You are on page 1of 41

MAKALAH FILSAFAT ILMU

Sarana Ilmiah Oleh Kelompok 5

Dosen pengajar: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas terwujudnya penyusunan

makalah yang berjudul “Sarana Ilmiah” ini.

Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) bagi

mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I) dan Program Pendidikan Dokter

Gigi Spesialis I (PPDGS I) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Isi dari makalah ini

meliputi pengertian dan jenis-jenis sarana ilmiah.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada

Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes sebagai pembimbing dalam materi Filsafat Ilmu dan teman

sejawat yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap dengan adanya

makalah ini pengetahuan dan pengertian kami mengenai topik “Sarana Ilmiah” menjadi

semakin terarah dan dapat kami aplikasikan di kehidupan kami.

Surabaya, September 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Pengertian Berpikir Ilmiah ...................................................................... 3


B. Sarana Berpikir Ilmiah ............................................................................ 3
C. C.1. Bahasa ...............................................................................................5
C.2. Matematika .......................................................................................7
C.3. Statistika ......................................................................................... 10
C.4. Logika ............................................................................................. 11

BAB III PENUTUP ...........................................................………………….. 14


A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Saran ....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari
kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan
manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia
dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara
berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah
adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus
disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan.
Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan
dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang
perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah
ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya,
mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang
memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah
untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah
merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah
yang harus ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah
1
metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan
metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga
diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang
pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan
itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut
dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah
dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika
dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai sarana
berpikir ilmiah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagiamana seseorang dikatakan berpikir ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah ?
3. Bagaimana hubungan antara sarana ilmiah bahasa, logika, matematika, dan statistik?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dikatakan berikir ilmiah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Berfikir Ilmiah


Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah
proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di
dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum.

B. Sarana Berfikir Ilmiah

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

3
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar.Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118).Berpikir ilmiah, yaitu berpikir
dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi
untuk operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan
dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari
pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu
berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan
keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun
pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang
kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap
pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan
statistika..Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika
dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah
diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika

4
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang
berlaku umum.

C. Hubungan antara sarana ilmiah bahasa, logika, matematika, dan statistik


1. Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dan satu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan
bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan.
Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang
membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Hal inisenada dengan apa yang diutarakan
oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh jujun bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemmpuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa.1 Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai animal
symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan symbol. Secara generic istilah ini
mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan
berpikir manusia mempergunakan symbol.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian
bahasa. Sudah tentu setiap ahli berbeda beda cara menyampaikannya. Bloch and Trager
mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of
which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi).2

1
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan 1995), hlm 171.
2
Bernard Bloch and George L. Trager, Out Line of Linguistic Analysis, (Baltimore: Linguistic
Socicty of America, 1942), hlm 5.

5
A. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat
bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:

1. Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat.


2. Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3. Penyampaian pikiran dan perasaan.
4. Penyenangan jiwa.
5. Pengurangan kegoncangan jiwa.3

B. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan


pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan
unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa
merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan
kemasyarakatan.
Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu
pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti
menggunakan pola bepikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan.
Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.4

3
Fathi Ali Yunus et al., Asasiyat Ta’lim al-Lugah al-Arabiyyah wa al-Tarbiyah al-Diniyah,
(Kairo: Dar el-Tsaqafah, 1981), hlm. 14
4
Jujun S. Suriasumantri, op.cit, hlm.167

6
C. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama

Telah diutarakan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah adalah bahasa yang


digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Ada dua pengertian
mendasar tentang bahasa agama, pertama, bahasa agama adalah kalam ilahi yang
terabadikan kedalam kitab suci. Kedua, bahasa agama merupakan ungkapan serta
perilaku keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok sosial. Dengan kata lain,
bahasa agama dalam konteks kedua ini merupakan wacana keagamaan yang dilakukan
oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta
menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci.5 walaupun ada perbedaan antara kedua
bahasa ini namun keduanya merupakan sarana untuk menyampaikan sesuatu dengan
gaya bahasa yang khas.

2. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik metematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung
satu,dua,tiga, maupun yang sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.

Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan


matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga
tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali
ilmu-ilmu sosial sudah mempergunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri,
econometri, dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama
luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan.6

5
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, (Jakarta: Paramadina,1996), hlm. 75.
6
Jujun S.Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2001). Cet. ke-15, hlm.
229.

7
A. Matematika sebagai bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari


serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika
bersifat “artifisial” yang mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.
Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.7

Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.


Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini
meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang
lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita
menghendaki daya prediksi dan kontrol yang lebih tepat dan cermat dari ilmu.8

B. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif

Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena


penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti
halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas deduksi-
deduksi (penjabaran-penjabaran). Deduksi ialah penalaran yang sesuai dengan hukum-
hukum serta aturan-aturan logika formal, dalam hal ini orang menganggap tidaklah
mumgkin titik tolak yang benar menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak
benar. Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berpikir deduktif.9

7
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) cet. ke_15. hlm.
165
8
Ibid., hlm. 167
9
Beerling, Pengantar Filsafat Ilmu, (Ttp: Tiara Wacana, 1998), cet. ke-2, hlm. 23

8
Dalam penalaran deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah
sistem silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran
deduktif yang sempurna.10

C. Matematika Untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam metematika memberikan


kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam,
lebih ditandai dengan penggunaan lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan
pengukuran, disamping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai
dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan
penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek
penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, disamping objek
penelaahan yang tak berulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada
lambang-lambang bilangan.

Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu
dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika
merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau
situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala
jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga
bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai
sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.11

10
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dan Perspektif, op,cit, hlm. 88
11
Ibid ., hlm. 180

9
3. Statistika
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu
kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan
ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus
akurat. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain
sebagainya.12

A. Statistika Sebagai Sarana Berpikir Induktif

Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.Konsep


statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian
tersebut dan sebaliknya.13

B. Sejarah Perkembangan Statistik


Peluang yang merupakan dasar teori statistika, merupakan konsep baru yang
tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa dalam abad
pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu
dasar peluang ini dirumuskan, maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang.

12
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000), hlm. 4

10
13
Ibid., hlm. 5

Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda dibandingkan dengan


metematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh
tahun belakangan ini. Dengan memasyarakatkan berpikir secara ilmiah tidak terlalu
berlebihan apa yang dikatakan oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir statistik
akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis.14

C. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan


Statistika
Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan
Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan
sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. Matematika mempunyai peranan
yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan
penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan
deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogismus.15

4. Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.

14
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah, hlm. 213
15
Ibid., hlm. 50

11
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berpikir, secara de jure.
Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan
macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran
diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya
terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum tertentu.
A. Aturan Cara Berpikir yang Benar
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di
awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa
diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah
teruji. Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika
berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah)
yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar
lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.16

B. Klasifikasi

Sebuah konsep klasifikasi, seperti “panas” atau “dingin” hanyalah


menempatkan objek tertentu dalam sebuah kelas. Suatu konsep perbandingan, seperti
“lebih panas” atau “lebih dingin”, mengemukakan hubungan mengenai objek tersebut
dalam norma yang mencakup pengertian lebih atau kurang, dibandingkan dengan
objek lain. Pertimbangan yang berdasarkan klasifikasi tentu saja lebih baik daripada
tak ada pertimbangan sama sekali.

16
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),
hlm. 150.

12
Tidak seperti halnya konmsep kelas, konsep perbandingan melibatkan suatu
struktur hubungan logis yang rumit. Sekali kita menetapkan struktur ini, kita tidak
bebas lagi untuk menolak dan mengubahnya. Jadi kita melihat dua segi dimana
konsep perbandingan dalam ilmu tidak bersifat konvensional tetapi harus diterapkan
kepada fakta-fakta alami dan mereka harus sesuai dengan struktur hubungan logis.17

C. Aturan Definisi

Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap
sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain.
Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk
membahas tentang hakikatnya.

Sedangkan pengertian definisi secara terminologi adalah sesuatu yang


menguraikan makna lafadz kulli yang menjelaskan karakteristik khusus pada diri
individu. Penulis memberi pengertian definisi sebagai pengurai makna lafadz kulli
karena lafadz juz’i tidak mempunyai pengertian terminologi dengan adanya perubahan
karakteristik yang konsisten menyertainya.18
definisi yang baik adalah jami’wa mani (menyeluruh dan membatasi). Hal ini
sejalan dengan kata definisi itu sendiri, yaitu definite (membatasi). Salah satu contoh
yang sering diungkapkan adalah manusia adalah binatang yang berakal. Binatang
adalah genus sedangkan berakal adalah differensia, pembeda utama manusia dengan
makhluk-makhluk lain. Jadi, definisi yang valid dalam logika perlu batasan yang jelas
antara objek-objek yang didefinisikan.

17
Ibid.
18
Awadhallah Jad Hijazi, Al-Mursyid al-Salim fi al-Mantiq al-Hadis wa al-Qadim, (Kairo:
Dar al-Atrak bi Azhar, 1998), hlm. 15

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris.
Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan
fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya.
2. Sarana berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
3. Sarana yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu logika, bahasa, matematika dan
stasistika.

B. Saran
Saran dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literature lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca dapat
mudah mengerti.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

15
SARANA ILMIAH
Kelompok 5
Dosen pengajar: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes
KELOMPOK 5 MKDU JULI 2021
DEFINISI
Sarana ilmiah merupakan alat bagi kegiatan ilmiah untuk
membantu langkah-langkah ilmiah mendapatkan
kebenaran.

Sarana ilmiah merupakan suatu alat, yang artinya dengan


alat tersebut membuat manusia dapat berbuat sesuatu
untuk mendapatkan ilmu baru atau teori yang lain dengan
melaksanakan kegiatan ilmiah.
PEMBAGIAN
Sarana Berfikir Ilmiah Ada 4, yaitu:
Bahasa
Logika
Matematika
Statistika
Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang
membentuk suatu arti tertentu (Suriasumantri, 2003:175).

Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan


sebagai alat komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata
atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan
simbol dari arti sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan
cara menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:98)
Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer
yang digunakan oleh masyarakat tertentu untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan untuk
mengidentifikasi diri (Sarwiji Suwandi,2008:24).

Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer


yang dipergunakan oleh para anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri (KBBI)
Ciri-ciri Bahasa
Ciri-ciri dari bahasa yaitu:
៚ Bahasa itu berpola atau beraturan;
៚ Bahasa itu seperangkat simbol yang
arbitrer,
៚ Bahasa itu vokal atau bunyi,
៚ Bahasa itu komunikasi.
Unsur Bahasa

Unsur yang ada didalam bahasa yaitu:

៚ simbol – simbol
៚ simbol – simbol vokal
៚ simbol – simbol vokal arbitrer
Fungsi Bahasa

Fungsi bahasa adalah sebagai alat


untuk mengkomunikasikan suatu
gagasan kepada orang lain.
Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Peranan bahasa dalam sarana berpikir


ilmiah yaitu sebagai alat komunikasi
verbal untuk menyampaikan atau
mengungkapkan hasil-hasil perenungan
seseorang kepada orang lain agar bisa
dipahami dan dimengerti
Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang


melambangkan serangkaian makna dari
serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat
“artifisial” yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya.
Matematika Sebagai Sarana Berpikir
Deduktif
Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu
deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-
masalah yang dihadapi tidak didasari atas
pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam
ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan atas
deduksi-deduksi (penjabaran-penjabaran).
Matematika Untuk Ilmu Alam Dan Ilmu Sosial

Selain pengetahuan, matematika juga


memberikan bahasa, proses dan teori
yang memberikan ilmu suatu bentuk
dan kekuasaan.
Matematika Untuk Ilmu Alam Dan Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam, matematika


memberikan kontribusi yang ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk penghitungan dan
pengukuran.

Untuk ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa


kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak mempunyai
pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian
tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan.
Pengertian logika
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valid
dan dapat dipertanggungjawabkan.


Berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir.
Sistematika logika
Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis
(kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal
bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah.

Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional


yakni logika yang mengikuti aristotelian dan Logika
Modern.

Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal


(deduktif dan induktif) dan Logika Material.
Aturan Cara Berpikir Yang Benar
1. Mencintai kebenaran
2. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang dikerjakan
3. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang dikatakan
4. Buatlah pembeda dan klasifikasi yang semestinya
5. Cintai definisi yang tepat
6. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa ditarik kesimpulan seperti
itu
7. Minimalisir kesalahan dan berani bertanggung jawab serta dapat
mencari letak kesalahan yang terjadi
Pengertian Statistik
Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan
bahan keterangan(data), baik yang berwujud angka maupun
tidak berwujud angka yang mempunyai arti penting dan
kegunaan yang besar bagi suatu negara”.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel,


grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan
kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis, dan
klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Statistika Sebagai Sarana Berpikir
Induktif
Statistika merupakan pengetahuan untuk melakukan
penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan


untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai
bagian dari perangkat metode ilmiah, statistik
membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih
pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Peranan statistika dalam tahapan
metode keilmuan
◦ Observasi ® mengemukakan analisis rinci yang
akan dipakai dalam observasi.
◦ Hipotesis ® menerangkan fakta, dugaan dan
merumuskan hipotesis (klasifikasi hasil observasi)
◦ Ramalan ® hipotesis jadi deduksi. Deduksi
memenuhi teori disebut ramalan.
◦ Pengujian kebenaran ® uji ramalan secara
berulang seperti siklus.
.
Hubungan antara sarana
ilmiah bahasa,
matematika, logika dan
statistika
Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai
alat komunikasi verbal untuk menyampaikan
jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai
alat berpikir agar sesuai dengan aturan
berpikir sehingga dapat diterima
kebenarannya oleh orang lain, matematika
berperan dalam pola berpikir deduktif
sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan
melacak kembali proses berpikir untuk
menemukan kebenarannya, dan statistika
berperan dalam pola berpikir induktif untuk
mencari kebenaran secara umum.
Sekian
dan
Terima Kasih

You might also like