You are on page 1of 16

STUDY KASUS

KESULITAN BELAJAR ANAK


(DYSLEXIA)

Oleh:
Chairunnisa Sayidina
(A23218B1018)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


RAKEYAN SANTANG
KARAWANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Perilaku Anak yang Memiliki Kesulitan
Belajar (Disleksia)”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam penyusunan makalah ini sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Karawang, 14 September 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
BAB II BIODATA OBJEK DAN ORANG TUA OBJEK ................................................................. 4
A. Objek .......................................................................................................................................... 4
B. Orang Tua.................................................................................................................................. 4
BAB III DAFTAR TABEL .................................................................................................................. 5
BAB IV LANDASAN TEORI .............................................................................................................. 6
A. Definisi Kesulitan Belajar ........................................................................................................ 6
B. Definisi Kesulitan Belajar Membaca (Dyslexia) ..................................................................... 6
BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 9
A. Pembahasan Mengenai Objek ................................................................................................. 9
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................................. 13
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14
LAMPIRAN......................................................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalamimasalah dalam belajar.
Masalah tersebut ada yang cenderung ringan sehingga tidak memerlukan perhatian
khusus karena dapat diatasi sendiri oleh si anak. Akan tetapi, seorang anak juga
mungkin mengalami problem belajar yang cukup berat sehingga memerlukan perhatian
dan bantuan orang lain.
Pada proses perkembangan yang dialami anak-anak, tidak semua anak
mengalami proses-proses seperti anak normal. Jadi tidaklah mengherankan bilamana
satu diantara sepuluh anak ditemukan mengalami gangguan belajar yang dikenal
dengan istilah disleksia (yaitu kesulitan dalam membaca dan menulis dikarenakan tidak
bisa membedakan bentuk huruf). Sementara anak-anak lainnya mengalami kesulitan-
kesulitan tersendiri dalam belajar membaca, menulis, atau memahami dan
menterjemahkan simbol-simbol matematika.
Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang biasanya berkaitan
dengan tingkat perkembangan fungsiaonal. Hal-hal tersebut meliputi tingkat
perkembangan sensor motorik, pengetahuan kognitif, kemampuan berbahasa,
keterampilan berinteraksi sosial. Para ahli sains kognitif sepakat bahwa hubungan
antara belajar, memori, dan pengetahuan sangat erat dan tidak mungkin dipisahkan.
Memori merupakan keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar membaca (dyslexia)?
2. Apa saja ciri-ciri disleksia?

3
BAB II

BIODATA OBJEK DAN ORANG TUA OBJEK

A. Objek
Nama : Naufal Azhar Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : 22 juli 2013
Usia : 8 tahun
Alamat : Krajan 2
B. Orang Tua
Nama Ayah : Hasan Basri
Alamat : Krajan 2
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Larisa Susanti Fauziah
Alamat : Krajan 2
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

4
BAB III

DAFTAR TABEL

No Perilaku Yang Terlihat Ya Tidak


1 Mengalami masalah mempelajari bunyi pada huruf √
2 Kemampuan mengeja tidak konsisten dan tidak bisa ditebak √
3 Menaruh kata dengan urutan yang salah √
Mengalami masalah mempelajari atau mengingat suatu huruf, suku
4 √
kata, maupun kata yang sudah disebutkan sebelumnya
5 Menulis dengan sangat perlahan √
Kesulitan memusatkan perhatian atau fokus, kadang tampak
6 √
hiperaktif atau justru sering melamun
Harus berusaha keras mempelajari hal-hal yang beururutan, seperti
7 √
urutan hari, atau urutan alfabet
Membaca sangat perlahan atau membuat kesalahan ketika
8 membaca keras-keras, dan kemampuan membacanya dibawah rata- √
rata anak seusianya
9 Bingung dengan urutan huruf dalam suatu kata √
Mengalami kesulitan saat membaca dan mengeja kata-kata yang
10 √
baru dikenal atau dipelajari
11 Mengalami kesulitan mengingat instruksi yang diberikan √

5
BAB IV

LANDASAN TEORI
A. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai
dengan hambatan-hambatan tertentu, dalam mencapai tujuan belajar. Kondisi ini
ditandai kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh problem-problem
neurologis, maupun sebab-sebab psikologis lain, sehingga prestasi belajarnya rendah,
tidak sesuai dengan potensi dan usaha yang dilakukan.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
manifiestasi tingkah laku (bio-psikososial) baik secara langsung atau tidak, bersifat
permanen dan berpotensi menghambat berbagai tahap belajar siswa.
Tidak seperti cacat lainnya, sebagaimanan kelumpuhan atau kebutuaan
gangguan belajar (learning disorder) adalah kekurangan yang tidak tampak secara
lahiriah. Ketidakmampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik yang
berbeda dengan orang normal lainnya. Kesulitan belajar adalah keterbelakangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dan
dengar. Kesulitan belaja juga merupakan ketidakmampuan dalam menghubungkan
berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian otak mereka. Kelemahan ini akan
tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara dan menuliskan sesuatu,
koordinasi, pengendalian diri atau perhatian. Kesulitan-kesulitan ini akan tampak
ketika mereka melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, dan menghambat proses belajar
membaca, menulis, atau berhitung yang seharusnya mereka lakukan.
Kesulitan belajar dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Bebarapa kasus
memperlihatkan bahwa kesulitan ini memengaruhi banyak bagian dalam kehidupan
individu, baik itu di sekolah, pekerjaan, rutinitas sehari-hari, kehidupan keluarga, atau
bahkan terkadang dalam hubungan persahabatan dan bermain. Beberapa penderita
menyatakan bahwa kesulitan ini berpengaruh pada kebahagiaan mereka. Sementara itu,
penderita lainnya menyatakan bahwa gangguan ini mengahambat proses belajar
mereka, sehingga tentu saja pada gilirannya juga akan berdampak pada aspek lain dari
kehidupan mereka.
B. Definisi Kesulitan Belajar Membaca (Dyslexia)
Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam
dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia berarti
kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan ini
disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau
kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata secara tertulis.
Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia sebagai
suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala
sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut Lerner
seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca
sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.

6
Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar.
Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam
membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata;
penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca
tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau cerita, banyak keliru
menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola membaca yang tidak wajar
pada anak.
1. Karakteristik Dyslexia
Ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan
membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala
serba aneka, (Mercer, 1983) .
Dalam kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan belajr membaca
sering tampak hal-hal yang tidak wajar, sering menampakkan ketegangannya
seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir.
Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya yang ditandai
dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan guru. Pada saat
mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan
atau ada barisyang terlompat tidak terbaca.
Dalam kekeliruan mengenal kata ini memcakup penghilangan, penyisipan,
penggantian, pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan
tersentak-sentak ketika membaca.
Kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan dalam
menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengurutkan cerita
yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema bacaan yang telah dibaca. Gejala
serb aneka tampak seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh
ketegangan, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat.

2. Gejala
Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan
yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal ini
dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut.
Disleksia merupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima
informasi saat membaca buku atau tulisan.
Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam
atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12
tahun kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi
ketika anak memasuki bangku sekolah dasar.

Ciri-Ciri dyslexia:
a. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulang kali diucapkan dengan
bermacam ucapan.
b. Sulit mengja kata kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal b-d, u-
n, m-n.
c. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragrap berikutnya atau
tidak berurutan.
d. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

7
e. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus.

Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem
pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan
bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan
yang tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus
memiliki metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki
metode yang berbeda-beda, begitupun anak disleksia.

8
BAB V

PEMBAHASAN
A. Pembahasan Mengenai Objek
Dyslexia adalah kesulitan belajar, khususnya membaca, yang dialami oleh anak
yang bukan disebabkan oleh kecacatan tertentu. Anak yang mengalami disleksia ini
biasanya memiliki kecerdasan rata-rata. Mereka mengalami kesulitan membaca bukan
karena penglihatan atau pendengaran mereka terganggu. Namun, terjadinya kesulitan
membaca ini disebabkan oleh adanya gangguan pada otak.
Tidak sedikit diantara anak-anak kita mengalami disleksia yang ditandai
diantaranya dengan lambatnya belajar membaca karena kesulitan membedakan huruf-
huruf tertentu. Kasus disleksia sebenarnya banyak terjadi di seluruh dunia. Namun
belum ada laporan jumlah yang kongkrit. Dalam kasus yang sangat berat disleksia bisa
terbawa hingga usia dewasa.
Dari beberapa informasi tentang disleksia ditemukan bahwa kebanyakan anak
diketahui mengalami disleksia agak terlambat, biasanya karena baru belajar membaca
di usia lebih dari 6 tahun. Akibatnya, orangtua agak terlambat menyadari di akhir
semester 2 (kelas 1 SD) menjelang kenaikan kelas atau setelah diultimatum oleh guru
kelasnya bahwa apabila di akhir tahun pelajaran anaknya belum dapat membaca dengan
lancar maka anak tersebut terpaksa tidak naik kelas.
Penelitian yang telah ditemukan oleh Glenn Doman selama berpuluh-puluh
tahun di 100 negara di 5 benua bahwa seorang anak akan belajar membaca lebih cepat
apabila mereka belajar di usia yang lebih muda (How to Teach Your Baby to Read;
1987). Hanya memang mengajar anak yang lebih muda memerlukan kesabaran ekstra,
selain pengetahuan kependidikan yang cukup. Gejala yang biasnya nampak yaitu pada
saat anak itu mulai belajar membaca atau mulai mengenal bentuk-bentuk awal, dia
sudah mengalami kesulitan. Sering kali anak tersebut salah dengan atau mengucapkan
huruf.
Anak dengan disleksia akan kesulitan dalam membaca. Misalnya, ketika
membaca sering ada huruf yang terlompati, atau terbalik, atau bahkan ada yang
membaca tapi mereka tidak mengerti apa yang mereka baca. Pada kasus yang lain,
ketika membaca, anak dengan disleksia ini melihat tulisan seperti berbayang. Hal ini
bukan karena ada gangguan padamatanya, tapi karena pemprosesannya yang tidak
benar. Kondisi tersebut hanya bisa dideteksi oleh dokter dengan menggunakan alat
yang disebut “Erlen Lens”. Pada kondisi lain, anak dengan disleksia menulis secara
terbalik. Kita baru bisa memahami tulisannya jika kita membaca dengan kaca. Kasus
ini disebut dengan “Mirror Writting”.
Kesulitan membaca pada anak penderita disleksia tentu saja akan berpengaruh
pada kemampuannya memahami mata pelajaran yang lain. Dakam pelajaran
matematika, misalnya, anak akan kesulitan memahami simbol-simbol. Karena anak
yang mengalami disleksia, akan berpengaruh ke seluruh aspek kehidupannya. Kadang-
dakang dalam berbicara pun maksud mereka sulit dipahami.

9
Pada kasus yang dialami oleh Naufal siswa kelas 2 SD, maka dapat diketahui
bahwa Naufal mengalami kesulitan belajar membaca (dyslexia). Hal ini dapat
dibuktikan melalui asesmen informal, yang didalamnya terdapat kemampuan membaca
lisan, dan membaca pemahaman.
a. Membaca lisan
Menurut Hargrove dan Poteet (1984), ada 13 jenis perilaku yang
mengindikasikan bahwa anak berkesulitan belajar membaca lisan, dibawah ini
adalah perilaku yang dialami oleh Naufal:
1) Menunjuk tiap kata yang sedang dibaca. Hal ini dialami oleh Naufal tiap
kali dia disuruh membaca dia pasti menunjuk tiap kata yang dibaca.
2) Menelusuri tiap baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan
jari. Selain menunjuk tiap kata dia juga menelusuri tiap baris yang
dibaca dengan jari atau alat tulis yang dibawanya.
3) Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak. Setiap dia
membaca pasti kepalanya ikut bergerak sama dengan posisi kata yang
dibacanya.
4) Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata. Buku yang dibaca oleh
Naufal letaknya sangat dekat dengan matanya.
5) Mulutnya komat-kamit waktu membaca. Sebelum membaca dengan
bersuara, Naufal terlebih dahulu komat-kamit dengan kata yang akan
dibacanya.
6) Membaca kata demi kata. Meskipun Naufal saat ini sudah kelas II, dia
masih tetap mengeja tulisan yang dibaca, bahkan memerlukan waktu
yang lama.
7) Membaca tanpa ekspresi. Setiap Naufal disuruh membaca maka akan
membaca tulisan tersebut, namun dia tidak bisa mengekspresikan apa
yang dia baca.
Dari 7 jenis perilaku yang dialami Naufal, sudah cukup membuktikan
bahwa sebagian perilakunya sudah tergolong dalam kesulitan membaca lisan.
b. Membaca pemahaman
Menurut Ekwall (1984), ada tujuan kemampuan yang ingin dicapai melalui
membaca pemahaman, yaitu:
1) Mengenal ide pokok suatu bacaan
2) Mengenal detail yang penting
3) Membangkitkan imajinasi visual
4) Meramalkan hasil
5) Mengikuti petunjuk
6) Mengenal organisasi karangan
7) Membaca kritis
Untuk melatih membaca pemahaman, biasanya anak diberi tugas untuk
membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Yang tujuan membaca
dalam hati sama dengan membaca pemahaman. Dalam hal ini Naufal tidak
dapat melakukannya, jika mereka disuruh membaca dalam hati, mereka justru
diam dan mengalihkan perhatiannya.

10
Selain membaca dalam hati. Membaca pemahaman juga dapat diketahui
jika anak dapat menjawab pertanyaan yang sesuai dengan data dalam bacaan.
Naufal juga belum bisa menjawab pertanyaan jika dia tidak dibantu.
Selain melalui asesmen informal dapat diketahui juga bahwa Naufal
mengalami dyslexia hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri dyslexia sebagai berikut:
1) Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulang kali
diucapkan dengan bermacam ucapan
2) Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal:
b-d, u-n, atau m-n
3) Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph
berikutnya atau tidak berurutan
4) Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata
5) Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya
kata pelajaran diucapkan menjadi perjalanan
Dari ciri-ciri yang dialami Naufal, sudah cukup membuktikan bahwa
perilaku mereka sudah tergolong dalam kesulitan membaca lisan.
Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang dyslexia di antaranya
konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi).
“Penyandang dyslexia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian.
Mereka cenderung tidak teratur. Masalah lainnya, Naufal kesulitan dalam
penyusunan atau pengurutan, entah itu angka atau huruf.
Kondisi yang dialami oleh Naufal, maka Naufal memerlukan bantuan
agar dia bisa membaca dengan lancar. Penanganan anak dyslexia ini berbeda
pada setiap individu. Seorang guru sebaiknya memberikan sistem pengajaran
yang individual. Untuk itu, kerjasama antara orang tua, guru dan psikolog
sangat diperlukan untuk menangani dyslexia pada anak. Jika masalah dyslexia
pada anak tidak ditangani secara tuntas, akan memberikan dampak yang buruk
terhadap masa depan anak. Banyak anak yang mengalami dyslexia yang tidak
mendapatkan penanganan menjadi frustasi dan drop out dari sekolah.
Menurut Mulyono (2003) bahwa, pembelajaran membaca dapat salah
satunya dilakukan dengan menggunakan pendekatan perilaku yaitu dengan :
1) Pembiasaan membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara
bertahap taraf kesulitannya kian ditingkatkan.
2) Pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian di
mana anak kerap menunjukkan kesulitan.
3) Metode bunyi untuk aktivitas membaca permulaan dan metode
linguistik untuk aktivitas membaca pemahaman.
Selain pendekatan perilaku juga bisa menggunakan pendekatan kognitif.
Pendekatan kognitif dilakukan dengan penggabungan huruf menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata maupun gabungan kata menjadi kalimat. Pola-polanya
sendiri bisa diajarkan secara langsung maupun secara tak langsung, atau anak
akan menemukan sendiri polanya. Model layanan pembelajaran yang

11
ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran ini berupa kegiatan penemuan pola-
pola seperti:
1. Menemukan pola gabungan huruf vokal-konsonan menjadi suku kata
tertentu
2. Menggunakan pola kata tertentu dalam kalimat (D-M dan M-D; frasa,
kata majemuk, kata ulang, dll.)
3. Memahami pola kalimat sesuai jabatan katanya.
4. Melakukan proses membaca pemahaman secara bertahap, sehingga
pengalaman membaca menjadi sesatu yang bermakna

Kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai masalah dyslexia


menyebabkan kasus dyslexia pada anak sering tidak terdeteksi. Jika ditangani
secara dini kondisi ini dapat diatasi. Oleh karena itu, para orang tua dituntut
untuk lebih perhatian pada anak-anak, terutama ketika mereka mulai belajar
membaca. Dengan begitu, kelainan seperti dyslexia dapat dideteksi dan
ditangani sejak dini.

12
BAB VI

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dyslexia adalah kesulitan belajar, khususnya membaca, yang dialami oleh anak
yang bukan disebabkan oleh kecacatan tertentu. Anak yang mengalami disleksia ini
biasanya memiliki kecerdasan rata-rata. Mereka mengalami kesulitan membaca bukan
karena penglihatan atau pendengaran mereka terganggu. Namun, terjadinya kesulitan
membaca ini disebabkan oleh adanya gangguan pada otak.
Selain melalui asesmen informal dapat diketahui juga bahwa Naufal mengalami
dyslexia hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri dyslexia sebagai berikut:
1. Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulang kali
diucapkan dengan bermacam ucapan
2. Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal:
b-d, u-n, atau m-n
3. Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph
berikutnya atau tidak berurutan
4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata
5. Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya
kata pelajaran diucapkan menjadi perjalanan

13
DAFTAR PUSTAKA

Kasiyati, dkk. (2018). Maningkatkan Kemampuan Guru Pada Pembelajaran Membaca anak
Disleksia. Jurnal Pendidikan Khusus, 2.
Fauziah, F. (2010, January 13). Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia). Diambil kembali dari
makalahpsikologi.blogspot.com:
https://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/kesulitan-belajar-membaca-
disleksia.html
Retno, D. (2017, July 20). 20 Ciri-Ciri Disleksia Yang Mudah Dikenali. Diambil kembali dari
DosenPsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/author/devitaretno/page/16

14
LAMPIRAN

Mendikte kata yang di sebutkan

Mengeja huruf dari kata yang tertulis

15

You might also like