktivitas sosial (Potter & Perry, 2005).

4. Perubahan Psikologis

Menurut (Sunaryo dalam Subakti, 2008). Perubahan

psikologis yang terjadi pada lansia berhubungan dengan

22
mental dan keadaan fungsional efektif. Masalah

psikologis yang dialami oleh lansia adalah stres. Stres

adalah reaksi tubuh terhadap sesuatu yang

menimbulkan ketegangan emosi. Lansia cemas kadar

hormon katekolaminnya meningkat mengaktivasi

sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis

merangsang Corticotropin Releasing Hormone

(CRH)meningkatkan sekresi Adrenocorticotropic

Hormone (ACTH) menyebabkan penurunan serotonin

dan endorphin.

2.1.2 Konsep Cemas

2.1.2.1 Kecemasan (Anxiety)

Menurut (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010:16) menyatakan

bahwa kecemasan (anxiety) berasal dari Bahasa Latin angustus yaitu

kaku, dan ango yang berarti mencekik. Kecemasan adalah rasa takut tapi

kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon beberapa

ancaman, sedangka kecemasan ditandai kekhawatiran tentang bahaya

tidak terduga di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan emosional

negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan,

seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.

2.1.2.2 Aspek Kecemasan (Anxiety)

Gail W. Stuart (2006:149) mengelompokkan kecemasan (anxiety)

menjadi beberapa bentuk:

a. Prilaku: 1) gelisah, 2) tegang, 3) tremor, 4) reaksi terkejut, 5) bicara

23
cepat, 6) kurang koordinasi, 7) cedera, 8) menarik diri darihubungan

24
interpersonal, 9) inhibisi, 10) melarikan diri dari masalah.

b. Kognitif:1)perhatianterganggu,2)konsentrasiburuk,3)lupa,4)salah

penilaian,5)preokupasi,6)hambatanberpikir,7)persepsimenurun,8)

kreativitas menurun, 9) produktivitas menurun, 10)bingung.

c. Afektif: 1) mudah terganggu, 2) tidak sabar, 3) gelisah, 4) tegang, 5)

gugup, 6) takut,waspada, 8) ngeri, 9) khawatir, 10) cemas

2.1.2.3 Jenis Kecemasan(Anxiety)

Spilberger (Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012: 53),


yaitu.

a. Trait anxiety, adanya rasa khawatir dan terancam menghinggapi diri

seseorang. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang

memiliki potensi cemas dibanding individulain.

b. State anxiety, kondisi emosional pada diri individu dengan adanyarasa

tegang dan khawatir secara sadar serta bersifat subjektif.

2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan(Anxiety)

AdlerdanRodman(M.NurGhufron&RiniRisnawita,S,2014:145-

146), bahwa terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan,

yaitu.

a. Pengalaman negatif pada masalalu

Sebab utama timbulnya rasa cemas pada masa kanak-kanak, yaitu

timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa yang terulang

pada masa mendatang.

b. Pikiran yang tidakrasional

Pengharapan kepada dirinya untuk berperilaku sempurna.

25
2.1.2.5 Tingkat Kecemasan(Anxiety)

Kecemasan memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006:144), yaitu:

a. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada.

b. Ansietas sedang

Individu f okus pada hal penting dan mengesampingkan yang lain.

c. Ansietas berat

Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berpikir tentang hal lain.

d. Tingkat panik

Individu mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu tanpa

arahan.

2.1.2.6 Upaya untuk Mengurangi Kecemasan(Anxiety)

Cara terbaik menghilangkan kecemasan ialah dengan jalan

menghilangkan sebabnya. Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29):

a. Pembelaan, usaha yang dilakukan untuk mencari alasan yang masuk

akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masukakal.

b. Proyeksi, menimpakan sesuatu yang terasa dalam diri kepada orang

lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan yang tidak masuk akal

sehingga dapat diterima dan kelihatannya masukakal.

c. Identifikasi,turut merasa sebagian dari tindakan yang dicapai oleh

orang lain.

2.1.3 Konsep Terapi Tawa

26
2.1.3.1 Definisi Terapi Tawa

Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia yang

merupakan ekspresi kebahagian. Terapi tawa adalah terapi yang mampu

membangkitkan semangat,sekalipun dalam kondisi stress.Secara fisiologis

(Muhammad, 2011), tertawa dibagi menjadi 2 yaitu satu set gerakan dan

produksuara.

Terapi tawa adalah terapi untuk mencapai kegembiraan didalam

hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman

yang menghias wajah, suara hati yang lepas dan bergembira, peredaran

darah yang lancar sehingga bisa mencegah penyakit, serta menghilangkan

stress (Robinson, et al dalam Setyoadi & Kushariyadi,2011).

2. Langkah-langkah Terapi Tawa

Langkah terapi tawa menurut Kataria (2004) adalah


sebagaiberikut:

1) Langkah Pertama

Terapi tawa dimulai mengucapkan ho...ho...ha...ha...ha sebagai

pemanasan. Tepuk tangan bermanfaat untuk menciptakan rasa aman.

2) Langkah Kedua

Menarik nafas melalui hidung sekaligus mengangkat tangan

keatasdilakukan berirama sesuai gerakan tangan. Peserta mengirup

udara sebanyak mungkin dan menahannya sekitar 4-5 detik, selanjutnya

nafas dihembuskan perlahan dan menurunkan tangan keadaan normal.

3) Langkah Ketiga

Melakukan pemutaran bahu kedepan kebelakang,

menganggukkankepala kebawah sampai dagu, kemudian


27
mendongakkan kepala keatas

28
belakang. Menoleh kanan kiri secara perlahan. Gerakan selanjutnya

adalah memutar pingang arah kanan dan kiri, gerakan di lakukan

masing- masing 5 kali.

4) Langkah Keempat: Tawa Bersemangat

Koordinator memberi aba-aba untuk memulai tawa, 1, 2, 3...

semuatertawa serempak. Tawa bersemangat juga melakukan gerakan

mengangkat tangan keatas dalam waktu 2-3 detik diturunkan kembali,

kepala didongakan keatas. Tawa harus dilakukan dengan bersemangat.

Tawa bersemangat berakhir jika koordnator mengeluarkan kata, ho ho

ho..ha ha ha.. sebanyak 5-6 kali sambil bertempuk tangan. Peserta dapat

melakukan nafas secara perlahan.

5) Langkah Kelima: Tawa Sapaan.

Tawa sapaan dilakukan dengan tertawa bertegur sapa dengan teman di

sekitarnya ditambahkan gerakan mengatupkan kedua telapak tangandan

berjabat tangan dengan sedikitnya 4-5anggota.

6) Langkah Keenam: Tawa Penghargaan

Koordinator mengingatkan kembali peserta pentingnya menghargai

oranglain. Peserta menghubungkan ujung jari telunjuk dengan ujung ibu

jari sehingga menjadi lingkaran kecil memandang peserta lain, gerakan

dilakukan disertai dengan tertawa.

7) Langkah Ketujuh: Tawa Satu Meter

Merentangkan tangan kanan kebelakang (seolah sedang merentangkan

busur melepas anak panah), digerakkan secara cepat dalam tiga

gerakan sambil berteriak ae..ae..ae.. kemudian peserta tertawa dengan

29
merentangkan kedua lengan dan mendongakkan kepala, gerakan

dilakukan sebanyak 4x.

8) Langkah Kedelapan: Tawa Milk Shake.

Tawa milk shake dilakukan peserta memegang dua gelas,satu gelas

berisi susu dan satu gelas kosong. Koordinator memberi instruksimen

tuangkan susu dari gelas yang satu ke gelas yang lain sambil

mengucapkan ae.. dan kembali dituang kegelas yang awal sambil

mengucapkanae..peserta tertawa sambil berpura-pura minum susu.

9) Langkah Kesembilan: Tawa Hening tanpa Suara.

Tawa hening dilakukan membuka mulut selebar-lebarnya seolah sedang

tertawa lepas tetapi tanpa suara, saling memandang satu sama lain dan

membuat berbagai gerakan dengan mimik-mimik lucu.

10) Langkah Kesepuluh: Tawa Bersenandung dengan Bibir Tertutup

Pesertadianjurkanbersenandunghmm..denganmuluttertutup,sehingga

akan terasa bergema dalam kepala. Peserta saling berpandangan dan

saling membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga memacu peserta

lain semakin tertawa, kemudian kembali menarik napas dalam dan

pelan.

11) Langkah Kesebelas: Tawa Ayunan

Peserta dalam formasi melingkar dan mendengar aba-aba

darikoordinator. Gerakan peserta mundur 2 meter sambil tertawa

memperbesar lingkaran, maju sambil berucap, seluruh peserta

mengangkat tangan, serempak tertawa dan semua bertemu di tengah-

tengah dan melambaikan tangan pada peserta lain.

30
12) Langkah Keduabelas: Tawa Singa.

31
Tawa singa dilakukan dengan membuka mulut dibuka lebar-lebar dan

menjulurkan lidah semaksimal mungkin, membuka mata seperti

melotot, dan tangan taracung seperti singa mencakar.

13) Langkah Ketigabelas A: Tawa Ponsel.

Peserta seolah-olah sedang memegang handphone.Koordinator meminta

peserta saling menyeberang sambil memegang handphone. Pada saat

itulah peserta tertawa saling berpandangan dan berjabat tangan, kembali

lagi posisi semula.

14) Langkah Ketigabelas B: Tawa Bantahan

Peserta saling bertatapan sekaligus tertawa dan saling

menunjukdengan jari telunjuk peserta yang dihadapannya. Gerakan

sangat menarik para peserta, karena mereka bisa tertawa lepas.

15) Langkah Keempatbelas: Tawa Memaafkan

Perserta memegang cuping telinga masing-masing

sekaligusmenyilangkan lengan dan berlutut diikuti dengan tawa.

Muatan dari tawa saling memaafkan jika ada perselisihan.

2.1.4 Pengaruh Terapi Tawa terhadap Tingkat Kecemasan Lansia

Tertawa dalam5-7menit dapat merangsang pengeluaran

endorphinedan serotonin, yaitu sejenis morfin tubuh dan melatonin.

Ketiga zat ini merupakan zat baik otak sehingga bisa merasa lebih

senang. Adapun manfaat tertawa adalah mengendalikan kesehatan mental

(Astuti, 2011 dalam Christianto2015).

Terapi tawa (laughter therapy) dapat mengaktivasi

hipotalamusyang menghambat pengeluaran Corticotropin Releasing

32
Hormone (CRH)

33
yang akan menurunkan sekresi ACTH dan kadar kortisol darah. Sekresi

ACTH yang menurun merangsang peningkatan produksi serotonin dan

endorfin ke otak yang mengakibatkan rasa nyaman & rileks

(Simanungkalit & Pasaribu, 2007; Kataria, 2004:181). Saat tertawa akan

terjadi rangsangan efektif sebagian besar otot mulut. Saat mulut terbuka

dan tertutup, ada suatu dorangan mengisap udara yang cukup, sehingga

dapat menangkap banyak oksigen. Oksigen dialirkan ke seluruh tubuh

dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah oksigen yang cukup dalam

sistem peredaran darah mempengaruhi pengeluaran

neurotransmitteryakni hormone serotonin, endofrin dan melatonin yang

membawa perasaan keseluruh tubuh (Ruspawan & Wulandari,2011).

2.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif, yaitu hipotesis

yang menyatakan suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua

ataulebih variabel (Nursalam, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

adapengaruh terapi tawa terhadap tingkat kecemasan lansia di Desa

Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

34
2.5 KerangkaBerpikir

Terapi Tawa

Lansia

Tingkat
Kecemasan

Faktor yang
mempengaruhi tingkat
kecemasan:
Usia
Jeniskelamin
Penyakit
Ligkungan
Kelelahan
Stress

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

: diteliti

: tidak diteliti

: diteliti

: tidak diteliti

35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitan kuantitatif. Sampel

yang digunakan dibagi 2 kelompok, kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah jenis

penelitian deskriptif kualitaif menggunakan teknik true experiment. True

experiment merupakan teknik yang memilih kelas kontrol dan kelas

experiment secara acak.

Desain penelitian merupakan rencana dan struktur penelitian yang

disusun sedemikian rupa, sehingga akan dapat memberikan jawaban terhadap

pertanyaan, penelitian, mengontrol, dan mengendalikan varian. berikut ini

adalah rancangan penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1.
Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Pretest Pelakuan Postest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 O4

Keterangan

O1 : Pretest tingkat kecemasan dengan pemberian terapi tawa

O2 : Posttest tingkat kecemasan dengan pemberian terapitawa

O3 : Pretest tingkat kecemasan tanpa pemberian terapi tawa

O4 : Posttest tingkat kecemasan tanpa pemberian terapi tawa

36
X : Perlakuan terapi tawa

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik tertentu dan ditetapkan untuk dipelajari,

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2011:80). Populasi dalam

penelitian ini adalah 200 orang lansia di Desa Kertasura Kecamatan

Kapetakan Kabupaten Cirebon.

3.2.2 SampelPenelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Jumlah sampel dihitung

menggunakan rumus slovin sebagaiberikut:

N
n= 1+Ne2

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = jumlah populasi

E = errortolerance

Berikut ini adalah perhitungan sampel menggunakan rumus slovin:

200
n= 1+200.0,05
2 = 133

Dengan demikin, sampel yang diambil adalah sejumlah 133 lansia Desa

Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

37
3.3 Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, hal

ini berdasar pengambilan sampel populasi secara acak tanpa memperhatikan

strata dalam populasi itu. Hal ini dilakukan karena populasi dianggap

homogen (Sugiyono, 2011:82).

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon.

3.5 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus – November 2021.

3.6 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep

dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu fasilitas untuk

pengukuran dan manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini

menggunakan 2 variabel meliputi:

3.6.1. Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini terapitertawa.

3.6.2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dependen

dalam penelitian ini adalah tingkat kesemasan apada lansia.

3.7 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang dapat


diamati atau diukur yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dari sesuatu yang

didefinisikan tersebut (Nursalam, 2008). Definisi operasional variabel dalam

penelitian ini dapat dijabarkan pada tabel 3.2 berikut:


Tabel 3.2.
Definisi operasional pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat stress pada
penderita hipertensi

Variabel Defini Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil


Operasional Ukur Ukur
Variabel Suatuterapi 1. 30 SOP - -
Independen: untuk menit/perte
Terapi mencapai muan
tertawa kegembiraan
2. 2x/
di dalam hati
yang minggu
dikeluarkan 3. Selama 2
melalui minggu
mulut dalam
bentuk suara
tawa,
senyuman.
Variabel Keadaan 1. Marah Kuesioner Interval Tidak
Dependen: emosional 2. Gelisah pernah =
Tingkat negatif yang dan tertekan 0
kesemasam ditandai 3. Tidak Hampir
dengan mampu tidak
adanya mengontrol pernah =
firasat dan emosi 1-2 kali
somatik 4. Mampu Kadang-
ketegangan, mengontrol kadang =
seperti hati rasa mudah 3-4 kali
berdetak tersinggung Hampir
kencang, 5. sering =
berkeringat, Merasakan 5-6 kali
kesulitan kesulitan Sangat
bernapas. 6. Mampu sering =
mengatasi > 6 kali
masalah
7. Tidak
mampu
menyelesaik
an masalah
8. Semua
yang terjadi
sesuai
harapan
3.8 SumberData

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh (Arikunto, 2002:107)

dalam skripsi Amalia (2015:29). Sumber data dalam penelitian ini adalah:

3.8.1. Data Primer yang diperoleh langsung dari objek melaluipengamatan.

Data lansia terapi tawa Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon.

3.8.2. Data Sekunder yang diperoleh dari berkas dokumen, diantaranya

adalah:

3.8.2.1. Data penduduk Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon.

3.8.2.2. Data profil Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Menurut peeltian (Nursalam, 2008) menyatakan bahwa pengumpulan data

merupakan proses pengumpulan subyek penelitian sesuai dengan karakteristik

yang ditentukan dalam penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan melalui tes

(Preetest dan Postest), angket, observasi dan dokumentasi.

3.10 Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen adalah proses pengembangan instrumen. Uji coba

penelitian ini digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas yang diberikan

pada lansia Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

3.10.1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang penunjuk tingkat kevalidan suatu

instrumen (Arikunto, 2006:168). Valid berarti instrumen dapat digunakan


untuk mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2011:121). Apabila

rxy>rtabelmaka soal tersebut valid. Validitas tes soal pilihan ganda

didapatkan rumus korelasi product moment (Arikunto, 2002:148).

Menurut Arikunto (2006:75), koefisien korelasi validitas soal dapatdilihat

pada tabel 3.2.berikut:

Tabel 3.3.
Koefisien Korelasi

Validitas Kriteria
0,81 <rxy≤ 1,00 Sangattinggi
0,61 <rxy≤ 0,80 Tinggi
0,41 <rxy≤0,60 Cukup
0,21 <rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 <rxy≤ 0,20 Sangat rendah

3.10.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keterandalan sesuatu (2006:178). Maksud

keterandaan adalah datanya benar sesuai dengan kenyataan, beberapa kali

diambil, hasil tetap sama.Apabila Rkr20>rtabelmakayangdiujikanreliabel. Uji

relibialitas menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R) 20 (Sugiyono,

2011:132). Interpretasi derajat reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.3

(Arikunto,2009).
Tabel 3.4.
Kriteria Reliabilitas
Reliabilitas Kriteria
0,81 <r≤1,00 Sangattinggi
0,61 <r≤0,80 Tinggi
0,41 <r≤0,60 Cukup
0,21 <r≤0,40 Rendah
0,00 <r≤ 0,20 Sangatrendah

3.11 Analisis Data

Menurut (Sugiyono, 2014) nalisis data adalah rangkaian pengolahan

databerupa pengelompokan data berdasarkan variabel dan sampel, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh sampel, menyajikan data tiap variabel, dan

melakukan perhitungan hipotesis.

3.11.1. Uji Normalitas Pretest

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui normal atau tidaknya data

sebelum diolah dengan statistik tertentu untuk menganalisis data

selanjutnya. apabila Dmax.< KStabel maka data terdistribusi normal. Berikut

adalah rumus uji normalitas Kolmogorov-Sminorv (Sugiyono, 2008, dalam

Tri,2017).

D = Maxx [Fx (X) – Sn (X)]

Keterangan:
Sn (X) : distribusi sampel kumulatif
Fx (X) : distribusi kumulatif normal

3.11.2. Uji Homogenitas Pretest

Uji homogenitas atau uji kesamaan 2 varians yang digunakan untuk

menguji kesamaan beberapa sampel, yakni seragam tidaknya varian

sisampel yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto, 2010:364).


Kriteria pengujian Ho diterima jika c2 hitung<ctabel ,taraf signifikan 5%

derajat (dk)-
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians berbeda menggunakan uji

Bartlett dengan rumus sebagai berikut:

∑(𝑛i — 1). 𝑠i 2
∑(𝑛i — 1)

B = (log s2). Σ

3.11.3. Etika Penelitian

3.11.3.1 Prinsip Manfaat (Beneficience)

Penelitian ini bebas dari bahaya, sehingga tidak

membahayakan responden/pasrtisipan.

3.11.3.2 Prinsip Menghormati Hak Responden

Responden diberikan kebebasan dalam menjawab angket

yang diberikan serta jawaban dari responden murnihanya

digunakan untuk keperluan penelitian dan akan dijamin

kerahasiannya.

3.11.3.3 Prinsip Keadilan (Justice)

Peneliti memperlakukan responden/partisipan sesuai

dengan desain penelitian dan tujuan penelitian,antara lain

hak untuk mendapat perlakukan yang sama dan hak

untuk dijaga privasinya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Lanjut usia

Penelitian ini mengambil sampel 133 lanjut usia yang mengalami kecemasan di pada Desa

Kertasura, Kapetakan, Cirebon.

1. Jenis Kelamin

Tabel 1
Pengelompokan Jenis Kelamin Lanjut usia
Pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 58 43,6
2 Perempuan 75 56,4
Jumlah 133 100

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa lanjut usia pada Desa Kertasura,

Kapetakan, Cirebonyang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58 orang dan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 75 orang. Hal ini berarti bahwa, lanjut usia perempuan

merupakan lanjut usia yang dominan mengalami kecemasan di Desa Kertasura, Kapetakan,

Cirebon.

2. Usia

Menurut WHO dalam penelitian (Kushariyadi, 2011) menyatakan bahwa lansia dibagi 4

klasifikasi, yaitu lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74

tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) >90 tahun.
Tabel 2
Pengelompokan Usia Lanjut usia
Pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon

No. Kategori Usia Jumlah (orang) Persentase (%)


1 Elderly 64-74 tahun 87
2 Old 75-90 tahun 46
Jumlah 133 100

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar lanjut usia yang diDesa

Kertasura, Kapetakan, Cirebonberusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 87 lanjut usia atau 65,4%,dan

lanjut usia yang berusia 75-90 tahun sebanyak 46 lanjut usia atau 34,6%.

4.1.2 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Apabila rxy>rtabel maka soal tersebut valid. Validitas tes soal pilihan ganda didapatkan rumus

korelasi product moment (Arikunto, 2002:148). Hasil uji validitas pernyataan kuisioner dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Item Validitas
No Variabel
Pertanyaan rxy Kriteria
Pre1 0,598 Cukup
Pre2 0,666 Tinggi
Pre3 0,734 Tinggi
Pre4 0,708 Tinggi
Pre5 0,696 Tinggi
1 Pre test
Pre6 0,602 Tinggi
Pre7 0,779 Tinggi
Pre8 0,801 Tinggi
Pre9 0,645 Tinggi
Pre10 0,695 Tinggi
Po1 0,345 Rendah
Po2 0,644 Tinggi
Po3 0,554 Cukup
Po4 0,551 Cukup
Po5 0,674 Tinggi
2 Post test
Po6 0,687 Tinggi
Po7 0,639 Tinggi
Po8 0,789 Tinggi
Po9 0,667 Tinggi
Po10 0,757 Tinggi
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keterandalan sesuatu (2006:178). Maksud keterandaan adalah datanya

benar sesuai dengan kenyataan, beberapa kali diambil, hasil tetap sama.

Tabel4
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1 Pretest 0,877 Tinggi
2 Postest 0,833 Tinggi

4.1.3 Analisis Data

1. Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan Terapi Tertawa

Tingkatkecemasanpadalanjutusiasebelum diberikan terapi tertawa di Desa Kertasura,

Kapetakan, Cirebondapatditerangkan dalam tabel 5.

Tabel 5
Tingkat kecemasan lansia sebelum terapi tertawa
Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
1 Seberapa sering Anda marah 1 10 48 74
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
2 Seberapa sering Anda marah 9 43 81
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
3 Seberapa sering Anda merasa 1 14 39 79
gugup dan tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa 3 10 49 71
yakin akan kemampuan Anda
untuk menangani masalah pribadi
Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa 7 50 76
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
6 Seberapa sering Anda merasa 1 6 51 75
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
7 Seberapa sering Anda dapat 3 67 29 34
mengontrol gangguan dalam hidup
Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa 4 68 26 35
bahagia terhadap semua halyang
telah Anda lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa 5 61 25 42
marah karena hal-hal di luar
kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa 2 64 39 28
anyak kesulitan sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
Rata-Rata 0 3 32 40 60

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa sebelum diberikannya terapi tertawa rata-rata 60

lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon sangat sering (>6 kali) mengalami kecemasan.

2. Tingkat Kecemasan Setelah Diberikan Terapi Tertawa

Tingkat kecemasan pada lanjut usia setelah diberikan terapi tertawa di Desa Kertasura,

Kapetakan, Cirebon dapat diterangkan dalam tabel 6.

Tabel 6
Tingkat kecemasan lansia setelah terapi tertawa

Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
1 Seberapa sering Anda marah 3 22 76 32
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
2 Seberapa sering Anda marah 6 72 31 23 1
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
3 Seberapa sering Anda merasa 9 38 37 49
gugup dan tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa 11 62 33 26 1
yakin akan kemampuan Anda
untuk menangani masalah pribadi
Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa 12 59 38 23 1
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
6 Seberapa sering Anda merasa 6 28 59 34 6
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
7 Seberapa sering Anda dapat 2 24 69 31 7
mengontrol gangguan dalam hidup
Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa 3 27 64 32 7
bahagia terhadap semua halyang
telah Anda lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa 1 31 72 24 5
marah karena hal-hal di luar
kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa 4 28 65 31 5
anyak kesulitan sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
Rata-Rata 5.7 39 54 31 4.1

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata 54 lansia Desa Kertasura, Kapetakan,

Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan telah terjadi

penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon setelah diberikan terapi

tertawa.

3. Pengaruh Pemberian Terapi tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat kecemasan

lansia di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.Skor yang sudah didapatkan

dari responden mengenai tingkat kecemasan sebelum dan setelah diberikan terapi tertawa kemudian

diolah dengan menggunakan teknik analisa nonparametric, yaitu uji Wilcoxon karena data berskala

ordinal.

Tabel 7
Pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia

Minimum Maximum Mean Std. Deviation P Value


Pretest 1 4 3,47 0,669 0,000
Postest 0 4 1,56 0,856

Berdasarkan tabel7diperoleh rata-rata pre test 3,47dan post test 1,56. Tingkat kecemasan

terendah pada saat pretest adalah 1 (hamper tidak pernah) dan tingkat kecemasan terberat adalah 4

(csangat sering. Sedangkan pada saat post test, tingkat kecemasan terendah adalah 0 (tidakpernah)

dan tingkat kecemasan terberat adalah 4 (sangat sering). Untuk nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05,

yang berarti bahwa pemberian terapi tertawa berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan

lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon.

4.2 Pembahasan
Hasil penelitian tingkat kecemasan lanjut usia diDesa Kertasura Kecamatan Kapetakan

Kabupaten Cirebon sebelum diberikan terapi tertawa menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut

usia seringkali (>6 kali) mengalami kecemasan. Setelah mendapatkan terapi tertawa, sebagian

besarlansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan.

Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan,

Cirebon setelah diberikan terapi tertawa.

Penurunan tingkat kecemasan sangat bergantung pada penyesuaian diri seseorang terhadap

masalah yang dihadapinya. Apabila penyesuaian dirinya baik maka masalah pun dapat segera diatasi

dan tentunya masalah kecemasan pun dapat berkurang. Selain itu latihan untuk mengontrol wajah

yang tepat dengan cara berlatih tertawa pada saat mengalami masalah psikologis merupakan

salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan (Ruspawan dan

Wulandari, 2012).Peneliti berpendapat terdapat penurunan tingkat kecemasan lansia sebelum dan

sesudah diberikan terapi tertawa terjadi karena keadaan psikis responden selama terapi dimana

responden mengungkapkan bahwa responden merasa senang dengan terapi yang diberikan oleh

peneliti dan menganggap ini hal yang baru sehingga responden menjadi senang dan antusias maka

terapi dapat berjalan maksimal dan keadaan rileks bisa tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada

lanjutusia di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon menunjukkan bahwa pemberian terapitertawa

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan,

Cirebon.Terapi tertawa yaitu mengungkapkan perasaan gembira dan senang dari dalam hati yang

dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga membantu mengatasi masalah

kesehatan baik masalah psikologis maupun masalah fisik. Terapi tertawa dapat dilakukan setiap

hari, tidak memerlukan biaya, dan bisa dilakukan dimana saja.

Selama proses tertawa terjadi pelepasan hormon endorfin dan enkephalin yang juga disebut

morfin tubuh ke dalam sirkulasi darah, sehingga menimbulkan sensasi nyaman, rileks, dan sehat.
Menurut (Potter & Perry dalam Haruyama, 2011) menyatakan bahwa, hormon ini akan

mempengaruhi sistem limbik yang merupakan pusat pengatur emosi yang kemudian akan

menekan produksi hormon stres yaitu adrenalin dan nona drenalin.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

kecemasan lanjut usia di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon sebelum

diberikan terapi tertawa menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia seringkali (>6 kali)

mengalami kecemasan. Setelah mendapatkan terapi tertawa, sebagian besar lansia Desa Kertasura,

Kapetakan, Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan telah

terjadi penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon setelah diberikan

terapi tertawa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemberian terapitertawa berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kecemasan lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon.

5.2 Saran

Beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut :

1) Lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon dapat menggunakan terapi tertawa sebagai

suatu alternatif bagi lanjut usia,melanjutkan pemberian terapi yang telah peneliti lakukan.

2) Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan terapi tertawa dan kecemasan, diharapkan dapat

menggunakan kelompok kontrol dengan sampel yang banyak menjelaskancara pengisian

instrumen dengan jelas dan benar serta membacakannya untuk memudahkan peneliti

mengajukan pertanyaan dan tentunya memudahkan juga bagi responden untuk menjawab serta

menegaskan pada responden bahwa penelitian ini untuk kepentingan responden dan hasilnya

dapat bermanfaat bagi responden.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti,2010.PenatalaksanaanInsomniapadaUsiaLanjut.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Azizah. 2011. Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan
PusatStatistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014.
Christianto. 2015. Pengaruh Terapi Tawa terhadapPenurunanDepresi Lanjut
Usia (Lansia) di Panti Graha Werdha Marie Joseph KotaPontianak.
Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan.
Joseph, S. G. & Riaz, K. M. 2015. Laughter Therapy for Depressive
Symptomsamong Elderly Residing in Geriatric Homes of Kerala.
Kadir, A. 2012. Perubahan Hormon terhadap Stres . Jurnal FakultasKedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, vol.2, no.1.
Kataria. 2004. Laugh for no Reason (Terapi Tawa). Jakarta: PT
GramediaPustakaUtama.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Populasi Lansia diperkirakan Terus-Meningkat
hingga Tahun 2020.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Info Datin. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
Kim, et al. 2015. Laughter and Stress Relief in Can cer Patients: A Pilot
Study.
Ko, et al. 2011. Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and Sleep
among The Community-dwellingElderly.
Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Kusuma, dkk. 2013. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan
Terapi Musik Terhadap Penurunan Gangguan Tidur pada Lansia di Panti
Werda Pelkris PengayomanSemarang.
Lee, et al. 2007. Older Patients Experiences of Sleep in the Hospital: Disruptions
andRemedies.
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Maulida, dkk. 2011. Test reliabilitas dan validitas indeks kualitas tidur dari
Pittsburg(PSQI)versiBahasaIndonesiapadaLansia[Thesis]BagianIlmu
Penyakit saraf. Yogyakarta.
Muhammad, A. 2011. Tertawalah biar Sehat. Jakarta: Diva Press.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Prayitno. 2002. Gangguan Pola Tidur P ada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol. 21 No. 1.
Purwanto & Zulaekhah. 2007. Pengaruh Pelatihan Teknik Relaksasi Religius
Untuk Mengurangi Gangguan Insomnia.
Rohmawati. 2013. Anxiety, Asupan Makan dan Status Gizi Lansia di Jember.
Ruspawan, I. D. M. & Wulandari, N. M. D. 2011. Pengaruh Pemberian
TerapiTertawa terhadap Tingkat Kecemasan Lanjut Usia di PSTW Wana
Seraya Denpasar. Jurnal Skala Husada 1 (9).
Saputra. 2014. Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Tingkat Stres
PsikologiDalamMenyusunSkripsiMahasiswaPsikdiStikesNgudiWaluyoUng
aran.
Sari, I. N. 2014. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Kejadian
Insomnia pada Usia Lanjut Di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Simanungkalit & Pasaribu. 2007. Terapi Tawa: Efektif Menagkal Stres
danMembantu Mengobati Kanker, Darah Tinggi, Sakit Kepala, Gangguan
Syaraf, Maag dan lain-lain. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Stanley, et al. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Subakti.
2008. Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun.
Lampian 1
SOP TERAPI TERTAWA
1. Tepuk tangan selama 1-2 ... 1-2-3 sambil mengucapkan H0-

ho...ho...Ha..Ha...Ha...

2. Lakukan pernafasan dalam dengan tarikan nafas melalui hidung dan

dihembuskanpelan-pelan.

3. Gerakkan engsel bahu ke depan dan ke arah belakang, kemudian

menganggukkan kepala ke bawah hingga dagu hampir menyentuh dada, lalu

mendongakkan kepala ke atas belakang, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan

secara perlahan. Putar pinggang ke arah kanan kemudian dalam beberapasaat,

kemudian memutar ke arah kiri dan ditahan beberapa saat, lalu kemabali ke

posisi semula (5kali).

4. Tawa bersemangat : angkat kedua tangan di udara dan kepala agak

mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung keluar darihati.

5. Tawa penghargaan : bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk danibu

jari membuat gerakan-gerakan yang berkesan sedang memberikan

penghargaan kepada, atau memuji, anggota kelompok sambiltertawa.

6. Tawa satu meter : gerakkan satu tangan di sepanjang bentangan lengan

tangan yang lain (seperti merentangkan busur atau melepaskan anak panah).

Gerakkan tangan dalam tiga gerakan cepat sambil mendasarkan

Aee..Aee..Ae...dankemudianparapesertatertawasambilmerentangkankedua

lengan dan sedikit mendongakkan kepala serta tertawa diperut (4kali).

7. Tawa milk shake (sebuah variasi) : berpura-pura memegang dua gelas susu

ataukopidansesuaiaba-abakoordinatortuangkansusudarisatugelaskegelas

lainsambilmendarasAee..dantuangkankembalikedalamgelaspertama
sambil mendaras Aee... setelah itu semua orang tertawa sambil berpura-pura

minum susu (4 kali).

8. Tawa hening tanpa suara : bukalah mulut lebar lebar dan tertawalah tanpa

mengeluarkan suara sambil saling menatap dan membuat gerakan-gerakan

lucu.

9. Tawa bersenandung dengan mulut tertutup : keluarkan suara senandung

hmmm... saat bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat

tangan dengan orang yangberbeda.

10. Tawa mengayun : berdirilah dengan lingkaran dan bergerak ke tengah

sambil mendarasAee..Ooo....Uuuu...

11. Tawa singa : julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan

tangan teracung seperti cakar singa dan tertawa dariperut.

12. Tawa ponsel : berpura-puralah memegang sebuah HP dan coba untuk

tertawa sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta

berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yangberbeda.

13. Tawa bantahan : anggota dibagi menjadi dua bagian yang bersaing dengan

dibatasi jarak. Tiap kelompok saling berpandangan dan tertawa sambil

menunding jari ke beberapa anggota kelompok seolah sedangberbantahan.

14. Tawa memaafkan/minta maaf : lakukan langsung setelah tawa bantahan

pegangkeduacupingtelingadantertawasambilmenggelengkankepala(ala

india) atau angkat kedua telapak tangan kemudian tertawa seolah minta

maaf.

15. Tawa bertahap : dimulai dengan tersenyum, perlahan ditambahakn tawa

kecildanintensitastawasemakinditingkatkan.Laluparaanggotasecara
bertahap melakukan tawa bersemangat kemudian perlahan-lahan

melirihkan tawa danberhenti.

16. Tawa dari hati ke hati : mendekat dan berpegangan tanganlah sertatertawa.

Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk apapun yang terasa

nyaman.

17. Tahapterminasi/evaluasi

a. Evaluasi hasil subjektif dan objektif

b. Beri reinforcement positif pada klien

c. Mengakhiri pertemuan denganbaik

d. Dokumentasi : respon klien dengan verbal dan nonverbal.


Lampiran 2
KUESIONER PERCEIVED STRESS SCALE (PSS) 10
Petunjuk Pengisian
0. Tidak pernah = 0
1. Hampir tidak pernah = 1-2kali
2. Kadang-kadang = 3-4 kali
3. Hampir sering = 5-6kali
4. Sangat sering = > 6kali
Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawa pertanyaan di bawah dengan cara
mencentang pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan perasaan
dan pikiran Bapak/Ibu/Saudara.
No Perasaan Tidak 1-2x 3-4x 5-6x >6x
pernah
1 Seberapa sering Anda marah karena
sesuatu yang terjadi tiba-tiba?
2 Seberapa sering Anda merasa bahwa
tidak dapat mengendalikan hal penting
dalam hidup Anda? (misal: pola makan
sehat)
3 Seberapa sering Anda merasa gugup dan
tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa yakin akan
kemampuan Anda untuk menangani
masalah pribadi Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa bahwa
semuanya berjalan sesuai dengan
keinginan Anda?
6 Seberapa sering anda menyadari bahwa
Anda tidak bisa menyelesaikan hal-hal
yang harus Anda lakukan?
7 Seberapa sering Anda dapat mengontrol
gangguan dalam hidup Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa bahagia
terhadap semua halyang telah Anda
lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa marah
karena hal-hal di luar kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa anyak
kesulitan sehingga Anda tidak dapat
mengatasinya?
Sumber: (Pin, 2011)
Lampiran 3

Lembar Konsultasi/Bimbingan Skripsi

Nama : Siti RizkaHerdiana

NIM 170711037

ProgramStudi : Ilmu Keperawatan

JudulSkripsi : Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan


Pada Lanjut Usia Di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan
KabupatenCirebon

PembimbingI : Uus Husni Mahmud, S.Kp.,M.Si


PembimbingII : Maulida NurapipahM.Kep.,Ners

KEGIATAN KONSULTASI

Saran TTD
No Hari/tanggal Materi Konsultasi
Pembimbing Pembimbing
1 Jumat,18
Juni2021

2 Senin, 5 Juli
2021

3 Jumat, 16 Juli
2021

4 Minggu, 18
Juli 2021

5 Senin, 19 Juli
2021
6 Sabtu, 24 Juli
2021

10

You might also like