You are on page 1of 8

BUDAYA ORGANISASI MULTIBUDAYA DI ERA GLOBAL

Pengertian Multibudaya
Multibudaya adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia
dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau
status ekonomi. Multibudaya adalah pandangan bahwa terdapat latar belakang dan
faktor budaya berbeda dalam faktor budaya organisasi. Multibudaya meliputi sebuah
pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang. Multibudaya seperti
yang berlaku untuk manajemen dapat didefinisikan sebagai pandangan bahwa
terdapat banyak perbedaan latar belakang budaya dan faktor-faktor yang penting
dalam organisasi, serta orang dari latar belakang yang berbeda dapat berada bersama
dan berkembang dalam suatu organisasi. Biasanya multibudaya mengacu pada faktor
budaya seperti ras, jenis kelamin, kemampuan fisik dan orientasi seksual, tetapi
kadang-kadang umur serta factor lain ditambahkan.
Multibudaya mempunyai arti secara luas meliputi any set of processes by
which schools work with rather than against oppressed groups. Multibudaya
merupakan suatu pengakuan, penghargaan, dan keadilan terhadap etnik minoritas baik
yang menyangkut hak-hak universal yang melekat pada hak-hak individu maupun
komunitasnya yang bersifat kolektif dalam mengekspresikan kebudayaannya. Konsep
“multibudaya” mengandung dua pengertian, yaitu:
1. Multibudaya merupakan realitas sosial dalam masyarakat yang heterogen.
Pernyataan dari segi ini sebanyak 95 % negara-negara di dunia pada dasarnya
adalah bersifat multibudaya mengingat secara etnis dan budaya bersifat plural.
2. Multibudaya telah diangkat sebagai suatu keyakinan, ideologi, sikap, maupun
kebijakan yang menghargai pluralisme etnik dan budayanya sebagai sesuatu yang
berharga, potensial, yang harus dipelihara dan ditumbuh kembangkan.

Masyarakat majemuk (plural society), terdapat dua tradisi dalam sejarah


pemikiran sosial. Pertama; bahwa kemajemukan itu merupakan suatu keadaan yang
memperlihatkan wujud pembagian kekuasaan di antara kelompok-kelompok
masyarakat yang bergabung atau bersatu, dan rasa menyatu itu dibangun melalui
dasar kesetiaan (cross-cutting) kepemilikan nilai-nilai bersama dan perimbangan
kekuasaan. Kedua; dalam masyarakat majemuk dikaitkan dengan relasi antar ras/etnik,
bahwa masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok
ras/etnik yang berada dalam satu sistem pemerintahan, oleh karena itu sering
mengalami konflik dan paksaan.
Implikasi dari adanya masyarakat majemuk tersebut juga memiliki berbagai
kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki budaya beragam ini
maka terminologi multibudaya sering didiskusikan baik sebagai respons menghadapi
tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan atas diversitas budaya
majemuk tersebut. Pendidikan multibudaya dalam perkembangannya sebagai suatu
sikap, praktik sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah meluas ke
arah suatu keyakinan atau kebijakan politik pemerintah semacam “penanaman dan
pemeliharaan ideology” dalam pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat
yang sehat. Multikulturalisme pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan suatu
konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat mengembangkan identitas
yang sehat secara timbal-balik mengembangkan sikap-sikap positif antar kelompok.

Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda
atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik.
khususnya,globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi
dunia.Ada pula yang mendefinisikan
globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi
informasi.Globalisasi terjadi karena faktor- faktor nilai budaya luar,seperti:
1. selalu meningkatkan pengetahuan
2. patuh hukum
3. kemandirian
4. keterbukaan
5. rasionalisasi
6. etos kerja
7. kemampuan memprediksi
8. efisiensi dan produktivitas
9. keberanian bersaing dan
10. manajemen resiko

Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli yaitu:


1. Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan
geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di
dalam kesadaran orang.
2. Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat
yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan
dan persatuan dunia.
3. Globlisasi memiliki dimensi ideologi dan teknologi. Dimensi teknologi yaitu
kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi
informasi yang telah menyatukan dunia.
4. Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan
hubungan antara negara-negara didunia dalam hal perdagangan dan keuangan.

Budaya Globalisasi
Budaya global (global culture), yang dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang
digunakan untuk menjelaskan tentang ‘mendunianya’ berbagai aspek kebudayaan,
yang di dalamnya terjadi proses penyatuan, unifikasi, dan homogenisasi. Dalam
pengertian seperti ini, budaya global sering diidentikkan dengan proses
‘penyeragaman budaya’ atau ‘imperalisme budaya’. Ada juga yang mengatakan
bahwa budaya global merupakan suatu proses pertukaran antar seseorang ataupun
kelompok atas pengetahuan, maupun hasil-hasil alam dalam level global, dimana ini
pun turut meningkatkan komunikasi antar kelompok atau perseorangan tersebut.

Dampak Globalisasi
1. Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran
nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi
lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi
yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
d. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja manusia sebagai akibat
bertambahnya pengetahuan,bertambahnya peralatan yang serba canggih dan
bertambahnya jarak komunikasi manusia di dunia
1) Meningkatkan prokduktivitas kerja manusia
2) Meningkatnya volume ekspor
3) Tersediannya berbagai macam barang konsumsi
4) Meluasnya lapangan pekerjaan
5) Munculnya profesionalisme dan spesialisasi ketenagakerjaan
6) Lancarnyakomunikasiantarindividumaupun antarkelompokdalamruanglingkupdunia
7) Lancarnya proses transaksi ekonomi antar Negara maupun antar benua.
2. Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan
masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka
merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang
mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya
negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada
orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang
dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini
menimbulkan kesenjangan sosial.
1) Adanya perusakan alam dan pencemaran lingkungan
2) Adanya penurunan kualitas moral manusia (demoralisme)
3) Adanya keresahan sosial
4) Menurunya kemandirian dalam menghadapi masalah
5) Meningkatnya sikap egois dan materealis
e. Munculnya disorganisasi

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berakibat pada


keseimbangan masyarakat sosial dapat mengakibatkan ketidak seimbangan sosial.
Hal ini karena dalam kenyataannya,unsur-unsur sosial dalam masyarakat tidak selalu
bersifat adjustive (dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan).

Manajemen Multibudaya
Makna manajemen multibudaya ialah upaya mengelola budaya yang berbeda-beda,
memberdayakannya sehingga dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi, baik
secara internal maupun eksternal. Pemahaman manajemen multibudaya sangat
penting, karena keragaman yang bersifat multibudaya dalam struktur dan komposisi
angkatan kerja (personal), adanya perpaduan budaya organisasi yang berbeda. Esensi
dari manajemen multibudaya terletak pada komunikasi, baik melalui kata-kata, benda
material, maupun perilaku yang didasarkan pada informasiyang sebaik mungkin
tentang keseragaman budaya tersebut. Pentingnya peranan komunikasi dalam
manjemen multibudaya, maka perlu direkayasa model-model komunikasi yang sesuai
kasus-kasus yang dihadapai. Prinsip-prinsip manajemen multibudaya penting
diterapkan sebagai sala satu upaya peningkatan kualitas interaksi antar budaya melalui
komunikasi yang baik, sehingga terwujud saling pengertian, membangun kepekaan
budaya yang terpenting tidak lagi menganggap SARA sebagai momok, tapi justru
sumber kekuatan dan peluang dalam mewujudkan konsep persatuan dan keragaman.
Implikasi dari adanya masyarakat majemuk juga memiliki berbagai
kelompok budaya yang beragam. Masyarakat yang memiliki budaya beragam ini
maka terminologi multibudaya sering didiskusikan baik sebagai respons menghadapi
tantangan realitas sosial itu, maupun sebagai pengakuan atas diversitas budaya
majemuk tersebut. Pendidikan multibudaya dalam perkembangannya sebagai suatu
sikap, praktik sosial, dan kebijakan pemerintah, yang sekarang ini telah meluas ke
arah suatu keyakinan atau kebijakan politik pemerintah semacam “penanaman dan
pemeliharaan ideology” dalam pengembangan kebudayaan menciptakan masyarakat
yang sehat. Multikulturalisme pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan suatu
konteks sosiopolitik yang memungkinkan individu dapat mengembangkan identitas
yang sehat dan secara timbal-balik mengembangkan sikap-sikap positif antar kelompok.
Hubungan multibudaya dengan integrasi bangsa bukannya pendekatan
ethnocultural nationalism/ethnic nationalism maupun civic-nationalism, melainkan
sebaiknya multicultural nationalism. Pengembangan multicultural nationalism
tersebut dapat dipelihara dan dikembangkan integrasi bangsa yang lebih handal.
Sebab, menciptakan masyarakat yang berkeadilan sosial yang dipersatukan oleh
nilai-nilai bersama, menghargai keragam etnis serta berkomitmen terhadap kesamaan
antar kelompok akan memungkinkan terwujudnya suatu social and political ideal of
togetherness in difference.

Konsep Manajemen Multibudaya


Makna manajemen multibudaya (pluralisme budaya) ialah upaya mengelola
budaya yang berbeda-beda, memberdayakannya sehingga dapat meningkatkan kinerja
suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Budaya dapat diartikan
sebagai cipta, rasa, karsa/karya seseorang/kelompok, bangsa, organisasi, yang berarti
ada keragaman nilai, baik secara individu, kelompok dalam organisasi bisnis maupun
non profit. Pemahaman manajemen multi budaya sangat penting, karena keragaman
yang bersifat multibudaya dalam struktur dan komposisi angkatan kerja (personal),
adanya perpaduan budaya organisasi yang berbeda (misalnya dalam kasus merger,
kerja sama), kegiatan-kegiatan yang bersifat global, kegiatan-kegiatan dalam
kawasan-kawasan baru yang terpadu, pluraslisme masyarakat dalam suatu negara,
sehingga diperlukan suatu seni dan ilmu manajemen ke dalam konteks budaya.
Keragaman budaya itu dapat saling mengenal, saling menghargai, sehingga tercapai
kondisi simbiose metualistis alam keragaraman tersebut.Esensi dari manajemen
multibudaya terletak pada komunikasi, baik melalui kata-kata, benda material,
maupun perilaku didasarkan pada imformasi yang sebaik mungkin tentang keragaman
budaya tersebut.
Sejak berkomunikasi antar personal apakah kegiatan bisnis atau keperluan
lainnya (seperti misalnya berjabat tangan, pembicaraan telepon, negosiasi, seminar,
pelatihan, berunding,rapat dan lainnya), sebenarnya telah terjadi tentang budaya, yang
hanya sukses kalau pihak-pihak yang berkomunikasi sadar, mengerti serta hormat
terhadap nilai dan perbedaan oranglain, kelompok lain, suku atau bangsa lain. Lebih
lanjut, menghargai keragaman budaya, berarti menghargai nilai-nilai budaya (sendiri
atau pihak lain), lebih-lebih prioritas nilai budaya yang diutamakan, serta menjalin
komunikasi lintas budaya. Perilaku seseorang (dalam bisnis, kehidupan sosial,
pemerintahan dan lainnya) dipengaruhi sistem kepercayaan, juga oleh nilai-nilai yang
dianutnya dan diberi ganjaran (imbalan). Jika seorang pemimpin (misalnya orang
Jepang) bekerja di Amerika, memaksanakan nilai-nilai Jepang seperti keselarasan
kelompok, senioritas, status, sebagai nilai di tengah orang-orang Amerika, tentulah
menimbulkan kesulitan karena ia dipaksa melawan sistem kemandirian, keterbukaan,
langsung dan ambil resiko, sebagai nilai-nilai yang berlaku di Amerika. Demikian
halnya jika nilai-nilai Amerika ke sistem nilai yang berlaku di Jepang, akan terjadi hal
yang serupa, nyaris gagal. Untuk itu perlu dilanjutkan dengan membangun kepekaan budaya.

Multibudaya dan Sukses Organisasi


Pada umumnya organisasi telah menyadari bahwa terdapat keanekaragaman
dan bahwa budaya dari organisasi mana pun harus memperhatikan kebutuhan para
karyawan yang amat berbeda. Singkatnya banyak manajer yang berjuang supaya
budaya perusahaan sesuai dengan isu multibudaya. Sehingga mengelola masalah
keanekaragaman dan multibudaya adalah penting bagi sukses organisasi. Ada 6
argumen untuk mendukung keyakinan bahwa mengelola keanekaragaman dapat
memperbaiki prestasi kerja.
1. Argumen Biaya dengan semakin beragamnya organisasi, biaya pekerjaan yang
jelek dalam rata-rata pekerja akan bertambah. Mereka yang menangani hal ini
dengan baik, akan mendapatkan keuntungan biaya dibandingkan dengan mereka
yang tidak.
2. Argument Akuisisi Sumber Daya perusahaan mengembangkan repotasi agar
disukai sebagai pemberi lapangan kerja yang menjanjikan bagi kaum wanita dan
minoritas etnik. Perusahaan yang mempunyai repotasi yang paling baik untuk
mengelola keanekaragaman akan memenangkan persaingan dalam mendapatkan
tenaga kerja terbaik. Dengan semakin menyusutnya cadangan tenaga kerja dan
perubahan komposisi, keuntungan ini akan semakin penting.
3. Argumen Pemasaran untuk organisasi multinasional, pemahaman dan sensitivitas
budaya yang dibawa oleh para angootanya, dengan agar berasal dari Negara lain,
pada usaha pemasaran harus memperbaiki semua usaha ini dengan cara yang
berarti. Pemikiran yang sama berlaku bagi pemasaran pada sub-populasi dalam
operasi domestik.
4. Argument Kreatifitas keanekaragaman perspektif dan tidak terlalu menenkankan
pada kesesuaian dengan norma pada masa lalu (yang menjadi ciri penekatan
modern keanekaragaman manajemen) harus memperbaiki tingkat kreatifitas.
5. Argument Pemecahan Masalah heterogenitas dalam keputusan dan pemecahan
masalah kelompok mempunyai potensi menghasilkan keputusan yang lebih baik
lewat perspektif yang lebih luas dan analisis isu kritis yang lebih lengkap.
6. Argument Versibilitas Sistem implikasi dari model multi budaya dalam mengelola
keanekaragaman adalah system akan menjadi kurang menentukan, kurang
terstandar, dan oleh karena itu likuid. Naiknya likuiditas harus menciptakan
fleksibilitas yang lebih besar untuk beereaksi pada perubahan lingkungan (yaitu
reaksi harus lebih cepat dan biayanya lebih rendah).

You might also like