Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI Siti Rizka Herdiana (170711037) Rizkaaa
SKRIPSI Siti Rizka Herdiana (170711037) Rizkaaa
Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Cirebon
Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
170711037
Proposal Skripsi
Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
170711037
Dosen Pembimbing:
Nurapipah M.Kep.,Ners
Menyetujui,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
2021
SKRIPSI
Oleh:
SITI RIZKA HERDIANA
NIM: 170711037
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, untaian rasa syukur yang tak berbatas terucap dari
dalam lubuk hati. Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT
yangtelahmelimpahkansegalarahmat,hidayah,daninayah-Nya,sehinggapenulis
dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Desa Kertasura
Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon” dengan baik. Lantunan sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya yang telah
membawa umat Islam ke arah kebaikan dan kedamaian. Suatu kebahagiaan dan
kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini,
walaupun sesungguhnya masih banyak dijumpai kekurangan dalampenulisannya.
Skripsiinidisusungunamemenuhidanmelengkapipersyaratandalammemperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S-1) jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, semangat dan
bantuan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, maka pada pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnyakepada:
1. Rektor Universitas MuhammadiyahCirebon
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................9
2.4 Hipotesis........................................................................................................29
3.6 Variabel........................................................................................................33
vi
3.10 Uji Coba Instrumen.....................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................40
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kelompok Eksperimen dan Kontrol 20
3.2 Definisi operasional pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat stress 23
pada penderita hipertensi
3.3 Koefisien Korelasi 25
3.4 Kriteria Reabilitas 25
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
2008) menyatakan bahwa kesejahterahaan yang terjadi pada lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut (BPS, 2020) data
terdapat 20,04 juta orang atau terdapat sekitar 8,05% dari total penduduk di
Indonesia. Persentase untuk penduduk usia lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%,
usia lebih dari 70 tahun sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80 tahun sebesar
0,85%.
terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun
psikologis. Masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia adalah
dengan masalah kesehatan jiwa adalah hal yang penting dalam upaya
9
usia 55-64 tahun sebanyak 8%, usia 65-74 tahun sebanyak 10% dan pada usia
lebih dari 75 tahun sebanyak 13% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
kesepian akibat ditinggal oleh pasangan, keluarga atau teman seusia. Menurut
(Hawari, 2011) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
kemampuankognitifmenurun,penglihatankabur,konstipasi,perubahanEKG,
hipotensi, dan agitasi. Obat akan berdampak kurang baik bila dikonsumsi
untuk lanjut usia yang tidak ingin menggunakan terapi obat untuk kecemasan,
salah satu contoh terapi non farmakologi yang dapat digunakan adalah terapi
tertawa.
10
Terapi tertawa yaitu mengungkapkan perasaan gembira dan senang daridalam
hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga
masalah fisik. Terapi tertawa dapat dilakukan setiap hari, tidak memerlukan
Tawa dapat membantu menyingkirkan efek negatif yang ada didalam tubuh
batuk dan flu kronis, gangguan pencernaan, insomnia, berbagai alergi, asma,
gangguan haid, sakit kepala, sakit perut dan bahkan kanker. Juga telah jelas
stress.
dalam melakukan terapi tertawa apabila orang tersebut tertawa dengan lepas
yang dapat dilihat dari ekspresi wajah yang ditunjukkan, disertai dengan
adanya gerakan otot perut, otot dada, otot bahu dan peningkatan frekuensi
menimbulkan sensasi nyaman, rileks, dan sehat. Menurut (Potter & Perry
menekan produksi
11
hormon stres yaitu adrenalin dan nonadrenalin.
yang diteliti oleh ( Ika Istirokah, dkk, 2017), didapatkan ada pengaruh
mengatakan bahwa dirinya merasa takut dan gelisah bila ditinggal sendiri dan
terkadang juga sering terbangun dari tidur pada malam hari dan tidur kembali
pada pagi hari. Dua lansia lainnya mengatakan bahwa sering merasa tegang,
merasa orang disekitarnya tidak peduli dan juga kadang mengalami mimpi
buruk. Dua lansia lagi sering merasacemas dan jantung berdebar. Lansia
12
terbagi menjadi 2 yang antara lain adalah:
13
1.3.1 Tujuan Umum
Kabupaten Cirebon.
sebagai berikut:
1.4.3 BagiResponden
mengatasinya secaramandiri.
tertawa.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pertengahan(middleage)45-59tahun,lansia(elderly)60-74
tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua
16
ketika orang mencapai kematangan fisik.
17
Menurut (Kushariyadi, 2011) menyatakan bahwa
tahantubuh
1. Perubahan Fisik
a. Sel
b. Sistem Kardiovaskuler
18
penebalan katub jantung dan curah jantung akan
c. Sistem Respirasi
d. Sistem Neurologis
e. Sistem Muskuloskeletal
f. Sistem Pencernaan
19
Menurut Nugroho (2008) lansia
g. Sistem Urinaria
h. Sistem Reproduksi
i. Sistem Indera
pendengaran
20
telinga. Lansia mengalami penurunan fungsi
banyak.
2. Perubahan Kognitif
yaitu:
21
pengertian.
3. Perubahan Psikososial
pekerjaan ataukegiatan.
4. Perubahan Psikologis
22
mental dan keadaan fungsional efektif. Masalah
dan endorphin.
kaku, dan ango yang berarti mencekik. Kecemasan adalah rasa takut tapi
23
cepat, 6) kurang koordinasi, 7) cedera, 8) menarik diri darihubungan
24
interpersonal, 9) inhibisi, 10) melarikan diri dari masalah.
b. Kognitif:1)perhatianterganggu,2)konsentrasiburuk,3)lupa,4)salah
penilaian,5)preokupasi,6)hambatanberpikir,7)persepsimenurun,8)
AdlerdanRodman(M.NurGhufron&RiniRisnawita,S,2014:145-
yaitu.
25
2.1.2.5 Tingkat Kecemasan(Anxiety)
a. Ansietas ringan
b. Ansietas sedang
c. Ansietas berat
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
d. Tingkat panik
arahan.
lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan yang tidak masuk akal
orang lain.
26
2.1.3.1 Definisi Terapi Tawa
(Muhammad, 2011), tertawa dibagi menjadi 2 yaitu satu set gerakan dan
produksuara.
hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman
yang menghias wajah, suara hati yang lepas dan bergembira, peredaran
1) Langkah Pertama
2) Langkah Kedua
3) Langkah Ketiga
28
belakang. Menoleh kanan kiri secara perlahan. Gerakan selanjutnya
ho..ha ha ha.. sebanyak 5-6 kali sambil bertempuk tangan. Peserta dapat
29
merentangkan kedua lengan dan mendongakkan kepala, gerakan
tuangkan susu dari gelas yang satu ke gelas yang lain sambil
tertawa lepas tetapi tanpa suara, saling memandang satu sama lain dan
Pesertadianjurkanbersenandunghmm..denganmuluttertutup,sehingga
pelan.
30
12) Langkah Keduabelas: Tawa Singa.
31
Tawa singa dilakukan dengan membuka mulut dibuka lebar-lebar dan
Ketiga zat ini merupakan zat baik otak sehingga bisa merasa lebih
32
Hormone (CRH)
33
yang akan menurunkan sekresi ACTH dan kadar kortisol darah. Sekresi
terjadi rangsangan efektif sebagian besar otot mulut. Saat mulut terbuka
dan tertutup, ada suatu dorangan mengisap udara yang cukup, sehingga
dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah oksigen yang cukup dalam
2.4 Hipotesis
34
2.5 KerangkaBerpikir
Terapi Tawa
Lansia
Tingkat
Kecemasan
Faktor yang
mempengaruhi tingkat
kecemasan:
Usia
Jeniskelamin
Penyakit
Ligkungan
Kelelahan
Stress
: diteliti
: tidak diteliti
: diteliti
: tidak diteliti
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 3.1.
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
Keterangan
36
X : Perlakuan terapi tawa
3.2.1 Populasi
3.2.2 SampelPenelitian
N
n= 1+Ne2
Keterangan:
n = ukuran sampel
N = jumlah populasi
E = errortolerance
200
n= 1+200.0,05
2 = 133
Dengan demikin, sampel yang diambil adalah sejumlah 133 lansia Desa
37
3.3 Teknik Sampling
strata dalam populasi itu. Hal ini dilakukan karena populasi dianggap
Kabupaten Cirebon.
3.6 Variabel
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep
dari berbagai level abstrak yang di definisikan sebagai suatu fasilitas untuk
pengukuran dan manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dari sesuatu yang
dalam skripsi Amalia (2015:29). Sumber data dalam penelitian ini adalah:
Kabupaten Cirebon.
adalah:
Kabupaten Cirebon.
Kabupaten Cirebon.
yang ditentukan dalam penelitian. Proses pengumpulan data dilakukan melalui tes
penelitian ini digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas yang diberikan
3.10.1. Validitas
Tabel 3.3.
Koefisien Korelasi
Validitas Kriteria
0,81 <rxy≤ 1,00 Sangattinggi
0,61 <rxy≤ 0,80 Tinggi
0,41 <rxy≤0,60 Cukup
0,21 <rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 <rxy≤ 0,20 Sangat rendah
3.10.2. Reliabilitas
(Arikunto,2009).
Tabel 3.4.
Kriteria Reliabilitas
Reliabilitas Kriteria
0,81 <r≤1,00 Sangattinggi
0,61 <r≤0,80 Tinggi
0,41 <r≤0,60 Cukup
0,21 <r≤0,40 Rendah
0,00 <r≤ 0,20 Sangatrendah
data berdasarkan variabel dari seluruh sampel, menyajikan data tiap variabel, dan
Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui normal atau tidaknya data
Tri,2017).
Keterangan:
Sn (X) : distribusi sampel kumulatif
Fx (X) : distribusi kumulatif normal
derajat (dk)-
Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians berbeda menggunakan uji
∑(𝑛i — 1). 𝑠i 2
∑(𝑛i — 1)
B = (log s2). Σ
membahayakan responden/pasrtisipan.
kerahasiannya.
Penelitian ini mengambil sampel 133 lanjut usia yang mengalami kecemasan di pada Desa
1. Jenis Kelamin
Tabel 1
Pengelompokan Jenis Kelamin Lanjut usia
Pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon
No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 58 43,6
2 Perempuan 75 56,4
Jumlah 133 100
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa lanjut usia pada Desa Kertasura,
Kapetakan, Cirebonyang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58 orang dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 75 orang. Hal ini berarti bahwa, lanjut usia perempuan
merupakan lanjut usia yang dominan mengalami kecemasan di Desa Kertasura, Kapetakan,
Cirebon.
2. Usia
Menurut WHO dalam penelitian (Kushariyadi, 2011) menyatakan bahwa lansia dibagi 4
klasifikasi, yaitu lansia usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74
tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) >90 tahun.
Tabel 2
Pengelompokan Usia Lanjut usia
Pada Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar lanjut usia yang diDesa
Kertasura, Kapetakan, Cirebonberusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 87 lanjut usia atau 65,4%,dan
lanjut usia yang berusia 75-90 tahun sebanyak 46 lanjut usia atau 34,6%.
1. Uji Validitas
Apabila rxy>rtabel maka soal tersebut valid. Validitas tes soal pilihan ganda didapatkan rumus
korelasi product moment (Arikunto, 2002:148). Hasil uji validitas pernyataan kuisioner dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Item Validitas
No Variabel
Pertanyaan rxy Kriteria
Pre1 0,598 Cukup
Pre2 0,666 Tinggi
Pre3 0,734 Tinggi
Pre4 0,708 Tinggi
Pre5 0,696 Tinggi
1 Pre test
Pre6 0,602 Tinggi
Pre7 0,779 Tinggi
Pre8 0,801 Tinggi
Pre9 0,645 Tinggi
Pre10 0,695 Tinggi
Po1 0,345 Rendah
Po2 0,644 Tinggi
Po3 0,554 Cukup
Po4 0,551 Cukup
Po5 0,674 Tinggi
2 Post test
Po6 0,687 Tinggi
Po7 0,639 Tinggi
Po8 0,789 Tinggi
Po9 0,667 Tinggi
Po10 0,757 Tinggi
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keterandalan sesuatu (2006:178). Maksud keterandaan adalah datanya
benar sesuai dengan kenyataan, beberapa kali diambil, hasil tetap sama.
Tabel4
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan
1 Pretest 0,877 Tinggi
2 Postest 0,833 Tinggi
Tabel 5
Tingkat kecemasan lansia sebelum terapi tertawa
Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
1 Seberapa sering Anda marah 1 10 48 74
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
2 Seberapa sering Anda marah 9 43 81
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
3 Seberapa sering Anda merasa 1 14 39 79
gugup dan tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa 3 10 49 71
yakin akan kemampuan Anda
untuk menangani masalah pribadi
Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa 7 50 76
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
6 Seberapa sering Anda merasa 1 6 51 75
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
7 Seberapa sering Anda dapat 3 67 29 34
mengontrol gangguan dalam hidup
Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa 4 68 26 35
bahagia terhadap semua halyang
telah Anda lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa 5 61 25 42
marah karena hal-hal di luar
kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa 2 64 39 28
anyak kesulitan sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
Rata-Rata 0 3 32 40 60
Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa sebelum diberikannya terapi tertawa rata-rata 60
lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon sangat sering (>6 kali) mengalami kecemasan.
Tingkat kecemasan pada lanjut usia setelah diberikan terapi tertawa di Desa Kertasura,
Tabel 6
Tingkat kecemasan lansia setelah terapi tertawa
Jumlah (orang)
No. Perasaan
0 1 2 3 4
1 Seberapa sering Anda marah 3 22 76 32
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
2 Seberapa sering Anda marah 6 72 31 23 1
karena sesuatu yang terjadi tiba-
tiba?
3 Seberapa sering Anda merasa 9 38 37 49
gugup dan tertekan?
4 Sebarapa sering Anda merasa 11 62 33 26 1
yakin akan kemampuan Anda
untuk menangani masalah pribadi
Anda?
5 Seberapa sering Anda merasa 12 59 38 23 1
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
6 Seberapa sering Anda merasa 6 28 59 34 6
bahwa semuanya berjalan sesuai
dengan keinginan Anda?
7 Seberapa sering Anda dapat 2 24 69 31 7
mengontrol gangguan dalam hidup
Anda?
8 Seberapa sering Anda merasa 3 27 64 32 7
bahagia terhadap semua halyang
telah Anda lakukan?
9 Seberapa sering Anda merasa 1 31 72 24 5
marah karena hal-hal di luar
kehendak Anda?
10 Sebarapa sering Anda merasa 4 28 65 31 5
anyak kesulitan sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
Rata-Rata 5.7 39 54 31 4.1
Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata 54 lansia Desa Kertasura, Kapetakan,
Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan telah terjadi
penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon setelah diberikan terapi
tertawa.
3. Pengaruh Pemberian Terapi tertawa Terhadap Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh terapi tawa terhadap tingkat kecemasan
lansia di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.Skor yang sudah didapatkan
dari responden mengenai tingkat kecemasan sebelum dan setelah diberikan terapi tertawa kemudian
diolah dengan menggunakan teknik analisa nonparametric, yaitu uji Wilcoxon karena data berskala
ordinal.
Tabel 7
Pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia
Berdasarkan tabel7diperoleh rata-rata pre test 3,47dan post test 1,56. Tingkat kecemasan
terendah pada saat pretest adalah 1 (hamper tidak pernah) dan tingkat kecemasan terberat adalah 4
(csangat sering. Sedangkan pada saat post test, tingkat kecemasan terendah adalah 0 (tidakpernah)
dan tingkat kecemasan terberat adalah 4 (sangat sering). Untuk nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05,
yang berarti bahwa pemberian terapi tertawa berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian tingkat kecemasan lanjut usia diDesa Kertasura Kecamatan Kapetakan
Kabupaten Cirebon sebelum diberikan terapi tertawa menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut
usia seringkali (>6 kali) mengalami kecemasan. Setelah mendapatkan terapi tertawa, sebagian
besarlansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan.
Hal ini menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan,
Penurunan tingkat kecemasan sangat bergantung pada penyesuaian diri seseorang terhadap
masalah yang dihadapinya. Apabila penyesuaian dirinya baik maka masalah pun dapat segera diatasi
dan tentunya masalah kecemasan pun dapat berkurang. Selain itu latihan untuk mengontrol wajah
yang tepat dengan cara berlatih tertawa pada saat mengalami masalah psikologis merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan (Ruspawan dan
Wulandari, 2012).Peneliti berpendapat terdapat penurunan tingkat kecemasan lansia sebelum dan
sesudah diberikan terapi tertawa terjadi karena keadaan psikis responden selama terapi dimana
responden mengungkapkan bahwa responden merasa senang dengan terapi yang diberikan oleh
peneliti dan menganggap ini hal yang baru sehingga responden menjadi senang dan antusias maka
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat kecemasan pada
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kecemasan lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan,
Cirebon.Terapi tertawa yaitu mengungkapkan perasaan gembira dan senang dari dalam hati yang
dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, sehingga membantu mengatasi masalah
kesehatan baik masalah psikologis maupun masalah fisik. Terapi tertawa dapat dilakukan setiap
Selama proses tertawa terjadi pelepasan hormon endorfin dan enkephalin yang juga disebut
morfin tubuh ke dalam sirkulasi darah, sehingga menimbulkan sensasi nyaman, rileks, dan sehat.
Menurut (Potter & Perry dalam Haruyama, 2011) menyatakan bahwa, hormon ini akan
mempengaruhi sistem limbik yang merupakan pusat pengatur emosi yang kemudian akan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kecemasan lanjut usia di Desa Kertasura Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon sebelum
diberikan terapi tertawa menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia seringkali (>6 kali)
mengalami kecemasan. Setelah mendapatkan terapi tertawa, sebagian besar lansia Desa Kertasura,
Kapetakan, Cirebon kadang-kadang (3-4 kali) mengalami kecemasan. Hal ini menunjukkan telah
terjadi penurunan tingkat kecemasan lansia Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon setelah diberikan
terapi tertawa. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pemberian terapitertawa berpengaruh signifikan
5.2 Saran
1) Lanjut usia di Desa Kertasura, Kapetakan, Cirebon dapat menggunakan terapi tertawa sebagai
suatu alternatif bagi lanjut usia,melanjutkan pemberian terapi yang telah peneliti lakukan.
2) Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan terapi tertawa dan kecemasan, diharapkan dapat
instrumen dengan jelas dan benar serta membacakannya untuk memudahkan peneliti
mengajukan pertanyaan dan tentunya memudahkan juga bagi responden untuk menjawab serta
menegaskan pada responden bahwa penelitian ini untuk kepentingan responden dan hasilnya
Astuti,2010.PenatalaksanaanInsomniapadaUsiaLanjut.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Azizah. 2011. Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan
PusatStatistik. 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014.
Christianto. 2015. Pengaruh Terapi Tawa terhadapPenurunanDepresi Lanjut
Usia (Lansia) di Panti Graha Werdha Marie Joseph KotaPontianak.
Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan.
Joseph, S. G. & Riaz, K. M. 2015. Laughter Therapy for Depressive
Symptomsamong Elderly Residing in Geriatric Homes of Kerala.
Kadir, A. 2012. Perubahan Hormon terhadap Stres . Jurnal FakultasKedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, vol.2, no.1.
Kataria. 2004. Laugh for no Reason (Terapi Tawa). Jakarta: PT
GramediaPustakaUtama.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Populasi Lansia diperkirakan Terus-Meningkat
hingga Tahun 2020.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Info Datin. Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
Kim, et al. 2015. Laughter and Stress Relief in Can cer Patients: A Pilot
Study.
Ko, et al. 2011. Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and Sleep
among The Community-dwellingElderly.
Kushariyadi. 2011. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Kusuma, dkk. 2013. Efektifitas Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing dan
Terapi Musik Terhadap Penurunan Gangguan Tidur pada Lansia di Panti
Werda Pelkris PengayomanSemarang.
Lee, et al. 2007. Older Patients Experiences of Sleep in the Hospital: Disruptions
andRemedies.
Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Maulida, dkk. 2011. Test reliabilitas dan validitas indeks kualitas tidur dari
Pittsburg(PSQI)versiBahasaIndonesiapadaLansia[Thesis]BagianIlmu
Penyakit saraf. Yogyakarta.
Muhammad, A. 2011. Tertawalah biar Sehat. Jakarta: Diva Press.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &
Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Prayitno. 2002. Gangguan Pola Tidur P ada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Kedokteran Trisakti Vol. 21 No. 1.
Purwanto & Zulaekhah. 2007. Pengaruh Pelatihan Teknik Relaksasi Religius
Untuk Mengurangi Gangguan Insomnia.
Rohmawati. 2013. Anxiety, Asupan Makan dan Status Gizi Lansia di Jember.
Ruspawan, I. D. M. & Wulandari, N. M. D. 2011. Pengaruh Pemberian
TerapiTertawa terhadap Tingkat Kecemasan Lanjut Usia di PSTW Wana
Seraya Denpasar. Jurnal Skala Husada 1 (9).
Saputra. 2014. Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Tingkat Stres
PsikologiDalamMenyusunSkripsiMahasiswaPsikdiStikesNgudiWaluyoUng
aran.
Sari, I. N. 2014. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Kejadian
Insomnia pada Usia Lanjut Di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Setyoadi & Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Simanungkalit & Pasaribu. 2007. Terapi Tawa: Efektif Menagkal Stres
danMembantu Mengobati Kanker, Darah Tinggi, Sakit Kepala, Gangguan
Syaraf, Maag dan lain-lain. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Stanley, et al. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Subakti.
2008. Stres dan Koping Lansia pada Masa Pensiun.
Lampian 1
SOP TERAPI TERTAWA
1. Tepuk tangan selama 1-2 ... 1-2-3 sambil mengucapkan H0-
ho...ho...Ha..Ha...Ha...
dihembuskanpelan-pelan.
kemudian memutar ke arah kiri dan ditahan beberapa saat, lalu kemabali ke
tangan yang lain (seperti merentangkan busur atau melepaskan anak panah).
Aee..Aee..Ae...dankemudianparapesertatertawasambilmerentangkankedua
7. Tawa milk shake (sebuah variasi) : berpura-pura memegang dua gelas susu
ataukopidansesuaiaba-abakoordinatortuangkansusudarisatugelaskegelas
lainsambilmendarasAee..dantuangkankembalikedalamgelaspertama
sambil mendaras Aee... setelah itu semua orang tertawa sambil berpura-pura
8. Tawa hening tanpa suara : bukalah mulut lebar lebar dan tertawalah tanpa
lucu.
sambil mendarasAee..Ooo....Uuuu...
11. Tawa singa : julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
13. Tawa bantahan : anggota dibagi menjadi dua bagian yang bersaing dengan
pegangkeduacupingtelingadantertawasambilmenggelengkankepala(ala
india) atau angkat kedua telapak tangan kemudian tertawa seolah minta
maaf.
kecildanintensitastawasemakinditingkatkan.Laluparaanggotasecara
bertahap melakukan tawa bersemangat kemudian perlahan-lahan
16. Tawa dari hati ke hati : mendekat dan berpegangan tanganlah sertatertawa.
Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk apapun yang terasa
nyaman.
17. Tahapterminasi/evaluasi
NIM 170711037
KEGIATAN KONSULTASI
Saran TTD
No Hari/tanggal Materi Konsultasi
Pembimbing Pembimbing
1 Jumat,18
Juni2021
2 Senin, 5 Juli
2021
3 Jumat, 16 Juli
2021
4 Minggu, 18
Juli 2021
5 Senin, 19 Juli
2021
6 Sabtu, 24 Juli
2021
10