Professional Documents
Culture Documents
Sarana Ilmiah Kelompok 5
Sarana Ilmiah Kelompok 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas terwujudnya penyusunan
Makalah ini disusun sebagai bagian dari tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) bagi
mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis I (PPDS I) dan Program Pendidikan Dokter
Gigi Spesialis I (PPDGS I) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Isi dari makalah ini
Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes sebagai pembimbing dalam materi Filsafat Ilmu dan teman
sejawat yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap dengan adanya
makalah ini pengetahuan dan pengertian kami mengenai topik “Sarana Ilmiah” menjadi
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari
kita sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan
manusia dengan makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia
dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara
berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah
adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus
disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari
kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan.
Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan
dirinya di dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang
perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah
ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya,
mereka telah menganggap “berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang
memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah
untuk kalangan “filosof”. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah
merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah
yang harus ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah–langkah
1
metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur,
menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah–langkah berfikir dengan
metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga
diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang
pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh
penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan
itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut
dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah
dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika
dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai sarana
berpikir ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagiamana seseorang dikatakan berpikir ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah ?
3. Bagaimana hubungan antara sarana ilmiah bahasa, logika, matematika, dan statistik?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dikatakan berikir ilmiah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode
tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya
sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
3
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar.Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118).Berpikir ilmiah, yaitu berpikir
dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi
untuk operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan
dan ide yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari
pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu
berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan
keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam. Adapun
pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk persepsi tentang
kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya setiap
pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan
statistika..Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
1. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika
dan matematika mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah
diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika
4
mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang
berlaku umum.
Bahasa memegang peranan penting dan satu hal yang lazim dalam hidup dan
kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan
bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan.
Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang
membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Hal inisenada dengan apa yang diutarakan
oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh jujun bahwa keunikan manusia
bukanlah terletak pada kemmpuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa.1 Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai animal
symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan symbol. Secara generic istilah ini
mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan
berpikir manusia mempergunakan symbol.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian
bahasa. Sudah tentu setiap ahli berbeda beda cara menyampaikannya. Bloch and Trager
mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of
which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi).2
1
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan 1995), hlm 171.
2
Bernard Bloch and George L. Trager, Out Line of Linguistic Analysis, (Baltimore: Linguistic
Socicty of America, 1942), hlm 5.
5
A. Fungsi Bahasa
Para pakar telah berselisih pendapat dalam hal fungsi bahasa. Aliran filsafat
bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan
pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
3
Fathi Ali Yunus et al., Asasiyat Ta’lim al-Lugah al-Arabiyyah wa al-Tarbiyah al-Diniyah,
(Kairo: Dar el-Tsaqafah, 1981), hlm. 14
4
Jujun S. Suriasumantri, op.cit, hlm.167
6
C. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama
2. Matematika
Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan
matematika, baik metematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung
satu,dua,tiga, maupun yang sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa.
5
Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, (Jakarta: Paramadina,1996), hlm. 75.
6
Jujun S.Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor, 2001). Cet. ke-15, hlm.
229.
7
A. Matematika sebagai bahasa
7
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) cet. ke_15. hlm.
165
8
Ibid., hlm. 167
9
Beerling, Pengantar Filsafat Ilmu, (Ttp: Tiara Wacana, 1998), cet. ke-2, hlm. 23
8
Dalam penalaran deduktif, bentuk penyimpulan yang banyak digunakan adalah
sistem silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujudan pemikiran
deduktif yang sempurna.10
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu
dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika
merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau
situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun
pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala
jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika
justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga
bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai
sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.11
10
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dan Perspektif, op,cit, hlm. 88
11
Ibid ., hlm. 180
9
3. Statistika
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu
kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan
ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian serta penganalisaan harus
akurat. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan
penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain
sebagainya.12
12
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000), hlm. 4
10
13
Ibid., hlm. 5
4. Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan
berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
14
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah, hlm. 213
15
Ibid., hlm. 50
11
Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berpikir, secara de jure.
Berpikir tidak dapat dijalankan semau-maunya. Realitas begitu banyak jenis dan
macamnya, maka berpikir membutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran
diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya
terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum tertentu.
A. Aturan Cara Berpikir yang Benar
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di
awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa
diperkuat bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah
teruji. Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika
berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah)
yang bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar
lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.16
B. Klasifikasi
16
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),
hlm. 150.
12
Tidak seperti halnya konmsep kelas, konsep perbandingan melibatkan suatu
struktur hubungan logis yang rumit. Sekali kita menetapkan struktur ini, kita tidak
bebas lagi untuk menolak dan mengubahnya. Jadi kita melihat dua segi dimana
konsep perbandingan dalam ilmu tidak bersifat konvensional tetapi harus diterapkan
kepada fakta-fakta alami dan mereka harus sesuai dengan struktur hubungan logis.17
C. Aturan Definisi
Definisi secara etimologi adalah suatu usaha untuk memberi batasan terhadap
sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk memindahkannya kepada orang lain.
Dengan kata lain, menjelaskan materi yang memungkinkan cendekiawan untuk
membahas tentang hakikatnya.
17
Ibid.
18
Awadhallah Jad Hijazi, Al-Mursyid al-Salim fi al-Mantiq al-Hadis wa al-Qadim, (Kairo:
Dar al-Atrak bi Azhar, 1998), hlm. 15
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris.
Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan
fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkannya.
2. Sarana berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
3. Sarana yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu logika, bahasa, matematika dan
stasistika.
B. Saran
Saran dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literature lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca dapat
mudah mengerti.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
SARANA ILMIAH
Kelompok 5
Dosen pengajar: Dr. Purwo Sri Rejeki, dr., M.Kes
KELOMPOK 5 MKDU JULI 2021
DEFINISI
Sarana ilmiah merupakan alat bagi kegiatan ilmiah untuk
membantu langkah-langkah ilmiah mendapatkan
kebenaran.
៚ simbol – simbol
៚ simbol – simbol vokal
៚ simbol – simbol vokal arbitrer
Fungsi Bahasa
↓
Berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir.
Sistematika logika
Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis
(kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal
bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah.