You are on page 1of 8

1.

Makam Mbah Lamong

Terbentuknya Lamongan sebagai kabupaten tidak lepas dari santri kesayangan Sunan Giri II
bernama Hadi, pemuda asal Desa Cancing, Ngimbang, Lamongan. Karena kecakapan ilmu
agama yang dimiliki, Hadi ini lantas dipercaya untuk menyebarkan ajaran Islam ke barat
Kasunanan Giri. Kedatangan Islam di daerah ini diterima cukup baik oleh masyarakat.
Seiring berkembangnya waktu, perjalanan syiar Islam Hadi berlanjut hingga Sunan Giri III.
Karena keberhasilan sebelumnya dalam berdakwah, Hadi mendapat pangkat Rangga yang
berarti pejabat. Keberhasilan dan cara dakwah Rangga Hadi dalam menyebarkan ajaran Islam
di wilayah Lamongan, membuatnya dicintai masyarakat. Kemudian warga menyematkan
julukan Mbah Lamong lantaran sifat mengasuh dan melayani masyarakat yang benar-benar
membekas.

Pada tanggal 26 Mei 1569, Sunan Giri IV (Sunan Prapen) mengumumkan wilayah kerangga
Lamongan ditingkatkan menjadi kadipaten.  Rangga Hadi lantas diwisuda menjadi adipati
Lamongan pertama yang diberi gelar Tumenggung Surajaya. Rangga Hadi sendiri wafat
tahun 1607.

Menurut salah satu warga sekitar, Kayah, makam Mbah Lamong hanya akan dibuka
di waktu-waktu tertentu, termasuk saat hari jadi Kota Lamongan yang tanggal
penetapannya mengacu pada wisuda Rangga Hadi. "Memang kalau ramai-ramai ya
saat hari ulang tahun Lamongan, Bupati sama pejabat-pejabat suka ke sini," terangnya
saat berbincang dengan merdeka.com baru-baru ini. "Biasanya Mbah Mirsad (juru
kunci) ikut membantu peziarah mengantarkan doa untuk Mbah Lamong," terang
Chambali, perangkat desa kelurahan Tumenggungan.

2. Makam Sendang Duwur Paciran


Bangunan Makam Sunan Sendang Duwur yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut
berarsitektur tinggi yang menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu.
Bangunan gapura bagian luar berbentuk Tugu Bentar dan gapura bagian dalam berbentuk
Paduraksa.

Sedangkan dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni
tinggi dan sangat indah. Dua buah batu hitam berbentuk kepala Kala menghiasi kedua sisi
dinding penyangga cungkup.

Walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi tetap bisa dijangkau
oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai
memudahkan para pengunjung yang ingin kesana untuk berwisata ziarah.

Saat ini situs makam Raden Noer Rachmat alias Sunan Sendang Duwur makin ramai
pengunjung. Selain berziarah, mereka ingin melihat peninggalan bersejarah salah satu sunan
berpengaruh dalam syiar agama Islam di Jawa itu.

3. Candi Pataan di Desa Sambeng Lamongan


Menurut Mas Wicaksana dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, situs ini
kemungkinan besar adalah wihara yang merupakan tempat pendidikan bagi calon
biksu. Calon biksu dari seluruh Jawa, bahkan dari Champa dan India datang ke tempat ini. Di
tempat ini juga kemungkinan besar Raja Airlangga belajar agama. Cak Priyo, penemu
candi ini, mengatakan bahwa Airlangga mungkin penganut Budha Syiwa.
4. Makam Gunung Ratu

Di Kecamatan Ngimbang Lamongan, terdapat situs makam dari Ibu Gajah Mada (Panglima
perang kerajaan Majapahit). Gunung Ratu, adalah nama lokasi tempat sang ibu dimakamkan.

Untuk mencapai lokasi makam, akan melewati baris pepohonan yang berumur puluhan dan
bahkan ratusan tahun pada sebelah kanan-kiri jalan. Pepohonan rindang ini akan menambah
rasa sejuk meskipun berkunjung pada siang hari. Untuk mencapai puncak gunug, harus
melewati anak tangga yang jumlahnya ratusan.

Gunung Ratu diyakini sebagai tempat kelahiran Gajah Mada. Ia lahir dari seorang ibu
Bernama Indreswari yang merupakan salah satu istri dari pendiri kerajaan Majapahit, Raden
Wijaya. Dua buah makam berukuran kecil dengan tulisan nisan “Kucing Condromowo” dan
“Garangan Putih” akan menjadi hal pertama yang ditemui dilokasi tersebut. Kucing dan
garangan itu diyakini sebagai hewan yang menemani indreswari kala itu. Untuk menutupi
identitas kebangsawanannya, kemudian ia mengganti namanya menjadi Dewi Andong Sari.
Lokasi makam terletak di Kawasan hutan lindung Gunug Ratu, Desa Cancing, Kecamatan
Ngimbang, Kabupaten Lamongan. Pada tahun 2020 tiket masuk lokasi pemakaman 5000
rupiah.

5. Bekas Gedung CTN Babat Lamongan

Babat merupakan salah satu kota tertua yang ada di wilayah Lamongan yang memiliki
banyak peninggalan berupa bangunan-bangunan kolonial yang peninggalannya masih bisa
kita lihat hingga sekarang meskipun banyak yang ditelantarkan.  Bangunan-bangunan
bersejarah yang ada di Babat seolah kian tergerus oleh perkembangan zaman hingga akhirnya
banyak dilupakan. 

https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3606410/babat-kota-tua-yang-masih-menyimpan-
bangunan-era-kolonial

"Penetapan cagar budaya juga harus disertai dengan pemberian bantuan biaya perawatan,
perbaikan, serta dukungan tenaga ahli agar pemilik bangunan tidak merasa keberatan dan
terbebani, sehingga mereka tidak akan pernah mempunyai pikiran untuk menjualnya atau
merobohkannya," mnding dibuat kek benteng vastenburg solo, buat foto2 dll
Terdapat Gedung Corps Tjadangan Nasional atau biasa disingkat CTN. Inilah satu-satunya
bangunan ikonik berarsitektur Belanda yang nasibnya tak semujur bangunan tua di Babat
lainnya. Dulunya bangunan ini merupakan rumah Kapten Belanda yang dibangun
sekitar tahun 1930-an dengan dekorasi serta desain kuno yang tampak dari setiap sisi
bangunan. Keadaannya sangat memprihatinkan, di mana bagian dinding dan atap sebagian
telah roboh serta ditumbuhi semak belukar yang semakin menutup keistimewaan bangunan
dari jangkauan mata.

Ada rencana untuk merenovasi Gedung CTN pada tahun 2019 mendatang guna
menjadikannya sebagai situs cagar budaya. Hal yang sangat ditunggu-tunggu sebab bangunan
tersebut pastinya bisa menjadi daya tarik wisatawan pecinta heritage, yang nantinya bisa
mendongkrak sektor pariwisata di kota tempat kelahiran kue wingko ini. Babat bisa diakses
melalui Bandara Juanda Sidoarjo Surabaya, berjarak sekitar 95 km atau butuh waktu kurang
lebih 2,5 jam berkendara.

Komunitas Pecinta Sejarah di Kabupaten Lamongan, Jatim, meminta  Pemerintah segera


menetapkan belasan bangunan kuno peninggalan kolonial Belanda menjadi situs cagar
budaya. Ini setelah rusaknya sejumlah bangunan bersejarah itu akibat tidak terpelihara.
https://detakpos.com/budaya/sejumlah-bangunan-kuno-di-babat-lamongan-rusak/

https://fib.unair.ac.id/fib/2021/03/30/kota-tua-yang-terlupakan-revitalisasi-bangunan-
bangunan-kolonial-di-kota-babat-kabupaten-lamongan-jawa-timur/

6.

You might also like