You are on page 1of 11

Kata Pengantar

Daftar Isi
BAB I.........................................................................................................................................2

PENDAHULUAN......................................................................................................................2

Latar Belakang Masalah.........................................................................................................2

Rumusan Masalah..................................................................................................................2

Tujuan Penulisan....................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

Pengertian Bimbingan Konseling Islam.................................................................................3

Tujuan Bimbingan Konseling Islam...................................................................................5

Urgensi BK Islam dalam Pembelajaran.................................................................................6

BAB III.....................................................................................................................................10

KESIMPULAN........................................................................................................................10

Kesimpulan...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal
itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang
pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan
perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang
mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with
multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya
atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang
membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan “konseling”
Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya
adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirancang rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa Makna dan Definisi Bimbingan dan Konseling Islam?
2. Apa Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam?
3. Bagaimana Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk Mengetahui Apa Makna dan Definisi Bimbingan Konseling Islam.
2. Untuk Mengetahui Tujuan dari Dilaksanakannya Bimbingan Konseling Islam.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam
Pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

1. Bimbingan dan Konseling


Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depannya.
Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang
terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungannya.1
Edwin C. Lewis (1970), mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana
orang yang bermasalah (klien) dibantu secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang
lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang
menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
perilaku-perilaku yang memungkinkannya berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya
dan lingkungannya.

2. Islam
Istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar
yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah
menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara
kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.2

1
Mohammmad Surya, Psikologi konseling, Pustaka Bani Quraisy. Bandung: 2003 Hal. 2
2
Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), hal. 2

3
Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam, yakni: Islam ialah
penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan
dalam bentuk perbuatan. Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi
mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam yaitu: atauran Ilahi yang dapat membawa
manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akhiratnya.3
Pendapat lain menyatakan bahwa islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah
dan disempurnakan oleh rasullullah SAW yang memiliki sumber pokok al-quran dan sunnah
rasullullah SAW sebagai petunjuk umat islam sepanjang masa.
3. Bimbingan Konseling Islam
Secara sederhana, gabungan dari masing-masing isitilah dari poin A dan B tersebut
dapat dikaitkan satu dengan lainnya sehingga menjadi sebutan Bimbingan Konseling Islam.
Dalam hal ini, Bimbingan Konseling Islam sebagaimana dimaksudkan di atas adalah terpusat
pada tiga dimensi dalam Islam, yaitu ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Batasan lebih
spesifik, Bimbingan Konseling Islam dirumuskan oleh para ahlinya secara berbeda dalam
istilah dan redaksi yang digunakannya, namun sama dalam maksud dan tujuan, bahkan satu
dengan yang lain saling melengkapinya. Berdasarkan beberapa rumusan tersebut dapat
diambil suatu kesan bahwa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling Islam adalah suatu
proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis terhadap individu atau
sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin untuk dapat memahami
dirinya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga dapat hidup secara
harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya
kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.4
Pengertian tersebut antara lain didasarkan pada rumusan yang dikemukakan oleh H.M.
Arifin, Ahmad Mubarok dan Hamdani Bakran Adz-Dzaki. Bahkan pengertian yang
dimaksudkannya adalah mencakup beberapa unsur utama yang saling terkait antara satu
dengan lainnya, yaitu: konselor, konseli dan masalah yang dihadapi. Konselor dimaksudkan
sebagai orang yang membantu konseli dalam mengatasi masalahnya di saat yang amat kritis
sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik
untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.
Konselig dalam hal ini berarti orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri
tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Menurut Imam Sayuti Farid, konseli atau
3
Ahmad bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid, hal. 62.
4
Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,
2002), hal. 4-5

4
mitra bimbingan konseling Islam adalah individu yang mempunyai masalah yang
memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksudkan dengan
masalah ialah suatu keadaan yang mengakibatkan individu maupun kelompok menjadi rugi
atau terganggu dalam melakukan sesuatu aktivitas.
Beberapa ayat al-Quran yang berhubungan dengan bimbingan konseling diantaranya
adalah:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (Ali Imran:104)
“Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan
melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling
menasehati supaya mengamalkan kesabaran”. (Al-Ashr :1-3)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl:125)

B. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Secara garis besar tujuan bimbingan konseling islam dapat dirumuskan untuk
membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sedangkan tujuan dari bimbingan dan konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah
sebagai berikut:
Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental.
Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan
taufik dan hidayah Tuhannya.
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang
dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,
lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
2. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan
berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih
sayang.

5
3. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan
berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala perintahNya serta ketabahan menerima ujianNya.
4. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat
melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar; ia dapat dengan baik
menanggulangi berbagai persoalan hidup; dan dapat memberikan kemanfaatan
dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
5. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang sesuai dengan
petunjuk ajaran islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma kenabian .
Sedangkan dalam bukunya bimbingan dan konseling dalam islam, Aunur Rahim Faqih
membagi tujuan Bimbingan dan Konseling islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.5
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Tujuan khususnya adalah:
1. membantu individu agar tidak menghadapi masalah
2. membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
3. membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik
atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

C. Urgensi BK Islam dalam Pembelajaran

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling disekolah/madrasah, bukan


terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang undangan) atau ketentuan
dari atas, namun yang lebih penting adalah upaya memfasilitasi peserta didik yang
selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, social, dan moral-
spiritual).
Konselig sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(on becaming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu

5
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001 hal.35-36

6
keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau
bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam
arus linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, maupun
social. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila
perubahan ang terjadi itu sulit diprediksi, atau diluar jangkauan kemampuan, maka akan
melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli,seperti terjadinya stagnasi
(kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi dan media-
media lain, penyalahgunaan alat kontraspsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga,
dan dekandensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.
Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti yang
disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara
sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu efektif dan ideal adalah pendidikan yang
tidak mengesampingkan bimbingan dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan
bidang administrative dan instruksional dengan mengabaikan bimbingan dan konseling,
hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi
kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek kepribadian.
Dengan dasar itulah bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam
pembentukan sosok peserta didik yang dicita-citakan seperti yang dicantumkan dalam
undang-undang nomor 20 tahun 2003, yaitu:
1. beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa
2. berakhlak mulia
3. memiliki pengetahuan dan keterampilan
4. memiliki kesehatan jasmani dan rohani
5. memiliki kepribadian yang mantap dan kebangsaan
6. memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu bimbingan konseling disekolah
di orientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi

7
aspek pribadi, belajar dan karir, atau terkait dengan perkembangan konseli sebagai makhluk
yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual).6
Dalam pelaksanaan proses konseling ada perbedaan antara pandagan Barat di banding
pandangan Islam,dimana proses konseling versi Barat bisa terlakasana jika klien yang
bermasalah mendatangi biro konsultasi dan meminta konselor memberi jalan keluar
terhadap permasalahan yang diderita klien,sedangkan menurut Islam, jika seseorang
mempunyai permasalahan atau problem, konselor Islam, (seperti yang dicontohkan
Rasullullah Saw) bisa melaksanakan proses konseling di berbagi tempat,baik di rumah,di
masjid,di jalan,di pajak dan sebagainya,bahkan dalam konseling Islam konselor
dibenarkan bahkan terkadang dianjurkan mendatangi klien yang bermasalah,sehingga dapat
kembali ke jalan yang lebih baiksesuai dengan ajaran agama yang diyakininya selama
ini.Disinilah salah satu letak perbedaan antara konsep Barat dengan konsep Islam,artinya
konseling versi Barat,klien yang bermasalah datang ke biro atau pusat layanan
konseling,sedangkan menurut versi Islam pemberian konseling (kuratif/korektif), konselor
Islami dibenarkan mendatagi klien, agar klien dapat keluar dari masalah yang dihadapinya.
Pada dasarnya tujuan kedua versi ini adalah sama, yaitu sama-sama berupaya
memberi solusi dan kesadaran kepada klien agar klien kembali kepada kejalan yang benar.
Sedangkan tindak lanjut dari rasa kesadaran itu, dia berjanji kepada dirinya dan kepada
Tuhan bahwa perbuatan yang salah dan keliru tidak diualnginya lagi pada masa yang akan
datang, ia juga berusaha melaksanakan agama lebih baik dari sebelunya. Cara seperti inilah
yang dituntut oleh pembimbing atau konselor islami daripada kliennya dalam proses
konseling.
Dari penjelasan terlihatlah bahwa inti dari konseling Islami itu adalah memberikan
kesadaran kepada klien agar tetap menjaga eksistensinya sebagai mahkluk Allah,dan tujuan
yang ingin dicapai pun bukan hanya untuk kemaslahatan dan kepentingan duniawi
semata,tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk kepentingan ukhrawi yang lebih kekal abadi.Hal
ini sesuai dengan do’a yang selalu diucapkan setiap orang yang beriman kepada Allah
SWT,seperti yang terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 201 yang artinya : “dan di antara
mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”.
ada sisi lain, jika diperhatikan prosedur dan layanan yang dijalankan konselor kepada
klien dalam proses konseling (versi Barat), sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara

6
kependidikandepaartemen pendidikan nasional, rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling
dalam jalur pendidikan formal. 2007 Hal. 15

8
penasehatan yang dilakukan Rasulullah kepada sahabat. Sebagai contoh, dalam layanan
konseling seorang pembimbing atau konselor haruslah sungguh-sungguh, ihklas, sabar, tidak
muda lari dari masalah dan lemah lembut kerena sesungguhnya keseriusan dan kesadaran
sangat diperlukan dalam proses konseling.10Layanan dan nasehat yang dijalankan Rasulullah
kepada para sahabat dalam mengajak melaksanakan yang ma’ruf, Rasul melaksanakan
dengan sungguh-sungguh, sabar, lemah lembut, dan penuh bijaksana.

9
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan
sistematis terhadap individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir
dan batin untuk dapat memahami dirinya dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya sehingga dapat hidup secara harmonis sesuai dengan ketentuan dan petunjuk
Allah dan Rasul-Nya demi tercapainya kebahagiaan duniawiah dan ukhrawiah.
Tujuan BK islam dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus:
Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Tujuan khususnya adalah:
o membantu individu agar tidak menghadapi masalah
o membantu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya
o membantu individu memlihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
baik atau yang tetap baik menjadi tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga
tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Konselig sebagai seorang individu yang berada dalam proses berkembang yaitu
berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan
kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki
pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman menentukan
arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan
konseli tidak selalu berlangsung mulus,atau bebas dari masalah. atau searah dengan potensi,
harapan dan nilai-nilai yang dianut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mubarok, Al-Irsyad an Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002)
Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004), Ahmad
bin Muhammad al-Mali al-Shawi, Syarh al-Shawi `ala Auhar al-Tauhid,
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII press. Jakarta: 2001
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan depaartemen
Pendidikan Nasional, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: 2007Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Jakarta: 2007
Farid Hariyanto, Makalah dalam Seminar Bimbingan dan Konseling Agama Jakarta: 2007
Imam Sayuti Farid, Pokok-Pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan
Agama Sebagai Teknik Dakwah, bandung: Alfabetha 2002

11

You might also like