Professional Documents
Culture Documents
Tata Busana Jilid 2
Tata Busana Jilid 2
SMK/MAK
jilid 1
Mikrobiologi
Kesehatan
Eka Susilawati
Nurjannah
Wiwik Susilawati
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Eka Susilawati
Nurjannah
Wiwik Susilawati
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor:
Nur’aini Farida
Desain Sampul
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Indah Mustika Ar Ruum
Apfi Anna Krismonita
Intan Sulistyani Widiarti
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN iii
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
KA TA PENGANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
iv TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PRAKATA
PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan hidayah-Nya Bahan
ajar Mikrobiologi Kesehatan ini dapat selesai tepat pada waktunya .
Bahan ajar Mikrobiologi kesehatan ini sangat bermanfaat untuk siswa siswi SMK
sederajat guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasaan tentang mikroorganisme
yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Bahan ajar Mikrobiologi kesehatan ini mengulas tentang dunia mikroba termasuk
protozoa. Oleh karenanya, dibahan ajar ini diberikan berbagai ilmu yang dapat
dipelajari untuk mikroorganisme tersebut.
Harapan kami semoga bahan ajar Mikrobiologi kesehatan ini bermanfaat bagi kita
seluruhnya dan khusus untuk SMK Kesehatan kompetensi keahlian Tekhnologi
Laboratorium Medik kelas XI dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia dan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan bahan ajar ini.
Jakarta,
Eka Susilawati
Nurjannah
Wiwik Susilawati
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN v
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB II ASEPTIK..................................................................................................... 16
A. Sterilisasi Dengan Pemanasan............................................................................... 18
B. Sterilisasi dengan Filtrasi/Penyaringan .............................................................. 21
C. Sterilisasi dengan bahan kimia/Disinfektan ...................................................... 21
vi TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
DAFTAR ISI
BAB VIII PROTOZOA...........................................................................................129
A. Klasifikasi Protozoa................................................................................................ 132
BAB IX NEMATODA.............................................................................................173
A. Nematoda Usus........................................................................................................ 174
B. Nematoda Jaringan................................................................................................. 190
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................207
GLOSARIUM.......................................................................................................208
BIODATA PENULIS..............................................................................................212
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN vii
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
viii TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN ix
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
x TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN xi
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
xii TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN xiii
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PETUNJUK
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Mikrobiologi Kesehatan yang diharapkan
dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan
dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan
mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
xiv TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PETA KONSEP
PETA KONSEP
MIKROBIOLOGI KESEHATAN
BAB V PEWARNAAN
DIFERENSIAL
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN xv
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
APERSEPSI APERSEPSI
xvi TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
MORFOLOGI BAKTERI
I
PETA KONSEP
Pengertian
Morfologi Bentuk Bakteri Jenis-jenis Bakteri
KATA KUNCI
PENDAHULUAN
Pernahkah ananda melihat bakteri.
Dimanakah tempat hidup bakteri itu
? Apakah bakteri itu selalu berbahaya
bagi manusia? Dapatkah bakteri itu kita
lihat secara langsung? Pertanyaan itu
akan kita pelajari pada materi Morfologi
Bakteri. Bakteri merupakan suatu
mikroorganisme berukuran mikro dan
tidak dapat dilihat dengan menggunakan
indera penglihatan secara langsung harus
menggunakan suatu alat yaitu Mikroskop.
Mikroorganisme itu hidup dimana saja
terutama pada tempat yang jorok dan Gambar 1.1 Bentuk-bentuk bakteri
kumuh.Bakteri itu ada yang berbahaya dokumentasi pribadi
MATERI PEMBELAJARAN
"Bakterion"berasal dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang, yang
ditemukan oleh Robert Koch. Tidak semua bakteri itu merugikan, ada juga bakteri
yang menguntungkan pada manusia dan terdapat dimana saja. Namun, karena bakteri
itu sangat kecil maka, hanya dapat dilihat dengan Mikroskop.
2 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Kapsul
Merupakan suatu senyawa yang bersifat kental dan lengket pada badan sel yang
berperan sebagai pelindung serta menjaga agar sel tidak kering.
2. Dinding sel
Dinding sel memiliki fungsi untuk mempertahankan bentuk sel, memberikan
perlindungan fisik dan juga menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang
memiliki tekanan osmotik lebih rendah (hipotonis).
3. Membran sel/ plasma
Merupakan pembungkus sitoplasma serta mengatur pertukaran zat dalam
dan luar sel.
4. Sitoplasma
Merupakan tempat terjadinya reaksi metabolisme sel.
5. Ribosom
Merupakan senyawa protein dan RNA berupa organel kecil yang tersebar dalam
sitoplasma dan berfungsi sebagai sintesis protein.
6. Plasmid
Bakteri memiliki dua DNA yakni DNA kromosom dan DNA non kromosom
7. pili/fimbriae
merupakan rambut-rambut kecil, pendek, kaku dan terdapat disekitar dinding sel
yang berfungsi sebagai tempat perlekatan dan menempelnya bakteri.
8. Vakuolagas
Merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan.
9. Nukleoid
10. Flagela merupakan alat yang digunakan untuk pergerakan bakteri dan terdapat
pada dinding sel.
Atri
k
Monotri Lopotri
k k
Ampitri Peritri
k k
Gambar 1.3 pembagian flagella
Dokumentasi pribadi
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 3
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan:1
1. Monotrik mono:satu; trik :flagella; artinya memiliki satu flagella (alat pergerakan)
yang terletak pada salah satu ujung Contoh: Pseudomonasaeruginosa
2. Amfitrik artinya memiliki lebih dari satu flagella (alat pergerakan) yang terletak
pada masing-masing ujung Contoh: Aquaspirillumserpens
3. Lofotrik artinya memiliki seberkas flagella (alat pergerakan) yang terletak pada
satu ujung Contoh: Pseudomonasfluorescen.
4 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 5
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Seksua
l
Transformasi Konjugas
Transduk i
si
Gambar 1.9 pembagian sistem reproduksi bakteri
Dokumentasi pribadi
Keterangan :
1. Tranformasi
Pengambilan dan penggabungan langsung materi gen oleh
suatu bakteri kebakteri lain
2. Transduksi
Penggabungan dua sel bakteri
3. Konjugasi
Pemindahan materi gen melalui jembatan penghubung dari
satu sel bakteri ke bakteri lain
Aseksual
Pembentukan Pembentukan
tunas/cabang Filamen
6 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
• Mikroba yang
membutuhkan
Aero oksigen sebagai unsur
b pernafasannya
• Mikroba yang
tumbuh jika Gambar 1.12 respirasi bakteri
oksigenbebas Dokumentasi pribadi
MATERI PEMBELAJARAN
Keterangan :
1. Bakteri Psikrofil
Bakteri yang tumbuh pada temperatur rendah dengan batas 0-30 ℃;
Bakteri yang tumbuh pada temperatur dengan batas 25-40 ℃.
2. BakteriTermofil
Bakteri yang tumbuh pada temperatur dengan batas 45-75 ℃.
3. Bakteri Hifertermofil
Bakteri yang tumbuh pada temperatur diatas 75 ℃, bahkan
ada juga yang tumbuh pada temperatur 100 ℃
Tabel 1.2 Penggolongan jasad renik berdasarkan kebutuhan karbon dan kebutuhan
energi
8 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
• Dapatmenimbulkan
penyakit pada manusia
Merugikan dapat bersifat patogen
maupun apatogen
• Mikroba dapat
digunakan untuk
sesuatu yang bersifat
Menguntungkan komensalisme
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 9
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
10 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Morfologi bakteri
Morfologi memilki dua suku kata yakni morfem yang
berarti bentuk dan struktur sedangkan logos berarti ilmu
maka morfologi berarti ilmu yang mempelajari tentang bentuk
dan struktur bakteri.
B. Bentuk-bentuk bakteri
Bentuk-bentuk bakteri dibagi atas 3 jenis yakni coccus, basil
dan spiral.
C. Jenis-jenis bakteri
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat
seperti koin dan memiliki beberapa jenis bakteri antara
lain :
a. Monococcus ialah coccusnya terpisah,sendiri atau satu;
b. Diplococcus ialah coccus berpasangan;
c. Tetracoccus ialah bergandengan empat dan
membentuk bujur sangkar;
d. Sarcina ialah bergerombol membentuk kubus;
e. Staphylococcus ialah menyerupai buah anggur; dan
f. Streptococcus ialah membentuk rantai atau berderet.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 11
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
12 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
JUDUL :
PRINSIP :
TUJUAN :
BAHAN :
ALAT :
PEWARNAAN :
REAGENSIA :
CARA KERJA :
HASIL/GAMBAR ( KETERANGAN )
KESIMPULAN :
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 13
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CONTOH SOAL
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah literasi, pengetahuan dan wawasan peserta didik diharapkan
dapat mempelajari secara mandiri dan kreatif melalui internet dengan link
https://youtu.be/KSAi3ttg8Ug
14 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
1.Morfologi bakteri adalah Ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan struktur
bakteri.
2.Mikroorganisme dapat bersifat pathogen dan apatogen
3.Bakteri yang bersifat menguntungkan digunakan untuk pembuatan tempe,nata
de coco, yakult, yougurt dan sebagainya
4.Bakteri juga dapat digunakan untuk pembuatan antibiotik
5.Ciri-ciri Bakteri :
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
1.Setelah ananda mempelajari morfologi bakteri apakah ananda memahami
bentuk-bentuk bakteri dengan tepat?
2.Dapatkah ananda membedakan bentuk bakteri coccus basil maupun coccoid
staf?
3.Apakah ananda dapat menyebutkan struktur sel bakteri beserta gambar?
4.Dapatkah ananda menggambar macam–macam gerak bakteri
5.Dapatkan ananda menjelaskan manfaat bakteri dalam kehidupan sehari-hari!
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 15
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
ASEPTIK
II
BAB II ASEPTIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
ASEPTIK
PENGERTIAN
KATA KUNCI
16 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kadang kala kita selalu kurang menjaga kebersihan
sehingga tanpa kita sadari mikroba berkembang pada alat-alat yang kita gunakan.
kita umpamakan pada peralatan dapur seluruh alat yang kita gunakan harus kita
cuci bersih lalu dikeringkan dan dapat digunakan untuk proses masak. Namun,
jika peralatan yang kita gunakan kotor maka hasil masakan kita akan tidak dapat
kita rasakan dengan nikmat karena rasa dan aroma yang tidak sedap.Sama seperti
materi aseptic ini seluruh peralatan yang kita gunakan dilaboratorium mikrobiologi
harus steril dan untuk prosesnya menggunakan peralatan sterilisasi.
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 17
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Aseptik merupakan bebas dari segala infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
berbahaya.Oleh karenanya, harus dilakukan yang namanya Sterilisasi untuk
menghindari infeksi tersebut.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan
dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba.
Pembagian Sterilisasi
STERILISASI
STERILISASI DEN- STERILISASI DEN- STERILISASI DENGAN UAP
GAN PEMIJARAN → GAN UDARA PANAS → DENGAN UAP AIR → AIR PANAS
PANAS BERTEKANAN
Tabel 2.1 Pembagian Sterilisasi& alat serta contoh alat yang digunakan
No Sterilisasi Penggunaan Alat yang Waktu sterilisasi
alat sterilisasi disterilkan
1. Sterilisasi dengan Bunsen Ose cincin, ose Ose dibakar sampai
pemijaran jarum merah membara
4. Sterilisasi dengan uap Autoclave Lihat tabel 2.2 Lihat tabel 2.2
air panas bertekanan
18 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 19
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
20 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
0 100
5 109
10 115
15 121
20 126
30 135
50 146
Sumber: 1.Bibiana W . Lay dan Sugyo Hastow Mikrobiologi ,1992
STERILISASI DENGAN
PEMANASAN
←−
→ →
←−
STERILISASI DENGAN
PEMANASAN ←−→ STERILISASI DENGAN
PEMANASAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 21
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
22 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
JUDUL :
PRINSIP :
TUJUAN :
BAHAN :
ALAT :
CARA KERJA :
CAKRAWALA
CONTOH SOAL
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 23
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Menurut ananda setelah melakukan pemakaian alat sterilisasi yang manakah jenis
alat sterilisasi yang penggunaanya secara simpel dan fleksibel beri argumen.
1. Mikroorganisme apa sajakah yang mati jika sterilisasi panas (kering) pada
suhu 100 derajat C ( 5 )
2. Serum,darah dan toksin disterilisasi dengan cara…
3. Jenis apa saja yang dapat disterilisasi dengan menggunakan autoclave
4. Menurut ananda apa saja perbedaan dan persamaan antara antiseptic,
aseptic, desinfeksi, disinfektan, steril dan sterilisasi
Rangkaian prosedur pemakaian alat sterilisasi dengan tepat
24 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
MEDIA PADAT, SEMI SOLID DAN CAIR III
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
PENDAHULUAN
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 25
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
26 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
PENGGOLONGAN MEDIA
BERDASARKAN BAHAN
KIMIA
←−
← −→ →
SINTETIK
DIFCO,OXOID,MERK ←−→ NON SINTETIK
DAPAT BERASAL DARI
BAHAN ALAMI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 27
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
28 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan media
Media pokok
Sebagai media pokok (dasar) dapat disebutkan adalah bouillon (kaldu) dan air
pepton. Dari media pokok ini dapat dibuat perbenihan agar-agar.
Tabel 3.2 Susunan umum media
1 air pepton bacto pepton 10 gr
Nacl 5 gr
Air suling bacto 1 liter
Jika hendak membuat agar darah atau buillon darah, ditambahkan eritrosit biri-
biri (defibrinasi)10%.
Agar-agar termasuk karbohidrat. Gunanya hanya untuk mengeraskan
perbenihan, supaya kuman tumbuh sebagai koloni. Dengan perbenihan padat ini,
kita mendapatkan biakan murni dari bakteri.
Yang mula-mula menggunakan perbenihan padat (kental) untuk mengisolasi
kuman adalah Robert koch.
Sifat gelatin :
1. Mencair pada suhu 23°c, membeku pada 20°c;
2. Kentalannya tidak sekeras agar-agar;
3. Dapat dicernakan oleh enzim-enzim bakteri; dan
4. Didaerah tropis, praktis gelatin tidak dapat digunakan
sebagai pengeras media.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 29
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Sifat agar-agar :
1. Sukar mencair, titik cairnya pada 95°c;
2. Mengental pada suhu 37°c;
3. Kentalnya lebih keras dari gelatin;
4. Tidak dapat dicerna oleh bakteri;
5. Bukan makanan bakteri, hanya pengental saja pada media; dan
6. Sangat ideal dipergunakan di daerah tropis
A.Media Padat
MEDIA PADAT
PETRIDISH TABUNG
selektif Exlusif
Differensial Exclusi
CLED ENDO
SSA MCA BAP
AGAR AGAR
MS SIMON TSI
MA CITRAT AGAR
Gambar 3.9 contoh media padat dalam tabung
Dokumentasi pribadi
30 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. Media Semi solid
SIM
SEMI SOLID (Sulfur Indol
Motiliti)
1. Kaldu (buillon)
Medium cair yang paling umum digunakan untuk pembiakan kuman adalah
kaldu. Hampir semua bakteri dapat tumbuh dalam buillon ini pada umumnya
merata (homogen keruh). Pada buillon ini tidak dapat ditentukan jenis bakteri.
2. Bentuk koloni
Pembacaan pengamatan koloni antara lain :
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 31
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bentuk koloni dari suatu spesies itu dapat berubah dari M ke S atau R. perubahan
ini tidak disebabkan oleh faktor-faktor luar, akan tetapi oleh perubahan pada
tingkat gen.
Pada proteus vulgaris terdapat 2 bentuk koloni, yaitu yang satu berupa koloni
yang tipis dan jenis ini bergerak sedangkan yang lain itu koloninya agak padat dan
jenis ini tidak bergerak.
1. Sifat-sifat khusus koloni
Untuk sifat koloni berdasarkan jenis media yang digunakan
Pada media BAP sifat pada media ada 3 yakni :
a. alpha hemolisa (haemodigesti) memiliki zona hambatan hijau;
b. betha hemolisa (haemolisa) memiliki zona hambatan jernih; dan
c. gamma hemolisa (anhemolisa) tidak memiliki zona hambatan.
Pada media Endo agar,MCA,SSA,EMB agar memiliki sifat:
a. jika koloni pigmen merah sifat meragikan laktosa
b. jika koloni putih jernih sifat non peragi laktosa
32 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Permukaan koloni:
1) rata 6) cembung
2) timbul datar 7)membukit
3) melengkung 8) serupa kawah
4) berkilat 9) kasar
5) halus 10) kabur
c. Pinggir koloni:
1) licin 4) berbelah
2) bergerigi 5) berbenang
3) berombak 6) keriting
d. Kepadatan koloni:
1) kering 4) seperti pasta
2) padat 5)berlendir
3) lembek
4. Konsistensi:
a. basah
b. kering
c. lembab
Untuk membuat media selain harus steril kita juga harus mengetahui
bagaimana perhitungan untuk memperoleh hasil media yang baik dan tepat.
Adapun yang harus diketahui:
a. volume media yang dibuat;
b. standar media yang digunakan; dan
c. banyaknya media yang akan dibuat.
Rumus: Ml aquadest = jumlah media x volume media Gr = ml aquadest x standart
PEMBUATAN MEDIA SARI GULA-GULA
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 33
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keranjang kawat
Rak tabung
Tangkai pengaduk
Kawat asbes
Cara Kerja :
1. Nutrient agar 23,5 gr / l, ditimbang 7 gr / 300ml
2. Didihkan hingga larut keseluruhnya
3. Tentukan Ph dengan kertas lakmus ( Ph7)
4. Tambahkan indicator
5. Masukkan 500 mg sari gula-gula kedalam beaker
gelas tersendiri
6. Tambahkan masing-masing 50 ml nutrient agar
gula gula tadi
7. Campur hingga homogen dengan tangkai pengaduk
8. Masukkan ke tiap-tiap tabung steril 2,5 ml dengan
pipet
9. Tutup dengan kapas dan berisi label
10. Letakkan kedalam keranjang kawat, tutup dengan
kertas
11. Sterilisasikan dalam Autoclave dengan temperatur
121°C selama15 menit dengan tekanan 1,1
preasure
12. Setelah 15 menit angkat, dan simpan pada
refrigerator temperatur 10°C
34 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 35
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
36 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara Kerja :
1. Timbang bouillon powder 0,8 gr / 100ml
2. Masukkan kedalam erlemeyer dan tambahkan aquadest
100 ml
3. Campur hingga homogen, ukur Ph nya ( 7,2 )
4. Tutup mulut erlemeyer dengan kertas
5. Sterilisasi dalam Autoclave temperatur 121°C selama 15
menit tekanan 1,1preasure
6. Keluarkan dari Autoclave, biarkan dalam suhu kamar
7. Biarkan dingin, beri label
8. Simpan dalam refrigerator suhu10°C
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 37
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Indol tes
Pemeriksaan indol digunakan pada media air pepton yang bebas glukosa. Selama
ada glukosa maka bakteri ini meragikan glukosa menjadi asam. Adanya asam ini
akan menghalangi bekerjanya enzim proteolitik untuk memecahkan tryptohan
yang terdapat dalam pepton.
Hasil
Setelah ditetesi dengan reagensia Erlich atau reagensia Kovacs
+ = terbentuk cincin berwarna merah
- = terbentuk warna kuning Tujuan indol :
Untuk mengetahui terbentuknya cincin berwarna merah Prinsip:
Untuk mengetahui apakah bakteri sanggup memecahkan tryptopan menjadi indol
skatol dan alanine
PEMBUATAN MEDIA SCA SLANT
Bahan : Simon
Citrate
Agar
Aquadest
Alat : Timbangan Gelas ukur
Gelas erlemeyer
Tabung reaksi
Kapas
Kertas
Autoclave
Lampu bunsen
Pipet steril
Keranjang kawat
38 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Rak tabung
Kertas lakmus
Tangkai pengaduk
Penyangga
Refrigerator
Cara Kerja :
1. Timbang SCA,150 gr / 50 mlaquadest
2. Larutkan dengan memanaskan di lampu bunsen hingga
homogen
3. Dinginkan hingga temperatur 50 - 70°C
4. Tentukan Ph dengan kertas lakmus hingga Ph 7,4±
5. Masukkan ke tiap-tiap tabung reaksi 2,5 ml dengan pipet
steril
6. Tutup dengan kapas, letakkan dalam keranjang kawat,
semua tabung reaksi tutup dengan kertas
7. Masukkan ke dalam autoclave dengan temperatur 121°C
selama15 menit dengan tekanan 1,1preasure
8. Setelah 15 menit angkat dari autoclave, letakkan pada
posisi miring masing-masing tabung reaksi dengan
kemiringan 30°C pada penyangga
9. Setelah membeku beri label dan simpan dalam refrigerator
pada suhu 10°C
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 39
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Tujuan :
Untuk mengetahui terbentuk reaksi simon citrate yang ditandai dengan
terbentuknya warna menjadi biru
Prinsip :
Untuk mengetahui apakah bakteri sanggup memecahkan natrium
citrate menjadi natrium hidroksida dan asam sitrat.
40 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 41
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
42 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bahan : Mortility
Powder
Aquadest
Alat : Timbangan Gelas ukur
Gelas erlemeyer
Tabung reaksi
Kapas
Kertas
Autoclave
Lampu bunsen
Pipet steril
Keranjang kawat
Kertas lakmus
Rak tabung
Tangkai pengaduk
Refrigerator
Cara Kerja :
1. Timbang 1,80 gr / 50 ml SIM dalam aquadest
2. Larutkan dengan memanaskan di lampu bunsen hingga
Homogen
3. Dinginkan hingga temperatur 50 – 70°C
4. Tentukan Ph dengan kertas lakmus hingga Ph
5. Masukkan ke tiap-tiap tabung reaksi 2,5 ml dengan pipet steril
6. Tutup dengan kapas, letakkan di dalam kranjang kawat, semua
tabung reaksi tutup dengan kapas
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 43
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
44 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bahan : Nutrient
Agar
Slant
Aquadest
Alat : Timbangan
Labu erlemeter
Autoclave
Tabung reaksi steril
Benang
Kertas
Penyangga
Refrigeratr
Cara Kerja :
1. Timbang NAS 2,5 gr masukkan dalam labu erlemeyer dan tambahkan
100 ml aquadest
2. Tentukan Ph dengan kertas lakmus Ph 7,4 ± 0,2
3. Tutup dengan kertas dan ikat dengan benang
4. Sterilkan dalam autoclave pada temperatur 121°C selama 15 menit
dengan tekanan 1,1 preasure
5. Angkat media tersebut dari autoclave, dinginkan dalam suhu Kamar
hingga temperatur 50°C
6. Masukkan ke dalam tiap-tiap tabung reaksi steril 2,5 ml dengan pipet
steril sambil mulut tabung difiksasi dengan lampu tutup dengankapas
7. Tiap tabung reaksi di letakkan pada penyangga dengan kemiringinan
30 derajat
8. Biarkan membeku dalam temperatur kamar, beri label dan simpan
dalam Refrigerator pada suhu10°C
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 45
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
46 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
7. Biarkan media membeku dalam petridish dalam suhu
kamar
8. Bungkus dengan kertas yang berlabel dan simpan dalam
refrigerator Pada suhu 10°C
Bahan : Salmonella
Shigella
Agar
Aquadest
Alat : Timbangan
Labu erlemeyer
Gelas tekar
Autoclave
Kertas lakmus
Lampu bunsen
Petridish steril
Kertas
Benang
Refrigerator
Cara Kerja :
1. Timbang SS agar 18 gr / 500 ml aquadest
2. Masukkan ke dalam erlemeyer dan tambahkan aquadest
500 m
3. Campur hingga homgen tentukan Ph dengan kertas lakmus
hingga Ph 7,4 ± 0,2
4. Sterilkan dalam waterbath temperatur 100°C selama 60
menit
5. Keluarkan dari waterbath, diamkan dalam suhu kamar
hingga suhu 40 -50°C
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 47
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bahan : Eosin
Methylen
Blue
Agar
Aquadest
Alat : Timbangan
Labu erlemeyer
Gelas takar
Autoclave
Petridish steril
Lampu bunsen
Kertas lakmus
Refrigerator
Kertas Benang
Cara Kerja :
1. Timbang EMB 10,8 gr masukkan ke dalam labu erlemeyer dan
tambahkan 300 ml aquadest
2. Tentukan Ph dengan kertas lakmus hinga Ph 7,4 ±0,2
3. Tutup dengan kertas dan ikat dengan benang
4. Sterilkan dalam autoclave temperatur 124°C selama 15
menit dengan tekanan 1,1, preasure
48 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
5. Angkat dari autoclave media tersebut dan dinginkan dalam
suhu Kamar hingga suhu 50°C
6. Tuangkan ke dalam petridish steril sebanyak 15 – 20 ml
dengan selalu memakai lampu bunsen
7. Biarkan media membeku dalam petridish pada suhu kamar
8. Bungkus dengan kertas yang berlabel dan simpan dalam
refrigerator pada suhu 10°C
Bahan : Cystein
Lysin
Elektrolit
Defisient
Aquadest
Alat : Timbangan
Labu erlemeyer
Gelas takar
Autoclave
Petridish steril
Lampu bunsen
Kertas lakmus
Refrigerator
Kertas
Benang
Cara Kerja :
1. Timbang CLED 10,89 gr masukkan ke dalam labu erlemeyer
dan tambahkan 300 ml aquadest
2. Tentukan Ph dengan kertas lakmus hingga Ph 7,4 ±0,2
3. Tutup dengan kertas dan ikat dengan benang
4. Sterilkan dalam autoclave pada temperatur 121°C selama
15 menit dengan tekanan 1,1preasure
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 49
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
50 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
4. Tambahkan indikator Brom Tymol Blue hingga warna hijau
muda
5. Dinginkan pada suhu kamar ± 45°C
6. Masukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml dan 5m
7. Tutup dengan kertas, masukkan dalam autoclave
temperatur 121°C selama 15 menit tekanan1,1 preasure
8. Keluarkan dari autoclave, dinginkan pada suhu kamar
9. Beri label dan simpan dalam refrigerator pada suhu10°C
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 51
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
52 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 53
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
54 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 55
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
JUDUL :
TUJUAN :
PRINSIP :
BAHAN :
ALAT :
PERHITUNGAN :
PROSEDUR KERJA :
Penanggung jawab praktikum Praktikan
CAKRAWALA
CONTOH SOAL
56 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Tugas para siswa-siswi melakukan perhitungan media setelah hasil diperoleh maka
siswi diharuskan membuat media tersebut baik media padat, setengah padat,
maupun media cair dan siswa menuliskannya dalam bentuk laporan praktikum.
REFLEKSI
58 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
PEWARNAAN SEDERHANA
IV
BAB IV PEWARNAAN SEDERHANA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Definisi
Zat warna
Pewarnaan Se-
derhana
CaraKerja
Hasil
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 59
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
Bakteri merupakan suatu organisme yang berukuran sangat kecil dan bisa dilihat
dengan suatu alat yaitu mikroskop. Bakteri rata-rata berukuran 0,5-1 mikron dan pan-
jang hingga 10 mikron. Bakteri ini sangat tipis sehingga tembus cahaya (bening). Apa-
bila dilihat dengan mikroskop tidak tampak jelas dan sulit untuk melihat bagian-ba-
giannya. Untuk mempermudah melihat bakteri dengan jelas, perlu dilakukan dengan
suatu pewarnaan
Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan pewarnaan misalnya penguba-
ran, pemulasan dan pengecatan. Pewarnaan sangat penting dalam pemeriksaan suatu
bakteri dan untuk melihat bentuk dan susunan dari sel bakteri. Pewarna yang digu-
nakan biasanya pewarna basa. Dengan pewarnaan, bakteri mudah dilihat di bawah
mikroskop.
MATERI PEMBELAJARAN
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan pewarnaan. Misalnya,
dengan kata pengecatan, pengubaran, dan pemulasan. Pewarnaan di dalam bakteri
itu sangat penting dilakukan untuk mempermudah saat pengamatan bakteri sekaligus
untuk dapat mengetahui morfologi (bentuk-bentuk bakteri). Tubuh bakteri tidak ber-
warna (bening), maka dilakukanlah suatu pewarnaan atau pengecatan. Dengan pewar-
naan ini, bakteri akan mudah dilihat di dalam mikroskop.
Antara bakteri satu dengan bakteri yang lainnya mempunyai sifat yang khas terh-
adap suatu zat warna. Sifat ini terletak di dalam sitoplasmanya. Ada beberapa bakteri
yang mudah menyerap zat warna (menangkap zat warna), ada yang sukar menyerap
zat warna (menangkap zat warna). Ada beberapa jenis bakteri memerlukan pewarnaan
atau pengubaran khusus (istimewa).
Dalam sejarah mikrobiologi, ada beberapa ilmuwan yang menemukan bebera-
pa pewarnaan (pengecatan, pengubaran) salah satunya adalah Erlich, Gram dan Ziehl
Neelsen.
60 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara melakukan fiksasi yang tidak benar bisa mempengaruhi hasil pewarnaan
(pengecatan) ,diantaranya adalah sebagai berikut.
1.kumannya masih dalam keadaan hidup dan bisa berbahaya;
2.kumannya di bawah mikroskop akan kelihatan mengkerut; dan
3.sukar untuk membedakan antara bentuk coccus dan basil.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 61
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
62 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. Prosedur pewarnaan sederhana
1. Sediaan objek glass yang steril
2. Ambil bahan letakkkan di atas objek glass, ratakan
3. Fiksasi diatas lampu Bunsen hingga sediaan kering, tunggu dingin
4. Tetesi dengan larutan methylene blue hingga sediaan tergenang tunggu 2-3
menit, atau metil biru Loffler selama 30-60 detik
5. Bilas (bersihkan) dengan air kran hingga zat warna hilang
6. Keringkan pada suhu kamar atau dengan menggunakan kertas saring
7. Periksa di bawah mikroskop, memakai lensa objektif pembesaran 100x
Bentuk bakteri yang bisa dijumpai pada pewarnaan sederhana adalah:
1. Coccus, ada beberapa macam bentuk coccus yaitu:
a. Mikrococcus adalah bentuk coccus sendiri-sendiri;
b. Diplococcus adalah bentuk cocccus berdua-dua;
c. Tetracoccus adalah bentuk coccus berempat- empat;
d. Sarkina adalah bentuk cocccus berdelapan dan membentuk kubus;
e. Staphylococcus adalah bentuk coccus bergerombol seperti buah anggur; dan
f. Streptococcus adalah bentuk coccus berderet seperti rantai.
2. Basil, ada beberapa macam bentuk basil yaitu:
a. Diplobacillus adalah bentuk batang berdua-dua; dan
b. Streptobacillus bentuk batang menyerupai rantai.
3. Bentuk vibrio menyerupai bentuk koma atau spiral bentukya seperti lengkung
Gambar bentuk bakteri, antara lain:
1. Monococcus
2. Diplococcus
3. Tetracoccus
4. Sarcina
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 63
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
5. Streptococcus
6. Staphylococcus
7. Monobasil
8. Diplobasil
9. Streptobasil
10. Vibrio
11. Spiral
64 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
12. Spiral
Hasil:
Bakteri berwarna biru atau merah Latar belakang warna biru atau merah
Bakteri dan latar belakang tergantung kepada zat warna yang digunakan Hasil/
Gambar yang bisa dijumpai pada pewarnaan sederhana
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 65
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.17 Bentuk Coccus,warna biru Gambar 4.18 Bentuk Coccus,warna merah
Sumber : Dokumentasi pribadi praktikum Sumber : Dokumentasi pribadi praktikum
2. Fuchsin
66 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
3. Karbol gentianviolet
Gambar alat
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 67
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Lembar Praktikum
Judul :
Prinsip :
Tujuan :
Alat :
Bahan :
68 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Reagensia :
Cara kerja :
Gambar/Hasil:
Kesimpulan :
( ) ( )
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 69
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CAKRAWALA
Untuk mendapatkan hasil pewarnaan sederhana yang baik ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1.Cara pembuatan preparat
Teknik pembuatan preparat harus tipis supaya ketika mengamati hasil preparat
di bawah mikroskop bentuk-bentuk bakteri kelihatan terpisah antara yang satu
dengan yang lainnya
2.Cara melakukan fiksasi
Teknik melakukan fiksasi pada preparat yang sudah dibuat, dengan cara melaku-
kan fiksasi di atas lampu bunsen sebanyak 3-4 kali sehingga preparat menjadi
kering
3.Cara melakukan pewarnaan
Teknik melakukan pewarnaan dengan menetasi larutan zat warna diatas preparat,
sehingga preparat yang dibuat terwarnai dengan rata
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah literasi, pengetahuan dan wawasan peserta
didik diharapkan dapat mempelajari secara mandiri dan kreat-
if melalui internet https://youtu.be/mZdATqp1Lzg
RANGKUMAN
1. Bakteri merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya bisa
diamati mempergunakan suatu alat yang namanya mikroskop.
2. Pewarnaan di dalam bakteri itu sangat penting dilakukan untuk mempermudah
pengamatan bakteri sekaligus untuk dapat mengetahui morfologi (bentuk bak-
teri).
3. Tujuan dilakukan pengecatan atau pewarnaan pada bakteri adalah:
a.Dapat melihat bentuk-bentuk dari bakteri;
b.Dapat mengidentifikasi bagian luar dan bagian dalam sel bakteri (struktur
bakteri);
c.Dapat membedakan organisme yang serupa atau yang sama; dan
70 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Tugas para siswa adalah melakukan cara pewarnaan sederhana dengan seksama
dan teliti.Tugas dikerjakan dalam bentuk format laporan yang telah ditentukan.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 71
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
REFLEKSI
72 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
PEWARNAAN DIFERENSIAL
V
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Tujuan
Hasil
Pewarnaan
Differensial
Tujuan
Pewarnaan Reagensia
tahanasam
Cara Kerja
Hasil
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 73
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
Pengecatan Diferensial
Pengecatan diferensial adalah pengecatan yang menggunakan lebih dari satu
macam cat warna.Dengan pengecatan ini bahan cat dipakai ada yang terpisah ada
yang dicampur dan digunakan dalam satu larutan. Ada dua macam pengecatan yang
terpenting yaitu pengecatan Gram dan Pengecatan Tahan Asam.
Pengecatan tahan asam ada dua cara yaitu dengan metode Ziehl-Nealsen dan
metode Kinyoun-Gabbet.
Cara pembuatan sediaan sebelum dilakukan pengecatan yaitu:
1.Bersihkan objek glass hingga bebas lemak dan steril;
2.Buat tanda identitas dari preparat tersebut, sebaiknya pada ujung objek glass;
3.Ambil ose dan buatan sediaan (preparat) yang tipis di atas permukaan objek;
4.Sediaan (preparat) dikeringkan di udara atau dilidah apikan di atas lampu Bunsen;
5.Cara fiksasi di atas lampu dengan menyentuhan permukaan objek glass sebanyak
3 atau 4 kali;
6.Tunggu dingin, setelah itu preparat sudah siap untuk diwarnai.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengecatan Diferensial
Pengecatan diferensial adalah pengecatan yang mempergunakan beberapa cat
warna. Pengecatan diferensial terbagi atas:
74 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengecatan Gram
Pengecatan Gram ditemukan oleh Christian Gram, orang berkebangsaan Swed-
ia. Pengecatan ini digunakan oleh Cristian Gram untuk mempermudah membe-
dakan antara 2 jenis bakteri yang berbeda yaitu bakteri gram postif dan bakteri
gram negatif.
Pengecatan Gram dilakukan dengan menggunakan dua macam cat warna ungu
(violet) dan cat warna merah. Cat warna yang pertama dengan menggunakan car-
bol gentian violet dan cat warna yang penutup dengan menggunakan fuchsin.
Jika bakteri mengikat cat warna utama, maka bakteri tersebut adalah bakteri
gram positif yang berwarna ungu (violet), sedangkan jika bakteri mengikat cat
warna penutup maka bakteri itu dikatakan bakteri gram negatif yang berwarna
merah (merah jambu).
Dengan pengecatan ini, bakteri pertama ditetesi dengan larutan carbol gentian
violet, kemudian ditetesi larutan lugol, berikutnya dilunturkan dengan alkohol
dan yang terakhir diwarnai dengan zat penutup.
Prinsip pengecatan Gram meliputi empat tahapan yaitu :
a. Tahap yang pertama dengan meneteskan cat warna dengan menggunakan
larutan karbol gentian violet;
b. Tahap yang kedua dengan meneteskan dengan larutan lugol yang digunakan
untuk merekatkan sediaan di objek glass;
c. Tahap yang ketiga dengan meneteskan alkohol yang berfungsi sebagai zat pe-
luntur; dan
d. Tahap yang keempat dengan meneteskan larutan fuchsin atau disebut sebagai
zat penutup (counter stain).
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 75
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Dengan prinsip kerja dari pengecatan Gram inilah maka bakteri dikelompokan
menjadi dua yaitu
a.Bakteri gram positif; dan
b.Bakteri gram negatif
Berdasarkan dari hasil pengecatan ini, maka pengecatan gram disebut juga
dengan pengecatan diferensial. Hampir semua bakteri dapat diwarnai dengan
cara pengecatan gram.
Ada empat larutan yang digunakan untuk pengecatan Gram
a. Larutan carbol gentian violet atau disebut sebagai zat warna utama;
b. Larutan lugol atau disebut sebagai zat perekat;
c. Larutan alkohol atau disebut sebagai zat peluntur; dan
d. Larutan fuchsin atau disebut sebagai zat warna kedua (penutup).
Keempat larutan inilah yang digunakan untuk pengecatan bakteri pada pewar-
naan Gram tetapi zat warna yang bisa mewarnai badan bakteri hanya dua yaitu
larutan carbol gentian violet dan fuchsin, sedangkan lugol sebagai zat perekat dan
alkohol digunakan sebagai larutan zat peluntur.
Keterangan
1. Sesudah karbol gentian violet ditetesi pada sediaan bakteri, maka semua bakteri
akan menjadi ungu, zat warna akan diserap dalam dinding sel dan protoplasma.
2. Penggunaan lugol dapat menyebabkan terbentuknya ungu kristal yodium.
3. Pencucuian dengan alkohol menyebabkan terjadinya differensiasi dari dua ma-
cam bakteri yaitu:
a.bakteri tetap berwarna ungu; dan
b.bakteri tidak berwarna, karena zat warna dilarutkan dengan alkohol dan keluar
dari sel bakteri
4. Fuchsin sebagai zat warna penutup yang dapat mewarnai bakteri menjadi merah
(merah jambu)
Pada pengecatan Gram, bakteri gram positif adalah bakteri yang mampu mem-
pertahankan zat warna utama yaitu zat karbol gentian violet biarpun setelah dilaku-
kan pencucian dengan alkohol badan bakteri tetap mengikat zat warna utamanya
yaitu zat warna ungu (violet), sedangkan bakteri gram negatif adalah bakteri yang
tidak mampu mempertahankan zat warna karbol gentian violet, sehingga bakteri
akan berwarna merah.
Kesalahan yang sering terjadi pada pewarnaan gram adalah:
1. Terlalu lama pemberian zat warna gentian violet;
2. Terlalu lama dibubuhi zat peluntur, hingga zat warna terhapus; dan
3. Menggunakan larutan zat warna yang telah lama (sudah ada endapan).
76 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Sifat gram bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagi berikut.
1.Bakteri gram positif, seringkali tidak dapat menangkap/ menahan warna gentian
violet, apabila sediaan itu dibuat dari biakan tua;
2.beberapa jenis bakteri mempunyai sifat gram variabel, biakan muda gram positif,
biakan tua (lebih dari 3 hari) menjadi gram negatif.
Tabel 5.1 Yang membedakan antara Gram Positif (+) dan Gram Negatif (-)
1.Sifat bakteri tahan Bakteri gram (+) ada yang Bakteri gram (-) tidak ada
asam tahan asam yang tahan asam
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 77
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
78 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
4. Larutan Lugol
Serbuk iodium : 1 gr
KJ (kalium-iodida) : 2 gr
Aquadest : 300 ml
Cara kerja:
1. Buat sediaan di atas objek glass, kemudian fiksasi di atas lampu bunsen, tunggu
dingin
2. Tetesi dengan larutan karbol gentian violet 0,5% hingga larutan tergenang tung-
gu 3-5 menit
3. Buang larutan karbol gential violet, cuci dengan air kran secara perlahan
4. Tetesi dengan lugol, tunggu 2-3 menit
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 79
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
5. Buang larutan lugol, tetesi dengan alkohol 95% sampai warna gentian violet
tidak luntur lagi
5. Cuci dengan air kran perlahan-lahan
7. Tetesi dengan fuchsin 0,5%, biarkan selama 2-3 menit
8. Bilas dengan air kran secara perlahan-lahan hingga larutan tidak luntur lagi
9. Keringkan dengan suhu kamar atau dengan kertas saring
10. Lihat di bawah mikroskop dengan lensa objektif 100x
Hasil yang dapat dijumpai pada pewarnaan Gram di bawah mikroskop adalah:
Bakteri Gram Positif akan berwarna violet atau biru keunguan sedangkan Bakteri
Gram negatif akan berwarna merah (merah muda)
a. Gambar Bakteri
Gambar 5.4 Bakteri gram (+) berwarna ungu dan bakteri Gambar 5.5 Bakteri gram positif warna ungu dan bak-
gram (-) berwarna merah teri gram negatif warna merah
Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 5.6 Bakteri gram positif warna ungu dan bak- Gambar 5.7 Bakteri gram positif warnaungu
teri gram negatif warnamerah Sumber : Dokumentasi pribadi
Sumber ; Dokumentasi pribadi
80 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar alat
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 81
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
82 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 83
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
7.Larutan Gabbet
a. methylen blue : 1 gram
b. asam sulfat pekat 96% :20 ml
c. alkohol 95% : 30 ml
d. aquadest : 50 ml
Cara penyimpanan larutan:
1. Karbol fuchsin disimpan dalam botol coklat dan ditempatkan pada suhu kamar
2. Larutan Methylen blue dan Gabbet disimpan dalam botol transparan dan tertu-
tup rapat
3. Hindari dari sinar cahaya matahari langsung
4. Pada umumnya larutan fuchsin dapat disimpan selama 6 bulan sedangkan meth-
ylene blue dan Gabbbet selama 4 bulan
Catatan:
1. Jika ada endapan pada karbol fuchsin hendaknya larutan diganti, jika larutan
mau dipakai harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu
2. Larutan Methylen blue dan Gabbet yang sudah tidak baik lagi warnanya akan be-
rubah menjadi biru pucat dan seharusnya larutan tersebut diganti dengan yang
baru
Ada 3 larutan yang digunakan untuk pengecatan bakteri tahan asam
1. Larutan Carbol Fuchsin
Bakteri tahan asam mempunyai dinding sel yang tebal, maka pada pewarnaan
dilakukan pemanasan untuk membuka dinding sel bakteri agar menyerap zat
warna dari carbol fuchsin tetapi jangan sampai mendidih, supaya sel bakterinya
tidak rusak
2. Larutan HCl-Alkohol
Larutan ini berguna untuk melunturkan cat warna pada sel bakteri. Bakteri yang
bukan basil tahan asam (BTA) warna carbol fuchsin akan luntur ketika ditetesi
HCL-Alkohol
3. Methylene Blue
Larutan ini disebut sebagai zat warna penutup, Methylen blue ini akan mewar-
nai kembali sel bakteri yang hilang cat warnanya setelah dilunturkan dengan
HCL-Alkohol
Perbedaan bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam
Perbedaan basil tahan asam dengan basil tidak tahan asam terletak pada lapisan
dinding sel bakterinya kalau bakteri basil tahan asam mempunyai dinding sel yang
tebal yang dilapisi lemak yang banyak, sehingga perlu dilakukan pemanasan agar
dinding sel bakteri terbuka dan bisa menyerap cat warna carbol fuchsin. Pada bak-
teri tidak tahan asam lapisan lemaknya sedikit, sehingga tidak perlu dilakukan pe-
manasan karena dinding sel bakteri mudah menyerap cat warna
Bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pengecatan BTA umumnya sputum.
Sputum yang diambil yang teksturnya kental dan berwarna kuning kehijauan. Pada
waktu pengambilan sputum biasanya di pagi hari atau sputum sewaktu (ketika mau
dilakukan pemeriksaan). Tetapi sputum yang paling baik digunakan adalah sputum
84 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
di pagi hari setelah bangun tidur. Sputum tersebut ditampung pada wadah yang
bermulut lebar agar sputum tersebut masuk semua kedalam wadah penampungn-
ya lalu wadah ditutup rapat.
Interpretasi hasil Bakteri Tahan Asam menurut skala WHO:
Negatif : Pada 100 lapangan pandang tidak dijumpai BTA
Positif : Pada 100 lapangan pandang ditemukan 1-9 BTA
Positif 1: Pada 100 lapangan pandang ditemukan 10-99 BTA
Positif 2: 1 lapangan pandang ditemukan 1-10 BTA (dilihat min 50 lapangan pan-
dang)
Positif 3: 1 lapangan pandang ditemukan lebih dari 10 BTA (dilihat min 20 lapan-
gan pandang)
Cara melakukan pewarnaan Zehl-Neelsen
Prinsip: Karbol fuchsin sebagai zat warna utama, dilunturkan dengan HCl alkohol
kemudian diwarnai dengan zat warna penutup methylene blue
Ragensia:
1. Karbol fuchsin 3%
2. HCl alcohol 0,3%
3. Methylen blue 3% Alat:
1. mikroskop
2. kaca objek
3. lampu bunsen
4. lidisteril
5. rak tabung
6. tisu
7. rak pengecatan Bahan: sputum
Prosedur:
1. Sediaan kaca objek yang steril
2. Sputum diambil 2-3 kali dengan ujung lidi yang dipipihkan letakkan di atas kaca
objek
3. Ratakan dengan ujung lidi yang runcing
4. Lidah apikan di atas lampu dengan melewatinya 3-4 kali
5. Teteskan karbol fuchsin 3% hingga menutup seluruh permukaan sediaan.
6. Panaskan sediaan di atas lampu hingga keluar uap (jangan sampai mendidih),
tunggu 3-5 menit
7.Bilas dengan air kran, lunturkan sediaan pakai HCl-Alhohol 3% hingga zat warna
tidak luntur lagi dari sediaan
8.Tetesi dengan methylene blue 3%, tunggu 30detik
9.Bilas dengan air kran
10.Sediaan dikeringkan di udara atau dengan tisu
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 85
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.15 basil tahan asam warna merah,latar belakang warna biru
Sumber : Dokumentasi pribadi
Pewarnaan Kinyoun-Gabbet
Pewarnaan Kinyoun dan Gabbet
Pewarnaan Kinyoun dan Gabbet disebut juga pewarnaan dengan cara dingin.
Cara pewarnaan Kinyoun tidak melakukan pemanasan. Komposisi zat warnan-
ya ada dua yaitu Kinyoun dan Gabbet. Pada cat warna Kinyoun terdiri dari basic
fuchsin, phenol, alkohol dan aquadest sedangkan pada cat warna Gabbet terdiri
dari methylene blue, H2SO4, alkohol dan aquadest. BTA mempunyai dinding sel
yang tebal dan kuat dan dilapisi lemak (lipid) yang banyak sehingga sulit menyerap
cat warna. Pada Pewarnaan Kinyoun-Gabbet mempunyai cat warna kuat dan asam
kuat sehingga dapat menembus lapisan lemak pada dinding sel dan sel bakteri
akan terbuka. Pada proses dinding sel yang terbuka akan kembali merapat. Den-
gan pencucian HCL-Alkohol cat warna, carbol fuchsin tidak akan dilepas sedangkan
pada non BTA akan luntur ketika dilakukan pencucian dan akan menyerap caat war-
na dari methylen blue.
Prinsip kerjanya cat warna kinyoun sebagai cat warna utama sedangkan cat war-
na Gabbet sebagai cat warna penutup
Ragensia yang digunakan :
1. Kinyoun
2. Gabbet
Alat:
1. mikroskop
2. kaca objek
3. lampu bunsen
4. lidisteril
5. rak tabung
6. tisu
7. rak pengecatan Bahan:sputum
86 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara kerja
1. Ambil sputum dengan menggunakan lidi steril yang sudah dipipihkan sebanyak
2-3 kali
2. Ratakan diatas objek glass dengan menggunakan ujung lidi yang runcing
3. Fiksasi di atas lampu bunsen tunggu kering dan dingin
4. Warnai dengan larutan kinyoun tunggu 3 menit
5. Cuci dengan air
6. Warnai dengan larutan gabbet tunggu 0,5 - 1,5 menit
7. Bilas dengan air mengalir hingga cat warna hilang
8. Keringkan pada suhu kamar atau dengan kertas saring
9. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 100x
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 87
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.16 Basil tahan asam warna merah latar belakang biru
Sumber : Dokumen pribadi
Hasil : Dijumpai basil tahan asam pada sediaan
Interpretasihasil : Basil tahan asam (BTA) : merah tua
Tidak tahan asam : biru
88 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar alat
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 89
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Laporan Praktikum
Judul : Pewarnaan Gram
Prinsip :
Tujuan :
Alat :
Reagensia :
CaraKerja :
Hasil/ Gambar:
90 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Kesimpulan
Medan,
Penanggung Jawab Praktikum Praktikan
( ) ( )
Laporan Praktikum
Judul : Pewarnaan Tahan Asam
Metode : Zeihl Neelsen
Prinsip :
Tujuan :
Alat :
Reagensia :
CaraKerja :
Hasil/ Gambar:
Kesimpulan
Medan,
Penanggung Jawab Praktikum Praktikan
( ) (
Laporan Praktikum
Judul : Pewarnaan Tahan Asam
Metode : Kinyoun - Gabbet
Prinsip :
Tujuan :
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 91
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Alat :
Reagensia :
CaraKerja :
Hasil/ Gambar:
Kesimpulan
( ) ( )
CAKRAWALA
92 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 93
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Tugas para siswa adalah melakukan cara pewarnaan differensial dengan seksama
dan teliti.Tugas dikerjakan dalam bentuk format laporan yang telah ditentukan
REFLEKSI
94 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL
SEMESTER GASAL
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 95
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GASAL
10. Perbenihan selektif digunakan untuk…
A. menunjang pertumbuhan bakteri yang persyaratan nutrisinya kompleks
B. menunjang pertumbuhan beberapa tipe bakteri yang mempunyai penampilan
spesifik
C. menunjang satu pertumbuhan bakteri tanpa menghambat pertumbuhan bak-
teri lainnya
D. menunjang satu bakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri lainnya
E. menunjang pertumbuhan bakteri untuk pengukuran kuantitatiif antibiotika
11. SIM agar carry and Blair adalah media…
A. liquic D. specifit
B. solid E. enricalment
C. semi solid
12. Bagian bakteri yang terbentuk seperti benang dan merupakan alat pergerakan,
apabila terletak dan tersebar merata di sekeliling badan kuman disebut flagen…
A. monotrikus D. peritrikus
B. atrikus E. amfitrikus
C. lopotrikus
13. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari suatu sel menjadi dua sel sem-
purna disebut…
A. initial D. generasi
B. variasi E. eksponensial
C. logaritma
14. Cara sterilisasi yang terbaik untuk membunuh spora ialah…
A. autoklaf D. undalisasi
B. pasteurisasi E. oven udara panas
C. perebusan
15. Fungsi pewarnaan pada bakteri adalah…
A. merubah afinitas cat
B. mempercepat otolisis
C. menunjukkan bagian struktur sel
D. membuat sel lebih kuat dan kera
E. melekatkan kuman diatas gelas kaca
16. Zat warna tersebut dibawah ini yang tidak bersifat basa adalah…
A. fuksin D. tinta bak eina
B. safranin E. gentian violet
C. biru metilin
17. Berdasarkan konsistensinya media dibagi atas…
A. enrichment. Khusus D. cair, padat, setengah padat
B. cair, padat, setengah cair E. agar darah, endo agar, SS agar
C. selektif, diferensial, khusus
18. Flagella dapat menggerakkan kuman, berpangkal pada…
A. kapsul D. membran sel
B. inti sel E. protoplasma
C. dinding sel
96 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
19. Komposisi dinding sel bakteri yang menyebabkan rigiditas atau kekakuan sel
adalah senyawa…
A. lipoprotein D. asetilmuramat
B. peptidoglikan E. lipopolisakariada
C. lapisan lemak
20. Flagel bakteri berbentuk seperti bennag terdiri dari…
A. lemak D. substansi
B. protein E. karbohidrat
C. polipeptida
21. Benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel dan berfungsi se-
bagai alat melekat pada Inang disebut…
A. pilli D. flagella
B. spora E. dinding sel
C. kapsul
22. Dalam pertumbuhan bakteri, waktu generasi kuman adalah…
A. waktu 24 jam pada temperatur 37◦C
B. waktu yang dibutuhkan satu kuman menjadi dua kuman
C. waktu yang dibutuhkan satu kuman sampai fase stationer
D. waktu yang dibutuhkan sampai fase logaritma
E. waktu yang dibutuhkan kuman untuk membentuk satu koloni
23. Serum, darah dan toksin disterilisasi dengan cara…
A. filtrasi D. uap panas kering
B. perebusan E. air mendidih dengan tekanan
C. uap air mendidih
24. Bakteri yang membelah diri pada satu bidang adalah…
A. sarcina D. stafilokokus
B. tetrakokus E. streptokokus
C. monokokus
25. Fungsi membran sitoplasma adalah…
A. merupakan pembungkus protoplasma
B. memberikan perlindungan terhadap inti
C. menyerap zat warna yang bersifat alkalis
D. berperan penting dalam perkembangbiakan sel
E. mengatur keluar masuknya zat-zat makanan secara selektif
26. Dibawah ini bentuk-bentuk bakteri batang yaitu ...
A.Monobacil, diplobacil, dan streptobacil
B.Monococcus, diplococcus, dan streptococcus
C.Monobacil, Diplococcus, dan strptobacil
D.Staphylococcus, diplobacil, dan streptococcus
E.Sarcina, monobacil, dan streptococcus
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 97
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GASAL
27. Struktur tubuh bakteri yang berperan untuk menjaga bakteri jika kondisi tidak
menguntungkan dilingkungan yaitu...
A.Dinding sel
B.spora
C. membrane sel
D.sitoplasma
E.ribosom
ESSAI TES
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Tuliskan Komposisi dari bouillon
2. Apa yang ananda ketahui tentang pewarnaan Progresif
3. Ph yang sesuai untuk pembuatan media yaitu..
4. Media yang mengandung senyawa esensial termasuk kedalam contoh media.
5. Sterilisasi secara mekanik yaitu dengan cara...
98 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Jenis Bahan-Bahan
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 99
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
100 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
Gambar 6.1 Wadah dan teknik pengambilan bahan contoh pemeriksaan bakteriologi
Dokumentasi pribadi,dibuat tanggal 20 Januari 2020,pukul 10.00 wib
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 101
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
Untuk pemeriksaan di laboratorium persiapan pasien adalah salah satu rangkaian
pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit. Untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium, persiapan pasien adalah salah satu rangkaian pemeriksaan yang ada,
agar diketahui penyebab penyakitnya.
Dalam pemeriksaan di laboratorium persiapan pasien adalah salah satu
rangkaian pemeriksaan, untuk dapat diketahui penyebab dari penyakit tersebut,
memantau perkembangan dari penyakit setelah pemberian obat, dan memastikan
penyebab penyakit yang disebabkan dari tanda-tanda klinisnya. Agar dapat diketahui
penyebab penyakit tersebut, dilakukan pemeriksaan bakteriologi yang bahan
pemeriksaannya diambil dari pasien.
Yang digunakan untuk acuan kepada pasien yang dirawat ataupun dalam
pengobatan adalah hasil pemeriksaan di laboarorium untuk penanganan pasien yang
dirawat atau dalam pengobatan Kesalahan dalam hasil pemeriksaan di laboratorium
bisa diakibatkan dengan beberapa hal. Jika hasil pemeriksaan laboratorium negatif
bukan berarti hasil diagnosa klinisnya salah tapi bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, misalnya cara pengambilan sampel yang tidak tepat, teknik pengiriman
sampel yang salah dll. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang tepat, maka cara
mengambil dan menangani sampel harus dikerjakan dengan benar.
Sampel/ bahan yang mau diperiksa seharusnya diperoleh sebelum obat
dikonsumsi. Jika obat-obatan sudah terlanjur dikonsumsi, seharusnya 1x24 jam
sesudah pemberian antibiotik.
Kadang-kadang dalam pengambilan sampel diperlukan bantuan dari pasien
dalam pengambilan sampel yang diperlukan untuk bahan pemeriksaan dengan
menjelaskan tata cara pengambilan bahan/sampel yang tepat terhadap pasien.
Cara melakukan pengambilan sampel harus bersih dan steril agar terhindar dari
kontaminasi mikroorganisme yang lain
Teknik pengambilan sampel, diambil dari tempat yang mau dilakukan
pemeriksaan atau ada hubungannya dengan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme (harus betul-betul dari tempat untuk pengambilan sampel atau
tempat sampel). Sampel dalam wadah atau tempat harus bersih dan steril, tidak
retak dan pecah, bisa dibuka dan ditutup dengan rapat agar menghindari tidak terjadi
kontaminasi bahan yang mau diperiksa dengan mikroorganisme lainnya.
Sampel secepatnya dikirim ke laboratorium mikrobiologi, sgar segera
diperiksa. Salah dalam memilih sampel/ bahan di falam mengambil dan mengirim
dapat menjadikan hasil yang tidak sesuai serta bisa mempengaruhi pengobatan yang
diberikan kepada pasien.
Dalam mengambil sampel harus melihat kenyamanan pasien, juga harus
diberikan pemahaman yang tepat kepada pasien dalam pengambilan Sampel yang
diambil sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
Alat pengambilan spesimen harus dipersiapkan sebelum pengambilan
spesimen. Misalnya : wadah/ tempat spesimen, label, media yang digunakan baik
media padat maupun media cair. Peralatan yang digunakan pada saat pengambilan
sampel dan wadah sampel harus bersih dan steril agar tubuh pasien terhindar dari
infeksi dan menghindari adanya kesalahan hasil pemeriksaan (hasil dari pemeriksaan
betul-betul berasal sampel/ bahan dan alat yang digunakan dalam pengambilan
sampel atau tempat sampel). Misalnya, alat yang digunakan adalah: spuit, wadah/
tempat sampel, kapas lidi, dan spatel.
102 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pemeriksaan di laboratorium menggunakan bahan/ sampel yang bentuknya
berbeda-beda berdasarkan jenis penyakit pasien. Sampel/ Spesimen dapat berasal
dari kiriman atau tempat lain maupun pengambilan di tempat pemeriksaan. Sampel
dapat berupa darah, urine, feses, rectal swab, sputum, pus, makanan, minuman, dan
air.
Tabel 6.1 Macam sampel dan bakteri penyebab penyakit
No Macam sampel Bakteri penyebab penyakit
2. Sampel sputum
untuk tujuan pemeriksaan BTA Cara pengambilan bahan sputum
a. sputum sewaktu yaitu sputum yang dikeluarkan ketika si penderita
datang untuk melakukan pemeriksaan
b. sputum pagi hari yaitu sputum yang dikeluarkan waktu bangun pagi
c. sputum tampung yaitu sputum yang dikeluarkan selama 24 jam
3. Sampel feses
Jumlah feses diambil secukupnya, misalnya pemeriksaan Salmonella
Shigella, Cholera. Feses mengandung eritrosit serta lendir
4. Sampel pus
diambil secukupnya dengan alat yang steril
5. Sampel urin
ditampung dalam wadah dan ditutup rapat
6. Sampel air
untuk mengetahui kualitas air
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 103
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Periode pengambilan sampel
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang benar rentang waktu
pengambilan sampel perlu diperhatikan
Misalnya:
1. Pemeriksaan tersangka demam typoidfever (Thypus abdominalis)
a. pembiakan kultur, diambil darah tersangka pada hati ke tujuh dari
penderita
b. untuk kepentingan tes Widal diambil darah tersangka pada minggu II dari
penderita
c. untuk kepentingan kontrol (pada penderita yang sudah sehat) diperoleh
feses sebagai bahan pemeriksaan. Ini digunakan untuk menghindari
adanya penularan kepada manusia yang lainnya, walaupun secara klinis
pasien dinyatakan sudah sehat, kemungkinan di dalam tubuhnya masih
mengandung bakteri typus khususnya dalam tinja. Ini dinyatakan sebagai
pembawa.
2. Pengambilan bahan untuk pemeriksaan toxicologi diambil segera, biar
ditemukan spesimen penyebab keracunan. Bahan pemeriksaan ini diambil
yaitu:
a. makanan yang tersisa
b. muntahan
c. specimen yang dicurigai sebagai penyebab keracunan
Takaran sampel/ bahan pemeriksaan yang digunakan
Takaran sampel/ bahan yang diambil harus sesusi dengan prosedur
pemeriksaan yang diminta, ini penting supaya hasil pemeriksaan yang dilakukan
tepat dan bahan/ sampel tidak banyak yang dibuang. sampel diambil secukupnya
dengan cara yang benar agar didapatkan hasil yang baik
Cara kerja:
a. Pasang torniquit di atas lipatan siku
b. Raba vena yang mau diambil dan bersihkan dengan
kapas alkohol, tunggu kering
c. Tusuk vena yang mau diambil dengan spuit steril, ambil darah
d. Masukkan darah ke dalam wadah
104 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
e. Tempat pengambilan darah ditutup dengan plester untuk mencegah
infeksi
f. Sampel
darah
ditumbuhkan
dalam
media
khusus, umumnya
media berbentuk cair
g. Media yang sudah tercampur darah disimpan dalam inkubator untuk
menmbuhkan bakteri
h. Jika hasil kultur darah positif, yang menandakan adanya bakteri di
dalam darah
i. Dilanjutkan dengan melakukan tes resistensi bakteri terhadap antibiotik
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 105
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
106 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
1. Sampel air kran
a. Bersihkan kran menggunakan kapas alkohol
b. Buka kran hingga air keluar dari kran air biarkan biarkan air mengalir
selama 2 menit
c. Gunakan kapas lidi yang telah dibasahi dengan larutan etil alkohol sebagai
disinfektan pada mulut kran.
d. Kertas pembungkus botol dan pengikat tali dibuka
e. Tutup botol dibuka dengan tangan kiri, tangan kanan pegang botolnya,
untuk mencegah mikroorganisme yang masuk kedalam botol
f. Penutup botol dipegang, air krandiisi hanya ¾ bagian botol (dengan
menyisakan udara diatasnya) agar bisa ditutup sebelum diperiksa
g. Botol ditutup dengan hati-hati
h. Bungkus bagian tutup botol dengan kertas steril
i. Leher botol diikat pakai tali, lalu botol ditempel label dan catat suhu air
tersebut
2. Air sumur
a. Buka botol yang dibalut dengan kertas steril, cuci pakai etanol 70%,
setelah itu tutup botol dibuka dan letakkan diatas kertas yang dilapisi
botol.
b. Mulut botol mengarah ke atas, masukkan botol ke sumur pelan-pelan,
botol jangan menyentuh dinding sumur. Masukkan seluruh botol ke sumur
hungga dasar.
c. Botol yang sudah penuh dengan air tarik berlahan, kemudian buang sedikit
air yang ada di dalam botol.
d. Botol ditutup, bungkus pakai kertas steril, ikat dengan tali pada bagian
leher botol, kemudian beri label.
3. Air sungai atau danau
a. Pada bagian bawah botol dipegang, masukkan ke air sungai atau air danau
dengan leher botol mengarah ke bawah, masukkan botol tersebut hingga
mencapai kedalaman ± 20 cm
b. Kemudian botol diangkat dari dalam air sungai
c. Air sungai yang sudah masuk ke botol ditutup, dibungkus dengan kertas,
ikat pakai tali bagian leher botol tersebut, km keringkan beri tanda pada
botol
D. Pengiriman sampel (bahan pemeriksaan)
MATERI PEMBELAJARAN
108 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara penanganan dan pengiriman spesimen
Sampel dikirim secepatnya kurang dari satu hari. Sebelum dikirim, sampel air
disimpan dalam refrigator. Jika pengiriman Sampel lebih 180 menit, spesimen dikirim
dalam keadaan dingin suhu 4-100C. Sampel air yang dikirim dibungkus dengan rapat.
Botol disusun dalam kotak kayu yang telah diberi tanda atas dan bawah, kemudian
kotak kayu diberi penyangga (kayu) untuk menjaga agar botol tetap menghadap ke atas.
Dapat juga digunakan wadah dari metal dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran
botol tersebut untuk menghindari tumpah atau pecahnya botol sampel tersebut.
Wadah yang telah dibungkus, kemudian cantumkan alamat yang dituju dengan jelas.
Pengiriman Spesimen dilakukan dengan memperhatikan syarat pengiriman spesimen.
Spesimen dikirim dengan surat pengantar
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 109
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
110 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Laporan Praktikum
CONTOH SOAL
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 111
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
112 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
secukupnya dengan cara yang benar agar didapatkan hasil yang baik
7. Untuk pemeriksaan Widal tidak perlu ditambah antikoagulan karena akan
diambil serumnya. Khusus untuk pemeriksaan Salmonella, diambil sampel
darah sebanyak 5 ml kemudian dibagi dua: 2,5 ml untuk pemeriksaan
Widal tidak ditambah apa-apa sedang 2,5 ml sisanya ditambah larutan
garam empedu steril untuk pemeriksaan bakteri
8. Untuk bahan pemeriksaan feses cara pengambilan samplenya adalah
dengan mengambil 4-10 gram tinja diletakkan di wadah yang bersih dan
bebas mikroorganisme, kemudian bungkus dan tutup, setelah itu dikirim
ke laboratorium
9. Pengiriman feses dapat dilakukan dengan cara: 2-3 gram feses segar
ditambah bahan lain yang berisi nanah, darah dan lendir diletakkan di atas
kertas saring lalu diratakan dengan diameter beberapa cm, lalu dikeringkan
di udara jangan kena sinar matahari dan jangan sampai dihinggapi lalat.
Setelah kering, kertas saring dibungkus dengan kertas karton baru dikirim
ke laboratorium
10. Sampel dikirim secepatnya. Sebelum dikirim, sampel disimpan dalam
refrigator.
TUGAS MANDIRI
Tugas para siswa adalah menulis teknik pengambilan bahan/ sampel untuk
pemeriksaan bakteriologi dengan seksama dan teliti. Tugas dikerjakan dalam
bentuk format laporan yang telah ditentukan.
PENILAIAN AKHIR
REFLEKSI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 113
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
INOKULASI DAN INKUBASI
VII
BAB VII INOKULASI DAN INKUBASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik diharapkan mengetahui teknik Inokulasi dan Inkubasi dengan baik
dan benar setelah mempelajari Inokulasi dan Inkubasi
PETA KONSEP
KATA KUNCI
114 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Inokulasi
1. Pengertian Inokulasi
Inokulasi pada bakteri adalah kegiatan dalam memperbanyak
jumlah bakteri. Yang harus diperhatikan dalam inokulasi bakteri adalah
kontaminasi media dari udara yang banyak mengandung mikro organisme.
Peralatan yang digunakan dalam inokulasi juga harus Steril. Selain itu, pada
saat inokulasi harus diperhatikan bahwa alat–alat yang digunakan dalam
inokulasi harus steril agar tidak terjadi kontaminasi. Media yang digunakan
untuk inokulasi harus berisi nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan
bakteri. Proses inokulasi harus dilakukan dengan tingkat ketelitian yang
tinggi.
2. Peralatan Inokulasi
Peralatan yang digunakan dalam inokulasi bakteri adalah :
a. Ose
Ose ada 2 macam yaitu ose cincin dan ose jarum. Ose dapat terbuat
dari kawat platina, panjangnya kira-kira 5 cm. Pada ose cincin ujungnya
membulat dengan diameter 3-4 mm sedangkan ose jarum ujungnya
lurus, gagangnya sebagai tempat pegangan dapat dibuat dari tembaga/
kuningan atau kaca. Kawat platina ini jika dipanaskan cepat membara
dan cepat juga dingin.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 115
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
a. Tabung reaksi
Terbuat dari kaca digunakan untuk menumbuhkan mikroba
116 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Cawan petri
Terbuat dari kaca digunakan unuk membiakan mikro organisme
c. Pipet tetes
Digunakan unuk mengambil cairan
d. Laminar AirFlow
Tempat penanaman media sehingga didapatkan kondisi yang steril
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 117
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
e. Inkubator
Tempat pembiakan/ pengeraman bakteri dengan suhu tertentu
118 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
f. Spreader
Alat yang digunakan untuk meratakan mikroba di atas media agar
3. Teknik Inokulasi
Untuk mengisolasi bakteri dari suatu Spesimen (bahan
pemeriksaan) dilakukan dengan menanam spesimen tersebut dalam suatu
media.
Ada beberapa cara inokulasi (penanaman) pada media yaiu :
Cara goresan
Cara ini dilakukan pada media padat bentuk cawan petri. Hasil
inokulasi pada media akan terlihat dengan tumbuhnya koloni yang terpisah
pada garis–garis goresan. Terbentuknya koloni yang terpisah menandakan
bahwa inokulasi dengan teknik goresan dilakukan dengan baik. Teknik
goresan ini merupakan cara paling praktis dalam inokulasi bakteri.
1) Goresan silang
Bahan (spesimen) yang hendak diperiksa diambil menggunakan ose
cincin lalu buat goresan mulai dari kiri ke kanan yang sejajar.
Selanjunya buat lagi beberapa goresan yang menyilang goresan-
goresan tadi.
2) Goresan Zig-zag
Bahan (spesimen) yang hendak diperiksa diambil menggunakan
ose cincin lalu buat goresan secara zig-zag
a. Cara Apusan
Bahan (spesimen) yang hendak diperiksa diambil menggunakan
ose cincin. kemudian sentuhkan pada media Dengan menggunakan
spatel specimen tadi, disebarkan di atas permukaan media sehingga
memenuhi seluruh permukaan media.
b. Cara taburan
Cara taburan biasanya digunakan untuk mengisolasi kuman dalam
air/ makanan/ minuman. Isolasi biasanya menggunakan media cair
dengan cara pengenceran.
c. Caratusukan
Bahan (spesimen) yang hendak diperiksa diambil menggunakan ose
jarum kemudian tusukan ujung jarum ose ke dasar media
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 119
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
120 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
B. Inkubasi
1. Pengertian
Inkubasi adalah pengeraman mikroba setelah di inokulasi pada media
baik media padat, media cair maupun media semisolid. Untuk media padat
yang menggunakan cawan petri, ketika dimasukan kedalam inkubator posisi
media harus diletakkan dengan posisi terbalik supaya terhindar dari adanya
uap air yang memenuhi tutup cawan petri yang merupakan hasil penguapan
media selama di inkubasi. Media cawan petri harus dibungkus dengan kertas
agar tidak ada kontak dengan udara. Pada saat pengeraman suhu, inkubator
harus sesuai dengan suhu pertumbuhan optimum bakteri yaitu 370C. Pada
bakteri, pembelahan selnya hanya memerlukan waktu sekitar 20 menit
dikarenakan susunan sel tubuhnya lebih sederhana. Setelah inkubasi, sel–
sel akan memperbanyak diri akan membentuk masa sel yang disebut koloni.
Koloni yang tumbuh merupakan biakan murni dari satu jenis mikro organisme.
2. Pertumbuhan bakteri
Hasil pertumbuhan bakeri pada media padat di dalam cawan petri
akan terlihat pertumbuhan bakteri di tempat bekas goresan inokulasi.
Pertumbuhan bakteri ditandai dengan terbentuknya koloni pada bekas
inokulasi. Pada media padat dalam tabung bakteri tumbuh ke atas pada bekas
tempat tusukan dengan ose jarum. Pada media cair pertumbuhan bakeri
ditandai dengan media menjadi sedikit keruh dan permukaan akan tampak
putih seperti awan.
Fase pertumbuhan bakteri
Ketika bakteri ditanam dalam media baru bakteri tersebut memerlukan
waktu untuk menyesuaikan diri dengan media. Jika kondisi media mendukung
untuk pertumbuhannya, maka bakteri akan berkembang biak mulai dari
pembelahan diri yang lambat sampai meningkat menjadi cepat.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 121
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
122 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Hasil inokulasi bakteri pada media setelah Inkubasi
Gambar 7.14 Pertumbuhan bakteri pada media setelah di inkubasi ditandai dengan pembentukan koloni
Sumber : Dokumentasi pribadi praktikum mikrobiologi tanggal 12 November 2019 pukul 12.30wib
Gambar 7.15 Pertumbuhan bakteri pada media setelah di inkubasi ditandai dengan pembentukan koloni
Sumber : Dokumentasi pribadi praktikum mikrobiologi tanggal 12 November 2019 pukul 13.00 wib
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 123
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
124 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Inokulasi
Prosedur : 1. Melakukan Inokulasi bakteri pada media
2. Menginkubasi media selama 1 x 24 jam
Tujuan :
Tehnik Inokulasi:
Media :
Bahan :
Alat :
Cara kerja pembiakan media perbenihan/ Enrichment : Cara
kerja pembiakan bakteri pada media :
Lembar kerja siswa
Inokulasi
Prosedur :
1. Pengamatan bakteri yang sudah di inkubasi
2. Mengisi lembar pengamatan pada lembar kerja siswa
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 125
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CAKRAWALA
Gambar
Hasil petumbuhan
Nama Media Tehnik Inokulasi hasil pertumbuhan
pada media
bakteri
CAKRAWALA
126 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CONTOH SOAL
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 127
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
TUGAS MANDIRI
PENILAIAN AKHIR
REFLEKSI
128 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
PROTOZOA
VIII
BAB VIII PROTOZOA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
PROTOZOA
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 129
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
Protozoa adalah hewan bersel satu (tunggal) yang terdiri dari inti dan sitoplasma,
tiap protozoa merupakan satu kesatuan yang lengkap baik dalam susunan maupun
dalam fungsinya.
A. Morfologi
Struktur dari sel Protozoa terdiri dari 2 bagian :
1. Sitoplasma dan
2. Nukleus (inti)
1. Sitoplasma
Sitoplasma terdiri dari :
Ektoplasma yaitu bagian luar bersifat padat yang terdiri dari lapisan jernih
dan homogen dengan struktur yang elastis dengan fungsinya sebagai berikut.
a. alat pergerakan yaitu dengan cara membuat:
1) Pseudopodia pada kelas Rhizopoda;
2) Cillia pada kelas Cilliata; dan
3) Flagella pada kelas Mastigophora (flagellata).
b. Mengambil makanan
Makanan cair diserap secara osmosis sedang makanan padat melalui
sitostoma (mulut) masuk ke ektoplasma dan selanjutnya akan ke
endoplasma.
c. Ekskresi
d. Bahan yang tidak berguna lagi dalam bentuk cairan dikeluarkan secara
difusi apabila bahan padat, maka dikeluarkan dari endoplasma ke
ektoplasma kemudian bahan tersebut dilepaskan
e. Respirasi
Ektoplasma sebagi tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida
(pernafasan)
f. Mempertahankan diri
Ektoplasma akan melindungi bagian yang lebih dalam. Pada stadium
tropozoid ektoplasma berbentuk selaput tipis yang tidak memberi bentuk
tetap. Ektoplasma membentuk selaput yang keras pada stadium kista
yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap zat yang terdapat di saluran
pencernaan Endoplasma adalah bagian dalam dari sel, tidak jernih yang
berbutir–butir dan didalamnya terdapat inti. Di dalam endoplasma ini
terdapat vakuola makanan, cadangan makanan, vakuola kontraktil, dan
benda kromatin. fungsi utama endoplasma adalah mencerna makanan
dan menyimpan makanan.
C. Reproduksi
Protozoa mempunyai dua cara reproduksi (berkembang biak) yaitu :
1. Cara aseksual
130 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
2. Cara seksual
1. Cara aseksual
Pada pembiakan aseksual pembelahan dimulai dari nukleus lalu sitoplasma.
Biasanya, parasit akan membelah satu menjadi dua, cara ini disebut belah
pasang.
2. Cara seksual
Pada pembiakan seksual berupa perkawinan antara mikrogametosit dan
makrogametosit. Setelah terjadi pembuahan, terbentuk zigot dan membelah
menjadi banyak sporozoit, proses ini disebut sporogoni.
Klasifikasi Protozoa
Filum PROTOZOA
Balantidium
T.hominis P.falciparum
Spesies E.histolitica coli
E.coli T.vaginalis P.vivax
E.ginggivalis T.tenax P.ovale
Endolimax nana C.mesnili P.malariae
I.butschili T.gruzy I.hominis
D.fragillis T.rhodisiense I.belli
T.gambiense E.gubleri
L.donovani
L.tropica
L.brazilliensis
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 131
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Klasifikasi Protozoa
Protozoa yang berperan sebagai parasit dan mempunyai arti penting dalam
bidang kedokteran digolongkan menjadi:
1. Kelas Rhizopoda;
2. Kelas Flagellata (Mastigophora);
3. Kelas Cilliata; dan
4. Kelas Sporozoa.
1. KELAS RHIZOPODA
a. Entamoebahistolytica
Penyebaran
Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia, tapi lebih banyak di daerah
tropis dan subtropis daripada di daerah beriklim sedang.
Penyakit
Amoebiasis adalah penyakit disentri yang disebabkan amoeba
Hospes
Hospes dari parasit ini adalah manusia. Hospes Reservoar parasit ini
adalah kera, anjing dan tikus liar
Habitat
Habitat dari parasit ini ada di usus besar hospes defenitif
Morfologi
Stadium perkembangan Entamuba histolytica :
1) Stadium Tropozoid (stadium pertumbuhan )
132 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Stadium kista
Stadium kista dibentuk dari stadium tropozoid yang beredar dalam
rongga usus besar manusia. Di dalam rongga usus besar stadium
tropozoid dapat berubah menjadi stadium berinti 1 (enkistasi),
kemudian membelah menjadi inti 2 dan akhirnya berinti 4 ditemukan
benda kromatin berbentuk seperti lisong yang menyerupai cerutu
didalam endoplasma, terdapat vakuola glikogen. Pada kista inti 1 dan
2 masih ditemukan benda kromatin dan vakuola glikogen bersifat
tidak pathogen sedangkan pada kista inti 4 benda kromatin dan
vakuola glikogen tidak ditemukan dan bersifat infektif.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 133
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara Penularan
Melalui makanan/ minuman yang terkontaminasi kista inti 4
Siklus hidup
Infeksi pada manusia terjadi apabila memakan kista inti 4, dirongga
usus halus kista mengalami ekskistasi menjadi bentuk minuta masuk ke
usus besar menjadi bentuk histolytica bentuk ini dapat menghancurkan
usus besar dan jaringan dengan enzim histolin yang dikeluarkannya dari
jaringan mukosa yang sudah rusak lalu masuk ke jaringan sub mukosa di
dalam jaringan ini stadium histolytica memperbanyak diri dengan belah
pasang. Bentuk histolytica ini selain dapat terbawa ke alat-alat di luar
saluran pencernaan juga dapat masuk ke pembuluh darah .
Di usus besar, bentuk histolytica akan menjadi bentuk minuta dan
bersifat komensal kemudian bentuk minuta akan berubah menjadi bentuk
kista inti 1 dan keluar bersama feses.
Patologi dan gejala Klinis
Ketika bentuk histolytica dalam mukosa usus besar mengeluarkan enzim
histolin dapat menghancurkan jaringan disekitarnya dan membentuk ulkus.
Komplikasi berupa perdarahan, abses, ganggren usus dapat terjadi apabila
parasit ini merusak sampai lapisan muskularis bahkan sampai ke lapisan
serosa hingga terjadi parforasi.Tinja yang dikeluarkan dari tubuh penderita
akan bercampur dengan lender dan darah. Infeksi sekunder dapat terjadi
karena adanya kerusakan jaringan yang luas dilapisan submukosa sehingga
parasit dapat masuk ke dalam pembuluh darah dan kelenjar limpa yang
ada di lapisan submukosa.
Pemeriksaan Laboratorium
1) Sediaan langsung dengan pewarnaan
Bahan :tinja
Reagen : lugol kista 1%
Cara kerja :
a) Sediakan objek glass yang bersih dan kering
b) Ambil feses seujung lidi letakkan di atas objekglass
c) Tambahkan 1 tetes reagensia lugol kista 1% di samping feaces
d) Homogenkan dan tutup dengan deckglass
e) Lihat di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif
10x atau 40x
2) Tes Radiologi
3) Tes imuno-serologi
134 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pengobatan
1) Emetinhidroklorida
2) Klorokuin
3) Tetrasiklin dan eritromisin
d) Metronidazol
Pencegahan
1) Tidak memakan makanan mentah (sayuran, daging, ikan, dan buah
sebelum di cuci dahulu
2) Minum air yang sudah dimasak
3) Menjaga kebersihan diri
(membiasakan diri cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta
buang air besar)
4) Tidak menggunakan tinja manusia sebagai pupuk
b. Entamoebacoli
Penyebaran
Parasit ini tersebar luas di seluruh dunia, juga terdapat di indonesia
Penyakit
Amoebiasis, disentri amoeba
Hospes
Hospes dari parasit ini adalah manusia
Habitat
Hidupnya bersifat komensal di dalam rongga usus
Morfologi
1) StadiumTropozoid
Mempunyai ukuran 15 -30 mikron, mempunyai 1 inti entamoeba
dengan kariosom yang besar, Ektoplasma hanya terlihat bila
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 135
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Stadiumkista
Mempunyai ukuran 15-20 mikron. Kista inti 1 dan 2 mempunyai
vakuola kecil dengan benda kromatin berbentuk seperti jarum. Pada
kista inti 8, tidak memiliki vakuola dan benda kromatin.
Gambar kisa Entamuba coli di bawah mikroskop
Cara infeksi
Penularan Terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar kista
amoeba.
Siklus hidup
Siklus hidup Entamoeba coli sama dengan siklus hidup Entamoeba
histolytica hanya saja tanpa penjalaran ekstraintestinal.
Pemeriksaan Laboratorium:
a) Sediaan langsung dengan pewarnaan
Bahan :tinja
Reagen : lugol kista 1%
Cara kerja :
(1) Sediakan objek glass yang bersih dan kering
(2) Ambil feses seujung lidi letakkan di atas objekglass
(3) Tambahkan 1 tetes reagensia lugol kista 1% di samping feses
(4) Homogenkan dan tutup dengan deckglass
(5) Lihat di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif
10x atau 40x
b) Tes Radiologi
c) Tes imunoserologi
Pencegahan
a) Tidak memakan makanan mentah (sayuran, daging, ikan, dan buah)
sebelum di cuci dahulu
b) Minum air yang sudah dimasak
c) Menjaga kebersihan diri
(membiasakan diri cuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta
buang air besar )
136 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
c. Entamoeba Ginggivalis
Penyebaran
Infeksi rata-rata Entamoeba Ginggivalis dapat dijumpai pada penderita
penyakit gusi
Penyakit
Entamoeba Ginggivalis bersifat pathogen karena dapat berinvasi kejaringan
ginggiva dan dapat mensitolisis
Hospes
Hospes dari parasit ini adalah manusia
Habitat
Hidup disela-sela gigi terutama pada mulut yang kotor
Morfologi
1) Stadium tropozoid
Mempunyai ukuran 10 – 20 mikron, bergerak dengan pseudopodia
Endoplasma bergranuler didalamnya terdapat bakteri dan sisa
makanan, tidak mengandung sel darah merah, Ektoplasma jernih.
Cara Infeksi
Menelan zat yang telah terkena dan membawa Entamuba ginggivalis
Patologi dan gejala Klinis
Terjadi Ginggivitis yaitu peradangan yang mengenai hanya jaringan
ginggiva dimana terjadi perubahan warna pada ginggiva menjadi merah
konsistensi ginggiva mengalami perubahan, perubahan tekstrur ginggiva.
Pemeriksaan Laboratorium :
1) Sediaan langsung dengan pewarnaan
Bahan :feses
Reagen : lugol kista 1%
Cara kerja :
a) Sediakan objek glass yang bersih dan kering
b) Ambil feses seujung lidi dan letakkan di atas objekglass
c) Tambahkan 1 tetes reagensia lugol kista 1% di samping bahan
d) Homogenkan dan tutup dengan deckglass
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 137
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
d. Endolimaxnana
Hospes
Manusia bertindak sebagai hospes dari parasit Endolimax nana
Habitat
Hidup dalam rongga usus besar manusia
Morfologi
1) Bentuk tropozoid
Mempunyai ukuran 6-12 mikron, memiliki ini endolimax, Endoplasma
halus, bergranula, mempunyai vakuola makanan yang mengandung
bakteri, memiliki pseudopodia yang pendek.
2) Bentuk kista
Berbentuk oval, dinding kista tipis, batang kromidial tidak ada, jumlah
inti 1-4, kista matang mengandung 4 inti.
138 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara Infeksi
Cara infeksi terjadi dengan menelan kista matang inti 4 yang terdapat
pada makanan/ minuman
Patologi dan gejala klinis
Endolimax nana bersifat komensal (non patogen)
Pemeriksaan Laboratorium :
1) Sediaan langsung dengan pewarnaan
Bahan :tinja
Reagen : lugol kista 1%
Cara kerja :
a) Sediakan objek glass yang bersih dan kering
b) Ambil feaces seujung lidi letakkan diatas objekglass
c) Tambahkan 1 tetes reagensia lugol kista 1% di samping feses
d) Homogenkan dan tutup dengan deckglass
e) Lihat di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif
10x atau 40x
2) Tes Radiologi
3) Tes imuno-serologi
e. Iodomoebabutschlii
Hospes
Manusia bertindak sebagai hospes defenitif dari parasit Iodomoeba
butschlii, sedangkan babi dan primata lain merupakan hospes reservoir
Habitat
Hidup di lumen usus besar manusia
Morfologi
1) Stadium tropozoid
Mempunyai ukuran 8-20 mikron,endoplasma mempunyai vakuola
makanan yang mengandung bakteri dan butir lain, memiliki inti yang
besar di dalamnya terdapat kariosom yang besar dan bulat yang
terletak di tengah dan dikelilingi globuler yang refraktil, pseudopodia
yang tidak jelas, gerakannya sangat lambat.
Gambar stadium tropozoid Iodomoeba butschlii
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 139
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Stadium kista
Bentuknya bulat, mempunyai ukuran 5-20 mikron terdapat nucleus,
endoplasma memiliki vakuola glikogen yang besar.
Cara Infeksi
Cara infeksi terjadi dengan menelan kista matang inti 4 yang terdapat pada
makanan/ minuman.
f. Dientamoeba fragilis
Hospes
Manusia bertindak sebagai hospes dari parasit Dientamoeba fragilis
Habitat
Protozoa ini hidup komensal di dalam kripti mukosa dan rongga cecum
dan usus besar
Morfologi
Hanya mempunyai stadium tropozoid
1) Stadium tropozoid
Ektoplasma jernih mempunyai pseudopodia, endoplasma halus
bergranula, mempunyai 2 inti, yaitu inti dientamuba
140 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. KELAS CILLIATA
Kelas Cilliata mempunyai satu spesies yaitu Balantidium coli yang
memiliki badan yang diliputi oleh silia yang dapat bergerak terdiri dari benang
yang berasal dari ektoplasma yang pendek dan halus.
a. Balantidium coli
Hospes
Hospes dari Balanidium coli adalah babi, tikus, kera parasit ini jarang
ditemukan pada manusia
Penyakit
Penyakitnya pada manusiadisebut Balantidiasis atau disentri Balantidium
Penyebaran
Penyebaran parasit ini hampir di seluruh dunia yang beriklim subropik dan
tropik dan merupakan parasit pada babi. Pada manusia parasit ini jarang
ditemukan
Morfologi
1) Stadiumtropozoid
Ukuran 60-70 mikron, bentuk lonjong, bagian anterior yang agak
menyempit seperti corong yang berfungsi sebagai mulut yang disebut
sitostom yang dilengkapi sillia fungsinya untuk mengambil makanan
sedangkan bagian posterior bentuknya melebar, diujungnya terdapat
lubang yang disebut cytopage yang berfungsi mengeluarkan zat-zat
yang tidak berguna lagi dan badan dikelilingi silia.
2) Stadium kista
Bentuk bulat, ukuran 5-60 mikron, dinding terdiri dari 2 lapis, terdapat
silia serta memiliki makronukleus.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 141
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara infeksi
Penularan terjadi karena memakan daging babi yang mengandung kista
Balantidium coli
Siklus hidup
Daging babi yang mengandung kista termakan oleh manusia. Di usus halus,
kista mengalami enkistasi menjadi bentuk tropozoid dan berkembang
membentuk koloni di selaput lendir usus besar.
Stadium kista dan stadium tropozoid dapat ditemukan di dalam tinja.
Patologi dan Gejala klinik
Stadium tropozoid mengeluarkan enzim sitolitik yang dapat menyebabkan
ulkus diselaput lendir usus besar dan dapat menyebabkan ganggren dan
kematian. Gejala klinis berupa demam dan sindrom disentri sampai dan
dapat menyebabkan peritonitis, urethritis.
Diagnosis
Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung amubiasis dengan menemukan
stadium tropozoid atau stadium kista dalam tinja.
142 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Leishmania tropica;
3) Leishmania brazilliensis;
4) Trypanosoma gambiense;
5) Trypanosoma rhodiense; dan
6) Tryopanosoma gruzi.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 143
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup
Kista yang masuk kedalam tubuh manusia di usus halus mengalami
enkistasi menjadi bentuk tropozoid dan berpindah ke usus besar.
Dalam perjalanan menuju colon terjadi enkistasi dengan tinja menjadi
padat, sedang dalam tinja cair biasanya ditemukan stadium tropozoid.
Dalam tinja padat ditemukan stadium kista yang berperan untuk
mempertahankan diri.
Patologi dan Gejala Klinis
1) Menimbulkan gangguan fungsi usus dalam penyerapan makanan
terutama penyerapan lemak sehingga terjadi steatohrhoe dan
aviaminosa A, Terjadi gangguan sekresi dari cairan empedu.
2) Penghambatan bilirubin akan menimbulkan gejala kembung,
abdomen akan membesar dan tegang, timbul rasa mual dan
anureksia yang berakibat berat badan menurun dengan tinja
berbau busuk.
Diagnosis
Menemukan stadium tropozoid dalam tinja cair dan stadium kista
pada tinja padat dalam sediaan feses
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan pada penderita Giardiasis :
1) Metronidazol
2) Chloroquin
3) Atebrin dan Acrini
2) Chilomastixmesnili
Habitat
Hidup di dalam caecum manusia
Morfologi
a) StadiumTropozoid
Bentuk seperi buah pear dengan ujung runcing, ukuran 6- 20
mikron, Mempunyai 1 inti dari bleparoplas keluar 3 flagel dibagian
anterior, 1 flagela di dalam sitostoma serta tidak mempunyai
membrane bergelombang dan axotyl.
144 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b) Stadium kista
Bentuk seperti jeruk, ukuran 6-10 mikron, terdiri dari 1 lapisan yang
tebal dan tidak berwarna, mempunyai 1 inti.
Siklus hidup
Siklus hidup Chilomastix mesnili sama dengan siklus hidup Giardia
lamblia
Cara Penularan
1) Melalui makanan/ minuman
2) Serangga (lalat, semut, kecoa)
Gejala klinis
Parasit Chilomastic mesnili tidak memberikan gejala klinis (non
pathogen)
3) Trichomonasvaginalis
Penyebaran
Penyebaran parasit ini hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia
Habitat
Pada wanita habitat di vagina, pada pria habitat di prostat dan uretra
Morfologi
Bentuknya lonjong, mempunyai ukuran 15-20 mikron. Sitoplasmanya
kecil dan terletak pada anterior. Inti berbentuk lonjong Mempunyai 4
flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada tepi membran
bergelombang.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 145
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup
Stadium tropozoid masuk ke dalam tubuh manusia melalui
hubungan seksual. Parasit ini hidup pada mukosa vagina dengan
memakan lekosit dan bakteri. Parasit ini Tidak dapat hidup pada PH
vagina normal (3,8 –4,4)
Cara Penularan
a) Melalui hubungan seksual (secara langsung)
b) Melalui peralatan mandi seperti handuk, spon mandi dan melalui
toilet seat (secara tidak langsung)
Patologi dan Gejala Klinis
Pada infeksi berat dan kronis dapat menyebabkan vaginitis,
auretritis, prostatitis. Pada wanita menimbulkan gejala flour albus atau
keputihan yang disebut leucorrhoea dengan gejala pruritus vagina
disertai rasa nyeri waktu kencing. Infeksi dapat menjalar menjadi
uretritis. Pada laki-laki umumnya tanpa gejala.
Diagnosis
Pemeriksaan Diagnosa dapat ditegakkan dengan keluhan keputihan,
pruritus vagina ditemukan secret vagina yang berbusa, berbau tak
sedap berwarna kekuning–kuningan atau keabu-abuan dan pada
vagina terlihat hyperemia dan adanya petechie serta bekas garukan
di sekitar vagina. Pemeriksaan laboratorium dapat menemukan
Trichomonas vaginalis dari secret vagina, uretra, dan secret prostat.
4) Trichomonashominis
Habitat
Parasit ini apatogen, berhabitat di rongga usus besar.
Morfologi
a) Stadium tropozoid
146 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
5) Trichomonastenax
Habitat
Dimulut yang kotor dan gigi yang berlubang
Cara infeksi
kontak langsung atau melalui alat makanan, dan minuman dengan
sadium tropozoid
Morfologi
a) Stadium tropozoid
Bentuk lonjong mempunyai ukuran 5-12 mikron, mempunyai
sitostoma kecil, 4 flagel anterior, 1 flagel posterior sepanjang
membran bergelombang, dan benda parabasal.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 147
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosa
Pemeriksaan parasit dengan bahan kerokan mulut
Genus Leishmania
1) Leishmania donovani
Epidemiologi
Parasit ini belum ditemukan di Indonesia Daerah endemic dari
parasit ini amat luas seperti di India, Afrika, Eropa terutama di sekitar
laut tengah, Amerika tengah dan selatan. Parasit ini belum ditemukan
di Indonesia.
Hospes
Hospes defenitif manusia, hospes reservoir anjing serta kucing
sedangkan hospes intermeditenya adalah lalat Phlebotomus
Penyakit
Penyakinya disebut Leishmaniasis visceral atau penyakit Kala azar .
Tipe Kala azar :
a) Tipe klasik Kala azar
Banyak didapatkan di India, terutama menyerang orang dewasa,
reservoir host tidak ada
b) Tipe Infantil Kala azar (Mediterania tipe)
Banyak ditemukan dinegara mediterania, Cina dan Amerika selatan.
Terutama menyerang anak–anak, reservoir host yaitu anjing atau
binatang buas
c) Sudanese Kalaazar
Banyak ditemukan di Negara Afrika, terutama menyerang orang
dewasa. Merupakan tipe yang paling resisten terhadap anti
leishmania drug, oleh karena ini merupakan tipe yang paling
virulen. Reservoir host yaitu binatang–binatang buas.
Morfologi
Genus Leishmania mempunyai 2 bentuk yaitu :
148 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup
Siklus hidup parasit Leishmania ada 2 yaitu :
a) Siklus hidup di dalam tubuh lalat Phlebotomus
Lalat Phlebotomus akan menghisap darah manusia yang
mengandung parasit leishmania, dimana dalam waktu 8 jam parasit
ini menjadi infektif yaitu stadium Leptomonas di dalam lambung
lalat lalu bermigrasi ke kelenjar saliva (liur) lalat Phlebotomus dan
siap ditularkan
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 149
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
1) Leishmania tropica
Epidemiologi
Negara sekitar laut tengah, laut hitam, Afrika, Amerika tengah, Arab,
India, Pakistan merupakan daerah endemik penyakit ini. Di Indonesia
penyakit ini belum pernah ditemukan.
Hospes
Manusia merupakan hospes defenitifnya dan anjing serta hewan
pengerat lainnya merupakan hospes reservoir dari parasit ini.
Sedangkan hospes intermeditenya adalah lalat Phlebotomus
Penyakit
Penyakit disebut Leishmaniasis kulit/ oriental sore/ Bengkak Baghdad.
Ada 2 tipe oriental sore yaitu :
a) Leishmania kulit tipe kering
Yang menyebabkan penyakit menahun
b) Leishmania kulit tipe basah
Yang menyebabkan penyakit akut
Morfologi
Morfologi Leishmania tropica sama dengan Leishmania donovani
Siklus hidup
150 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
3) Leishmania brazilliensis
Epidemiologi
Amerika tengah, dan Amerika Selatan merupakan daerah endemic
penyakit ini. Di Indonesia parasit ini belum ditemukan.
Hospes
Hospes defenitifnya manusia dan tikus merupakan hospes
reservoirnya tikus sedangkan hospes intermeditenya adalah lalat
Phlebotomus
Penyakit
Penyakitnya disebut Leishmaniasis Mucocutaneus/ Espundia
Menurut streinnya
a) Ulkusmexico
Terdapatnya lesi, ulkus kecil-kecil pada telinga penyakitnya
menahun dan parasitnya sedikit, tidak menyebar ke mukosa
lainnya
b) Uta
Parasit ini banyak ditemukan pada lesi yang baru daripada lesi
yang sudah lama dan jarang menyerang ke selaput mukosa
c) Espundia
Ulkus dapat menyebar sampai ke lapisan mukokutis dan kutis
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 151
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Morfologi
Morfologi Leishmania brazilliensis sama dengan Leishmania
donovani
Siklus hidup
Siklus hidup sama dengan Leishmania donovani
Cara Penularan
Cara penularannya sama dengan Leishmania donovani
Patologi anatomi
Timbulnya macula dan papula yang kemudian pecah lalu menjadi
ulkus pada kulit disebabkan karena hyperplasi sel RE Parasit yang
keluar bersama ulkus menimbulkan ulkus baru atau granuloma yang
menyebabkan penyumbatan saluran limfe, hingga terjadi nekrosis.
Infeksi sekunder memperparah penyakit ini apabila bakeri menyebar
ke daerah laring dapat menyebabkan kebisuan
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara :
a) Pemeriksaan parasit dalam ulkus dan biopsy pada ulkus
b) Kultur dalam media NNN
c) Reaksi Imunologi
Pencegahan
a) Pencegahan dapat dilakukan dengan cara imunisasi aktif
b) Pemberantasan vector
c) Penggunaan kelambu waktu tidur.
Genus Trypanosoma
1) Trypanosoma rhodesiense
Epidemiologi
Parasitnya ditemukan di daerah Afrika, penyakit yang disebabkan
Trypanosoma rhodiense sangat jarang tapi berbahaya. Hospes
perantaranya hidup di hutan savana
Hospes
Hospes parasit ini manusia. Hospes reservoir adalah hewan liar
sedangkan Hospes perantara nya adalah lalat Glosina morsitans
Penyakit
Tripanosomiasis Afrika/ Afrika sleeping sickness
Morfologi
Genus Trypanosoma mempunyai 2 stadium yaitu :
a) StadiumTrypanosoma
Berukuran 14–33 mikron, seluruh tubuhnya terdapat
membran bergelombang, mempunyai 1 flagella pada ujung
anterior, kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema,
letak nucleus di tengah. Bentuk ini terdapat dalam hospes
perantara
152 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b) Stadium Kritidia
Berukuran antara 14–20 mikron, membran bergelombang
terdapat pada bagian tubuh ke anterior, kinetoplas letaknya lebih
ke tengah dengan axonema, letak nucleus di tengah–tengah,
terdapat granula spesifik. Hidup dalam tubuh manusia.
Siklus hidup
Siklus hidup parasit Trypanosoma ada 2 yaitu :
a) Siklus hidup di dalam tubuh lalat Glosina
Trypanosoma infektif terhisap oleh lalat Glosina morsitans
mengalami metamorfosa menjadi bentuk kritidia lalu menuju ke
dalam kelenjar air liur dan siap ditularkan ke manusia
b) Siklus hidup di dalam tubuh manusia
Kritidia mulai masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
vector Glosina morsitans. Kritidia mengalami metamorfose
menjadi trypanosome. Trypanosoma mulai berkembangbiak
dengan cara membelah dua dan siap ditularkan dalam darah.
Cara Penularan
Melalui gigitan lalat Glosina morsitans Melalui transfusi darah,
suntikan
Patologi anatomi
Pada porte d’entrée (kulit) menimbulkan inflamasi, Trypanosoma
masuk ke pembuluh darah dan terjadi parasitemia. terjadi pembesaran
hati dan limpa (hepatosplenomegali). Parasit dapat menyerang otak
dan dapat menyebabkan kematian (sleeping sickness).
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan cara :
a) Pemeriksaan parasit dalam sediaan darah
b) Biopsy kelenjar dan cairan sum-sum tulang
c) Secara imunologi
Pencegahan
a) Pemberantasan vector dengan insektisida
b) Personal hygiene
c) Imunisasi
2) Trypanosoma gambiense
Epidemiologi
Parasitnya ditemukan di daerah Afrika barat biasanya di daerah
pedalaman.
Hospes
manusia merupakan hospes dari parasit ini. Hospes reservoir adalah
sapi, babi, kambing. sedangkan Hospes perantaranya adalah lalat
Glosinapalpalis.
Penyakit
Penyakitnya disebut sleeping sicknes
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 153
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Morfologi
Genus Trypanosoma mempunyai 2 stadium yaitu :
a) StadiumTrypanosoma
Mempunyai ukuran 14 – 33 mikron, diseluruh tubuh terdapat
membran bergelombang, mempunyai 1 flagella pada ujung
anterior, kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema,
letak nucleus di tengah. Bentuk ini terdapat dalam hospesperantara
b) Stadium Kritidia
Berukuran antara 14–20 mikron, membran bergelombang
terdapat pada bagian tubuh ke anterior, kinetoplas letaknya lebih
ke tengah dengan axonema, letak nucleus di tengah–tengah,
terdapat granula spesifik. Hidup dalam tubuh manusia.
Siklus hidup
Siklus hidup parasit Trypanosoma ada 2 yaitu :
a) Siklus hidup di dalam tubuh lalat Glosina
Trypanosoma infektif terhisap oleh lalat Glosina palpalis
mengalami metamorfosa menjadi bentuk kritidia menuju ke
kelenjar air liur lalat dan siap ditularkan ke manusia
b) Siklus hidup di dalam tubuhmanusia
Kritidia mulai masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
vector Glosina palpalis. Kritidia mengalami metamorfose menjadi
trypanosome. Trypanosoma mulai berkembangbiak dengan cara
membelah dua dan siap ditularkan dalam darah.
Cara Penularan
Melalui gigitan lalat Glosina palpalis Melalui transfusi darah,
suntikan
Patologi anatomi
Pada porte d’entrée (kulit) menimbulkan inflamasi, Trypanosoma
masuk ke pembuluh darah dan terjadi parasitemia. Terjadi pembesaran
hati dan limpa (hepatosplenomegali). Parasit ini dapat menyerang
otak dan menyebabkan meningitis yang berakhir dengan kematian
(sleeping sickness).
154 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosis
a) Pemeriksaan parasit dalam sediaan cairan otak
b) Biopsy cairan sum-sum tulang
c) Secara imunologi
Pencegahan
a) Pemberantasan vector dengan insektisida
b) Personal hygiene
c) Imunisasi
3) Trypanosoma gruzi
Epidemiologi
Parasitnya tersebar di daerah Amerika selatan, Amerika tengah serta
Amerika serikat
Hospes
Hospesnya manusia, Hospes reservoirnya hewan peliharaan, seperti
anjing dan kucing atau hewan liar sedangkan Hospes perantaranya
adalah lalat Triatoma
Penyakit
Trypanosomiasis Amerika/ penyakit Chagas.
Morfologi
Mempunyai 2 stadium yaitu :
a) Stadium Trypanosoma
Berukuran 14–33 mikron, membrannya bergelombang terdapat
di seluruh tubuh, mempunyai 1 flagella pada ujung anterior,
kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema, letak
nucleus di tengah. Bentuk ini terdapat dalam hospes perantara
b) Stadium Kritidia
Berukuran antara 14–20 mikron, membran bergelombang
terdapat pada bagian tubuh ke anterior, kinetoplas letaknya lebih
ke tengah dengan axonema, letak nukleus di tengah–tengah,
terdapat granula spesifik. Hidup dalam tubuh manusia.
Siklus hidup
Siklus hidup parasit Trypanosoma ada 2 yaitu :
a) Siklus hidup di dalam tubuh Triatoma
Trypanosoma terhisap oleh vector triatoma bersama darah
Trypanosoma mengalami metamorfosa menjadi bentuk kritidia.
Kritidia berkembangbiak dengan cara membelah dua. kritidia
dalam lambung dan siap ditularkan melalui feses
b) Siklus dalam tubuh manusia
Manusia terinfeksi melalui feses triatomayang mengandung
kritidia. Di dalam darah kritidia mengalami metamorfose menjadi
l trypanosome. Trypanosoma mulai berkembangbiak dengan cara
membelah dua dan siap ditularkan dalam darah.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 155
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara Penularan
a) Melalui gigitan vector yang disertai dengan kontaminasi feses.
b) Melalui luka bekas gigitan nyamuk atau serangga yang lain
c) Melalui transfusi darah
Patologi anatomi
Pada porte d’entrée akan tampak adanya erupsi pada kulit,
terbentuk suatu granula (chagoma) yang dapat membendung aliran
limfe dapat terjadi oedema pada kelopak mata disebut gejala
Romana. Parasit akan beredar dalam darah dan akan mengadakan
penetrasi ke dalam organ RES, selanjutnya parasit ini dapat menyerang
organ jantung yang dapat menyebabkan pembesaran jantung dan
pembesaran pada organ hati.
Diagnosi laboratorium
a) Pemeriksaan parasit dalam biopsi kelenjar limfe, limpa, hati,
dan sum-sum tulang
b) Pembiakan medium NNN
c) Xeno diagnosis dengan percobaan serangga
d) Secara imunologi
Pencegahan
a) Pemberantasan vector dengan insektisida
b) Melindungi manusia dari gigitan bug (vector) tersebut.
3. KELAS SPOROZOA
Perbedaan 3 sifat parasit dalam genus kelas sporozoa yaitu :
a. Hidup di dalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis,
terdapat pada Genus Plasmodium
b. Hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis, terdapat
pada Genus Isospora dan Genus Eimeria
c. Hidup di dalam sel Endotel, lekosit mononukleus, cairan tubuh, sel
jaringan tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya , terdapat
pada Genus Toxoplasma.
156 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 157
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Cara infeksi
Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit
sampai mengandung Sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas
ekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infekif.
Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara yaitu :
1) Penularan secara alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan ke
dalam tubuh manusia melalui tusukan nyamuk Anopheles
2) Penularan tidak secara alamiah:
a) Bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria. penularan terjadi melalui plasenta
b) Mekanik
Terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang
tidak steril
c) Oral (melalui mulut)
Penularan ini terjadi pada hewan
Gejala klinis
1) Demam
Secara klinis serangan peyakit malaria adalah demam, sebelum
demam si penderita biasanya merasa lemah, sakit kepala, tidak nafsu
makan, mual dan muntah. serangan demam yang khas terdiri atas
beberapa stadium:
158 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosis
Diagnosa terhadap penyakit malaria
1) Pemeriksaan Mikroskopis
Pada pemeriksaan parasit malaria dibuat dalam bentuk sediaan tetes
tipis dan tetes tebal.
a) Tetestipis
Sediaan tipis membutuhkan waktu yang lama sekali untuk
menemukan parasit dan dalam pembuatan sediaannya. Kelebihan
dari sediaan ini hanya lebih mudah dalam mengenal dan
membedakan plasmodiumnya.
b) Tetes tebal
Sediaan darah tebal membutuhkan waktu yang singkat dalam
pemeriksanya. Pada sediaan ini yang perlu diperhatikan adalah
ketebalan dari sediaan.
Pembuatan sediaan malaria:
a) Sterilkan ujung jari manis dengan kapas alkohol.
b) Ambil darah kapiler dengan lanset.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 159
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Pencegahan
1) Mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat tidur
2) Menggunakan lotion anti nyamuk
3) Pengobatan pada penderita malaria
4) Pemberantasan nyamuk
160 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
1) Plasmodium Falciparum
Hospes
Manusia merupakan hospes intermedite sedangkan nyamuk
Anopheles betina merupakan hospes defenitif Penyakitnya disebut
Malaria tropika
Penyebaran
Parasit ini ditemukan di daerah tropik, terutama di daerah Afrika dan
Asia tenggara. Di Indonesia sendiri penyakit ini tersebar di seluruh
daerah.
Morfologi
Parasit ini merupakan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian dan komplikasi hebat. Ukuran eritrosit yang
terinfeksi plasmodium falciparum normal, terdapat bintik maurer di
dalam eritrosit yang mengandung bentuk tropozoid dan skizon.
a) Stadium Tropozoid
Bentuk stadium tropozoid seperti cincin bentuknya sangat
kecil dan halus, ukurannya 1/5 eritrosit. Pada stadium tropozoid
ini dapat dijumpai bentuk cincin dengan 2 butir kromatin (double
cromatin), benuk cincin yang terdapat di pinggir eritrosi (marginal)
dan bentuk cincin penuh (accole). Dapat juga ditemukan dalam
satu eritrosit terdapat beberapa benuk cincin (multiple infeksi).
b) Stadium Skizon
Bentuk skizon ditemukan pada infeksi berat karena parasit
ini terdapat dalam kapiler alat dalam pada infeksi ringan parasit
ini jarang ditemukan dalam darah tepi, kecuali bila skizont matang
akan mengisi 2/3 Eritrosit yang mengandung 8-24 buah .
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 161
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
c) Stadium Gametosit
Bentuk parasit muda kadang–kadang ditemukan dalam da-
rah tepi tetapi pembentukan gametosit berlangsung di alat da-
lam. Bentuk seperti bulan sabit atau pisang, ukuran lebih besar
dari ukuran eritrosit dan banyak ditemukan dalam darah. Bentuk
makrogametosit (gametosit betina) ukurannya lebih langsing dan
lebih panjang daripada gametosit jantan (mikrogametosit) dan si-
toplasma lebih biru. intinya kecil dan padat, berwarna merah tua
dan butir–butir tersebar di sekitar inti. Mikrogametosit bentuknya
lebih besar, sitoplasma biru pucat dan inti berwarna biru mudah,
pigmen tersebar di sekitar inti.
Hospes
Hospes defenitifnya nyamuk Anopheles betina sedangkan manusia mer-
upakan hospes perantara. Plasmodium vivax dapat menyebabkan penya-
kit malaria tertiana.
Penyebaran
Plasmodium vivax dapat ditemukan di daerah seperti Cina, Korea selatan,
dan Indonesia.
162 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Morfologi
Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium vivax ukurannya lebih besar dari
ukuran eritrosit normal, berwarna pucat, terdapat bintik schuffner dalam
eritrosit ,
a) StadiumTropozoid
Bentuk parasitnya seperti cincin, besarnya 1/3 eritrosit, sitoplas-
ma berwarna biru, inti merah, pada tropozoid tua sitoplasmanya ber-
bentuk amuboid, pigmen parasi menjadi nyata dan berwarna kuning
tengguli.
b) Stadium skizon
Skizon matang berisi 12 – 18 merozoit mengisi seluruh eritrosit den-
gan pigmen yang mengumpul dibagian tengah atau di pinggir.
c) Stadium Gametosit
Bentuk gametosit Plasmodium vivax adalah bulat atau lonjong,
mengisi hampir seluruh eritrosit dan masih tampak titik Schuffner di
sekitarnya, Makrogametosit (betina) mempunyai sitoplasma yang ber-
warna biru dengan inti pada, kecil yang berwarna merah. Mikrogame-
tosit (jantan) bentuknya bulat, sitoplasma berwarna pucat, biru kelabu
dengan inti yang besar dan pucat. Inti biasanya terletak di tengah, pig-
men pada gametosit jelas dan tersebar pada sitoplasma
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 163
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
3) Plasmodium malariae
Hospes
Hospes intermediate adalah manusia sedangkan nyamuk Anopheles
merupakan hospes defenitif. Plasmodium malariae menyebabkan
penyakit malaria quartana.
Penyebaran
Plasmodium malariae dapat ditemukan di Afrika, di Indonesia pernah
ditemukan di Papua, Nusa Tenggara Timur.
Morfologi
Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium malariae hanya sel darah merah
tua
a) StadiumTropozoid
Ukuran setengah eritrosit,bentuk seperti pita melintang
sepanjang sel darah merah merupakan Ciri khas plasmodium
malariae, pigmen bentuk kasar, berwarna coklat tua dan jumlahnya
banyak.
164 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b) Stadium skizon
Ukurannya hampir mengisi eritrosit, bentuk berpigmen kepala
seperti bunga, skizon matang mengandung 8–12 merozoit, pigmen
berkumpul di tengah.
c) Stadium Gametosit
Bentuk bulat padat, ukuran lebih kecil dari eritrosit, sitoplasma
biru tua, jumlah dalam darah sedikit.
4) Plasmodium ovale
Nama Penyakit
Plasmodium ovale dapat menyebabkan penyakit malaria ovale.
Penyebaran
Plasmodium ovale terdapat di daerah tropik Afrika bagian barat.
Di Indonesia Plasmodium ovale pernah ditemukan di Pulau Timor
Morfologi
a) StadiumTropozoid
Ukurannya 1/3 eritrosit, bentuk cincin padat, terdapat pigmen
kasar bentuk padat, warna kuning coklat
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 165
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
c) Stadium Gametosit
Bentuk bulat padat, ukuran sebesar eritrosit, sitoplasma biru tua,
jarang ditemukan dalam darah.
166 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Genus Eimeria
Hewan merupakan ospes dari parasit ini, Eimeria sardine dapat
ditemukan dalam ikan sarden. Dalam tubuh manusia, parasit ini hanya
menumpang lewat saja pada saluran pencernaan sehingga disebut sebagai
Passant. Spesies Eimeria yang lain banyak yang bersifat pathogen pada
hewan.
c. Genus Isospora
1) Isospora hominis
Hospes dari parasit ini adalah manusia dan parasit ini hidupnya
di dalam usus halus. Cara penularan ke manusia terjadi bila termakan
ookista yang mengandung sporokista yang mengandung sporozoit.
Infeksi ini dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita akan
mengalami diare beberapa hari Tanpa dilakukan pengobatan yang
spesifik. Diagnosa dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
feses dengan menemukan ookista dalam feses.
2) Isospora belli
Parasit ini ditemukan didaerah beriklim panas seperti Brazil,
Belanda, dan Columbia. Manusia merupakan hospes dari parasit ini.
Infeksi lebih sering pada anak-anak dibanding orang dewasa. Parasit
ini hidup dalam usus manusia.Penularan pada mausia terjadi karena
menelan ookista infektif. Gejala klinis biasanya ringan dan dalam
waktu pendek tetapi pada infeksi berat gejala dapat berlangsung
lama, penderita mengalami diare berat dimana didapati tinja lembek,
dan berbusa, berat badan menurun, demam, dan kolik abdominal.
Diagnosis infeksi ini dengan menemukan ookista dalam Feses
Pencegahan dari infeksi ini adalah dengan menjaga kebersihan
pribadi dan kebersihan lingkungan dan menghindari kontak dengan
tinja penderita.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 167
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
c. Genus Toxoplasma
Toxoplasma gondii
Sejarah
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan pada hewan pengerat
yaitu Ctenodactylus gundi pada tahun 1908 di Tunisia pada seekor kelinci
di suatu laboratorium. Baru pada tahun 1937 parasit ini ditemukan pada
neonatesdan Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di
daerah dengan iklim panas dan lembab.
Hospes dan penyakit
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes defenitif T.gondii
sedangkan manusia dan mamalia lainnya merupakan hospes perantara.
Morfologi
Ookista yang dikeluarkan kucing bentuknya lonjong dengan ukuran
12 mikron menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung
4 sporozoit. Bila ookisa tertelan oleh mamalia lain, maka akan terbentuk
tropozoid Pada jaringan hospes perantara yang membelah secara aktif
yang disebut takizoit lalu kecepatan takizoit berangsur berkurang dan
terbentuklah kista yang mengandung bradizoit. Pada hospes perantara
tidak dibentuk stadium seksual, tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu
kista jaringan.
Bila kucing sebagai hospes defenitif memakan hospes perantara
yang terinfeksi maka terbenuk lagi berbagai stadium seksual didalam sel
epitel usus kecilnya. Bila hospes perantara mengandung kista jaringan
Toxoplasma, maka masa dikeluarkan ookista adalah 3-5 hari tapi bila
kucing makan tikus yang mengandung takizot masa prapaten 5-10 hari.
kucing lebih muda terinfeksi oleh kisa jaringan daripada oleh ookista.
Pada manusia takizoit ditemukan pada infeksi akut. Bentuk takizoit
menyerupai bulan sabit dengan satu ujung yang runcing dan ujung lain
agak membulat. Panjangnya 4-8 mikron dan mempunyai 1inti yang
letaknya kira- kira di tengah takizoit .
Takizoit berkembang biak dalam sel bila sel penuh dengan takizoit,
maka sel akan pecah dan takizoit akan masuk ke dalam sel disekitarnya.
Kista jaringan dibentuk di dalam sel hospes. Ukuran kista yang besar 200
mikron berisi kira-kira 3000 organisme sedang kista yang berukuran kecil
hanya mengandung beberapa organisme saja. Kista yang berada dalam
jaringan dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung,
dan otot bergaris.
Cara Penularan
1) Secara kongenital, penularan dari ibu hamil ke janin melalui tali
plasenta.
2) Memakan daging mentah atau kurang masak yang mengandung kista
3) Transfusi darah
4) Transplantasi organ dari donor penderita Toxoplasmosis
Patologi klinis
1) Terjadi parasitemia beberapa minggu
2) Menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes
3) Pada infeksi akut ditemukan reaksi peradangan
168 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosis
1) Diagnosis Toxoplasmosis dengan menemukan takizoit dalam biopsy
otak atau sum-sum tulang, cairan cerebrospinal.
2) Isolasi menggunakan hewan percobaan.
3) Tes serologi untuk mendeteksi antibody IgG, dan tes ELISA unuk
deteksi IgG dan IgM.
LEMBAR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 169
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CONTOH SOAL
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai Protozoa terutama yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia diharapkan peserta didik dapat menambah
wawasan melalui studi Literatur melalui internet.
https://youube.be/3YNN6OmFA2M
170 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
1. Protozoa merupakan hewan bersel satu atau sel tunggal dan tersusun dari
sitoplasma dan inti (nucleus)
2. Protozoa yang ditemukan dalam tubuh manusia ada yang bersifat komensal,
apathogen maupun pathogen
3. Protozoa intestinal yang pathogen adalah Entamuba histolytica dan Giardia
lamblia
4. Perkembangbiakan protozoa secara seksual dan aseksual
Protozoa dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas Rhizopoda, kelas Cilliata, Kelas
flagellata dan kelas sporozoa.
TUGAS MANDIRI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 171
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
REFLEKSI
172 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BAB
NEMATODA IX
BAB IX NEMATODA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
NEMATODA
Usus Jaringan
1. Morfologi
1. Morfologi
2. Cara Penularan
2. Cara Penularan
3. Siklus Hidup
3. Siklus Hidup
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 173
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Nematoda Usus
1. Ascaris lumbricoedes
Biasa disebut dengan istilah cacing gelang. Penyakitnya disebut Ascariasis.
Infeksi ini biasanya sering dijumpai pada anak-anak
Morfologi:
Cacing Dewasa :
Cacing Dewasa jantan
a. Panjang 10 – 30 cm (diameter 2–4mm)
b. Warna Putih sampai kekuningan
c. Pada bagian Anterior (depan)
Terdapat 3 buah bibir, masing–masing dengan sensory papillao satu pada
mediodorsal, dua pada ventrolateral dan di tengahnya terdapat bucal cavity
berbenuk triangle pada bagian posterior (belakang).
174 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Telur cacing :
Bentuk telur yang dibuahi (fertilized):
a. Bentuk ovoid bulat lonjong
b. Ukuran 45–75 mikron x 35–50 mikron
c. Warna kuning kecoklatan
d. Mempunyai dinding 3 lapis yakni:
Lapisan Albumin, tebal dan bergelombang, lapisan hyaline (transparan)
dan lapisan lipoid yang mengelilingi sel telur.
e. Isi telur adalah sel ovum
Cara Penularan
Telur yang infektif dapt menular ke manusia dengan cara:
a. Kontaminasi telur cacing pada makanan/ minuman (pada orang dewasa
dan anak-anak)
b. Hand to mouth/ jari tangan ( pada anak–anak)
c. Melalui vekor mekanik ( serangga terutama lalat)
Siklus hidup
Telur keluar bersama feses di tanah dalam waku 3-5 minggu telur
akan menjadi bentuk infekif. Manusia terinfeksi bila termakan telur infektif. Di
dalam tubuh manusia, telur menetas menjadi larva. Larva menembus mukosa
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 175
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
dan masuk ke pembuluh limfe lalu ke jantung, paru-paru masuk ke alveoli naik
ke bronchus lalu turun ke oesofagus untuk matang dalam usus dan pematangan
ini memerlukan waktu 2 bulan. Cacing jantan dan cacing betina melakukan
perkawinan dan cacing betina gravid lalu cacing betina mengeluarkan telur
dan telur keluar bersama feses.
Habitat
Cacing dewasa hidupnya menempel pada mukosa usus halus
Batas hidup
Batas hidup cacing Ascaris lumbricoedes antara 3 bulan sampai 1 tahun
Produksi telur oleh cacing betina sebanyak 200.000 telur/ hari.
Gejala klinis:
a. Nonspesifik
b. Yang banyak terdapat adalah Gastroinesinal (mual, nyeri perut, diare,
gangguan pencernaan)
Patologi Klinis
a. Akibat Larva
Dapat menyebabkan Bronchopneumonia yang disebabkan oleh migrasi
larva pada paru-paru. Umumnya, dapat menyebabkan reaksi immunity
berupa timbulnya urtikaria.
b. Akibat cacing Dewasa
Jumlah cacing yang banyak dapat menyebabkan obstruksi pada usus dan
dapat keluar melalui mulut dan hidung serta menimbulkan gangguan gizi.
Diagnosa Laboratorium
a. Diagnosa pasti secara laboratorium yaitu dengan pemeriksaan telur
cacing dalam feses
b. Pemeriksaan Rontgen bila didapati cacing dewasa dalam usus
c. Reaksi serologi dengan mereaksikan antigen cacing nematoda
Terapi:
a. Piperazino 2 hari berturut turut Dosis 4 – 5 gr/ hari dalam single dosis
b. Thiabendazole Dosis 50 – 100 mg/ kg BB single dosis
c. Combantrin Dosis 10 mg/ kg BB single dosis
d. Mebendazole (vermox) Dosis 100 mg/ single dosis
Pencegahan:
a. Menertibkan pembuangan feses
b. Pendidikan kesehatan mengenai hygiensanitasi
c. Personal hygienis
176 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 177
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. Trichuristrichiura
Nama lain dari Trichuris trichiura ;
a. Trichocephalusdispar
b. Trichocephalustrichiura
c. Trichocephalushominis
Cacing ini disebut juga cacing cambuk karena bentuk tubuhnya seperti
cambuk. Penyakitnya disebut dengan Trichuriasis. Infeksi Trichuris sering
ditemukan bersamaan dengan infeksi cacing Ascaris lumbricoedes. Infeksi ini
ditemukan terutama pada anak–anak yang sering bermain dengan tanah.
Morfologi :
Cacing dewasa :
a. Tubuhnya berbentuk seperti cambuk
b. Cacing jantan mempunyai ukuran : 30–45 mm, dan cacing betina 35–50
mm
c. Bagian anterior:
e. Halus dan merupakan 3/5 dari pada panjang seluruh tubuhnya
f. Mengandung oesofagus yang terdiri dari satu lapis sel
silindris seperti tasbih
g. Bagian posterior:
h. Gemuk dan merupakan 2/5 bagian daripada Gemuk dan merupakan 2/5
bagian daripada panjang seluruh tubuh
Cacing betina:
a. Ujung posteriornya lurus dan tumpul
b. Ovarium terletak pada bagian posterior pada 1/5 bagian
c. Vulva terletak pada batas bagian tubuh anterior dan posterior (tetapi
masih terletak pada bagian tebal)
Cacing jantan
a. Ujung posteriornya melengkung ke ventral membentuk satu lingkaran
b. Pada ujung posteriornya terdapat satu specula panjangnya 2,5 mm dilapisi
sheath yang bersifat retrakil
Telur cacing
a. Bentuk telur seperti seperti tempayan/ guci pada kedua ujung terdapat
tonjolan yang transparan disebut Clear knob. Bagian tonjolan ini
mengandung bahan mukoid
b. Mempunyai ukuran 50-54 x 22-23 mikron
c. Dindingnya terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan luar yang berwarna kekuning
kuningan dan lapisan dalam berwarna transparan
d. Bentuk telur fertilized berisi sel telur
Cara Penularan
Telur yang infektif dapt menular ke manusia dengan cara:
178 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup:
Telur infektif termakan oleh manusia didalam lambung dinding telur
dirusak oleh asam lambung sehingga memudahkan larva unuk menetas di
usus halus larva menetas dan menetap sampai menjadi cacing remaja lalu
cacing remaja migrasi ke usus besar menjadi cacing dewasa.
Habitat:
Habitat dari cacing ini adalah dalam mukosa usus teutama caecum dan
colon. Cacing ini mempertahankan posisinya dengan membenamkan ujung
anteriornya ke dalam jaringan usus hospes.
Batas hidup
Cacing ini dapat hidup sampai 9–30 tahun dalam tubuh hospesnya. Seekor
cacing betina dapat memproduksi telur sebanyak 5000–10000/ hari
Patologi
a. Pada infeksi yang ringan pada caecum dan rectum terdapat sedikit
kerusakan jaringan
b. Pada infeksi berat (lebih dari 200 cacing) mukosa usus besar hyperemi,
terjadi erosi permukaan mukosa dan kadang-kadang terjadi perdarahan
c. Gejala nyeri abdominal, diare yang bercampur darah dan lendir, mual dan
muntah, demam, sakit kepala dan anemia hypocrom
d. Bila terdapat komplikasi dapat terjadi Prolapsus recti karena mengeluarkan
toksin yang dapat melepaskan otot rectum dan meningkakan peristaltik
Diagnosa laboratorium
Diagnosa pasti dengan pemeriksaan laboratorium yaitu menemukan telur
cacing dalam Feses
Pencegahan
a. Sanitasi lingkungan harus diperbaiki, khususnya dalam pembuangan feses
b. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan
c. Pada anak anak perlu diberikan pendidikan hygiene
d. Terapi bagi penderita
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 179
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
3. Enterobiusvermicularis
Nama lain dari cacing Enterobius vermicularis
a. Oxycurisvermicularis
b. Ascarisvermicularis
Enterobius vermicularis dapat menyebabkan penyakit Enterobiasis
atau Oxycuriasis. Sering ditemukan pada anak-anak berumur 5-14 tahun.
Penyebaran infeksi tinggi di daerah dengan iklim dingin, sedang di daerah
tropis jumlah infeksi sedikit karena mendapatkan sinar matahari yang cukup
dan tidak menggunakan kertas toilet setelah buang air besar
Morfologi :
Cacing dewasa :
a. Bentuk tubuhnya halus
b. Cacing jantan mempunyai ukuran jantan ; 2 – 5 mm x 0,1 mm , cacing betina
menpunyai ukuran 8 – 13 mm x 0,3 – 0,5 mm
c. Bagian anterior:
1) Terdapat 3 bibir yang mengelilingi mulut
180 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Telur cacing:
a. Mempunyai bentuk asimetris
b. Mempunyai ukuran 50 – 60 mikron x 20 – 32 mikron
c. Dinding telur terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan albumin terdapat paling
luar yang berfungsi sebagai pelindung mekanik dan lapisan dalam,
berfungsi sebagai pelindung kimia
d. Isi telur berupa larva
Cara Penularan:
a. Melalui inhalasi telur dari peralatan di tempat tidur
b. Melalui retroinfeksi
c. Kontaminasi makanan dan minuman oleh telur cacing
d. Hand to mouth (melalui tangan)
Siklus hidup:
Manusia terinfeksi dengan tertelan telur cacing yang infektif menetas menjadi
larva lalu masuk ke caecum dan illium menjadi cacing dewasa, cacing jantan
dan betina mengadakan perkawinan, cacing jantan mati setelah kopulasi
sedangkan cacing betina gravid menuju anus dan bertelur.
Habitat:
Habitat cacing Enterobius vermicularis : caecum, ileum, appendiks, colon.
Cacing dapat bermigrasi ke rectum.
Batas hidup:
Cacing dewasa dapat hidup antara 2 – 3 bulan Produksi telur cacing betina
11.000/ hari Sifat Fisiologi
a. Manusia merupakan hospes dari parasit ini
b. Cacing dewasa betina yang gravid migrasi ke daerah perianal pada malam
hari. Peristiwa ini disebut Nocturna migration
c. Telur cacing bersifat ringan mudah terbawa oleh angin sehingga dapat
ditemukan pada pakaian, seprai, dan sarung bantal.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 181
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Patologi:
a. Terjadi peradangan ringan pada mukosa usus disebabkan perlekatan
kepala cacing oleh karena perlekaan tersebut merupakan iritasi mekanis.
b. Jumlah cacing yang banyak dalam lumen usus dapat menyebabkan
obstruksi usus.
c. Akibat larva yang terdapat pada daerah perianal dapat menimbulkan
peradangan akibat garukan dengan keluhan penderita berupa pruritus ani,
insomnia, enuresis gejala ini muncul pada malam hari.
d. Pada wanita yang terinfeksi cacing ini kadang kadang larva di daerah
perianal dapat bermigrasi ke vagina dan dapat menyebabkan vaginitis
yang ditandai dengan keluarnya secret dari vagina.
Diagnosa laboratorium:
a. Pemeriksaan Feses
Telur sukar ditemukan dalam feses karena telur terdapat di daerah
perianal sehingga pemeriksaan telur cacing dilakukan secara perianal
swab (cara scotch tape).
Alat : spatel tongue
Cara pengambilan sampelnya yaitu :
1) Pada ujung alat sudah diletakkan tape yang permukaan adhesivenya
menghadap keluar
2) Kemudian tape digosokkan pada daerah perianal 1–5 kali
3) Lalu permukaan adhesive yang sudah digosokkan (sudah mengandung
telur) dilekatkan pada slide dan langsung dilihat di bawah mikroskop
4) Dikerjakan pada waktu pagi hari sebelum penderita defakasi
182 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
4. CacingTambang (Hookworm)
Cacing ini tersebar di seluruh Indonesia terutama di daerah perkebunan.
Selain pada anak-anak, cacing ini juga dapat menginfeksi orang dewasa yang
bermata pencarian sebagai petani yang selalu kontak dengan tanah.
Jenis cacing tambang:
a. Ancylostoma duodenale (ditemukan pada manusia);
b. Necator amiricanus (diemukan pada manusia);
c. Ancylostoma caninum (ditemukan pada kucing, anjing);
d. Ancylostoma brazilliensis (ditemukan pada kucing, anjing); dan
e. Ancylosoma ceylanicum (ditemukan pada kucing, anjing).
Morfologi
a. Ancylostomaduodenale
Cacing dewasa:
1) Ukuran jantan : 8 – 11 mm, betina : 10 – 13mm
2) Bentuk tubuh seperti tanda koma (lengkungan kepala sesuai dengan
lengkungan tubuh)
3) Pada bagian anterior terdapat 2 pasang alat pemotong (cutting plate)
disebelah ventral dan dorsal
4) Pada betina terdapat Terminalspine
5) Bursa kopulatrik pada yang jantan bentuknya lebih lonjong, dan
percabangannya banyak.
b. Necator americanus
Cacing dewasa
1) Ukuran jantan : 5 – 9 mm , betina : 9-11mm
2) Benuk lengkungan kepala berlawanan dengan lengkungan tubuh
(huruf S)
3) Buccal cavity terdapat 2 pasang ala pemotong (cutting plate)
disebelah ventral dan dorsal.
4) Pada betina tidak terdapat Terminal spine
5) Bursa kopulatrik pada yang jantan percabangan dari ventral
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 183
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bentuk telur:
a. Ukuran telur 56 – 60 x 36 – 40 mikron
b. Berbentuk oval
c. Kulit terdiri dari satu lapis dan transparan
d. Telur berisi sel telur kadang-kadang berisi morula
Cara penularan :
Infeksi dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan jalan larva filariform
menembus sela sela kulit jari
Siklus hidup:
Telur cacing yang keluar bersama feses ditanah dalam waktu 1-2 hari
menjadi larva Rhabdiiform, dalam waktu 5-7 hari tumbuh menjadi larva
filariform. Larva filariform masuk kedalam tubuh manusia menembus kulit sela
jari kaki masuk kedalam peredaran darah ke jantung, paru-paru, bronkus dan
oesofagus sampai ke usus tumbuh menjadi cacing dewasa. Cacing jantan dan
betina berkopulasi, cacing betina gravid bertelur lalu keluar bersama feses.
Patologi:
a. Gejala khas infeksi ini adalah terjadinya Anemia deficiensi Fe2+
b. Anemia timbul seelah 10 – 20 minggu infeksi
c. Ancylostoma duodenale dapat menghisap darah 0,15cc/ hari/ cacing
d. Necator amiricanus dapat menghisap darah 0,03cc/ hari/ cacing
e. Pada kulit tempat masuknya larva terjadi vesikulasi dan pustulasi
184 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosa laboratorium:
Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan telur cacing dalam feses dengan
cara langsung, konsentrasi dan flotasi.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 185
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
5. Strongyloidesstercoralis
Cacing Strongyloides stercoralis dalam hidupnya mempunyai 2 generasi yaitu
:
a. Generasi hidup Bebas / freeliving
1) Mempunyai ukuran jantan :0,7 mm x 0,05 mm betina : 1 mm x 0,75 mm
2) Bentuk tubuh seperti bentuk larva
3) Seluruh pertumbuhan dari cacing ini berlangsung di dalam tanah,
bila keadaan suhu dan kelembabannya serta makanan adalah baik
untuknya. Namun, apabila lingkungan tidak mendukung untuk cacing
ini hidup dan berkembang maka larva Rhabditiform berubah menjadi
larva filariform dan memulai hidup sebagai parasitik
b. Generasi hidupparasitis
1. Mempunyai ukuran 2 mm x 0,04mm
2. Tidak berwarna
3. Hanya ditemukan cacing betina dalam usus yang jantan tidak
ditemukan dalam usus diperkirakan yang jantan mati setelah
perkawinan dan perkawinan terjadi sebelum sampai di usus.
4. Perkembangbiakan secara Parthnogenesis
Siklus hidup
a. Generasi hidup bebas/ freeliving
Larva Rhabdiiform yang keluar bersama feses tumbuh menjadi cacing free
living janan dan betina lalu mengadakan perkawinan. Cacing betina gravid
lalu melahirkan larva Rhabditiform dan dimulai lagi siklus free living
lagi tetapi apabila lingkungan tidak mendukung untuk hidup maka larva
rhabditiform menjadi filariform yang infektif buat manusia.
b. Generasi hidupParasitis
Telur dalam mukosa usus manusia menetas menjadi larva rhabditiform lalu
keluar bersama Feses ,dalam waku 2-3 hari menjadi larva filariform yang
infektif bagi manusia.Larva masuk melalui kulit kaki dan masuk peredaran
darah menuju jantung, paru-paru,bronkus,oesofagus dan menuju usus
menjadi cacing dewasa.
Patologi
a. Terjadi Pneumonia akibat larva bermigrasi di paru-paru dan terjadi
dermatitislocal
b. Akibat invasi cacing dewasa terjadi peradangan mukosa usus yang
mengakibatkan diare
Diagnosa Laboratorium
Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan feses dengan menemukan
larva rhabditiform dalam feses ,telur cacing tidak diemukan dalam feses oleh
karena cacingnya bertelur dalam mukosa usus hospes.
186 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
6. Trichinellaspiralis
Trichinella spiralis merupakan parasit yang dapat menyebabkan penyakit
Trichinosis, Trichiniasis dan Trichinelliasis.Parasi ini tersebar diseluruh dunia
teruam di Negara dan daerah yang mayoritas penduduknya banyak makan
daging babi.
Morfologi
Cacing dewasa
a. Bentuk cacing dewasa halus.
b. Cacing jantan mempunyai ukuran : 1,4 – 1,5 mm cacing betina 3 -4 mm
c. Bagian anterior bentuknya lebih langsing dari bagian posterior
d. Posterior cacing jantan melengkung ke ventral, sedang pada cacing betina
jung posterior membulat dan tumpul.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 187
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bentuk Larva:
a. Cacing betina mengeluarkan larva
b. Ukuran larva 800 – 1300 mikron
c. Ujung anteriornya terdapat stylet yang digunakan untuk mengebor
jaringan.
Cara Penularan
Penularan ke manusia terjadi karena memakan daging babi yang mengandung
enkisa.
Siklus hidup:
Manusia terinfeksi parasit ini karena memakan larva yang terkandung
dalam daging babi di lambung enkista pecah larva keluar dan masuk dalam
lumen usus. Dalam beberapa jam, cacing dewasa jantan dan betina mengadakan
kopulasi dalam waktu beberapa hari cacing betina akan melahirkan larva lalu
larva tersebut masuk ke jaringan mukosa, ke dalam limfe, peredaran darah, dan
tersebar ke seluruh tubuh, terutama pada otot diafragma, lidah, paring, mata,
perut dan lainnya. Dalam beberapa minggu di otot, larva tumbuh menjadi kista
dan hidup selama 2 tahun di dalam otot, dalam waku 6 – 24 bulan terjadi
pengapuran.
Patologi
a. Akibat yang ditimbulkan cacing dewasa adalah iritasi usus halus dan bila
jumlah cacing banyak dapat merusak mukosa
b. Akibat yang ditimbulkan oleh larva pada saat migrasi larvaadalah alergi
dan pneumonitis sedangkan pada waktu larva enkista dapat menimbulkan
kerusakan permanen pada otot bergaris
c. Gejala trikinosis tergantung pada beratnya infeksi dan seberapa seringnya
mengkonsumsi daging yang mengandung kista.
d. Dapat menimbulkan kematian akibat kelainan paru, otak atau jantung
Diagnosa laboratorium
a. Menemukan larva dengan pemeriksaan biopsi otot
Larva baru dapat ditemukan pada minggu ketiga atau keempat di dalam
jaringan setelah infeksi
b. Menemukan larva dalam darah dan liquorcerebrospinal
Reaksi imunologi.
188 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
a. Toxocara sp
Genus Toxocara sp bentuk cacing dewasanya hanya ditemukan
dalam tubuh hewan tidak ditemukan dalam tubuh manusia. Di dalam
tubuh manusia hanya ditemukan bentuk larva tidak ditemukan bentuk
dewasanya sehingga manusia hanya sebagai hospes paratenik.
Dalam ilmu kedokteran Toxocara terdiri dari 2 spesies yaitu :
1) Toxocara canis (cacing gelang pada anjing)
2) Toxocara cati ( cacing gelang pada kucing)
Morfologi
Cacing dewasa
1) Bentuk tubuhnya mirip Ascaris lumbricoides hanya ukurannya lebih
kecil dan bentuk kepalanya seperti panah
2) Cacing jantan ukurannya : 4 – 6 cm betina : 4 – 12 cm Telur cacing
Telur cacing seperti Ascaris lumbricoides hanya bentuknya lebih besar
dari Ascaris lumbricoides
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 189
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup
1) Siklus hidup dalam tubuh manusia
Kista infekif termakan oleh manusia, kista dalam lambung pecah
menjadi larva, larva tidak akan berkembang menjadi cacing Tetapi
larva akan mengembara ke alat-alat visceral.
2) Siklus hidup dalam tubuh hewan
Kista infektif termakan oleh anjing/ kucing, kista dalam lambung pecah
menjadi larva lalu bertambah besar menjadi cacing dewasa. Cacing
dewasa melakukan kopulasi, cacing betina gravid dan mengeluarkan
telur.
Patologi
Pada manusia larva cacing dapat mengembara di hati, paru-paru, otak,
jantung, ginjal disebut dengan Viseral larva migran.
Gambar 9.17 Gambar telur cacing Toxocara sp Gambar 9.18 Gambar cacing Toxocara sp
Sumber : DR.Pinardi Hadidjaja MPH & TM,1990 Sumber : DR.Pinardi Hadidjaja MPH & TM,1990
B. Nematoda Jaringan
1. Wuchereriabancrofti
Wuchereria bancrofi menyebabkan penyakit Wuchereriasis bancrofti
atau filariasis bancrofti. Penyebaran parasit ini didapatkan di seluruh dunia
Terutama daerah tropis dan sub tropis termasuk Indonesia. Insiden tertinggi
terdapat pada daerah sekitar pantai dan kota besar. Hal ini berhubungan
dengan habitat hospes intermediate.
Hospes:
Hospes defenitif nya adalah manusia sedangkan hospes
nyamuk Anopheles, Culex, Aedes adalah vektor darifilariasis
190 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Morfologi
Cacing dewasa:
a. Ukuran cacing jantan 40 mm x 0,1 mm, Ukuran cacing betina 65 mm x
0,1mm
b. Warna puih kekuningan
c. Bentuk halus seperti benang
d. Ujung anterior meruncing /membulat
e. Ujung posterior betina melengkung ke ventral sedangkan ujung jantan
runcing dan melengkung ke ventral.
f. Cacing betina melahirkan larva
Mikrofilaria:
a. Mempunyai sarung/ sheat
b. Mempunyai ukuran 250 – 300 mikron
c. Memiliki inti tubuh yang halus dan teratur
d. Tidak memiliki inti tambahan pada bagian ekor
e. Ujung anterior tumpul membulat, ujung posterior meruncing
f. Lekukan badan halus
Habitat:
Cacing dewasa hidupnya dalam limfe dan pembuluh limfe sedangkan
microfilaria hidupnya dalam darah. Microfilaria bancrofi mempunyai
periodesitas Nokturna (malam hari). Microfilaria terdapat pada kapiler alat
dalam (jantung, paru, ginjal dsb.) pada siang hari (di urnal).
Siklus hidup
a. Siklus hidup dalam tubuh nyamuk :
Darah manusia yang mengandung mikrofilaria dihisap oleh nyamuk.
Nyamuk dalam lambung nyamuk mikrofilaria mengalami metamorfosis
menjadi L-1 lalu pindah ke thorax nyamuk menjadi L-2 kemudian sampai
ke probosis nyamuk menjadi L-3 (bentuk infekif) dan siap ditularkan.
b. Siklus hidup dalam tubuh manusia :
Ketika darah manusia yg terinfeksi filariasis dihisap oleh nyamuk, maka
larva infektif (L-3) akan masuk ke dalam pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan tumbuh menjadi benuk dewasa (L-4). Cacing dewasa melakukan
kopulasi cacing betina gravid dan melahirkan microfilaria
Patologi
a. Pada infeksi akut ditandai dengan timbulkan Limfadenitis dan Limfangitis
gejala tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun.
b. Pada infeksi menahun timbul limfadema dan elephantiasis yang dapat
mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, skrotum, payudara dan vulva.
c. Pada stadium kronis jika penderita tetap tinggal didaerah endemik maka
akan terjadi reinfeksi berulang–ulang yang berakibat lebih parah.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 191
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Diagnosa laboratorium:
a. Diagnosa dilakukan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah pada
malam hari (waktu pengambilan darah yang baik pukul 22.00–04.00)
b. Menemukan cacing dewasa dalam biopsy jaringan
Pencegahan:
a. Melindungi diri dari gigitan nyamuk
b. Pemberantasan nyamuk yang berperan sebagai vektor
Morfologi:
a. Bentuk tubuh cacing halus seperti benang
b. Warna cacing putih susu
c. Ukuran Brugia malayi :cacing jantan 22 – 23 mm, cacing betina 55 mm
d. Ukuran Brugia timori : cacing jantan : 21-39 mm, Cacing betina 21-39 mm
e. Ukuran mikrofilaria B.malayi 200 -260 mikron, B.timori 280-310 mikron
f. Memiliki sarung/ sheat
g. Periodesitas mikrofilaria Nokturna (malam)
Siklus hidup:
Siklus hidup Brugiamalayi dan Brugiatimori sama seperti siklus hidup
Wuchereria bancrofti.
192 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Patologi:
Gejala klinis terjadinya Limfangitis dan Limfadenitis. Elepthantiasis Dapat
ditemukan pada tungkai di bawah lutut dan lengan di bawah siku dan tidak
mengenai alat kelamin dan payudara.
Diagnosa laboratorium:
a. Diagnosa dilakukan dengan Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah
(waktu pengambilan darah yang baik pukul 22.00–04.00)
b. Menemukan cacing dewasa dalam biopsy jaringan
a. Loa –loa
Pada tahun 1770 pertama kali Mongin menemukan cacing Loa loa
dari mata seorang wanita Negro di Santo Domingo. Penyakitnya disebut
Loaiasis atau calabarswelling. Penyakit ini terutama terdapat di Afrika
Barat dan Afrika tengah. Lalat Chrysop merupakan vector dari penyakit ini.
Morfologi
1) Cacing jantan mempunyai ukuran : 30-36 mm x 0,35-0,6 mm dan
cacing betina mempunyai ukuran 60 – 70 x 0,5 mm
2) Warna cacing putih
3) Ujung posterior cacing melengkung ke ventral dan membulat
4) Ukuran mikrofilaria 250 – 300 mikron
5) Periodesitas mikrofilaria Diurnab (siang)
6) Memiliki inti sampai ujung ekor
7) Inti sel yang terleak di tengah bergerombol tidak teratur, besar dan
oval
8) Memiliki sarung sheat
Siklus hidup
Mikrofilaria yang beredar dalam darah dihisap oleh lalat chrysop
dalam waktu beberapa hari mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif di
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 193
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
dalam tubuh lalat, bila lalat menghisap darah manusia yang sehat maka
orang ini akan terinfeksi dan mikrofilaria berkembang menjadi cacing
dewasa berkopusi dan cacing betina mengeluarkan mikrofilaria.
Patologi:
1) Sering tidak menimbulkan gejala pada saat mikrofilaria terdapat
dalam darah
2) Pada saat cacing dewasa mengembara pada jaringan subkutan
sering menyebabkan pembengkakan yang disebut Callabar swelling
atau fugitive swelling yaitu pembengkakan sebesar telur ayam pada
lengan dan sekitarnya tidak menimbulkan rasa sakit,non piting odeme
dan menghilang setelah beberapa hari
3) Menyebabkan Encephalitis bila cacing sampai ke otak
4) Cacing dapat dikeluarkan melalui mata
Diagnosa laboratorium:
1) Pemeriksaan mikrofilaria yang dilakukan pada siang hari.
2) Cacing dewasa dapat ditemukan dalam mata
3. Onchocerca volvulus
Onchocerca volvulus dapat menyebabkan penyakit Onchocercisis.
Parasit ini banyak ditemukan pada Negara Afrika, Amerika tengah. Parasit ini
ditemukan pada manusia . Vektornya adalah lalat simulium.
Morfologi:
a. Ukuran cacing jantan 200 – 400 mm, betina 330 – 500mm
b. Warna cacing keputih-putihan
c. Ujung anterior bulat tumpul
d. Ujung posterior melengkung ke ventral
e. Ukuran microfilaria 150 – 370 mikron, lebar 5 – 9 mm
194 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
Siklus hidup:
Lalat simulium menghisap darah penderita filariasis lalu mikrofilaria
menembus lambung menuju thorax dan infektif siap ditularkan ke manusia.
Bila lalat menghisap darah manusia yang sehat maka mikrofilaria masuk ke
dalam darah dan menjadi cacing dewasa, cacing berkopulasi dan cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria.
Patologi:
a. Cacing dewasa dalam jaringan subkutan menimbulkan lesi pada kulit
berupa benjolan dalam jaringan subkutan dan tidak sakit yang disebut
onkosarkoma.
b. Mikrofilaria mengeluarkan toxin yang dapat menyebabkan Pruritus
dermatitis yang terjadi dbawah kulit lalu akan timbul rush berupa papel–
papel kecil.
lalu timbul oedem pada kulit menebal hingga elastisias kulit hilang dan
timbul pada kulit yang menggantung dalam lipatan-lipatan dibawah
inguinal yang disebut hanging groing.
Diagnosa laboratorium:
a. Diagnosa dilakukan berdasarkan adanya gejala klinis sepertin nodul
subkutan, hanging groing kulit seperti macan tutul
b. Menemukan mikrofilaria dalam kornea
c. Menemukan cacing dewasa dalam benjolan subkutan dengan jalan biopsi.
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 195
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
4. Manzonellaozardi
Manzonella ozardi dapat menyebabkan filaria ozardi. Parasit ini diemukan
di negara Amerika latin. Hospes defenitif adalah manusia , shimpanze.vektor
dari penyakit ini adalah lalat Colicoides.
Morfologi:
a. Ukuran cacing jantan 38 mm x 0,2 , betina 60 – 80 mm x 0,25 mm
b. Berwarna putih susu
c. Ujung anterior membulat dengan kepala membesar
d. Ujung posterior melengkung ke ventral
e. Ukuran mikrofilaria 172 – 240 mikron
f. Pada posterior tidak terdapat inti
g. Tidak memiliki sarung/sheat
h. Ujung anterior mikrofilaria membulat tumpul
i. Ujung posterior mikrofilaria meruncing
j. Periodesitas mikrofilaria : Diurna &Nokturna
Siklus hidup:
a. Siklus dalam tubuh lalat colioides
Mikrofilaria masuk kedalam tubuh serangga colicoides berkembang
menjadi larva stadium I,II,III lalu naik ke probosis dan siap ditularkan.
b. Siklus dalam tubuh manusia
Larva sadium III masuk kedalam tubuh manusia melalui lalat colicoides
larva masuk ke saluran limfe dan menjadi cacing dewasa lalu cacing jantan
dan betina kopulasi, cacing gravid melahirkan larva dan hidup dalam
pembuluh darah dan limfe.
Patologi:
Tidak begitu patogen
Diagnosa laboratorium:
Pemeriksaan mikrofilaria dalam darah perifer (mikrofilaria dalam darah tepi
tampak pada siang hari maupun malam hari).
196 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
MATERI PEMBELAJARAN
a. Dracunculus medinensis
Dracunculus medinensis dapat menyebabkan penyakit Dracunculosis.
Parasit ini terdapat dinegara Afrika, Amerika selatan, Asia selatan.
Morfologi
1) Ukuran cacing jantan 12 – 29 x 0,4 mm , betina : 500 – 1200 x 0,9 mm
2) Posterior jantan melingkar
3) Anterior betina umpul dan membulat
4) Ukuran larva 500 – 750 mikron
Siklus hidup :
Larva yang keluar di dalam air akan dimakan oleh Cyclops, larva dalam
tubuh cyclops mengalami metamorfosis menjadi larva infektif dalam waku
3 minggu.Cyclops yang mengandung larva tertelan oleh manusia dengam
meminum air tanpa dimasak lebih dahulu , larva migrasi ke jaringan
subkutan dan menjadi cacing dewasa dalam waktu 1 tahun. Cacing jantan
dan betina kopulasi, cacing betina gravid migrasi ke jaringan kulit untuk
mengeluarkan larvanya kedalam air. Larva akan keluar melalui luka pada
kaki setelah kaki tersebut masuk dalam air.
Patologi:
1) Dapat menimbulkan luka, sering terkena infeksi dekunder
2) Terdapat reaksi alergi oleh karena migrasi cacing
3) Terjadi reaksi peradangan pada jaringan subkutan
4) Bagian anterior cacing akan menonjol keluar melalui kulit yang
mengalami kerusakan.
Diagnosa laboratorium:
1) Diagnosa dibuat dari lokasi cacing dewasa dan larva
2) Cacing dewasa yang mati dapat dilokalisasir dengan penyinaran
rontgen
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 197
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
LEMBAR PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
Judul :
Tujuan :
Metode Pemeriksaan :
Prinsip :
Bahan :
Reagensia :
Alat :
Prosedur Kerja :
Hasil :
Gambar :
Kesimpulan
:
CONTOH SOAL
198 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai Protozoa terutama yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia diharapkan peserta didik dapat menambah
wawasan melalui studi literatur melalui internet https://youtu.be/Q-p332UUfYg
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 199
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
200 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP
SEMSTER GENAP
4. Bentuk telur caing seperti guci terdiri dari 2 lapis pada kedua ujungnya memiliki
clearcnob, merupakan cirri telur…
A.T.trichiura
B.A.lumbricoedes
C.S.stercoralis
D.E.vermicularis
E.Hookworm
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GENAP
9. Microfilaria berselubung, lekuk badan kaku, ujung ekor runcing memiliki inti ruang
kepala 2x lebar, ini identifikasi dari spesies…
A.Loa – loa
B.Brugia malayi
C.Manzonella ozardi
D.Wuchereria bancrofti
E.Onchorcherca volvulus
11. Larva Trichinella spiralis dalam tubuh manusia dapat ditemukan pada…
A.Mata
B.Usus
C.Hati
D.Cairan empedu
E.Jaringan otot
202 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GENAP
13. Periodesitas microfilaria Loa loa adalah
A.siang hari
B.sore hari
C.malam hari
D.pagi hari
E.senja hari
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 203
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GENAP
19. Bentuk telur bulat lonjong, kulit terdiri dari lapisan albumin, lapisan hyaline, dan
lipoid, isi telur berupa sel ovum merupakan morfologi telur cacing…
A.Hookworm
B.Strongyloides stercolaris
C.Ascaris lumbricoides
D.Trichuris trichiura
E.Enterobius vermicularis
21.Pereaksi yang berfungsi sebagai larutan Mordan pada pewarnaan Gram adalah
A.alkohol 95 %
B.karbol
C.sapranin
D.lugol
E.carbol gentian violet
22.Perbedaan metode pewarnaan tahan asam metode Kinyoun gabbet dengan Ziehl
neelsen terletak pada....
A.cara melakukan fiksasi
B.lama pemberian zat warna
C.jenis asam yang digunakan
D.konsentrasi asam yang digunakan
E.perlakuan pemanasan yang diberikan
24.Sampel darah diambil pada minggu ... dari penyakit untuk kepentingan kultur
(inokulasi )
A.1
B.2
C.3
D.4
E.5
204 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GENAP
25.Yang tidak termasuk syarat pengambilan sampel di bawah ini adalah...
A.waktu pengambilan
B.jumlah sampel
C.alat yang digunakan harus steril
D.identitas pasien
E.banyakanya sample
27.Bakteri yang mampu hidup dengan atau tanpa oksigen disebut dengan
A.aerob
B.anerob
C.obligat aerob
D.obligat anaerob
E.fakultatif aerob
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 205
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
PENILAIAN AKHIR
SEMSTER GENAP
A.pewarnaan sederhana
B.pewarnaan negatif
C.pewarnaan kapsul
D.pewarnaan gram
E.pewarnaan spora
B. ESSAY TES
1. Tuliskan cara penularan Filariasis bancrofti
2. Tuliskan cara penularan Enterobiasis
3. Apa yang dimaksud dengan soild transminted helmint
4.Apa yang dimaksud dengan pewarnaan Differensial jelaskan beserta zat warna
yang digunakan...
5.Buatlah tahapan skema pemerikssan Mikrobiologi (bahan darah, urin, dan feses)
206 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 207
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
GLOSARIUM GLOSARIUM
208 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
GLOSARIUM
Hospes Intermedite : Tuan rumah dimana tempat parasit hidup didalamnya dan
Hospes paratenik : Tuan rumah tempat parasit hanya terdapat dalam stadium
Inhibitor : Zat penghambat
Inokulasi : Penanaman, peremajaan bakteri pada suatu media
Isolasi : Pengasingan/ pemilahan
Kation : Ion yang bermuatan positif yang terbentuk ketika atom
Kehilangan atau lebih selama reaksi kimia
Kemoautotrof : Mikroorganisme yang menggunakan senyawa kimia sebagai
Sumber energi
Kemoheterotrof : Mikroorganisme yang menggunakan energi kimia sebagai
Sumber energi membentuk senyawa anorganik
Kemolitotrof : Mikroorganisme yang menggunakan senyawa kimia sebagai
Sumber energi membentuk senyawa organik
Kemoorganotrof : Mikroorganisme yang menggunakan senyawa kimia sebagai
Sumber energi membentuk senyawa organik
Klorofil : Zat hijau daun
Kolagen : Protein penyusun tubuh
Kontaminasi : Pencemaran terhadap suatu unsur
Kontaminasi : Pencemaran dari suatu tempat ketempat lain yang dapat
Kopulasi : Perkawinan antara cacing jantan dan cacing betina
Larutan mordant : Larutan yang digunakan untuk merekatkan sediaan di atas
Obyek glass
Masa inkubasi : Masa dimana masuknya mikroorganisme sampai
Menimbulkan gejala klinis
Media : Wadah/ Tempat yang berisi nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri
Mikroskop : Alat yang digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil
Morfologi : Bentuk-bentuk atau ukuran dari bakteri
Non hemolytic : Tidak merusak darah
Nutrisi : Bahan makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
bakteri
Obligat : Memerlukan oksigen
Organolititrof : Mikroorganisme yang menggunakan sinar matahari sebagai
Sumber energi dan membentuk senyawa organik
Patogen/Patogenik : Menimbulkan suatu penyakit
Permeabilitas : Kemampuan yang dimiliki oleh suatu zat/ membran untuk
meloloskan sejumlah partikel yang menembusnya
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 209
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
GLOSARIUM
Pewarnaan BTA : Pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai bakteri
Pewarnaan differensial : Pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu macam zat
warna
Pewarnaan sederhana : Pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna
Pewarnaan/Pengecatan : Cara yang dilakukan untuk memberikan zat warna pada
bakteri
pH : Derajat keasaman
Pneumoniae : Radang paru-paru
Polimer asam amino : Turunan dari protein
Posterior : Bagian ekor/ belakang dari tubuh parasit
Protoplasma : Bagian hidup dari sebuah sel yang dikelilingi oleh membrane
plasma
Pus : Nanah
Reagensia : Larutan yang digunakan untuk mewarnai bakteri
Reagensia : Zat warna yang digunakan untuk pewarnaan bakteri
Reproduksi : Proses perkembangbiakan untuk menghasilkan generasi
baru
Reproduksi : Proses biologis suatu individu untuk menghasilkan individu
baru
Resistensi : Daya tahan/ketahanan terhadap sesuatu
Respirasi : Sistem pernafasan
Sample representatif : Bahan pemeriksaan yang mewakili proses pemeriksaan
Sample : Bahan
Sel inang : Host hospes ,tuan rumah
Sifat Fisiologis/biokimia: Sifat faal dari mikroorganisme
Siklus : Daur
Sitoplasma : Bagian dari sel yang terbungkus membran sel
Sputum : Dahak
Stadium : Bentuk dari parasit
Steril : Bebas dari segala mikroorganisme baik yang pathogen
maupun apatogen
Struktur sel : Golongan dari berbagai macam elemen penyusun sel yang
menyatu sebagai satu kesatuan
Substrat : Bahan dasar
Tekhnik : Cara pengambilan sampel
Toksin : Zat racun yang diproduksi oleh bakteri dan dapat
menimbulkan suatu penyakit
210 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
GLOSARIUM
Transfer : Pindah
Urin : Air seni/ air kencing
Vektor : Hewan yang didalam tubuhnya terjadi perkembangbiakan
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 211
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
Telepon/HpWA : 081263714239
E.mail : susilawatieka05@gmail.com
Facebook : susilawatieka05@gmail.com
Alamat Kantor : SMK Dharama Analitika Medan jalan
Pancing 2 No 40.Kel. Indrakasih Kec.Medan Tembung Sumut
Kompetensi Keahlian :Tekhnologi Laboratorium Medik
212 TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN
MIKROBIOLOGI
KESEHATAN
BIODATA PENULIS
1. DiktatParasitologiuntukkelasXtahun2010 s.d
sekarang ( untuk kalangansendiri)
2. PenuntunPraktikumParasitologikelas,XI,XII2010s.dsekarang(untuk
kalangansendiri
3. PenuntunPraktikumSerologi kelas XII 2010 s.d sekarang (untuk
kalangansendiri
4. PenuntunPraktikumMikrobiologi tahun 2008 s.d sekarang (untuk
mahasiswa fakultas farmasi Yayaasan Indah Medan)
TEKNOLOGI
LABORATORIUM KESEHATAN 213