You are on page 1of 40

KONTRAK KARYA

(SUATU KAJIAN HUKUM KEPERDATAAN)I

Ari Wahyudi Hertanto 2

Abstrak
The contract of work (Kontrak Karya Pertambangan) is a contract between
government and mining company which becomes legal consideration to the
company to conducting mining business in Indonesia. In the structure of
cooperation the government being the principal and the mining company
becomes the contractor. Based on the contract have arranged stipulations
that govern right and obligation of the contractor also such incentives that's
given by the government to perform their business. From the perspectives of
Mining Law (Law Number J 1 year 1967) basically entire minerals are
supervised by the state and under the law has stipulated that the Minister (of
Mining and Mineral Resources) authorized to invite third party becomes
contractor for cannot any exclusively exploration works.

Kata kunci: kontrak karya, pertambangan, perjanjian

I. Sekilas Tentang Kontrak Karya

lronis. Mungkin itu kata yang cocok digunakan bila mengamati


perkembangan sektor pertambangan di Indonesia dewasa ini. 3 Dasar dari
perkataan terse but, yaitu memperhatikan keadaan sejak dibukanya perizinan
penambangan melalui konsep Kontrak Karya Pertambangan (KKP) dan
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), sektor
pertambangan Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan yang sangat

I Penelitian yang dilakukan oleh penulis dilakukan sebelum diberlakukannya


Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

2 Penulis adalah pengajar Mata Kliliah Ilmll Negara dan Mata Kuliah Pancasila pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan pengajar Mata Kuliah-Mata Kuliah Ilmu Negara,
Hukum Perusahaan, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Hukum Perdata pada
Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia.

3 loko Susilo dan Adi Prathomo, "Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan


Indonesia (Kumpulan Tulisan S. Sigit, \967-2004)", (Jakarta: Yayasan Minergy Informasi
Indonesia, 2004), hal. 3.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 198

signifikan. Terhitung dari banyaknya perusahaan-perusahaan yang diberikan


izin untuk menambang emas, perak, tembaga serta mineral logam lainnya
termasuk batubara, yaitu diperkirakan mencapai 3764 perusahaan .
Animo yang begitu tinggi tidak lain dikarenakan Indonesia memang
merupakan tempat yang dapat menarik investor asing untuk melakukan
kegiatan usaha pertambangan, dan hal ini ditambah lagi dengan pengetahuan
yang dimiliki oleh pengusaha asing tentang geological setting yang dimiliki
oleh Indonesia.
Rangkaian pulau dengan deretan gunung api yang membentuk busur
konsentrik, yang letaknya terjepit antara benua Asia dan Australia, Samudra
Hindia Pasifik ini, dalam pengertian geologi merupakan daerah jalur
pegunungan yang masih dalam pertumbuhan. Para peneliti sepakat bahwa
dalam proses pembentukan busur kepulauan Nusantara ini, ada keterkaitan
antara kegiatan volkanisma, peristiwa-peristiwa gempa dan gejala tektonik
lainnya dengan palung dan parit dalam yang terdapat didasar samudera. s
Potensi sumberdaya alam yang terkandung dalam bumi Indonesia merupakan
aset bangsa yang perlu dieksplorasi dan dieksploitasi secara bijaksana dan
bertallggung jawab. Dasar pengaturan dan kebijakan pengelolaan
sumberdaya alam di Indonesia ialah UUD 1945 Pasal 33 6 • Secara spesifik
diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (3). Penggunaan Pasal33 ayat (3) ini
dilakukan dengan pendekatan bahwa sumberdaya alam dikuasaF oleh negara

4 Lihat loko Susilo dan Adi Prathomo, Ibid.

5 Ibid, hal. 223-224 .

6 Pasal 33 UUD 1945 tersebut menyatakan sebagai beri kut:


(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

7 Menurut Abrar Saleng kata-kata dikuasai negara dalam Pasal 33 ayat (3)
merupakan dasar bagi Konsep Hak Penguasaan Negara (HPN), untuk dapat memahami konsep
penguasaan negara atas pertambangan terlebih dahulu dimulai dengan mengkaji Pasal 33
UUD 1945 sebagai landasan konstitusionilnya. Dalam Undang-undang No.5 tahun 1960
ten tang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUP A) telah diberikan pengertian secara
199 Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

dan merupakan milik bersama (common property) bangsa-bangsa Indonesia


dan dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan dan sebesar-besarnya demi
kemakmuran rakyat dari satu generasl ke generasi selanjutnya secara
berkela~utan.8
Kembali pada pemikiran common property tersebut di atas, yang
dalam hal ini dibedakan atas dua jenis, yaitu common property yang
kepemilikannya dapat dialihkan kepada pihak lain dan common property
yang tidak dapat dialihkan atau dijadikan milik perorangan. Hak kepemilikan
mineral dan energi (mineral right) ada ditangan rakyat Indonesia oleh karena
itu pengelolaannya (mining right) dipercayakan kepada pemerintah dan
pemerintah daerah sebagai penyelenggara negara. 9
. Selain itu disadari bahwa tujuan pemanfaatan sumber daya mineral
dan energi (economic right) hanya mungkin dicapai bilamana ada upaya
memanfaatkannya melalui investasi pertambangan, selain harus mengacu
pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) DUD 1945, juga harus memegang prinsip
dasar dalam pendayagunaan sumberdaya mineral dan energi yaitu
sustainability (keberlanjutan) dan pemanfaatan seoptimal mungkin hasilnya
bagi kepentingan rakyat. 10
Terdapat adagium yang tidak hanya relevan hanya terbatas pada
kalangan pertambangan, yaitu things which do not grow need raw materials
from mining activities dan everything that doesn't grow should be minei I,

otentik mengenai HPN (Pasal 2 ayat (2)), yang dalam memori penjelasannya pada angka 1112
diberikan penegasan bahwa perkataan dikuasai oleh negara bukan berarti dimiliki, akan tetapi
pengertian yang memberi kewenangan kepada negara sebagai organisasi kekuasaan untuk
melaksanakan kewenangan (authority), berbeda lagi dengan Undang-undang No.ll tahun
1967 diberikan makna HPN yang berbeda dengan UUPA, yaitu pada penjelasan umum bagian
penjelasan pokok-pokok persoalan disebutkan "Negara menguasai ... sepenuh-penuhnya"
tersebut hingga kini masih ditafsirkan sebagai negara memiliki", lihat Abrar Saleng, "Hukum
Pertambangan" , UII Press, Yogyakarta, 2004, hal. 1-2

8 Prosiding Seminar Nasional, Rumusan Hasil Seminar Nasional Pengaturan


Pengelolaan Pertambangan dalam Era Otonomi Daerah dad Perspektif Kemandirian Lokal,
Makassar, 22-23 Februari 2001, disunting oleh A. Mappadjantji Amien dan Abrar Saleng, hal.
1.

9 Pu~omo Yusgiantoro, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan


Lingkungan Sektor Energi, makalah dalam Seminar Nasional Pengaturan Pengelolaan
Pertambangan dalam Era Otonomi Daerah dari Perspektif Kemandirian Lokal, Makassar, 22-
23 Februari 2001, hal. 1.

10 Ibid., hal. 1-2.

II Terminologi mine (mined) definisinya tidak terbatas hanya pada pemahaman


tambang atau barang tambang, tetapi dalam cakupan yang lebih luas lagi adalah (kandungan)
mineral, yang cara memperolehnya tidak harus dengan alat berat atau melakukan proses
Kontrak Kmya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 200

karen a pada prinsipnya manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak dapat


dilepaskan dari ketergantungannya pada produk-produk hasil pertambangan.
Semisal ketergantungan manusia akan emas, an tara lain dapat diidentifikasi
secara sederhana dalam uraian berikut ini: 12
1. nilai uang suatu negara sejak tahun 1933 mengikuti standar emas,
dimana nilai uang ditentukan oleh jumlah cadangan emas murm
yang dimiliki oleh suatu negara;
2. pemakaian terbanyak adalah untuk perhiasan;
3. emas murni disebut 24 karat;
4. penggunaan pada perawatan gigi sudah dikenal sejak 3000 tahun
yang lalu;
5. emas merupakan penghantar listrik yang baik karenanya alloy
emas sering dipakai untuk konduktor-konduktor arus lemah
seperti radar;
6. dan lain sebagainya.
Demikian pula dengan bahan-bahan galian tambang lainnya 13 , yang
tanpa disadari manusia telah menjadi penggunanya dan menjadi
ketergantungan terhadap hasil akhir dari produk-produk pertambangan.

penggalian, karena mineral itu sendiri tersebar diseluruh bumi , baik dipermukaan, diperairan,
dikedalaman (lauUdaratan), seperti halnya orang yang melakukan penggalian pasir, pembuatan
batu bata merah, atau penambangan garam.

12 Ahmad Sabur, "Atlas Pertambangan", (Surabaya: PT Karya Pembina Swajaya,


2003), hal. 37.

13 Lihat Anna Claybourne, Question and Answers Rocks and Minerals, Parragon
Book, United Kingdom - 2002, hal. 28, yang mendeskripsikan bahwa mineral ada sangat dekat
dengan manusia dalam kehidupan sehari-harinya yang dijabarkan secara sederhana, yaitu
antara lain adalah sebagai berikut:

Talcum powder is made of talc, a common mineral extracted from a huge mines in
America, shampoo and bubble bath contain minerals like sodium and sulphur, and
the mirror is made ofglass (made from quartz), backed with a thin layer ofsilver;

Operation of a light bulb, when one switch on the light, electricity flows along
copper wires and into a filament made of tungsten (which comes from a mineral
called wolframite). The filament glows and shines through a light bulb of glass
(made from quartz). Mineral teamwork,

Things that we wears, apart from plastic, metal and quartz in a watch. glass in
glasses. gold and silver in ear-rings, synthetic jhbric like nylon or polyester (made
from mineral oil) ill clothes or shoes;
201 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

Begitu pentingnya produk-produk pertambangan dalam kehidupan


manusia, dan begitu dekatnya sumberdaya alam mineral yang belum
dimanfaatkan, serta begitu sedikitnya literatur (nasional) yang secara khusus
membahas tentang hukum pertambangan, apabila dibandingkan lingkup
bahasan hukum bisnis lainnya, mendorong Penulis untuk mengadakan
penelitian secara khusus di bidang hukum pertambangan dalam konteks
dampak hukum sehubungan dengan berakhirnya kontrak karya dan rencana
pengakhiran tambang yang dilakukan oleh perusahaan pemegang kontrak
karya dalam rangka penanaman modal asing.
Berdasarkan konsepsi UU No.1I1967 sebagai Pasal 1, yang secara
prinsip bersumber dan berlandaskan pada Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD
1945, bahwa segala bahan galian yang terdapat di dalam wilayah hukum
Indonesia adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia. Pasall UU No.111967
dalam hal ini secara jelas menetapkan:

Segala bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum


p ertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan
alam sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa, adalah kekayaan
Nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan
dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. 14

Lebih jauh lagi pada bagian Penjelasan Pasal 1 UU No.111967


dinyatakan:

Sebagai telah tersebut dalam penjelasan umum maka dengan


pasal ini dinyatakan dengan tegas bahwa semua bahan galian
yang terdapat di Indonesia yang masih merupakan letakan-
letakan atau timbunan-timbunan alam sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa adalah kekayaan Nasional dan dikuasai oleh
Negara. 15

X-rays. medicines. computers. watches. plastics. Juels and jewels and many more
are a lot oj useJul things minerals are used. But there are many. many more. In Jact.
minerals have so many uses they would not all fit in this book.

14 Pasa! 1 UU No.1I1967 .

15 Penje!asan Pasa! 1 UU No. 1/1967 .


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 202

Pada bagian Penjelasan Pokok Persoalan UU No.1 111967 , dinyatakan


beberapa permasalahan yang sifatnya signifikan dan merupakan landasan
bagi penjelasan dari Pasal 1 UU No.11l967 salah satunya menyatakan:
1. Mengenai semua bahan galian yang terkandung di
dalam bumi dan wi/ayah hukum Pertambangan
Indonesia dinyatakan bahwa bahan-bahan galia
tersebut adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
dikuasai oleh negara. Pernyataan ini adalah dasar,
yang diletakkan dalam Undang-Undang
Pertambangan ini, sehingga dengan pernyataan ini
Negara menguasai semua bahan-bahan gal ian dengan
sepenuh-penuhnya untuk kepentingan Negara serla
kemakmuran rakyat karena bahan-bahan galian
tersebut adalah merupakan kekayaan nasional.
3. Dalam memanfaatkan kekayaan alam dapat diambil
cara-cara pengusahaannya seperti berikut:
a. Dikerjakan langsung oleh suatu instansi
Pemerintah;
b. Diusahakan oleh Perusahaan Negara;
c. Diusahakan dengan perusahaan atas dasar
modal bersama oleh pihak Negara dengan
Daerah;
d. Diusahakan oleh Perusahaan Daerah;
e. Diusahakan oleh perusahaan yang modalnya
adalah modal campuran o!eh Negara dan
pihak swasta, boleh pula modal campuran
dengan perseorangan asa! berkewarga-
negaraan Indonesia dan boleh pula dengan
badan swasta yang pengurusnya seluruhnya
adalah Warga Negara Indonesia;
f Diusahakan oleh pihak swasta boleh
perorangan asa! berkewarga-negaraan
Indonesia, atau boleh oleh badan swasta yang
203 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

seluruhnya berkewarga-negaraan Indonesia,


terutama yang mempunyai bentuk koperasi ... 16
Setiap perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pemanfaatan sumberdaya alam menunjukkan adanya keterkaitan
yang erat. Hal ini tidak lain dikarenakan untuk merealisasikan bentuk-bentuk
pemanfaatan dimana negara sebagai regulator (dahulu juga sebagai pihak)
berdasarkan wewenang untuk mengelola sumberdaya alam yang ada, dengan
pihak-pihak yang telah diatur dalam undang-undang dalam tatanan
pemanfaatan yang bertanggungjawab dan memiliki jiwa pembangunan yang
berkelanjutan, yaitu dengan memperhatikan generasi-generasi selanjutnya.

A. Latar Belakang Lahirnya Kontrak Karya

Undang-undang pertambangan Indonesia dalam sejarah


perkembangannya sampai sekarang secara umum dapat
dikelompokkan dalam 3 masa; yaitu :
a. masa lndische Mijnwet (S.l899-214), dimana peraturan-
peraturan pelaksanaan dari Indische Mijnwet ini antara
lain diatur dalam:
i) Mijnordonantie (S.1930-38);
ii) Mijnpolitie Reglement (S .1930-341);
iii) Petroleum Opslag Ordonantie (S.l927-199);
iv) Petroleum Vervoer Ordonantie (S.1927 -214);
v) Petroleum Opslag Verordening (S.l927-200);
vi) Petroleum Vervoer Verordening (S.1928-144).
b. masa Undang-undang No.37 Prp. tahun 1960 dan
Undang-undang No.44 Prp. tahun 1960;
c. masa UU No.1 111967.
Dengan diberlakukannya UU No.1111967, maka selanjutnya
undang-undang tersebut diikuti sejumlah keplltusan, surat edaran yang
dikeluarkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi (sekarang Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral) atau Direktur lenderal Pertambangan
Umum (sekarang Direktorat lenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral) yang bersifat teknis dan merupakan peraturan pelaksanaan,
misalnya tentang prosedur administratif pengajuan perrnohonan KK,

16 Penjelasan Pokok Persoalan UU No.1I1967 angka 1 dan 3.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 204

laporan periodik, iuran tetap, iuran produksi (royalti), perimbangan


pendapatan, dan sebagainya.
Kontrak Karya Pertambangan (KKP) merupakan perjanjian antara
pemerintah dan pengusaha pertambangan yang menjadi dasar hukum
bagi pihak pengusaha untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pertambangan di Indonesia. Dalam konstruksi "kerja'Sama" ini pihak
pemerintah menjadi principal dan pihak pengusaha merupakan
contractor. Dalam KKP terdapat ketentuan-ketentuan yang mengatur
berbagai hak dan kewajiban kontraktor serta berbagai kemudahan yang
dapat diberikan pemerintah kepada kontraktor untuk melaksanakan
kegiatan usahanya. 17 Dengan kata lain, berdasarkan UU No.1 1/1967,
pada dasarnya semua mineral diusahakan oleh Negara dan berdasarkan
ketentuan undang-undang dimaksud Menteri dapat menunjuk pihak
lain sebagai kontraktor untuk pekerjaan yang belum mampu dikerjakan
sendiri. Pemerintah dalam hal ini mengawasi dan l11emantau jalannya
pelaksanaan pekerjaan dil11aksud, sedangkan sarana yang melandasi
dan l11erupakan dasar hukul11nya adalah berupa perjanjian yang harus
terlebih dahulu disetujui oleh pemerintah yang juga secara terlebib
dahulu telah mengkonsultasikannya dengan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Pengusahaan oleh Negara dilakukan dengan memberikan hak
pengusahaan dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP) atau Surat Izin
Pertambangan (SIP). Pelimpahan penguasaan ini diberikan kepada
warga negara atau badan hukum Indonesia, yaitu bentuk BUMN,
perusahaan pribadi atau swasta nasional, perusahaan kerjasama dengan
Pemerintah, perorangan, atau dalam bentuk Wilayah Pertambangan
Rakyat (WPR).18
Sejarah ringkasnya, semasa Hindia Belanda, usaha pertambangan
dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh swasta dengan
menggunakan berbagai pola atau bentuk perizinan. Semula memang
telah menjadi kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda untuk
mengusahakan sendiri tambang-tambang besar yang dinilai vital
seperti tam bang batubara dan timah. Akan tetapi untuk beberapa
proyek yang besar seperti pengembangan tambang nikel di Sulawesi
Tenggara, pengusahaannya dilakukan oleh pihak swasta berdasarkan
suatu kontrak khusus pemerintah. Kontrak itu, dikenal dengan sebutan

17 loko Susilo dan Adi Prathomo, Loc. Cit., haL 27 .

18 Adjat SUdradjat, Loc. Cit., hal. 91 .


205 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

5a contract karen a didasarkan pad a ketentuan Pasal 5a Indische


Mijnwet. 19
Pasa! 5a ada!ah pasal yang ditambahkan pada Indische Mijnwet
saat di!akukan amandemen tahun 1910. Bunyi Pas a! 5a selengkapnya
adalah sebagai berikut: 20
1. Het Gouvernement is bevoegd opsporingen en ont-
ginningen te doen plats hebben, waar die niet in strijd
komen met aan opspoorders of concessionarisen
verlende rechten
(pemerintah berwenang untuk melakukan penyelidikan
dan eksploitasi selama hal itu tidak bertentangan
dengan hak-hak yang telah diberikan kepada
penyelidik atau pemegang hak konsesi).
2. Het kan te dien einde of zelJ opsporingen en
ontginningen ondernemen, of met personen of
venootschaappen die voldoen aan het eerst lid van
artikel 4 dezer wet, overeenkomsten aangaan, waarbij
zij zich verbinden tot her onder-nemen van
ontginningen of van opsporingen en ontginningen
(untuk hal tersebut, pemerintah dapat melakukan
sendiri penyelidikan dan eksploitasi atau mengadakan
perjanjian dengan perorangan atau perusahaan yang
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum pada
Pasal 4 undang-undang ini dan sesuai dengan
perjanjian itu mereka wajib melaksanakan eksploitasi,
ataupun penyelidikan dan eksploitasi dimaksud).
Kemudian perlu dicatat bahwa amandemen tahun 1918 dilakukan
perubahan pada ketentuan ayat (3) Pasal 5a Indische Mijnwwet yaitu
bahwa kontrak yang hanya mencakup kegiatan eksplorasi saja tidak
perlu disahkan dengan undang-undang. Liberalisasi kebijaksanaan
pertambangan ini melalui dua ka.1i amandemen undang-undang
tersebut di atas berhasil meningkatkan minat pihak swasta untuk
mengusahakan kegiatan eksplorasi pertambangan di Hindia Belanda,

19 Abrar Saleng, Loc. Cit., hal. 65.

20 Ibid.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 206

khususnya dalam kurun waktu antara tahun 1920 sampai dengan tahun
1980. 21
Senafas dengan bunyi ayat (1) dan (2) Pasal Sa lndische Mijnwet
tersebut di atas,22 maka ketentuan Pasal 10 ayat (1) UU No.1111967
berbunyi:
Menteri dapat rnenunjukan pihak lain sebagai
kontraktor apabila diperlukan untuk rnelaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang belurn atau tidak dapat
dilaksanakan sendiri oleh lnstansi Pernerintah atau
Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku
pernegang kuasa pertarnbangan.
Yang dimaksud dengan Menteri di sini adalah Menteri yang
bidang tugasnya mencakup bidang pertambangan.
Dalam perkembangannya, dari tahun 1967 sampai dengan 1997,
konsep KKP ini selalu diusahakan untuk terus diperbaiki. Khususnya
menyangkut ketentuan-ketentuan dalam kontrak yang menyangkut
bidang keuangan, perpajakan dan pungutan negara lainnya, dari waktu
ke waktu perlu disesuaikan dengan perkembangan kebijaksanaan
pemerintah. Dengan demikian dalam kurun waktu 30 tahun (1967-
1997) terdapat tujuh generasi KKP. 23
Konsep KKP pada prinsipnya penerapannya merujuk pada
ketentuan Pasa} 10 UU No.1111967, yang menyatakan:
(1) Menteri dapat rnenunjukan pihak lain sebagai
kontraktor apabila diperlukan untuk rnelaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang belurn atau tidak dapat
dilaksanakan sendiri oleh lnstansi Pernerintah atau
Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku
pemegang kuasa pertarnbangan.
(2) Dalam rnengadakan perjanjian karya dengan
kontraktor seperti yang dirnaksud dalam ayat (1) pasal
ini lnstansi Pernerintah atau Perusahaan Negara harus
berpegang pada pedoman-pedoman, petunjuk-

21 Ibid., hal. 65-66.

22 loko Susilo dan Adi Prathomo, Op. Cit, hal. 28.

23 Ibid.
207 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

petunjuk, dan syarat-syarat yang diberikan oleh


MenterL
(3) Perjanjian karya tersebut dalam ayat (2) pasal ini
mulai berlaku sesudah disahkan oleh Pemerintah
setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan
Rakyat apabila menyangkut eksploitasi golongan a
sepanjang mengenai bahan-bahan galian yang
ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang ini
danlatau yang perjanjian karyanya berbentuk
penanaman modal asing. U
Suatu hal yang menarik adalah konsep KKP terutama sekali
diterapkan pada perusahaan penanaman modal asing bidang
pertambangan, yaitu sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasa} 8 ayat
(1) UU No .I/1967, yang menyatakan :
Penanaman modal asing di bidang pertambangan
didasarkan pada suatu kerjasama dengan pemerintah alas
dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 25
Dengan kata lain dasar hukum dari bentuk KKP yang dilakukan
da;a, rangka penanaman modal asing adalah sebagaimana diatur dalam
Pasal 8 ayat (1) UU No.1/1967 yang mempergunakan istilah kontrak
karya atau bentuk lainnya, dan Pasal 10 ayat (1) dan (3) UU
No.l11l967 dengan istilah perjanjian karya.
Kedua ketentuan di atas merupakan dasar hukum KK dan bentuk-
bentuk kerjasama lainnya, karena itu kedua ketentuan itu
memungkinkan keterlibatan investor asing dalam usaha pertambangan
di Indonesia. Akan tetapi dalam pelaksanaan KK memuat ketentuan-
ketentuan yang lebih lengkap dibandingkan dengan Sa Contract pada
zaman Belanda. Kelebihan itu antara lain KK memberikan hak
sekaligus kepada kontraktor untuk melaksanakan usahanya sejak dari
tahap penyelidikan umum (survey), eksplorasi sampai dengan
eksploitasi, pengolahan dan penjualan hasil produksi tanpa ada
pemisahan antara tahap pra-produksi dengan operasi-produksi?6

24 Pasal 10 UU No.1 III 967.

25 Pasal8 ayat (I) UU No.111967.

26 Abrar Saleng, Loc. Cit., haL 146.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 208

KKP di waktu lalu sangat berhasil menarik para investor asing


untuk menanamkan modal mereka di sektor pertambangan
dikarenakan beberapa hal, antara lain yaitu: 27
1. KKP memuat ketentuan yang mencakup praktis segala aspek
pelaksanaan usaha pertambangan;
2. pemerintah memberi perlakuan lex specialis pada KKP, segala
ketentuan dalam kontrak tidak akan diubah oleh peraturan
perundangan dikemudian hari, kecuali dengan kesepakatan
kedua belah pihak;
3. dalam melaksanakan kegiatannya, kontraktor mendapat hak
berkelanjutan (conjuctive title) dari satu tahap ke tahap
berikutnya, yaitu tahap penyelidikan umum sampai dengan
tahap eksploitasi, pengolahan dan pemasaran;
4. bila timbul sengketa antara principal dan kontraktor yang tidak
dapat diselesaikan secara musyawarah atau kompromi, maka
kontraktor berhak untuk membawa persoalannya ke arbitrase
internasional; dan
5. KKP baru dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Presiden
sesudah terlebih dahulu dikonsultasikan dengan (dan disetujui
oleh) DPR, dengan demikian kedudukan KKP secara hukum
sangat kuat, boleh dikata hampir sekuat undang-undang.
KK yang di kalangan pengusaha asing dikenal sebagai Contract of
Work (COW), dimana yang perlu diperhatikan adalah COW yang
ditandatangani pada waktu yang berbeda akan berbeda pula
pengaturan mengenai kewajiban keuangannya.28 Seperti yang sudah
disampaikan terse but di atas, pengaturan-pengaturan tersebutlah yang
menghasilkan generasi-generasi COW.
Pada gar is besarnya ada 4 hal penting dalam COW yang berbeda
samasekali dengan pengaturan berdasarkan KP. Perbedaan ini
merupakan keunggulan COW terhadap KP. Para ahli menyebut COW
ini sebagai ' super KP.' Keunggulan pertama COW mencakup
perizinan untuk seluruh rentang pengembangan mineral , mulai dari
penyelidikan umum sampai pemasaran. Sebaliknya, dalam system KP,
setiap tahap memerlukan perizinan sendiri, mulai dari KP
Penyelidikan Umum sampai KP Pemasaran. Keunggulan kedua,

27 loko Susilo dan Adi Prathomo, Op. Cit, hal. 28.

28 Adjat Sudradjat, Op. Cit., hal. 93 .


209 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

kontrak itu dilindungi dari peraturan perundangan yang diterbitkan


belakangan. Dalam bahasa hukum, keadaan ini disebut lex specialis
yang menjamin kepastian hukum. Hal ini sangat diperlukan dalam
dunia pertambangan karen a masa pengembangan suatu deposit
memerlukan waktu yang cukup lama. Biasanya diperlukan waktu 8
tahun sampai kepada tahap konstruksi dan 10 sampai 12 tahun untuk
sampai kepada tahap penambangan . Keunggulan ketiga adalah bahwa
dasar-dasar teknik pertambangan yang dituangkan sebagai persyaratan
kontrak adalah sarna dan dapat dikatakan sudah dibakukan.
Keunggulan keempat adalah bahwa persyaratan yang menyangkut
keuangan, seperti perpajakan dan kewajiban lainnya, tunduk pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ditandatanganinya
COW. Karena itu, COW yang ditandatangani pad a waktu yang
berbeda akan berbeda pula pengaturan men genal kewajiban
keuangannya. 29
Kewajiban keuangan bagi kontraktor keseluruhannya berjumlah
12 macarn. Secara ringkas kewajiban tersebut adalah iuran tetap
(dihitung per hektar), royalti (dihitung per unit berat atau kubikasi
produk), royalti tambahan bila tarn bang diekspor tanpa pengo\ahan,
pajak perusahaan, pajak perorangan, PPn pernbelian barang, pajak bea
cukai irnpor barang (import duty), pajak irnpor barang, pajak bumi dan
bangunan (PBB), pungutan daerah yang pengaturannya disahkan
Pemerintah Pusat, pungutan atas penggunaan fasilitas umum, dan
pajak kendaraan bermotor. 30

B. Beberapa Ketentuan Dasar

Beberapa pengertian dasar sebagaimana tercantum dalam UU


No.1 111967, yang terpenting diantaranya adalah pokok-pokok sebagai
berikut:
a. Bahan gal ian secara hukum perlu untu·k diadakan
penggolongan, karen a didalamnya terkait banyak aspek
yang melibatkan Negara dan masyarakat. Sehingga
rnerupakan hal yang sangat esensiil dalam penelitian ini
untuk mernaharni tentang pengertian dan karakteristik
bahan galian. Pengertian tentang bahan galian diatur

29 Ibid.

30 Ibid, haL 93-94 .


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 210

dalam dalam Pasal 2 bagian (a) UU No.1111967 yang


menyebutkan:
Unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan
segala batuan termasuk batu-batu mulia yang
merupakan endapan-endapan alam. 3 }
Sementara itu karakteristiknya berupa benda padat, cair dan gas
yang keadaannya masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam
yang melekat pad a batuan induknya dan belum terjamah oleh
manusia.12
Namun demikian, terdapat kualifikasi kelompok jenis bahan-
bahan galian berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No.1 111967
yang mengatur sebagai berikut:
1. bahan-bahan galian dibagi atas 3 golongan:
a. golongan bahan galian strategis;
b. golongan bahan galian vital;
c. golongan bahan galian yang tidak termasuk dalam
golongan a atau b.33
Terhadap aturan penggolongan bahan galian sebagaimana diatur
dalam Pasa! 3 ayat (1) UU No.1 111967 , terdapat Peraturan Pemerintah
No.27 tahun 1980 tentang Penggo!ongan Bahan-Bahan Galian (PP
No.27/1980). Ketentuan ini mencabut Peraturan Pemerintah No.25
tahun 1964 yang mencabut Peraturan Pemerintah No.39 tahun 1960

31 Pasal2 bagian (a), UU No.1 111967.

32 Abrar Saleng, Op. Cit., hal. 85 .

33 Pasal 3 ayat (I), UU No .1111967. lihat pada bagian penjelasan yang memaparkan
sebagai berikut, "pembagian dalam tiga golongan bahan galian didasarkan pada pentingnya
bahan galian yang bersangkutan bagi Negara. Bahan galian strategis dalam arti kata "strategis"
untuk pertahananikeamanan Negara atau strategis untuk menjamin perekonomian Negara.
Bahan galian vital dalam arti dapat menjamin hajat hidup orang banyak. Sedang yang tidak
dianggap langsung mempengaruhi haj at hidup orang banyak, baik karena sifatnya maupun
karena kecilnya jumlah letakan (deposit) bahan galian itu digolongkan kedalam ketiga.
Berhubung dengan kemungkinan-kemungkinan dalam perkembangan teknis dan pandangan
ekonomis, yang dapat membah nilai pentingnya suatu bahan galian dianggap lebih bijaksana
penggolongan itu diatur den gan Peraturan Pemerintah dengan mengadakan konsultasi kepada
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat cq. Komisi yang bersangkutan dari Dewan Perwakilan
Rakyat."
211 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

yang mengatur tentang hal yang sarna. Merujuk pad a ketentuan Pasal 1
PP No.27/1980 , dinyatakan bahwa:
Bahan-bahan galian terbagi atas tiga golongan:
a. Golongan bahan galian yang strategis, adalah:
- minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
- bitumen padat, aspa/;
- antrasit, batubara, batubara muda;
- uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif
lainnya;
- nikel, kobalt;
- timah.
b. Golongan bahan galian yang vital adalah:
- besi, mangaan, molibden, khrom, wolfram, vanadium,
titan;
- bauksit, tembaga, timbal, seng;
- emas, platina, p erak, air raksa, intan;
- arsin, antimon, bismuth;
- yatrium, rhutenium, crium dan logam-logam langka
lainnya.
- brillium, korundum , zircon, kristal kwarsa;
- kriolit, fluorspar, bar it;
- yodium, brom, khlor, belerang.
c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a
atau b adalah:
- nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halte);
- asbes, talk, mika, graftt, magnesit;
- yaros it, leusit, tawas (alum) , oker;
- batu permata, batu setengah permata;
- pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite;
- batu apung, tras, obsidian, perfit, tanah diatorne, tanah
serap (fullers earth) ;
- marmer, batu tulis;
- batu kaput, dolomite, kalsit;
- gran it, andesite, basal, trakhit, tanah liat dan pasir
sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 212

golongan a maupun golongan b dalam jumlah yang


berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan " N

b. Pad a dasarnya golongan bahan galian strategis hanya


dapat diusahakan oleh negara (instansi pemerintah
ataupun perusahaan negara) dan/atau daerah. Tetapi
dalam hal negara atau daerah belum dapat
melaksanakannya sendiri, maka Menteri dapat
menunjuk pihak lain (misalnya perusahaan atau
perorangan swasta nasional, perusahaan asing, ataupun
perusahaan campuran nasional asing) sebagai
kontraktor, atas dasar perjanjian karya. 35
c. Dalam hal kontraktor berstatus nasionall
berkewarganegaraan Indonesia, maka perjanjian karya
yang bersangkutan cukup disahkan oleh Pemerintah;
tetapi biIamana kontraktor berstatus asing (yaitu
perusahaan asing yang modalnya berasal dari luar negeri
ataupun perusahaan campuran nasional asing) maka
perjanjian karya yang bersangkutan baru sah setelah
dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan
disahkan pula oleh pemerintah.36
d. Pengusaha bahan galian vital dan bah an galian non-
strategis dan non-vital pada dasarnya terbuka bagi
siapapun. 37

II. Kontrak Karya dalam Tinjauan Hukum Perdata

Kontrak atau perjanjian dalam konteks KK secara prinsip memberikan


sebuah posisi diminan kepada negara untuk merumuskan berbagai kaidah
penuntun untuk menjadi kontrak-kontrak yang berciri publik, disamping
kaidah yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPer). Dilihat dari sudut pandang pengaturan hukum terhadap monopoli,

34 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980 ten tang Penggolongan Bahan-
Bahan Galian.

35 Petundjuk Pertambangan, Departemen Pertambangan R. L, 1971, hal. 12.

36 ibid, hal. 13.

37 ibid.
213 Jurnaf Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 Aprif-Juni 2008

Pasal 33 UUD 1945 memberikan ruang yang cukup luas terhadap


pengembangan hukum kontrak di satu sisi dan intervensi pemerintah (negara)
di sisi lain. Intervensi pemerintah itu bersumber dari konsep hak Penguasaan
Negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak serta kekayaan sumberdaya alam.
Bentuk intervensi melalui peraturan perundang-undangan, peraturan
kebijaksanaan termasuk perumusan peraturan standar mengenai kontrak dan
kodifikasi asas-asas hukum kontrak. J8

A. Perjanjian dan Syarat Sahnya Perjanjian Menurut KUHPer

Ada berbagai macam pengertian mengenai perjanjian, diantaranya


adalah berbagai pendapat dari para ahli hukum yang mencoba
memberikan definisi mengenai pengertian perjanjian dan disamping
itu pengertian perjanjian menurut KUHPer. Dalam ilmu hukum ada
pendapat yang mengartikan perjanjian sebagai suatu hubungan hukum
dibidang hukum kekayaan, sebagai terjemahan istilah bahasa Belanda
verbintenis, jadi merupakan pengertian Perikatan, namun ada pula ahli
hukum yang mengartikan perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum
atau peristiwa hukum yang menerbitkan perikatan, jadi sebagai
terjemahan istilah bahasa Belanda overeenkomst, yakni mengartikan
perjanjian sebagai salah satu sumber perikatan, selain undang-undang.
Dalam KUHPer perjanjian diartikan merupakan "suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih/ 9 sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1313
KUHPer.
Dalam ilmu hukum, definisi tersebut dikatakan pada satu sisi
dianggap terlalu luas, namun pada sisi yang lain dianggap terlalu
sempit. Dari perkataan perbuatan dalam definisi perjanjian menurut
pasal 1313 KUHPer, dikatakan definisi perjanjian terlalu luas, karen a
dapat mencakup perbuatan melawan hukum dan pengurusan
kepentingan orang lain secara sukarela. Seharusnya di dalam pasal
1313 KUHPer perjanjian dirumuskan sebagai perbuatan hukum.
Perkataan mengikatkan diri, diartikan melakukan kewajiban tertentu
kepada pihak yang lain. Dalam hal ini ilmu hukum berpendapat bahwa
rumusan perjanjian tersebut telalu sempit, karen a hanya meliputi

38 Abrar Sa1eng, Loc. Cit., hal. 144.

39 Prof R Subekti dan R Tjtrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


(Jakarta: PT Pradnya Paramitha, 1996), hal. 282 .
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 214

perjanjian sepihak saja. Perjanjian tidaklah hanya meliputi perjanjian


sepihak, melainkan terdapat perjanjian timbal balik, dimana hak dan
kewajiban ada pada kedua belah pihak.
Perjanjian dalam Buku III KUHPer dimaksudkan hanya meliputi
perjanjian dibidang hukum kekayaan saja. Kata "perjanjian" secara
umum dapat mempunyai arti luas dan sempit dalam arti luas suatu
perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum
sebagaimana dikehendaki (dianggap dikehendaki) oleh para pihak.
Sedangkan dalam arti sempit "perjanjian" disini hanya ditujukan
kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan
saja, seperti yang dimaksud oleh Buku III BW.40
Perjanjian menurut Prof. Subekti, S.H.,41 merupakan "suatu
peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana
dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal." Dari
peristiwa itu menimbulkan suatu hubungan antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan. Perjanjian merupakan sumber perikatan
disamping sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan
persetujuan, karena kedua belah pihak setuju untuk melaksanakan
sesuatu.
Dalam Pasal 1233 KUHPer mengatur mengenai sumber perikatan
dimana selain perjanjian adalah juga undang-undang. Perikatan yang
lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh dua orang atau dua
pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir
karena undang-undang diadakan oleh undang-undang di luar kemauan
para pihak yang bersangkutan.
Pengertian perikatan menurut Prof. Subekti S.H.,42 adalah suatu
hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang,
yaitu memberi hak pada yang satu untuk menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi
tuntutan terse but. Obyek perikatan adalah prestasi, prestasi dalam
perjanjian ada 3 sebagaimana diatur di dalam pasal 1234 KUHPer,
yaitu:

40 J Satrio, "Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya)", (Bandung, PT Citra


Aditya Bakti, 1992), hal. 23.

41 R. Subekti, "Hukum Perj anj ian", (Jakarta, PT Intermasa, 1996), hal. 1.

42 R. Subekti, "Pokok-Pokok Hukum Perdata", (Jakarta: PT Intermasa, 1996), hal.


122-123 .
215 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

1. Memberikan atau menyerahkan sesuatu, misalnya: jual-beli,


tukar-menukar, sewa-menyewa, dan sebagainya.
2. Perikatan atau perjanjian untuk berbuat sesuatu, misalnya:
perjanjian untuk membuat lukisan, perjanjian membangun garasi,
perjanjian pemborongan kerja menjahit baju seragam sekolah,
perjanjian kerja dan perjanjian jasa dan sebagainya.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu, misalnya: perjanjian untuk
tidak mendirikan perusahaan sejenis, perjanjian untuk tidak
membangun tembok pemisah, dan sebagainya.
Asas yang dianut dalam Buku III KUHPer adalah asas
"kebebasan" dalam hal membuat perjanjian. Asas ini diatur dalam
Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang menerangkan bahwa :
"Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya ".43
Sebenarnya apa yang dimaksud dalam Pasal 1338 KUHPer tidak
lain bahwa setiap perjanjian itu "mengikat" kedua belah pihak,
sehingga seseorang leluasa untuk menentukan isi perjanjian, sepanjang
perjanjian dibuat dengan tidak melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan, serta perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tersebut
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas
ini biasa disebut asas kebebasan berkontrak.
Pasal 1320 KUHPer menentukan syarat-syarat untuk sahnya
perjanjian dimana pasal tersebut menyatakan untuk sahnya suatu
perjanjian diperlukan empat syarat, yakni antara lain adalah:
a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang
mengikatkan dirinya, suatu perjanjian itu baru
timbul apabila ada kata sepakat kedua belah
pihak mengenai hal-hal yang pokok dari apa
yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat disini
maksudnya adalah suatu persesuaian paham
dan kehendak antara dua pihak tersebur4. Dan
apabila dalam pemberian kata sepakat
terdapat kekhilafan atau paksaan maka
perjanjian terse but dapat dibatalkan. Kata

43 Pasa} 1338 ayat (I) KUHPerd.

44 Prof. Subekti, Op. Cil., haL 26.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 216

sepakat juga dikatakan cacat apabi/a sepakat


itu diberikan karena:
a. Kekhilafan, ialah gambaran yang salah, yang
diperoleh salah satu pihak mengenai objek
perjanjian atau mengenai diri pihak lain.
b. Penipuan, dapat terjadi bilamana terdapat gambaran
yang salah (kekhilafan) ditimbulkan dengan sengaja
oleh tipu muslihat pihak lain. Tipu muslihat itu
dapat berupa rangkaian kebohongan ataupun
mendiamkan sesuatu sehingga menimbulkan
kekeliruan dari kehendaknya.
c. Paksaan, bukan paksaan fisik tetapi berupa paksaan
psikis (ancaman). Jika seseorang di bawah paksaan
dalam suatu perjanjian, maka perjanjian tersebut
dapat dibatalkan.
b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian, Pada
dasarnya semua orang cakap untuk membuat
suatu perjanjian. Yang dimaksud dengan cakap
disini adalah cakap menurut hukum. Artinya
setiap orang yang sudah dewasa dan sehat
akal pikirannya, pada hakekatnya adalah
cakap untuk membuat perjanjian, kecuali
orang-orang yang dinyatakan tidak cakap oleh
undang-undang.
c. Adanya suatu hal tertentu, maksud dari suatu
hal tertentu secara umum adalah hal-hal yang
diperjanjikan yang didalamnya meliputi hak-
hak dan kewajiban kedua beiah pihak jika di
kemudian hari timbul sengketa, semisal objek
dari persengketaan terse but adalah berupa
barang, maka sudah seharusnya barang yang
dimaksudkan terse but telah disebutkan dalam
perjanjian dan setidaknya telah diketahui
jenisnya. Bahwa katakan barang tersebut
sudah tidak berada di tangannya si berutang
pada waktu perjanjian itu dibuat, tidak
diharuskan oleh undang-undang. Juga
jumlahnya tidak perlu disebutkan, asai saja
217 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

kemudian dapat dihitung dan ditetapkan.


Misalnya suatu perjanjian mengenai panen
tembakau dari suatu ladang dalam tahun yang
akan datang adalah sah, tetapi suatu
perjanjian jual beli teh untuk seratus rupiah
dengan tidak memakai penjelasan yang lebih
terang lagi, harus dianggap tidakjelas.
d. Adanya sebab yang halal dalam perjanjian, di
dalam perjanjian terse but harus memuat
klausula atau sebab yang halal bahwa isi
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan
undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan. Jika terdapat suatu perjanjian
tanpa sebab, maka kehendak yang ingin
dicapai oleh para pihak tidak ada sehingga
perjanjian tersebut akan menimbulkan
perjanjian tanpa dasar yang patut. Misalnya
perjanjian yang terjadi karena kekhilafan, dan
juga jika suatu perjanjian dibuat dengan sebab
yang palsu, artinya sebab yang disimulasi
dimana kedua pihak dalam perjanjian dengan
sengaja menyebut kausal yang bertentangan
dengan kebenaran tujuan dan pihak ketiga
percaya akan sebab terse but. Dalam hal ini
pihak ketiga yang beritikad baik harus
dilindungi oleh hukum.

Untuk sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi 4 syarat, yaitu


adanya kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan sebab yang
halal.antara mereka yang mengikatkan dirinya.
Syarat yang pertama dan kedua yaitu kata sepakat dan
kecakapan untuk ' membuat perjanjian disebut sebagai syarat
subyektif karena mengenai para pihak yang mengikatkan diri
dalam suatu perjanjian atau subyek dari perbuatan hukum yang
dilakukan. Jika syarat subyektif tidak terpenuhi maka
perjanjiannya bukan batal demi hukum melainkan salah satu pihak
dalam perjanjian tersebut mempunyai hak untuk meminta
perjanjian tersebut dibatalkan. Salah satu pihak yang dimaksud
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 218

adalah pihak yang tidak cakap menurut hukum misalnya mereka


yang masih di bawah umur atau di bawah pengampuan. Perjanjian
demikian disebut voidable yaitu karena selalu diancam dengan
bahaya pembatalan.
Sedangkan suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal
disebut sebagai syarat obyektif. Jika syarat obyektif tidak
terpenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari
semula perjanjian itu dianggap tidak pernah ada atau tidak pernah
dilahirkan, hal ini biasa disebut sebagai null and void.
Berdasarkan uraian di atas kontraklperjanjian menurut R.
Subekti adalah lazimnya ditujukan pada suatu perjanjian yang
diadakan secara tertulis atau yang diadakan di kalangan bisnis
(dunia usaha).45 Sehingga kontrak dapat ditafsirkan sebagai suatu
bentuk perjanjian dalam bentuk tertulis untuk melakukan satu atau
lebih prestasi, yang secara hukum melahirkan hubungan hak dan
kewajiban beserta segala konsekuensinya. Penafsiran kontrak
tersebut lebih mengarah sebagai kendaraan yang dipergunakan
oleh para pelaku usaha untuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis
mereka.

B. Dasar Hukum Kontrak Karya

KK secara istilah merupakan kontrak yang dibuat oleh dan antara


pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan penanaman modal
asing. Perusahaan asing dimaksud adalah perusahaan yang
dipersyaratkan telah berbentuk badan hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
diatur oleh UU No.1 111967, termasuk didalamnya yang memuat
persyaratan teknis, finansial dan persyaratan lain untuk melakukan
aktivitas penanaman modal asingnya di Indonesia, khususnya di sektor
pertambangan. KK memberikan hak pengusahaan pertambangan,
kecuali untuk minyak dan gas bumi, batubara dan uranium.
Ketentuan hukum yang mendasari KK adalah berdasarkan Pasal 8
ayat (1) UU no.1I1967 juncto Pasal 10 ayat (1) dan (3) UU
No.1 111967. Kedua ketentuan dasar dimaksud merupakan landasan
hukum dari dilaksanakannya KK maupun bentuk-bentuk kerjasama
lainnya untuk pengusahaan pertambangan di Indonesia.

45 R. Subekti, "Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional", (Bandung : PT Citra


Aditya Bakti, 1988), hal. 4.
219 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

Landasan yang dipergunakan sebagai kerangka KK sebenarnya


bersumber dari perjanjian pemborongan yang kemudian dibakukan
dalam bentuk KK. 46 Menurut Pasal 1601 b KUHPer, dinyatakan:
Perjanjian pemborongan adalah perjanjian dengan mana
pihak satu, (si pemborong), mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain,
(pihak yang memborongkan), dengan menerima suatu
harga yang ditentukan. n
Merujuk pada ketentuan tersebut di atas, maka pihak dalam
perjanjian pemborongan hanya terdapat dua pihak yang terikat
didalamnya, yaitu :48
a. Pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan atau
prinsipal (aanbensteder, bouwheer, Kepala Kantor,
Satuan Kerja, Pemimpin Proyek) .
b. Pihak kedua disebut pemborong atau rekanan,
kontraktor, annemer.
Perjanjian pemborongan secara umum dapat dibuat secara tertulis
maupun lisan. Dalam praktek, apabila perjanjian pemborongan
menyangkut biaya yang besar, biasanya perjanjian pemborongan
secara tertulis. Untuk proyek-proyek pemerintah perjanjian
pemborongan biasanya dibuat secara tertulis yang dituangkan dalam
formulir-formulir tertentu. Perjanjian yang dibuat dengan formulir-
formulir tertentu disebut perj anjian standar. Standar, karena hal ini
menyangkut keuangan negara yang besar jumlahnya dan untuk
melindungi keselamatan umum . Arti standar adalah perjanjian yang
dibuat berdasarkan peraturan standar. 49
Dalam naskah KK memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur
soal-soal yang mencakup aspek hukum; teknis, kewajiban dibidang
keuangan dan perpajakan, ketenagakerjaan, perlindungan dan

46 Kerangka KK yang bersumber dari bent uk perjanj ian pemborongan tersebut


Penulis peroleh dari hasil wawancara dengan Sp. Heriyanto dari Diklat ESDM.

47 Pasal 1601 b KUHPer.

48 F.X. Djumialdji, "Perjanjian Pemborongan", (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991),


hal. 3.

49 Ibid. , hal. 3-4.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Her/anto 220

pengolahan lingkungan, hak-hak khusus pemerintah, penyelesaian


sengketa, pengakhiran kontrak, soal-soal umum (antara lain: promosi
kepentingan nasional, pengembangan wilayah) dan ketentuan-
ketentuan lain. Semua ketentuan-ketentuan itu diberlakukan selama
jangka waktu kontrak. 50
Adapun peraturan standar untuk perjanjian pemborongan, yaitu
Algemene Voorwarden voor de uitvoering bi) aneeming van openbare
werken in Indonesia 1941 (A V 1941), yaitu syarat-syarat umum untuk
pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia. Mengenai isi
perjanjian standar dalam KUHPer tidak ditentukan lebih lanjut.
Dengan demikian para pihak dapat menentukan sendiri sesuai dengan
asas kebebasan berkontrak. Tetapi dalam pasal 20 Keppres No.29
tahun 1984 tentang pelaksanaan APBN ditentukan bahwa perjanjian
pemborongan harus memuat ketentuan yangjelas mengenai: 51
a. pokok yang diperjanjikkan dengan uraian yang jelas
mengenai jenis-jenis jumlahnya;
b. harga yang tetap dan pasti serta syarat-syarat
pembayaran;
c. persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan
terperinci;
d. jangka waktu penyelesaianlpengerahan dengan disertai
jadwal waktu penyelesaianlpenyerahan yang pasti serta
syarat-syarat penyerahan;
e. jaminan teknislhasil pekerjaan yang dilaksanakan;
f. sanksi dalam hal rekanan ternyata tidak memenuhi
kewaj ibannya;
g. penyelesaian perselisihan;
h. status hukum;
l. hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam
perjanjian yang bersangkutan; dan
J. penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri
secara tegas diperinci dalam lampiran kontrak.
Kerangka sebagaimana yang telah diuraikan di atas lebih
merupakan kerangka perjanjian pemborongan yang secara umum
berhubungan dengan pekerjaan umum, seperti untuk pengadaan
fasilitas umum, baik jalan raya, trotoar, taman, jalan tol dan lain

50 Abrar Saleng, Loc:Cit., hal. 147.

51 Ibid., hal. 4-5.


221 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

sebagainya. Namun, penulis dalam hal ini berupaya untuk memberikan


pemaparan tentang aspek-aspek yang merupakan substansi dari
perjanjian pemborongan dalam suatu pemaparan. Sehingga dengan
demikian dapat dilakukan inventarisir terhadap hubungan-hubungan
yang dapat diidentifikasi relevan dengan muatan KK.
Kemudian yang menarik adalah pemerintah memberikan
perlakuan khusus atau lex specialis terhadap KKP. Perlakuan khusus
artinya segala ketentuan-ketentuan atau kesepakatan yang telah
tercantum dalam kontrak, tidak akan pemah berubah karena terjadinya
peraturan perundang-undangan yang berlaku umum (lex generalis).
Kalaupun akan diubah (renegosiasi), maka terlebih dahulu harus ada
kesepakatan para pihak. 52
Tujuan dari diberikannya perlakuan khusus ini sebenamya lebih
merupakan insentif yang diberikan bagi para investor asing untuk
datang dan berbisnis di Indonesia. Selain daripada itu juga untuk
memberikan kepastian hukum bagi para investor asing, yaitu dengan
memperhatikan faktor risiko yang ditanggung olehnya yang salah
satunya dikarenakan faktor jangka waktu yang panjang guna
penyelidikan, pembangunan infrastruktur dan lain sebagainya sebelum
mencapai tahap produksi dan pemasaran.
Berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU No.l/1967 pihak
dalam KK salah satunya adalah pemerintah, yang dalam hal ini adalah
Menteri Pertambangan dan Energi untuk dan atas nama pemerintah.
Hubungan antara pemerintah dengan mitranya (atau lawan
kontraknya) tidak berada dalam kedudukan yang sarna
(nebengeordnet), tetapi pemerintah memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dari mitranya (untergeordnet). 53 KK bukanlah perjanjian yang
dikualifikasi sebagai perjanjian publik, melainkan perjanjian biasa
yang tunduk pada ketentuan hukum perdata. Meskipun format
kontraknya bersifat standar, namun tetap terbuka kesempatan kepada
kontraktor untuk merundingkan semua ketentuan-ketentuan yang
dimuat dalam format kontrak. Hubungan pemerintah dengan
kontraktor dalam KK adalah hubungan kontraktuaI. Hubungan
kontraktual dapat dipahami bahwa kedua subyek hukum yang

52 Op. Cit.. hal. 147.

53 Ibid., hal. 151.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan). Hertanto 222

melakukan perbuatan perdata itu mempunyai kedudukan yang sarna,


yaitu sebagai para pihak tanpa memandang status diluar kontrak. 54
Suatu catatan yang perlu diingat bahwa manakala badan
pemerintah mengadakan kontrak (menggunakan hukum perdata)
dengan warga masyarakat atau badan hukum, maka menurut asas
dalam hukum perdata, ia dianggap berkedudukan sejajar dengan lawan
kontraknya (staat op gelijke voet als een privat persoon). Hubungan
kesederajatan ittu merupakan jaminan bahwa kedudukan dalam badan
pemerintahan yang bersangkutan tidak dalam kedudukan yang
diistimewakan, baik dalam penyusunan maupun pada pelaksanaan
KK. 55 Penulis dalam kesempatan ini tidak akan membahas lebih jauh
lagi tentang polemik yang terjadi seputar kedudukan pemerintah yang
dipandang sederajat dengan pendapat yang tetap berketetapan bahwa
walau bagaimanapun kedudukan pemerintah dalam KK tidak
sederajat.
Secara umum setiap kerjasama pada sektor pertambangan dengan
pola KK dipersiapkan melalui 5 (lima) tahapan yang esensial, yaitu: 56
a. Perundingan Rancangan Naskah KK antara tim
perunding dengan calon investor, sebelum mendapat
persetujuan Menteri Departemen Pertambangan dan
Energi (sekarang Departemen Energi dan Sumberdaya
Mineral);
b. persetujuan BKPM;
c. konsultasi dengan DPR untuk mendapat rekomendasi;
d. Persetujuan Presiden; dan
e. penandatanganan KK antara Menteri Pertambangan dan
Energi atas nama pemerintah dengan kontraktor.
KK mulai berlaku secara efektif setelah ditandatangani oleh kedua
belah pihak, sedangkan untuk perpanjangan KK, baru akan efektif
pada saat KK lama berakhir, dimana jangka waktu KK adalah 30 tahun
dihitung sej ak produksi komersial pengusahaan tam bang.
Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan KK. Adapun kegiatan
pada tahap pelaksanaan KK adalah sebagai berikut;57

54 Ibid., hal. 152.

55 Ibid.

56 Ibid.
223 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

a. tahap penyelidikan umum (general survey) selama 12


bulan;
b. tahap eksplorasi (exploration) selam 36 bulan;
c. tahap evaluasi atau studi kelayakan (feasibility study)
selama 12 bulan;
d. tahap konstruksi (construction) selarna 36 bulan; dan
e. tahap eksploitasiloperasi (operation) selama 30 tahun.
Selama tahap penyelidikan umurn, eksplorasi dan evaluasi,
kontraktor diwajibkan secara periodeik mengembalikan bagian-bagian
wilayah tertentu dari daerah kerjanya yang tidak prospektif/ekonomis
yang disebut relinquishment. Kewajiban lain adalah bahan galian
harus diolah sarnpai tahap semaksimal rnungkin di dalam negeri
sebelurn di ekspor. 58
Pola KK untuk pertambangan umum sejak tahun 1967 hingga
talmn 1999, telah ada tujuh generasi kontrak. Penggunaan istilah
generasi dirnaksudkan untuk memudahkan pengelornpokan beberapa
KK yang isi dan ketentuan-ketentuan pokoknya relatif sama.
Persamaan itu disebabkan oleh ketentuan perundang-undangan dan
kebijakan pernerintah yang berlaku pada saat KK dibuat. 59
Setiap generasi tidak didasarkan atas periode waktu melainkan
setiap generasi KK memiliki ciri-ciri khusus. Demikian pula setiap
generasi jumlah KK yang disetujui pemerintah tidak tetap dan
cenderung rnengalami peningkatan. Bentuk (format) dan isi pokok KK
dari generasi I sarnpai generasi VII, pada prinsipnya sarna, namun atau
ciri tersendiri, maka terdapat perbedaan satu dengan lainnya.
Perbedaan itu akibat penyernpumaan berbagai ketentuan an tara lain
waktu setiap tahapan pelaksanaan KK, ketentuan teknis, finansial
(pajak dan non-pajak), prornosi kepentingan nasional, pengolahan dan
perlindungan lingkungan serta hak-hak istimewa pemerintah selaku
pelaksana hak penguasaan negara dan ketentuan mengenai pemberian
kemudahan/fasilitas. 60

57 Ibid.

58 Ibid.

59 Ibid.

60 Ibid., hal. 155.


Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 224

III. Perizinan Pertambangan Sebubungan dengan Kontrak Karya

KK sebagai manifestasi perjanjian antara pemerintah Republik


Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan
nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaan minerallbatubara dengan
berpedoman kepada UU No .111967 dan UU No.1 111967. Namun demikian
ada perbedaan antara KK dan PKP2B, yaitu investasi KK hanya dalam
bentuk PMA, sedangkan investasi PKP2B dapat berbentuk PMA atau
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Adapun perizinan yang meliputi kegiatan KK dan PKP2B, yang
menurut penulis relevan untuk dijabarkan dalam penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut: 61
I. Tahap Kegiatan KKlPKP2B Berdasarkan kegiatan usaha yang
dilakukan;62

61 Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, "Tata Cara Perizinan",


<http://www.dpmb.esdm.go.id/tata_ carayerizinan22.asp>, diakses?

62 KKlPKP2B terbagi atas beberapa tahap kegiatan, yaitu:


a. Tahap Kegiatan Penyelidikan Umum Tahap ini segera dimulai setelah
KKlPKP2B ditanda tangani. Sebagai contoh: Generasi VII ditanda
tangani pada tanggal 19 Februari 1998, malca Tahap Kegiatan
Penyelidikan Umum Generasi VII dimulai tanggal 19 Februari 1998.
Masa berlaku Tahap Penyelidikan Umum adalah I tahun, namun dapat
diperpanjang maksimal untuk jangka waktu I tahun (diperhitungkan
dengan SIPP yang diambil). Sebagai contoh: - Jika SIPP diperpanjang
dan kegiatan dilaksanakan selama 2 (dua) tabun maka Penyelidikan
Umum tidak dapat diperpanjang; - Jika SIPP dilakukan hanya I (satu)
tahun maka perpanjangan Penyelidikan Umum dapat diberikan I (satu)
tahun; - Jika SIPP diperpanjang tetapi dilakukan kurang dari 2 tahun,
maka Penyelidikan Umum dapat diperpanjang untuk selama sisa waktu
SIPP tersebut. Pada saat atau sebelum berakhimya Tahap Penyelidikan
Umum, perusahaan harns menciutkan luas Wilayah KKlPKP2B sampai
tidak lebih dari 75% dari luas wilayah semula.
b. Tahap Kegiatan Eksplorasi Tahap ini segera dimulai sesudah
berakhimya Tabap Kegiatan Penyelidikan Umum untukjangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2 kali masing masing setahun (3
tahun + 2 x I tahun perpanjangan) Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah pemetaan geologi detail, penelitian anomali detail, pemboran,
pemercontohan, paritfsumur uji termasuk perhitungan cadangan. Pada
saat atau sebelum ulang tahun kedua Tahap Eksplorasi dimulai (akhir
tahun II tahap kegiatan eksplorasi), Wilayah KKlPKP2B harns
diciutkan sampai tidak lebih dari 50% dari wilayah semula.
c. Tahap studi kelayakan, tahap ini segera dimulai setelah berakhimya
tahap kegiatan eksplorasi untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali untuk masa 1 tahun (1 tabun + I x 1 tahun
225 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

2. Perizinan KKlPKP2B;63
3. Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP), SIPP diberikan
kepada perusahaan untuk memberikan kesempatan melakukan
survey pendahuluan sambil menunggu KK ditanda tangani;64

perpanjangan). Kegiatan yang dilakukan meliputi : tekniklmetode yang


diterapkan, bahanJperalatan yang dibutuhkan, perhitungan cadangan
yang dapat ditambang, biaya yang dibutuhkan termasuk analisa
keekonomian dan penelitian AMDAL. Pada tahap ini, Wilayah
KKIPKP2B harus diciutkan sampai tidak lebih dari 25% dari wilayah
semula.
d. Tahap konstruksi merupakan tahap pembangunan fasilitas dan sarana
prasarana guna mendukung kegiatan operasi produksi, antaI'a lain: jalan,
pabrik, kantor, perumahan, fasilitas umum, fasilitas sosial, instalasi
listrik, dan sebagainya. Tahap ini segera dimulai setelab berakbimya
Tabap Kegiatan Studi Kelayakan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan
tidak dapat diperpanjang.
e. Operasi produksi, tahap ini dimulai setelah menyelesaikan tahap
konstruksi yang lamanya sang at tergantung kepada cadangan yang ada.
Namun secara umum tabap operasi produksi berlangsung paling lama
30 tabun dan dap at diperpanjang dengan catatan semua stakeholder
menyetujuinya. Luas maksimum pada tahap operasi produksi aditlab
25% dari luas awal Wilayah KKlPKP2B.

63 Yang meliputi :
a. Aplikasi (permohonan) KKlPKP2B. persyaratan permohonan:
l)Peta pencadangan wilayab dari UPIPWP;
2)Tanda bukti setoranjaminan kesungguhan;
3)Laporan keuangan PMA dan PMDN 3 tahun terakhir yang telah diaud it;
4)Tanda terima SPT tahun terakhir (PMDN);
5)Kesepakatan bersama (MOU) antara PMA dan PMDN;
6)Laporan tahunan Perusabaan (PMA dan PMDN).
b. Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) Merupakan Surat Keterangan
jalan bagi seSeOraIlg untuk mengadakan peninjauan umum terhadap suatu
wilayab tertentu guna mengetahui potensi mineral, dalam rangka
permohonan KPIKKlPKP2B. SKIP yang berlaku selama 1 (satu) bulan,
tidak dapat diperpanjang dan tidak mengikat Persyaratan permohonan:
1) Mengajukan permohonan;
2) Melampirkan daftar tenaga ahli dengan dilengkapi identitas
(KTPlPasport untuk tenaga abli Indonesia dan IKTA bagi tenaga kerja
Asing) dan riwayat hidup;
3) SKIP untuk pengusaha nasional tidak perlu dilengkapi oleh peta
wilayab yang dikunjungi, cukup disebut PropinsilKabupatenikota yang
dikunjungi;
4) SKIP untuk Perusahaan Asing hams mencantumkan peta wilayab yang
dikunjungi .

64 Persyaratan permohonan: a. mengajukan permohonan dengan diIengkapi peta


wilayab sesuai dengan persetujuan prinsip; b.menyerabkan rencana kerja dan anggaran biaya
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 226

4. Perpanjangan SIPP Jika KK belum ditanda tangani, SIPP dapat


diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun, namun diperhitungkan
dengan waktu tahap kegiatan penyelidikan umum;6S
5. Persetujuan rencana kerja dan biaya Selambat lambatnya 6 (enam)
minggu sebelum dimulainya tahun anggaran perusahan.
Perusahaan harus menyampaikan rencana kerja dan biaya untuk
mendapat persetujuan. Kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah
rencana kerja dan anggaran tersebut mendapat persetujuan dari
Pemerintah;66
6. Perpanjangan tahap kegiatan penyelidikan umum;67
7. Permulaan tahap kegiatan eksplorasi;68
8. Perpanjangan tahap kegiatan eksplorasi;69
9. Tahap studi kelayakan;70

SIPP; c. menyetorkan deposito jaminan sebesar US$IQO.OOO untuk PMA dan


Rp. lOO.OOO .OOO,- bagi PMDN; d. pemegang SIPP berkewajiban untuk mernbayar deadrent
yang besamya sarna dengan tahap penyelidikan umum; e. pemegang SIPP berkewajiban untuk
rnenyarnpaikan laporan triwulan dan tahunan.

6S Persyaratan permohonan: a. mengajukan peta wilayah pencadangan beserta


koordinatnya; b. laporan hasil kegiatan SIPP ; c. rencana kerja dan anggaran biaya SIPP; d.
Bukti pembayaran deadrent tahun sebelumnya.

66 Persyaratan perrnohonan : a. rnengajukan surat permohonan ; b. mengajukan


laporan rencana kerja dan anggaran pendapatan & biaya.

67 Persyaratan permohonan: a. rnengajukan surat permohonan ; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap
penyelidikan umum; d. menyerahkan bukti pembayaran kewajiban keuangan; e. menyerahkan
laporan akhir penyelidikan umum.

68 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap
eksplorasi; d. menyerahkan bukti pembayaran kewajiban keuangan ; e. rnengajukan laporan
akhir penyelidikan umum.

69 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya perpanjangan
tahap eksplorasi; d. menyerahkan bukti pembayaran kewajiban keuangan; e. mengajukan
laporan kemajuan ekspIorasi.

70 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap studi
keIayakan; d. menyerahkan tanda bukti pembayaran kewajiban keuangan ; e. mengajukan
Iaporan akhir eksplorasi.
227 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

10. Perpanjangan tahap kegiatan studi kelayakan (bagi KKI PKP2B


yang sudah ada);7l
11. Tahap konstruksi;72
12 . Tahap operasi produksi;73
13 . Perpanjangan tahap operasi produksi; 74
14 . Penundaan Kegiatan (Suspensi) Sesuai dengan pasal 3 ayat 4 KK
data PKP2B, perusahan dapat menginterupsi atau menunda
kegiatannya (Suspensi) setelah mendapat persetujuan dari
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya. Namun demikian
setiap interupsi atau penundaan kegiatan tersebut, tidak boleh
mempengaruhi kewajiban dan hak perusahaan an tara lain:
kewajiban menyampaikan laporan kegiatan dan kewajiban
keuangan. Demikian juga halnya dengan hak perusahaan tidak
terpengaruh, karena setiap suspensi yang diberikan akan
diperhitungkan dengan pelaksanaan kegiatan pentahapan yang
sedang dilaksanakan. Jangka waktu suspensi yang diberikan
sangat bervariasi tergantung kepada permasalahan yang dialami
perusahaan. Untuk saat ini suspensi dapat diberikan kepada
perusahaan yang tumpang tindih dengan hutan lindung ataupun
perusahaan perusahaan yang terdapat pada wilayah yang tidak

71 Persyaratan permohonan : a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap studi
kelayakan; d. menyerahkan bukti pembayaran kewa,iiban keuangan; e. mengajukan laporan
kemajuan studi kelayakan.

72 Persyaratan permohonan : a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap
konstruksi; d. menyerahkan tanda bukti pembayaran kewajiban keuangan; e. mengajukan
persetujuan laporan studi kelayakan; f. mengajukan persetujuan AMDAL (ANDAL, RKL dan
UPL).

73 Persyaratan permohonan : a mengajukan surat permohonan; b. mengajukan peta


wilayah beserta koord inatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya tahap operasi
produksi; d. Menyerahkan tanda bukti pembayaran kewajiban keuangan; e. mengajukan
persetujuan laporan tahap konstruksi.

74 Persyaratan permohonan : a mengajukan surat permohonan; b mengajukan peta


wilayah beserta koordinatnya; c. mengajukan rencana kerja dan anggaran biaya perpanjangan
tahap operasi produksi ; d. mengajukan perpanjangan studi kelayakan baru (revisi); e.
mengajukan persetujuan AMDAL, RKL dan UPL (Revisi); f. menyerahkan tanda bukti
pembayaran kewajiban keuangan.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 228

aman, antara lain perusahaan yang terdapat pada Propinsi Nangroe


Aceh Darusalam (NAD);75
15. Pembatalanlterminasi. Terminasi adalah merupakan pengakhiran
KK atau PKP2B.
Terminasi itu sendiri ada 2 jenis, yaitu:
a. Disetujui oleh kedua pihak (atas permintaan sendiri).
Terminasi 101 biasanya berkaitan dengan tidak
didapatnya mineral yang ekonomis pada Wilayah
KKlPKP2B ataupun karena erusahaan tidak memiliki
modal yang kuat sehingga mengajukan Terminasi.
Persyaratan permohonan:
i) Mengajukan surat permohonan yang ditandatangani
oleh Presiden Direktur dan diketahui oleh Presiden
Komisaris;
ii) Mengajukan peta wilayah pembatalan beserta
koordinatnya;
iii) Mengajukan laporan lengkap kegiatan akhir;
iv) Mengajukan persetujuan hasil rapat umum
pemegang saham (RUPS) perusahaan;
v) Memenuhi semua kewajiban keuangan;
vi) Mengajukan laporan evaluasi pelaksanaan K-3 dan
lingkungan.
b. Sepihak, terminasi sepihak berkaitan dengan kelalaian
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan kontrak atau perjanjian yang telah ditanda
tangani. Namun demikian untuk di terminasi secara
sepihak memerlukan proses yang cukup panjang, karena
sebelum dinyatakan default, Perusahaan terlebih dahulu
diberi peringatan 3 kali. Jika peringatan terse but tidak
ditanggapi, perusahaan dinyatakan default (Ialai) dan
diberi kesempatan 180 (seratus delapun puluh) hari
untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Jika perusahaan
memperbaiki kesalahannya sebelum jangka waktu
tersebut habis, maka maka default otomatis tidak akan
berlaku lagi. Namun demikian jika dalam waktu 180
(seratus delapan puluh) temyata perusahaan tidak juga

75 Persyaratan permohonan a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan


laporan kegiatan akhir; c. mengajukan dasar/alasan pengajuan suspensi/penundaan;. d.
menyerahkan tanda bukti pembayaran kewajiban keuangan.
229 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

memperbaiki kesalahannya, maka pemerintah akan


melakukan terminasi secara sepihak.

16. Perubahan luas wilayah KKIPKP2B Perusahaan KK atau PKP2B


sewaktu waktu dapat melakukan perubahan luas wilayah
penyelidikannya, baik itu penciutan atau periuasan. Penciutan atau
perluasan wilayah 1m sendiri adalah merupakan strategi
perusahaan didalam melakukan eksplorasi terhadap mineral atau
batubara. Penciutan dilakukan jika dari hasil eksplorasi wilayah
yang diteliti tidak didapatkan tanda tanda mineralisasi, sedangkan
periuasan dilakukan jika dari hasil penyelidikan tanda tanda
mineralisasi atau penyebaran mineral atau batubara terdapat di
luar wilayah yang diteliti . Namun satu hal yang perlu diingat,
ketika perusahaan melakukan perluasan, luas Wilayah KK atau
PKP2B harus tetap sesuai dengan ketentuan pasal pasal 4 ayat 3
(i) KK atau PKP2B;76
17. Perubahan pemegang saham bagi perusahaan KK atau PKP2B
yang akan melakukan melakukan perubahan pemegang saham,
terIebih dahulu mendapat persetujuan menteri teknis yang
bersangkutan sebelum diproses di BKPM;77
18. Perubahan status dari KP menjadi KKJPKP2B;78
19. Persetujuan perubahan mitra kerja asing dan nasional bagi
perusahaan KK atau PKP2B yang akan melakukan perubahan
mitra kerja asing atau nasional, teriebih dahulu mendapat

76 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan yang ditandatangani


oleh Presiden Direktur dan diketahui oleh Presiden Komisaris; b. Mengajukan peta wilayah
beserta koordinatnya; c. mengajukan laporan rencana penciutanJperiuasan wilayah; d.
menyerahkan tanda bukti pembayaran kewajiban keuangan; e. mengajukan laporan kegiatan
akhir serta alasan teknis penciutan atau perluasan.

77 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b menyerahkan


dokumen akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia; c. menyerahkan hasil keputusan RUPS luar biasa; d. menyerahkan
laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; e.
menyerahkan draft akte jual beli saham.

78Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan dengan dilampiri


pemyataan pengunduran diri atas wilayah KP, pemyataan dari penerima perubahan status KP
dan salinan keputusan ten tang pemberian KP yang masih beriaku; b. penerima perubahan
status KP yang mengajukan KKJPKP2B dikenakan biaya pencetakan peta, uang kompensasi
informasi data yang besamya sesuai dengan Keputusan Kepa\a PPTM Nomor
1290.K170IDPPIl996 tanggal31 Mei 1996 danjaminan kesungguhan.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 230

rekomendasi dari Pemerintah sesuai dengan kewenangannya


sebelum diproses di BKPM; 79
20. Perubahan reneana kerja dan biaya perusahaan sewaktu waktu
dapat melakukan perubahan rene ana kerja dan biaya setelah
mendapat persetujuan dari pemerintah sesuai dengan
kewenangannya. Reneana perubahan reneana kerja dan biaya
tersebut sudah harus disampaikan selambat lambatnya 6 (enam)
minggu sebelum tahull anggaran baru berjalan;80
21. Peneairan Security Deposit (deposito jaminan) Deposito jaminan
ada 2 yaitujenis:
a. Deposito jaminan KK ditempatkan dalam waktu 30
(tigapuluh) hari setelah penandatanganan kontrak atau
perjanjian, di Bank yang ditunjuk oleh dan atas nama
pemerintah sebesar US$ 100.000,-. Deposito jaminan
tersebut dapat dieairkan oleh perusahaan sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut - 25 % setelah menyelesaikan
tahap penyelidikan umum; - 25% setelah menyelesaikan
tahun I tahap kegiatan eksplorasi; - 25% setelah
menyerahkan peta geologi WKK skala 1 : 250.000
beserta laporannya; 25% terakhir setelah
menyelesaikan tahap studi kelayakan dan menyerahkan
laporannya.
b. Deposito jaminan SIPP Jaminan yang ditempatkan oleh
pemegang SIPP di Bank dan atas nama Pemerintah
sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk
PMDN dan US$lOO.OOO,- (seratus ribu dollar AS).
Deposito jaminan SIPP terse but beserta bunga
seluruhnya dapat dieairkan setelah jangka waktu SIPP
tersebut berakh ir.81

79 Persyaratan perrnohonan: a. mengajukan surat permohonan; b menyerahkan profil


perusahaan; c menyerahkan dokumen akte perusahaan.

80 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan ; b mengajukan


laporan kegiatan; c. mengajukan dasar/alasan perubahan rencana kerja dan biaya; d.
mengajukan perubahan rencana kerja dan anggaran pendapatan & biaya.

81 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat perrnohonan; b menyerahkan bukti


penyampaian laporan kegiatan; c. men yerahkan bukti telah membayar iuran tetapldeadrent; d.
menyerahkan fotocopi sertifikat deposi to jaminan.
231 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

22. Izin pengiriman contoh ruah (diberikan hanya satu kali). Izin ini
dapat diberikan kepada pemegang KK untuk bahan galian hasil
sedimentasi , antara lain: intan, emas alluvial dan pemegang
PKP2B, dengan tujuan untuk penelitian dan percobaan yang
bersifat non komersial dalam rangka uji coba penambangan dan
pemanfaatan. Untuk PKP2B jumlah tonase yang diizinkan adalah
maksimal 200 .000 ton, sedangkan untuk KK adalah sesuai dengan
izin yang diberikan pemerintah sesuai dengan kegunaannya. 82
23. Persetujuan kontrak jual bel i hasi I tam bang bagi perusahaan yang
berafiliasi Perusahaan KK atau PKP2B dapat melakukan kontrak
jual beli dengan perusahaan afiliasinya. Namun untuk menjaga
kesesuaian kontrak jual beli tersebut, perusahaan yang
bersangkutan perlu mengajukan permohonan terlebih dahulu
kepada Pemerintah;83
24. Rekomendasi perubahan akte pendirian perusahaan, rekomendasi
dari pemerintah sesuai dengan kewenangannya untuk persetujuan
perubahan akte pendirian perusahaan, baik karen a perubahan
susunan direksi, komposisi saham, dan sebagainya untuk diproses
lebih lanjut;84
25. Rekomendasi perubahan investasi rekomendas i dari pemerintah
sesuai dengan kewenangannya untuk persetujuan perubahan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan KK dan PKP2B, untuk
diproses lebih lanjut di BKPM;85
26. Rekomendasi rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA).
Rekomendasi yang diberikan oleh pemerintah kepada KK dan
PKP2B untuk menggunakan jabatan atau keahlian tertentu di

82 Persyaratan perrnohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. menyerahkan


salinan/kopi surat keputusan penetapan tahapan kegiatan studi kelayakan; c. menyerahkan
bukti pelunasan iuran tetap dan royalti pertambangan; d. mengajukan peta rencana tambang
percobaan; e. menyerahkan dokumen rencana tujuan, jumlah dan kualitas pengiriman contoh
e. menyerahkan dokumen AMDALfUKL-UPL kegiatan pengambilan contoh ruah yang telah
disetujui .

83Persyaratan permohonan: a. Mengajukan Surat Permohonan; b. Menyerahkan


Surat Keterangan status perusahaan; c. Menyerahkan Naskahl Draft Perjanjian Iual Beli.

84 Persyaratan permohonan: a. Mengajukan Surat Perrnohonan; b. Menyerahkan


Dasar/Alasan perubahan Akte Pendirian Perusahaan; c. Menyerahkan salinan Akte Perubahan.

85 Persyaratan permohonan : a. Mengajukan Surat Perrnohonan; b. Menyerahkan


Dasar/alasan perubahan Investasi; c. Menyerahkan Bukti pembayaran kewajiban keuangan.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 232

perusahaan, karena jabatan atau keahlian terse but belum ada di


Indonesia. Jika keahlian ataupun jabatan tersebut telah ada di
Indonesia, maka perusahaan terse but maka perusahaan diwajibkan
tenaga kerja Indonesia;86
27. Rekomendasi Izin Kerja Tenaga Asing (IKTA). Rekomendasi
pemerintah sesuai dengan kewenangannya ke Departemen Tenaga
Kerja dalam rangka memberikan izin kerja bagi tenaga kerja asing
oleh perusahaan KK dan PKP2B yang telah disetujui rencana
penggunaannya;87
28. Rekomendasi impor barang modal (Master List). Perusahaan KK
diwajibkan menggunakan barang barang produksi nasional untuk
melaksanakan kegiatannya. Barang produksi nasional yang
dimaksud harus mampu bersaing dari segi harga, mutu, waktu
maupun kontinuitas pengiriman dengan barang produksi luar
negeri. Namun demikian jika barang tersebut tidak terdapat di
Indonesia, perusahaan dapat mendatangkannya dari luar (meng-
impor) setelah terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari
Direktur Pengusahaan Mineral dan Batubara untuk diproses lebih
lanjut di BKPM.88
29. Rekomendasi re-ekspor barang/peralatan. Barang-
barang/peralatan yang terdaftar dalam Master list dalam
pengertian barang tersebut sudah tidak digunakan lagi oleh
perusahaan namun masih mempunyai life time, dapat di ekspor ke
luar negeri setelah mendapat rekomendasi dari pemerintah sesuai
dengan kewenangannya. Re-ekspor barang/peralatan umumnya
berlaku pada KK;89

86 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan b. mengajukan


dasar/alasan penggunaan tenaga kerja asing c. menyerahkan daftar isian RPTKA dari
Departemen Tenaga Kerja; d. menyerahkan struktur organisasi perusahaan
87 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan b. menyerahkan
salinanlfoto kopi persetujuan RPTKA dari Departemen Tenaga Kerja; c. menyerahkan
dokumen kualifikasi dari TKA; d. menyerahkan salinan Paspor dan Visa TKA.

88 Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. menyerahkan


laporan realisasi barang modal tahun sebelumnya; c. mengajukan daftar kebutuhan barang
modal; d. menyerahkan laporan Barang modal tahun sebelurnnya yang belum direalisasikan
masuk dalam daftar kebutuhan barang modal.

89Persyaratan permohonan: a. mengajukan surat permohonan; b. mengajukan


dasar/alasan permohonan re-ekspor baranglperalatan dengan masa penggunaan yang wajar; c.
menyerahkan daftar barang-baranglperalatan yang akan di re-ekspor.
233 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

30. Rekomendasi penghapusan barang modal. Barang/peralatan


modal yang sudah tidak digunakan perusahaan, akan dihapuskan
dari daftar barang modal perusahaan. Penghapusan barang modal
didasarkan oleh beberapa hal antara lain: peralatan yang sudah
tidak ekonomis, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan
rekomendasi penghapusan barang modal dari Direktur
Pengusahaan Mineral dan Batubara untuk diproses lebih lanjut di
BKPM. Rekomendasi ini hanya diberlakukan bagi perusahaan
PKP2B Generasi I saja;90
31. Rekomendasi impor baranglperalatan dengan fasilitas OB 23
Rekomendasi dengan fasilitas ini digunakan untuk mengimport
baranglperalatan yang akan dipakai oleh perusahaan untuk waktu
dan kegiatan tertentu (pinjam pakai sementara), contohnya barang
atau peralatan untuk keperluan penyelidikan geofisika, yang
dipakai u~tuk kegiatan dan waktu tertentu. Setelah
penggunaannya selesai, barang tersebut akan dikembalikan
kepada pemiliknya;91
32. Rekomendasi Security Clearance Survey Udara. Salah satu
metode didalam melakukan eksplorasi mineral dan batubara
adalah melalui survey udaralfoto udara. Namun demikian harus
terlebih dahulu memperoleh izin dari Pussurta TNI, karena
menyangkut keamanan nasional, karena dikhawatirkan data
terse but akan disalahgunakan. Oleh karen a itu sebelum
perusahaan melakukan survey udara, perusahaan harus mendapat
rekomendasi dari Pemerintah sesuai dengan kewenangannya yang
menyatakan bahwa kegiatan itu semata mata untuk kepentingan
eksplorasi mineral atau batubara pada wilayah KK atau PKP2B
berdasarkan koordinat wilayahnya untuk mendapat izin dari
Pussurta TNI;92

90 Persyaratan pennohonan: a. mengajukan surat pennohonan; b. menyerahkan


daftar barang/peralatan yang akan dihapuskan; c. menyerahkan dasar/alasan bahwa barang
sudah tidak ekonomis lagi .

91 Persyaratan pennohonan: a. mengajukan surat pennohonan; b. menyerahkan


salinan/kopi perjanjian pemilik barang di luar negeri dengan pemakai; c. menyerahkan daftar
baranglperalatan pinjam pakai sementara yang akan diimpor; d. mengajukan alasanldasar
penggunaan barang/peralatan pinjam pakai sementara.

92 Persyaratan permohonan a. mengajukan surat pennohonan; b. menyerahkan daftar


nama tenaga ahli Indonesia dan asing dilengkapi dengan IKTA; c. menyerahkan daftar
peralatan survey udara; d. menyerahkan keterangan lokasi kegiatan berdasarkan koordinat
wilayah KK atau PKP2B dimaksud .
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 234

33. Rekomendasi pengembangan pelabuhan khusus kegiatan tambang


Untuk menunjang kegiatan pengusahaan pertambangan mineral
dan batubara, diperlukan pelabuhan khusus untuk mendukung
kegiatan tambang. Jika perusahaan ingin melakukan
pengembangan terhadap pelabuhan khusus terse but tersebut,
misalnya penambahan kapasitas pelabuhan, dan sebagainya harus
mendapat rekomendasi dari pemerintah sesual dengan
kewenangannya, agar izinnya diterbitkan oleh Dirjen.
Perhubungan Laut;93
34. Rekomendasi pengoperasian pelabuhan khusus kegiatan tambang.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya untuk pengoperasian pelabuhan khusus kegiatan
tambang, untuk diproses lebih lanjut perizinannya di Dirjen.
Perhubungan Laut. 94

93 Persyaratan pennohonan: a. mengajukan surat pennohonan; b. menyerahkan


dokumen desain pelabuhan; c. menyerahkan dokumen ANDALIRKL-RPL wilayah pelabuhan.

94 Persyaratan pennohonan: a. Mengajukan Surat Pennohonan; b. Mengajukan


Rencana Pengoperasian Pelabuhan.
235 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008

Daftar Pustaka

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.


_ _ _. Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal.
_ _ _. Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1980 tentang Penggolongan
Bahan-Bahan Galian.

Buku

Claybourne, Anna. Question and Answers Rocks and Minerals, Parragon


Book, United Kingdom - 2002.
Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, "Tata Cara
Perizinan ", <http://www.dpmb.esdm.go.id/tata_ cara-'perizinan
22.asp>, diakses?
Djumialdji, F.X. Perjanjian Pemborongan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991 .
Petundjuk Pertambangan, Departemen Pertambangan R.I., 1971.
Prosiding Seminar Nasional, Rumusan Hasil Seminar NasionaI Pengaturan
Pengelolaan Pertambangan dalam Era Otonomi Daerah dari Perspektif
Kemandirian Lokal, Makassar, 22-23 Februari 2001, disunting oIeh A.
Mappadjantji Amien dan Abrar Saleng.
Sabur, Ahmad. Atlas Pertambangan, PT Karya Pembina Swajaya, Surabaya:
2003.
Saleng, Abrar. Hukum Pertambangan, VII Press: Yogyakarta, 2004.
Satrio, J. Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), Bandung, PT Citra
Aditya Bakti, 1992.
Subekti, R. dan R Tjtrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Jakarta: PT Pradnya Paramitha, 1996.
_ _ _. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung PT Citra Aditya
Bakti, 1988.
_ _ _. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1996.
_ _ _. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa, 1996.
Kontrak Karya (Suatu Kajian Hukum Keperdataan), Hertanto 236

Susilo, Joko, dan Adi Prathomo, Sepenggal Sejarah Perkembangan


Pertambangan Indonesia (Kumpulan Tulisan S. Sigit, 1967-2004),
Yayasan Minergy Informasi Indonesia, Jakarta, 2004.
Yusgiantoro, Purnomo. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Sektor Energi, makalah dalam Seminar
Nasional Pengaturan Pengelolaan Pertambangan dalam Era Otonomi
Daerah dari Perspektif Kemandirian Lokal, Makassar, 22-23 Februari
2001.

You might also like