You are on page 1of 15

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan yang Diampu oleh Bapak Dr Azainil, M.Si

Disusun oleh Kelompok 6

1. Chairani Sintya (2101036045)


2. Muhammad Safrian Aldino (2101036055)
3. Faisha Salmaa Setiawan (2101036066)
4. Cinta Putri Shaqina (2101036067)
5. Lyra Jelang Fitria (2101036134)
6. Devona Valerie (2101036169)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah "Hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan".

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr


Azainil, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarga-
negaraan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Kami mengetahui bahwa makalah ini penuh kekurangan karena


keterbatasan waktu dan kemampuan kami. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Samarinda, Februari 2022


Tertanda,

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

A. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mencerdaskan

Kehidupan Bangsa........................................................................... 1

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan.......................... 2

C. Sumber Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia....................... 3

D. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan............... 6

E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan......................... 10

F. Kesimpulan....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 12

ii
A. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa
Pendidikan Kewarganegaraan atau yang biasa dikenal dengan
istilah PKn adalah mata pelajaran wajib dalam kurikulum untuk semua
jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan
Tinggi (Mahasiswa). Melalui pelajaran ini siswa bahkan sampai
mahasiswa akan dibekali dengan pengetahuan yang mendukung
peran aktif dalam bermasyarakat dan bernegara dimasa depan. Ini
juga merupakan program pendidikan yang didalamnya terdapat
pengetahuan-pengetahuan yang dikemas sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan pengaruh positif yang berasal dari lingkungan
sekolah untuk mengasah para pelajar berpikir kritis, dan bertindak
secara demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut pengertiannya konsep Pendidikan Kewarganegaraan


dapat dikaji dari tiga aspek yaitu secara Etimologis, Yuridis, dan
Terminologis.
1. Etimologis
Pendidikan Kewarganegaraan dibagi menjadi dua kata yaitu
Pendidikan dan Kewarganegaraan, Pendidikan berarti usaha yang
dilakukan secara sadar dan terencana guna menciptakan proses
belajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya. Sedangkan kewarganegaraan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan posisi/kedudukan sebagai
warga negara.
2. Yuridis
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk menanamkan
ke-sadaran pada peserta didik untuk memiliki rasa cinta tanah air.
3. Terminologis
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang di-
dalamnya memuat tentang demokrasi politik yang diperluas oleh

1
pengetahuan lainnya. Harapannya melalui pendidikan yang
diberikan di sekolah maupun di rumah akan melatih siswa untuk
berpikir kritis, analitis, dan bertindak secara demokratis agar
kegiatan yang dilakukan berdasar atau berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945.

B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan


Generasi muda baik pelajar maupun mahasiswa merupakan
pembangun negara di masa depan. Maka dari itu, demi terwujudnya
generasi penerus yang berkualitas dan dapat membangun negara
menjadi semakin baik, adanya Pendidikan Kewarganegaraan di
sekolah ataupun di perguruan tinggi menjadi salah satu sarana untuk
mewujudkannya.

Wahab dan Sapriyadi berpendapat bahwa, tujuan Pendidikan


Kewarganegaraan adalah untuk membentuk warga negara yang baik.
Maka diharapkan para pengajar Pendidikan Kewarganegaraan dapat
menghasilkan lulusan sebagai warga negara yang baik.

Lalu, menurut Darmadi tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan sebagai insan
pancasilais dan sebagai warga negara yang mahir dalam hubungan
sosial.

Dari pendapat-pendapat tersebut disimpulkan Pendidikan


Kewarganegaraan bertujuan untuk menanamkan kesadaran
berbangsa dan bernegara, berperilaku sesuai norma-norma, memiliki
rasa nasionalisme, serta memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Berdasarkan semua penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan


Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menghasilkan generasi yang dapat berpikir secara kritis, rasional,
serta kreatif.

2
2. Menghasilkan generasi yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan
bernegara secara aktif serta bertanggung jawab.
3. Menghasilkan generasi yang secara individu dapat berkembang
secara positif dan demokratis.
4. Menghasilkan generasi yang dapat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk berinteraksi dan bekerja sama
dengan negara lain.

Setelah mengetahui tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan di


dalam pencerdasan kehidupan bangsa, maka kita dapat mengetahui
pula fungsi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pencerdasan
kehidupan bangsa.

Adapun fungsi dari Pendidikan Kewargangaraan dalam


pencerdasan kehidupan bangsa sebagai berikut:
1. Sebagai sarana untuk memperoleh pemahaman dari tujuan negara.
2. Dapat membantu dalam pengambilan keputusan dengan pemikiran
yang rasional, kritis, serta kreatif.
3. Wadah yang dapat membentuk generasi yang cerdas dan bersifat
nasionalis dalam berwarga negara.
4. Membantu individu agar terbiasa bertindak sesuai dengan norma-
norma Pancasila dan UUD 1945.

C. Sumber Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia


Berdasarkan sumbernya, Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia dapat di telisik dari beberapa aspek yaitu secara Historis,
Sosiologis, dan Politis.
1. Historis
Secara historis, inti dari pendidikan kewarganegaraan telah
hadir dan dimulai dari sebelum Indonesia merdeka. Kesadaran
akan substansi dari pendidikan kewarganegaraan ini pertama kali
lahir saat bangsa Indonesia sedang dijajah dari munculnya

3
berbagai gerakan secara nasional yang diawali oleh Budi Utomo
pada tahun 1908, setelah itu dilanjutkan oleh agenda nasional
lainnya oleh berbagai organisasi baik secara langsung maupun
diam-diam untuk memperjuangkan identitas nasional Indonesia
dengan salah satu contohnya seperti ikrar Sumpah Pemuda yang
diucapkan oleh para pemuda Indonesia pada tahun 1928. Hingga
akhirnya diresmikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 ketika pengikraran proklamasi kemerdekaan
terlaksana.

Pasca kemerdekaan, esensi dari pendidikan kewarganegaraan


tetap penting untuk dipelajari dan diterapkan, karena Indonesia
sebagai bangsa dan negara masih memiliki berbagai tantangan,
tujuan secara nasional, dan cita-cita bangsa yang belum terwujud.
Maka dari itu, pendidikan kewarganegaraan yang berkembang
sesuai dengan perubahan zaman dibutuhkan untuk menumbuhkan
jiwa patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia,
2. Sosiologis
Secara sosiologis, pendidikan kewarganegaraan berperan
sebagai pendidikan multikultural, di mana subjek ini membahas
bagaimana Indonesia sebagai bangsa dapat menghargai dan
mengapresiasi satu sama lain terlepas dari perihal perbedaan,
kelas, suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Berdasarkan aspek
ini, jika nilai-nilai multikulturalisme yang disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan peubahan di masyarakat dapat
ditanamkan dengan baik maka bangsa Indonesia dapat menjalin
hubungan antara satu sama lain dan terlaksananya persatuan
nasional.
3. Politis
Secara politis, pendidikan kewarganegaraan dikenalkan dalam
pendidikan sekolah di kurikulum tahun 1957 dengan istilah

4
Kewarganegaraan, yang dilanjutkan dengan perubahan istilah
menjadi Civics (1962), dan Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Sebelum dikenalkannya istilah ini pada kurikulum pendidikan,
terdapat mata pelajaran Tata Negara dan Tata Hukum tahun 1946
yang menyinggung tentang sejarah, geografi, ekonomi, dan politik
yang saat ini diliput oleh pendidikan kewarganegaraan.

Pada masa orde baru, kurikulum yang dipergunakan ialah


kurikulum 1968 di mana pelajaran Kewargaan Negara mencakup
tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan
MPRS 1966, geografi dan sejarah Indonesia, Hak Asasi Manusia,
perekonomian, dan lain-lain. Selanjutnya berubah menjadi
kurikulum 1975 di mana terjadi perubahan materi pembelajaran,
Pendidikan Kewargaan Negara digantikan oleh Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) yang mempunyai fokus bahasan khusus terhadap
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mengikuti tuntutan dari perubahan zaman, pada tahun 1994


kurikulum kembali diubah. Mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila diganti menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang merupakan pelajaran wajib di setiap
jenjang pendidikan pada saat itu berdasarkan Ketentuan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pada tahun-tahun berikutnya kembali terjadi perubahan di


dalam kurikulum Indonesia, seperti pada tahun 2004 Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya diterapkan kembali
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun
2006. Di tahun 2013 terjadi lagi perubahan kurikulum di mana pada
kurikulum ini didasarkan pada Undang-Undang Sistem Pendidikan

5
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, dan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) diubah kembali sebutannya menjadi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn karena
dianggap lebih relevan dengan sistem kurikulum 2013.

Jadi dapat disimpukan, secara politis pendidikan


kewarganegaraan di Indonesia akan mengalami perubahan secara
konstan mengenai cakupan bahasannya sesuai dengan perubahan
yang terjadi di dalam konstitusi Indonesia.

D. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan


1. Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Aristoteles (1995), perubahan konstitusi akan
membutuhkan kriteria warga negara yang berbeda dengan
konstitusi sebelumnya. Hal ini dikarenakan setiap konstitusi
memiliki ketentuan yang berbeda mengenai fungsi warga negara.
Sedangkan pendidikan kewarganegaraan adalah ilmu yang
membahas bagaimana kriteria warga negara yang baik dalam
menjalani kehidupan kewarganegaraan. Oleh karena itu, dinamika
pendidikan kewarganegaraan harus mengikuti perubahan konstitusi
dalam negara tersebut.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa periode perubahan


konstitusi yang menyebabkan banyaknya perubahan tuntutan
dalam kehidupan berwarga negara. Periode-periode tersebut
diantaranya:
a. Periode 18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949, masa
berlakunya Undang-Undang Dasar 1945
Pada periode pertama dari awal mula terbentuknya Negara
Republik Indonesia, konstitusi yang digunakan di Indonesia
yaitu UUD 1945. Menurut UUD 1945, kedaulatan berada di
tangan rakyat sehingga MPR memiliki kedudukan tertinggi

6
dalam negara. MPR memiliki tugas dan wewenang untuk
menetapkan UUD dan GBHN, selain itu juga membuat Undang-
Undang dengan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan
Mahkamah Agung (MA). Karena konstitusi tidak mampu untuk
menjalankan segala urusan, maka dibuatlah kesepakatan yang
tercantum dalam Pasal 3 Aturan Peralihan yang menyatakan
Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil
presiden yang pertama. KNIP hadir untuk membantu presiden
dan wakil presiden menjalankan tugasnya.
Akan tetapi kenyataannya, terjadi penyelewengan oleh KNIP
yaitu yang seharusnya tugasnya adalah membantu tugas-tugas
pemerintahan presiden, menjadi ikut serta dalam penetapan
GBHN. Hal ini menunjukkan bahwa konstitusi belum
dilaksanakan secara nyata di Indonesia. (profil warga negara)
b. Periode 27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950, masa
berlakunya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat
(RIS)
Konstitusi yang kedua yaitu Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat (UUD RIS), hal ini terjadi karena Negara
Kesatuan berubah menjadi Negara Serikat. Perubahan bentuk
ini terjadi diakibatkan perasaan Belanda yang tidak puas atas
kemerdekaan Indonesia. Maka, terjadilah kontak senjata
(agresi) oleh Belanda pada tahun 1947 dan 1948, dengan
tujuan Belanda yang ingin memecah belah NKRI. Setelah itu,
terciptalah kesepakatan untuk mengadakan Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, akan tetapi Belanda
menginginkan Indonesia menjadi negara serikat agar dapat
kembali dikuasai dengan mudah oleh Belanda.
c. Periode 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959, masa berlaku Undang
Undang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950)

7
Setelah rakyat menyadari bahwa Konstitusi RIS merupakan
suatu rekayasa politik dari Belanda, terjadilah suatu tuntutan
kepada NKRI. Satu persatu negara menggabungkan diri
sehingga terbentuklah kesepakatan yang menjadi satu kesatuan
NKRI dengan UUD Sementara 1950. Negara Kesatuan
ditegaskan kembali pada Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 yang
menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat adalah
negara hukum yang demokrasi dan berbentuk kesatuan.
Pelaksanaan konstitusi UUDS 1950 merupakan suatu wujud
NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.
d. Periode 5 Juli 1959 s/d 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang
Undang Dasar 1945
Melalui dekrit Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 5 Juli tahun 1959 diputuskan bahwa
konstitusi negara kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945.
Hal ini menyebabkan berubahnya sistem ketatanegaraan yang
kembali menyesuaikan UUD 1945. Selanjutnya sistem
pemerintahan yang diberlakukan pada periode ini adalah sistem
presidensial, dimana Presiden memegang seluruh keputusan
baik sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan.
Namun, pada periode ini banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan dalam pemerintahan hingga terjadi
pemberontakan G30SPKI pada tahun 1966 yang merupakan
gerakan pemberontakan anti Pancasila. Setelah terjadi
pemberontakan tersebut, Soeharto diangkat menjadi Presiden
menggantikan Presiden Soekarno. Kemudian pada masa
pemerintahan Presiden Soeharto ini akhirnya sistem
ketatanegaraan dilaksanakan sesuai dengan UUD 1945.
Namun pada masa ini muncul masalah lain, yaitu Presiden
memegang kekuasaan yang terlalu besar hingga sistem
demokrasi yang sesuai dengan UUD 1945 tidak dapat

8
dijalankan. Hingga pada tahun 1998 masyarakat Indonesia
menuntut penurunan Soeharto dari kursi Presiden serta
perbaikan seluruh sistem pemerintahan agar kembali sesuai
dengan konstitusi.
e. Periode 19 Oktober 1999 s/d 10 Agustus 2002, masa berlaku
pelaksanaan perubahan Undang Undang Dasar 1945
Pada masa ini terjadi perubahan pasal-pasal dalam UUD
1945 sebagai akibat dari tuntutan reformasi. Perubahan UUD
1945 ini dilakukan agar seluruh pasal dalam UUD ini relevan
dengan konstitusi yang dibutuhkan oleh seluruh warga negara.
Selain itu, perubahan UUD ini juga dilakukan dengan harapan
tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dalam sistem
ketatanegaraan maupun sistem pemerintahan. Untuk
mewujudkan harapan tersebut, UUD 1945 bahkan mengalami
amandemen sampai empat kali. Oleh karena itu, selama
periode ini proses kehidupan kewarganegaraan di Indonesia
berubah-ubah menyesuaikan konstitusi dalam UUD 1945.
f. Periode 10 Agustus 2002 s/d sekarang masa berlaku Undang
Undang Dasar 1945, setelah mengalami perubahan
amandemen.
Setelah masa amandemen UUD 1945 yang berlangsung dalam
waktu yang cukup lama. Akhirnya Undang-Undang Dasar 1945
yang menjadi dasar konstitusi negara Indonesia diberlakukan
dengan pasal-pasal yang lebih mengedepankan sistem
demokrasi. Perubahan dalam UUD 1945 ini menghadirkan
kesetaraan kedudukan lembaga-lembaga negara. Selain itu,
UUD 1945 yang telah mengalami perubahan menegaskan
sistem demokrasi untuk memilih kepala negara maupun kepala
daerah. Pada masa ini, UUD 1945 memastikan bahwa seluruh
rakyat menerima hak-hak yang sama dalam menjalankan
kehidupan berwarga negara.

9
2. Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan
Tantangan pendidikan kewarganegaraan adalah dinamika
pendidikan kewarganegaraan itu sendiri. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, pendidikan kewarganegaraan sangat
bergantung terhadap konstitusi yang diberlakukan di Indonesia.
Banyaknya perubahan konstitusi yang dilakukan membuat
masyarakat kesulitan untuk menyesuaikan kriteria warga negara
yang berubah-ubah. Tidak hanya itu, pendidikan kewarganegaraan
juga harus dapat menyesuaikan tuntutan dalam perkembangan
zaman. Hal ini dikarenakan pendidikan kewarganegaraan dalam
prakteknya harus sesuai dengan kondisi masyarakat pada
umumnya.

Seiring berjalannya perkembangan zaman banyak hal yang


berubah, termasuk tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Tuntutan
serta kebutuhan masyarakat yang berubah mengikuti
perkembangan zaman ini akan mengakibatkan perubahan
kecenderungan masyarakat dalam kehidupan berwarga negara.
Kecenderungan masyarakat dalam bernegara diantaranya
bagaimana kepedulian masyarakat terkait dengan isu HAM, pola
berdemokrasi serta isu lingkungan hidup di sekitarnya.

E. Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


Esensi dan urgensi Pendidikan Kewarganegaraan pada Orde Lama
dengan saat ini menunjukkan hal yang sangat berbeda, hal ini
ditunjukkan misalnya pada Orde Lama, Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan tindak lanjut dari Dekrit Presiden 1959 untuk kembali ke
UUD 1945, yaitu instruksi pembaruan buku-buku di perguruan tinggi.
Untuk, Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan pada Orde
Lama lebih cenderung sebagai “alat politik” yaitu lebih mengarah dan
mendominasi nilai-nilai yang memungkinkan suatu rezim untuk

10
mempertahankan kekuasaannya, dan juga menjadi bahan indoktrinasi
untuk pendidikan dan pelatihan warga negara.

Sedangkan Esensi dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan


pada masa kini lebih condong untuk mengingat sejarah yang masih
relevan hingga saat ini disertai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa eksistensi masa


depan Pendidikan Kewarganegaraan sangat bergantung pada
konstitusi negara dan tuntutan bangsa Indonesia terhadap Pendidikan
Kewarganegaraan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu, tuntutan-tuntutan ini juga
memberikan perubahan ke kehidupan yang lebih demokratis dan kritis,
seperti menjadi warga negara yang disiplin dan secara aktif
membangun suatu kehidupan yang rukun berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, melalui Pendidikan Kewarganegaraan, kita juga
dapat mengembangkan perasaan cinta tanah air dan tanggung jawab
sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).

F. Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran wajib


dalam kurikulum untuk semua jenjang pendidikan. Generasi muda
merupakan pembangun negara di masa depan. Cara mewujudnya
generasi penerus yang berkualitas dan dapat membangun negara
menjadi semakin baik dengan Pendidikan Kewarganegaraan.
Berdasarkan sumbernya, Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia di bagi menjadi beberapa aspek yaitu secara Historis,
Sosiologis, dan Politis. Perubahan konstitusi akan membutuhkan
kriteria warga negara yang berbeda dengan konstitusi sebelumnya.
Selain itu juga esensi dan dan urgensi Pendidikan Kewarnegaraan
pada Orde lama dan masa kini jauh berbeda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andiana, Azmi. (2018). “Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam


Pencerdasan Kehidupan Bangsa”. Makassar. https://www.aca-
demia.edu/38009010/Makalah_Hakikat_Pendidikan_Kewarganegar
aan_docx, diakses pada tanggal 11 Februari 2022.
Ismail dan Sri Hartati. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep
Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.
Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.
Murron, Faisal Sadam. (2013). Penerapan Metode Permainan Simulasi
dalam Pembelajaran PKN untuk Menumbuhkan Etika Warga
Negara pada Siswa: Penelitian Tindakan Kelas Siswa TSM X-B
SMK Medikacom Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Rejekiningsih, Triana. “Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana atau Profesional”,
Universitas Sebelas Maret, https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/-
615573/mod_resource/content/1/Materi%201.pdf, diakses pada
tanggal 11 Februari 2022.
Santoso, M. A. (2013). Perkembangan Konstitusi di Indonesia. Yustisia
Jurnal Hukum 2, No. 3. https://doi.org/10.20961/yustisia.v2i3.10168.

Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa, I. W. T. (2015)


Pendidikan Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi.
Sunarso, S. (2009). Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
dari Rezim ke Rezim. Humanika 9, No. 1. 67-80.
https://doi.org-/10.21831/hum.v9i1.3784.
Suryaningsih, Istiana. (2016). “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui
Model Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Media
Flipchart pada Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 01 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”, Universitas Kristen Satya
Wacana, https://repository.uksw.edu/handle/123456789/10847, di-
akses pada tanggal 11 Februari 2022.
Yani, Ahmad. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan.

12

You might also like