You are on page 1of 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bahasa Indonesia, “Perkawinan” berasal dari kata “kawin” yang

menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan

hubungan kelamin atau bersetubuh.1

Istilah “kawin” digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan

manusia, dan menunjukkan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu,

nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara

hukum nasional, hukum adat istiadat, dan terutama menurut agama. Makna nikah

adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses pernikahan terdapat “ijab”

(pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan “Kabul” (pernyataan

penerimaan dari pihak laki-laki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai

hubungan biologis. Perkawinan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai

jalan bagi manusia untuk menjalankan fungsi reproduksi yang halal dalam

hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif

dalam mewujudkan tujuan perkawinan.2

Menikah memiliki banyak keutamaan, salah satunya ialah untuk

menghindari maksiat zina di antara laki-laki dan perempuan. Di sisi lain, menikah

juga dikatakan bisa menentramkan hati, serta meningkatkan ketakwaan pada

Allah SWT. Sebagaimana di dalam Q.S. Ar Ruum (30): 21sebagai berikut :

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), h. 456
2
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, alih bahasa oleh Moh. Thalib, Fikih Sunnah Jilid
VI, Cet. 8, (Bandung: Alma’arif, 1993), h. 9-10

1
2

ً‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا ِإلَْي َها َو َج َع َل َبْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرمْح َة‬ ِ ِ ِِ ِ


ً ‫َوم ْن آيَاته َأ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن َأْن ُفس ُك ْم َْأز َو‬
‫ات لَِق ْوٍم َيَت َف َّكُرو َن‬
ٍ ‫ك آَل ي‬ ِ
َ َ ‫َّن يِف ذَل‬
‫ِإ‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir.” (Q.S. Ar Ruum (30): 21)3.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwasanya segala sesuatu yang ada di muka

bumi diciptakan berpasang-pasangan oleh Allah SWT. Sebagaimana di dalam

Qs.Az-Zariyat : 49 sebagai berikut :

‫َو ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َز ْو َجنْي ِ لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن‬


Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat kebesaran Allah.” (Q.S. Az Zariyat (51) : 49)4

Tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk kebutuhan hidup jasmani

dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara

serta meneruskan keturunan dalam menjadikan hidupnya di dunia ini, juga

mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang

bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

disebutkan bahwa: “Pernikahan ialah ikatan lahir batin antar seorang pria

dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal dan berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”.5

3
Q.S. Ar Ruum (30): 21
4
Q.S. Az Zariyat (51) : 49
5
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan LN. Tahun 1974 No. 1,
dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan di Indonesia (t.t: Wacana
Intelektual, 2009), h. 8
3

Secara lebih spesifik, Pasal 2 KHI menyatakan bahwa perkawinan

menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

ibadah.6

Usaha untuk membentuk keluarga yang Sakinah, Mawaddah,

Warahmah, maka perlu adanya sebuah lembaga pembinaan dan pelestarian

perkawinan yang dapat membentuk untuk menyelesaiakan permasalahan yang

dihadapi oleh keluarga serta untuk memperkokoh ikatan pernikahan. Berbicara

Badan atau Lembaga yang berperan dan berkiprah dalam mewujudkan usaha

tersebut untuk itu negara mengusahakan bagi warganya agar mampu menjadi

keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera dengan membentuk sebuah

lembaga yang bernama Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian

Perkawinan (BP4). Berdasarkan SK (Surat Keputusan) Mentri Agama No. 30

tahun 1977 yang dikenal dengan istilah BP4 (Badan Penasehat, Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan), diberi tugas untuk memberikan nasehat-nasehat yang

diperlukan dalam rumah tangga agar suatu keluarga dapat harmonis, bahagia dan

sejahtera.7

Sejak terbentuknya bimbingan perkawinan belum ada ketentuan secara

jelas bagaimana bentuk pelaksanaannya, BP4 sendiri semula dilaksanakan

dilingkungan kecamatan masing-masing disetiap daerah oleh Kantor Urusan

Agama. Dasar pelaksanaan BP4 adalah UU No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, perlu diingat bahwa kronologis terwujudnya Undang-undang tersebut


6
Kompilasi Hukum Islam, dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan
Perkawinan di Indonesia (t.t: Wacana Intelektual, 2009), h. 276
7
Hasil Keputusan MUNAS BP4 ke XIV/2009 di Jakarta, 1-3 JUNI 2009. Diterbitkan
oleh Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Tahun 2009. h. 4.
4

tidak terlepas dari peran serta BP4 dengan kata lain punya andil dan mempunyai

peran.8

Keputusan Dirjen Bimas Islam Adalah unsur pelaksana yang berada di

bawah kementrian Agama dan bertanggung jawab kepada menteri agama.

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dipimpin oleh seorang direktur

jendral masyarakat islam yang merupakan satuan kerja tingkat I di lingkungan

departemen agama pusat. Dalam nomenklatur organisasi (diatur dalam peraturan

Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006), Dirjen Bimas Islam yang dipimpin oleh

seorang direktur jendral. Dibawah Direktur Jendral terdapat lima manager la pis

eselon II, yaitu satu orang sekertaris dan empat direktur. Sekertaris bertanggung

jawab secara administratif dan fasilitatif ini membawahi empat kepala bagian dan

kepala subbagian. Sedangkan direktur yang bertanggung jawab dalam urusan

teknis membawahi beberapa kepala subdirektorat dan kepala seksi.9

Keputusan DIRJEN BIMAS Islam No. 189 Tahun 2021 tentang

pelaksanaan bimbingan perkawinan calon pengantin dikeluarkan di Jakarta, pada

tanggal 26 Februari 2021. Keputusan ini sangat perlu dikeluarkan sebagai

petunjuk atas pelaksanaan sistem, motode dan tatacara pelaksanaan bimbingan

perkawinan. Surat keputusan tersebut mengalami transformasi dari masa-masa,

dikarenakan melihat keadaan situasi dan kondisi tertentu di masa itu.

Keputusan terbaru ini ditetapkan dan diterapakan sebagai tertib

8
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan & Perkembangan (edisi ke-0.00). 1977, BP4 Pusat
Jakarta
9
Pengertian Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam)
https://id.wikipedia.org/wiki/ Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. (diakses pada
tanggal 26 November 2021 pukul 15:02 WIB).
5

administrasi dalam melaksankan bimbingan perkawinan. Sebelumnya pelaksanaan

bimbingan perkawinan berpatok pada Keputusan DIRJEN BIMAS Isalam No.

379 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan. Dalam

keputusan ini menjelaskan program bimbingan perkawinan pranikah adalah wujud

nyata kesungguhan Kementrian Agama dalam memastikan pembangunan bangsa

melalui keharmonisan perkawinan yang ideal yang mencakup persedian sumber

daya dan anggarannya.10 Pada dasarnya sama dengan keputusan yang terbaru,

hanya saja ada penambahan poin-poin penting sesuai kondisi yang terjadi.

Keputusan terbaru merupakan wujud keseriusan Kementrian Agama untuk

memudahkan bagi pasangan pengantin dalam mengikuti pelaksanaan bimbingan

perkawinan berupa keringanan bagi yang tidak bisa mengikuti seluruh sesi secara

penuh bisa mengikuti remedial sebagai pelengkap materi yang tertinggal.

Melalui Keputusan Direktorat Jenderal Nomor 189 Tahun 2021

diinstruksikan bahwa setiap pasangan calon pengantin wajib mengikutu

bimbingan perkawinan yang dilaksankan oleh Kementrian Agama serta organisasi

keagamaan lainnya yang telah mendapatkan akreditasi dari Kementrian Agama.

Kegiatan ini bertujuan agar calon pengantin mengetahui serta mempunyai

wawasaan dalam membina keluarga serta dapat mencegah terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga yang berujung pada perpisahan.11

Pedoman sebagai bahan bimbingan perkawinan adalah modul yang

10
Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 379 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Pranikah
11
Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan Pranikah
6

diterbitkan oleh Kementrian Agama, modul bagi fasilitator (narasumber) dan

peserta calon pengantin. Bagi fasilitator wajib memberikan bimbingan sesuai

dengan modul agar proses pembelajaran terlaksana secara sistematis dan terukur

dengan pendekatan yang tepat dan efektif agar mencapai hasil yang optimal.

Metode penyampaian materi dengan cara ceramah, diskusi tanya jawab dan

penugasan. Adapun materi yang disampaikan ialah materi pokok dan materi

pelengkap. Dalam Bab V point 5a, materi pokok diberikan sebanyak 10 jam

pelajaran dalam 5 sesi dengan materi mempersiapkan keluarga sakinah, mengelola

psikologi dan dinamika keluarga, memenuhi kebutuhan dan mengelola keuangan

keluarga, menjaga kesehatan reproduksi dan mempersiapkan generasi berkualitas.

Masing-masing materi dengan waktu 2 jam pelajaran (120 menit). Materi

pelengkap terdiri dari Pretest dan Refleksi, Evaluasi dengan waktu masing-masing

60 menit.

Bab VI point A3 dalam mengikuti bimbingan perkawinan peserta calon

pentin dapat memilih metode dan jadwal pelaksanaannya. Tujuan penyediaan

metode memberikan alternatif bagi calon pengantin agar tetap mengikuti

bimbingan perkawinan secara utuh dan lengkap. Metode yang dimaksud adalah

metode tatap muka, metode virtual dan metode mandiri. Mengikuti bimbingan

perkawinan ini adalah suatu keharusan dan kewajiban bagi pasangan pengantin

sehingga setelah akad nikah tetap diharuskan mengikuti bimbingan perkawinan

selama masih dalam 90 hari sejak pendaftaran. Dalam hal pelaksanaannya peserta

sekurang-kurangnya 5 pasang dan sebanyak-banyaknya 15 pasang.

Pembaharuan dari Kepdirjen Bimas Islam nomor 379 Tahun 2018 pada
7

keputusan terbaru ini adalah adanya penambahan metode virtual. Metode virtual

ditetapkan oleh Kementrian Agama agar pelaksanaan bimbingan perkawinan tetap

dilaksanakan walaupun dimasa pandemi Covid-19.

Bagi pasangan pengantin yang tidak dapat mengikuti seluruh materi

karena ada hal tertentu yang tidak bisa ditinggalkan, Kementrian Agama dapat

mengeluarkan Surat Keterangan. Fungsi surat keterangan adalah sebagai bukti

telah mengikuti sebagian materi dan sebagai bukti pengajuan remedial. Peserta

tatap muka dan virtual yang tidak dapat mengikuti seluruh materi dianjurkan

untuk mengikuti remedial. Remedial bertujuan untuk memberi kesempatan kepada

peserta agar memperoleh seluruh sesi materi. Peserta remedial dapat memilih

pelaksana, metode, waktu yang dikehendaki.

Bukti telah mengikuti bimbingan perkawinan adalah sertifikat. Sertifikat

diberikan apabila telah mengikuti seluruh sesi materi dalam kegiatan. Sertifikat

juga menjadi persyaratan kelengkapan pencatatan berkas perkawinan.

Bimbingan pra nikah merupakan sebuah proses atau upaya untuk

memberikan perubahan atau transformasi pengetahuan, nilai-nilai serta

keterampilan yang lebih baik mengenai pernikahan, sebelum pernikahan itu

sendiri dilakukan terhadap calon mempelai. Bimbingan pra nikah ini penting

untuk dipelajari bagi setiap orang terlebih lagi kepada calon pasangan pengantin

di usia muda guna membekali diri agar mampu membina keluarga dengan baik

pada realitanya banyak calon pasangan suami istri usia muda ini yang hendak

melangsungkan pernikahan tetapi belum mengetahui tentang tujuan, syarat serta

mengenai hak dan kewajiban suami istri sehingga memicu terjadinya perselisihan
8

antara suami istri setelah menikah. Salah satu usahanya adalah dengan

memberikan bimbingan pra nikah secara optimal.

Pelaksanaan bimbingan perkawinan di kota Pekanbaru awalnya

dilaksanakan di masing-masing kecamatan pada Kantor Urusan Agama (KUA).

Tahun 2012 dilaksanakan di aula kantor Kementrian Agama kota Pekanbaru,

tahun 2013 dilaksanakan di gedung pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. KH. Ahmad Dahlan, Sukajadi, Kota

Pekanbaru, tahun 2014 dilaksanakan di komplek Perkantoran Bersama Masjid

Ar-Rahmah Lt. 2 di Jl. Jenderal Sudirman Nomor 482, tahun 2015 dilaksanakan

di komplek Mal Pelayanan Aula di Jl. Jenderal Sudirman. Tempat ini menjadi

lokasi permanen BP4 Kota Pekanbaru namun saat ini dalam masa renovasi

sehingga sejak bulan April 2021 menumpang gedung di Aula Dinas Pendidikan

kota Pekanbaru yang beralamat di Jl. Patimura Ujung ( Depan POLDA Riau).12

Bimbingan pra nikah dianggap penting karena awal terbinanya rumah

tangga sangat bergantung pada pembekalan awal sebelum calon pengantin

melangsungkan pernikahan dan bimbingan pra nikah juga bertujuan membantu

calon pasangan pengantin dalam membuat perencanaan matang yang dikaitkan

dengan pernikahan dan kehidupan berumah tangga.

Berdasarkan observasi (pengamatan) yang penulis lakukan di BP4 Kota

Pekanbaru, bahwasanya penulis masih menemukan gejala-gejala yang terjadi di

lapangan sebagai berikut :

1. Masih dijumpai fasilitator (narasumber) yang menyampaikan materi

tidak sesuai dengan modul. Sehingga materi yang disampaikan jauh dari
12
Kementrian Agama Kota Pekanbaru, Arsip BP4 Pekanbaru, Pekanbaru, 2021
9

target yang diharapkan. Karena patokan utama bagi narasumber untuk

menyampaikan bimbingan materi sudah terkonsep rapi secara sistematis

dan terukur didalam modul. Penyampaian materi yang tidak sama dengan

modul juga membuat narasumber lainnya kesulitan untuk menyambung

materi.

2. Penyampaian materi terlalu banyak dengan metode ceramah tidak

memberi peluang kepada peserta dengan diskusi interaktif dua arah

(tanya jawab) sehingga penyampain terlalu monoton. Disebabkan

pemateri yang tidak paham dengan modul.

3. Bimbingan dengan metode virtual pernah dilaksanakan oleh BP4 Kota

Pekanbaru. Namun tidak berjalan secara efektif karena sulitnya dalam

mengatur waktu, antara waktu peserta dengan fasilitator. Kemudian

materi yang disampaikan kurang sempurna.

4. Mengenai materi pokok, BP4 Kota Pekanbaru masih menerapkan sesi

materi dengan 12 jam pelajaran dalam 8 sesi materi, masing-masing

materi dengan waktu 80 menit (1 Jam ½). Dalam hal ini juga kurang

efektif dan bertolakan dengan Bab V huruf 5a Kepdirjen Bimas Islam

Nomor 189 Tahun 2021. Materi terlalu banyak sedangkan waktu pada

setiap materi sedikit jadi kurang efektif dan materi kurang tersampaikan.

Tentu dengan minimnya waktu sangat sulit mencapai bimbingan yang

optimal.

5. Kurangnya pemahaman calon pengantin terhadap surat keterangan

yang dikeluarkan Bimas Islam Kementrian Agama. Surat keterangan


10

bukan saja dikeluarkan sebagai bukti tidak bisa mengikuti seluruh sesi

materi namun juga berfungsi sebagai syarat mengikuti remedial.

Remedial bertujuan untuk menambah materi yang tertinggal. Calon

pengantin dapat menentukan waktu kapan bisa mengikuti remedial

tersebut.

6. Karena kurangnya pemahaman terhadap poin 5 diatas, calon pengantin

dapat berdalih untuk tidak mengikuti bimbingan perkawinan, cukup

dengan membayar uang pendaftaran kemudian mendapatkan sertifikat

bimbingan perkawinan, bahkan rela membayar lebih dari harga yang

ditetapkan. Padahal fungsi sertifikat adalah bukti telah mengikuti seluruh

sesi materi bimbingan perkawinan.

7. Masih didapati pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota

Pekanbaru yang melewati batas maksimal yaitu lebih dari 15 pasangan

calon pengantin. Hal ini dinilai kurang kondusif karena masing-masing

materi dengan 1 fasilitator menghadapi 15 catin saja kurang maksimal.

Pada tahun 2018 masing-masing fasilitator materi ada fasilitator

pendampingnya tetapi sekarang tidak diberlakukan lagi disebabkan

kurangnya biaya.13

Dari gejala-gejala yang telah penulis paparkan di atas, maka perlu

dilakukan pengoptimalan bimbingan perkawinan bagi pasangan calon pengantin,

dengan hal itu penulis merasa tertarik untuk membuat penulisan hukum (skripsi)

dengan judul: “IMPLEMENTASI KEPUTUSAN DIREKTORAT

Haryati, Sekretaris BP4 Kota Pekanbaru, Wawancara Pra Riset, 24 November 2021
13

Pukul 10.10 WIB.


11

JENDERAL NOMOR 189 TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN BIMBINGAN PERKAWINAN BAGI PASANGAN

CALON PENGANTIN DI BP4 KOTA PEKANBARU”

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menyimpang dari topik yang

dipermasalahkan maka perlu adanya batasan masalah yang diteliti. Dalam hal ini penulis

hanya meneliti tentang : “Implementasi Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan

perkawinan bagi calon pengantin di Badan Penasihatan Pembinaan Pelestarian

Perkawinan (BP4) Kota Pekanbaru, kendala-kendala dalam penerapan Keputusan

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 tentang

petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di Badan Penasihatan

Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Pekanbaru.”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan

akan diteliti adalah :

1. Bagaimana impelementasi Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 tentang petunjuk

pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di BP4

Kota Pekanbaru?

2. Apa saja kendala-kendala dalam penerapan Keputusan Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021


12

tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon

pengantin di BP4 Kota Pekanbaru?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui impelementasi Keputusan Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021

tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon

pengantin di BP4 Kota Pekanbaru

2. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penerapan

Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Nomor 189 Tahun 2021 tentang petunjuk pelaksanaan

bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di BP4 Kota

Pekanbaru

b. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis diharapkan hasil penelitian ini bisa

memberikan sumbangan pemikiran berupa wawasan mengenai

bimbingan pra nikah bagi peneliti sendiri maupun mahasiswa

lainnya

2. Kegunaan praktis sebagai hasil penelitian diharapkan dapat

menjadi masukan pemikiran bagi petugas dan pengelola

Bimbingan Penasihatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan

(BP4) Kota Pekanbaru

3. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar


13

Sarjana Hukum (SH) di fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Implementasi

Kata implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

biasa diartikan dengan "pelaksanaan" atau penerapan. 14 Ada beberapa

definisi dari ahli tentang pengertian kata implementasi, antara lain: Winarno

yang menuturkan jika implementasi merupakan penerapan tentang tindakan

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kemudian pendapat dari Harsono yang menyebutkan bahwa

maksud dari penerapan adalah sebuah kebijakan yang harus dibuktikan

menjadi tindakan dan pelaksanaan. Kebijakan tersebut harus dilakukan agar

dapat menyempurnakan suatu program yang telah direncanakan dan

ditetapkan. Selanjutnya, Sabatier dan Mazmanian yang menjelaskan jika

aspek penerapan yang dimaksud adalah terkait dengan pelaksanaan dari

sebuah kebijakan. Pelaksanaan tersebut dapat berupa perintah atau pun

sebuah keputusan. Ada pula pendapat lain yang juga mengatakan bahwa

implementasi adalah sebuah fenomena yang terjadi setelah adanya

kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, kebijakan

merupakan suatu hal yang harus terlebih dahulu ditetapkan, baru kemudian

muncul penerapan.15

Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana

Farida Hamid, Kamus ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Apollo, hlm. 215
14

Pengertian Implementasi menurut para ahli, https://pengertianparaahli.com/pengertian-


15

implementasi-adalah/, diakses pada tanggal 28 November 2021 Jam 22.30 WIB

14
15

pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan sehingga

pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan

tujuan atau sasaran dari kebijakan itu sendiri.16

Berdasarkan penjelasan Implementasi diatas merupakan

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sekelompok orang

berdasarkan atas kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tindakan

tersebut juga dilakukan atas dasar perencanaan yang jelas, serta memiliki

tujuan yang jelas pula. Dalam hal ini Kementrian Agama Pusat

mengeluarkan keputusan yang diperbaharui dari keputusan sebelumnya

bertujuan sebagai upaya mewujudkan bimbingan yang optimal. Dalam

mewujudkan keluarga sakinah dan mengatasi permasalahan perkawinan dan

keluarga bagi warga negara Indonesia maka perlu adanya peningkatan

kapasitas dan kualitas dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan

2. Bimbingan Perkawinan

Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa

inggris yaitu “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang

mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun maupun

membantu” sesuai dengan istilahnya, secara umum bimbingan dapat

diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntutan. 17 Defenisi bimbingan yang

pertama dikemukakan dalam year‟s bok of aducation 1995, yang

menyatakan: bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui

usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya

agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 18

16
Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn, dalam
http://kertyawitaradya.wordpress (diakses pada tanggal 17 Mei 2021, jam 22.22 WIB)
17
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru: Suska Pr ess, 2008), h. 11
18
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:Amzah,2015), h. 4
16

Kata pra dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” memiliki arti

awalan yang bermakna “sebelum”.19 Pengertian nikah dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah “perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk

bersuami istri”.20 Pernikahan juga diatur dalam suatu Undang-undang, yaitu

UU No.1 tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan. Perkawinan

didefenisikan sebagai sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai seuami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha

Esa.

Dalam buku Bimbingan dan konseling Perkawinan oleh Bimo

Walgito, mengartikan bimbingan sebagai upaya bantuan yang diberikan

kepada individu untuk mengembangkan kemampuan dengan baik, agar

individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan

penyesuaian diri dengan baik, sedangkan konseling atau penyuluhan

diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu dalam

memecahkan masalah-masalah dengan interview. 21

Bimbingan pranikah atau kursus calon pengantin merupakan

tanggungjawab Kementrian Agama untuk menyediakan sarana

penyelenggaraan kursus calon pengantin. Tujuan dari suscatin/ kursus

Pranikah tersebut antara lain untuk mewujudkan keluarga yang harmonis

dan sakinah yang dimaksud adalah keluarga yang didasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan materil secara

serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara internal keluarga

19
Departemen Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1998), h. 45
20
Ibid, h. 614
21
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan,(Yogyakarta: Andi Yogyakarta,
2000), h. 5-7
17

dan lingkungannya, mampu memahami, mengamalkan dan memperdalam

nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah.

Adapun dasar pelaksanaan bimbingan pra nikah secara umum,

sebagai berikut :

1. UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan (Lembaga Negara

Republik Indonesia No. 2019)

2. UU No. 16 Tahun 2019 sebagai perubahan atas UU No. 1 Tahun

1974 (Batas Usia Minimal Cukup Menikah)

3. UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pengembangan Keluarga Sejahtera

4. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran

Negara Republik Indonesia tahun 2002 No. 109, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4235)

5. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004

No. 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.

4419)

6. Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional

7. Keputusan Presiden RI No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi

Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak

8. Peraturan Presiden No. 20 Tahun 2008 tentang perubahan keempat


18

atas Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian

Negara RI.

9. Peraturan Presiden No. 24 tahun 2006 tentang Kedudukan, tugas,

fungsi, susunan organisasi, tugas dan fungsi Eselon I Kementrian

Negara

10. Keputusan Mentri Agama No. 3 tahun 1999 Tentang

Gerakan Keluarga Sakinah

11. Keputusan Mentri Agama No. 480 tahun 2008 tentang

Perubahan Atas Keputusan Mentri Agama No. 373 tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata kerja Kantor Wilayah Kementrian

Agama Provinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota

12. Peraturan Mentri Agama No. 10 tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama

13. Surat Edaran Mentri Dalam Negri No. 4005/54/III/Bangda

perihal Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah

(peraturan dirjen BIMAS Islam, 2013)22

Unsur-unsur pelaksanaan bimbingan pranikah sesuai dengan

peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian

Agama Nomor 189 Tahun 2021.23 Dimaksudkan sebagai pedoman untuk

para pejabat teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat


22
Rudi Santoso, Dasar hukum BP4,
https://rudisantosomhi.wordpress.com/2013/12/30/dasar-hukum-tentang-bp4/ diakses pada 27
November 2021 Jam 08.09 WIB
23
Op. Cit. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama
Nomor 189 Tahun 2021 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan
19

Islam c.q Direktorat Urusan Agama Islam ditingkat pusat, Provinsi,

Kabupaten atau Kota dan KUA Kecamatan serta Badan atau Lembaga yang

melaksanakan kegiatan bimbingan Pra-nikah yang meliputi empat unsur

sebagai berikut :

1. Jam Pelajaran (JPL)

Bimbingan Pranikah adalah pembekalan singkat (short cource) yang

diberikan kepada calon pengantin dengan waktu tertentu yaitu selama 10

jam pelajaran (JPL) selama 2 (dua) hari atau dibuat beberapa kali pertemuan

dengan JPL yang sama. Waktu pelaksanaan dapat disesuaikan dengan

kesempatan yang dimiliki peserta.24

2. Materi

Materi bimbingan pranikah dibagi menjadi 2, yaitu:

1). Materi Pokok

a) Sesi 1, Memepersiapkan Keluarga Sakinah sebanyak 2 JPL (120

Menit)

b) Sesi 2, Mengelola Psikologi dan Dinamika Keluarga sebanyak 2

JPL (120 Menit)

c) Sesi 3, Memenuhi Kebutuhan dan Mengelola Keuangan Keluarga

sebanyak 2 JPL (120 Menit)

d) Sesi 4, Menjaga Kesehatan Reproduksi sebanyak 2 JPL (120 Menit)

e) Sesi 5, Mempersiapkan Generasi Berkualitas sebanyak 2 JPL (120

24
Ibid
20

Menit)

2). Materi Pelengkap

a) Pretest, Perkenalan, Pengutaraan Harapan dan Kontrak Belajar

selama-lamanya 60 Menit

b) Refleksi, Evaluasi, dan Tes Pemahaman Bimwin Catin selama-

lamanya 60 Menit

Materi diatas dapat disampaikan dengan metode ceramah, dialog,

Tanya jawab, simulasi dan penugasan yang pelaksanaanya dapat

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan.

3. Narasumber

Narasumber atau penasehat yang dimaksud adalah orang yang

dianggap cakap dan mampu untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam

pelaksanaan bimbingan pranikah adalah orang yang mempunyai keahlian

dibidang tertentu. Dengan kata lain yang bersangkutan harus memiliki

kemampuan keahlian (Profesional) sebagai berikut:

a. Memahami ketentuan dan peraturan agama islam mengenai

pernikahan dan kehidupan rumah tangga.

b. Menguasai ilmu bimbingan dan konseling islam.

c. Memahami landasan filosofi bimbingan.

d. Memahami landasan-landasan keilmuan bimbingan yang relevan. 25

25
Tohari Munawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 1922 h. 78.
21

4. Metode Bimbingan Pranikah

Istilah metode secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang

berarti cara atau jalan, sedangkan secara terminologi metode berarti cara

atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang

efektif dan efisien. Efektif maksudnya adalah antara biaya, tenaga dan

waktu berjalan beriringan dan seimbang, sementara efisien adalah

dimasudkan sesuatu yang berkaitan dengan pencapaian suatu hasil. Metode

juga didefenisikan sebagai langkah-langkah untuk menyampaikan sesuatu.

Dalam pelaksanaan bimbingan pranikah tentu menggunakan metode

ceramah, dialog, diskusi, Tanya jawab, serta studi kasus sesuai dengan

kondisi dilapangan.26

1). Metode Tatap Muka

a. Pelaksana Metode Tatap Muka adalah KUA atau Lembaga lain

b. Metode Tatap Muka diikuti oleh peserta sekurang-kurangnya 5

pasang catin dan sebanyak-banyaknya 15 pasang catin

c. Metode Tatap Muka dilaksanakan selama 2 hari dengan 5 sesi yang

mencakup materi pokok dan materi pelengkap

2). Metode Virtual

a. Pelaksana Metode Tatap Muka adalah KUA atau Lembaga lain

b. Metode Tatap Muka diikuti oleh peserta sekurang-kurangnya 10

pasang catin dan sebanyak-banyaknya 40 pasang catin

26
Asumsi Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h. 99- 100
22

c. Persiapan Metode Virtual

1) Sebelum melaksanakan sesi, fasilitator mengelola Whatsapp

Group (WAG) yang beranggotakan seluruh peserta Metode

Virtual

2) Pendamping WAG adalah fasilitator yang bertugas menjadi

narasumber metode virtual

3) WAG berfungsi sebagai media untuk melaksanakan aktifitas

berikut ini :

a) Pretest

b) Perkenalan antar Peserta

c) Kontrak/kesepakatan belajar

d) Penyusunan jadwal sesi

e) Penyediaan materi digital

f) Pendalaman materi

g) Refleksi, dan

h) Tes Pemahaman Bimwin Catin

4) Fasilitator dan Peserta membuat kesepakatan mengenai jadwal

pelaksanaan Metode Virtual di WAG

5) Pilihan jadwal pelaksanaan Bimwin Virtual adalah sebagai

berikut:

a) pilihan pertama: dilaksanakan selama 5 hari, yaitu 1 sesi per hari

b) pilihan kedua: dilaksanakan selama 3 hari, yaitu hari pertama 2

sesi, dan hari ketiga 1 sesi

c) pilihan ketiga: dilaksanakan selama 2 hari, yaitu hari pertama 3

sesi, dan hari kedua 2 sesi


23

d. Pelaksanaan Metode Virtual

1) Fasilitator malaksanakan sesi-sesi Bimwin Virtual sesuai jadwal

yang disepakati

2) Pemberian Sesi dan Fasilitator pengampu Materi Pokok

mengikuti ketentuan

3) Pemberian sesi dengan Materi Pelengkap dilaksanakan melalui

WAG dengan mengikuti ketentuan

e. Setelah melaksanakan Metode Virtual sebagaimana dimaksud pada

huruf c dan huruf d, fasilitator tetap mendampingi peserta sekurang-

kurangnya selama 30 hari sebelum membubarkan WAG

3. Metode Mandiri

a. Metode Mandiri dilaksanakan oleh KUA Kecamatan

b. Untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan, KUA kecamatan

menetapkan jadwal metode Mandiri secara reguler

c. Peserta dapat mengikuti Metode Mandiri secara perorangan atau

berpasangan

d. Sesi dan Materi

1) Pengampu Sesi dan Materi pokok adalah Fasilitator

2) Pengampu Sesi dan Materi Pelengkap adalah Fasilitator

e. Pemberian Sesi dan Materi dilaksanakan ditempat kedudukan

Fasilitator/petugas masing-masing
24

f. Refleksi dan Tes Pemahaman Bimwin Catin dapat diberikan secara

daring.

3. Pernikahan

Kata nikah atau ziwaj adalah bahasa Arab yang dalam bahasa

Indonesia diartikan “kawin”. Nikah atau perkawinan ini menurut

Syekh Abdurrahaman Al-Jazairy dalam kitabnya, Al-Fiqh Ala Al-

Mazahib Al-Arba’ah, memiliki tiga pengertian; makna lugawi, ushuli

dan fiqhi.27

Secara lugawi (etimologi). Nikah (kawin) berarti “al-wath’u wa

ad-dammu” (bersenggama atau bercampur). Dalam hal ini dikatakan

“tanakahat al-asyjar” (terjadinya perkawinan antara kayu-kayu),

yaitu apabila kayu-kayu itu saling condong dan tercampur satu

dengan yang lain. Begitu pula dalam pengertian Majazi (kiasan)

orang menyebut nkah untuk arti akad, sebab akad ini merupakan

landasan bolehnnya melakukan persetubuhan.

Secara ushuli ada perbedaan pendapat diantara para ulama.

Pertama, mengatakan bahwa nikah arti hakikatnya adalah watha’

(bersetubuh). Emberikan condoh sesuai dengan Firman Allah SWT

dalam Q.S. Al Baqarah (2): 230 sebagai berikut :

…ۗ ‫فَاِ ْن طَلَّ َق َها فَاَل حَتِ ُّل هَل ٗ ِم ْۢن َب ْع ُد َحىّٰت َتْن ِك َح َز ْو ًجا غَرْي َ ٗه‬

Artinya : Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang


27
Abdurrahaman Al-Jazairy, Al-Fiqh Ala Al-Mazahib Al-Arba’ah, Juz 4, h.1-3
25

kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya (mantan

suami) hingga dia kawin dengan suami yang lain. (Q.S. Al Baqarah

(2): 230)28

Kata kawin (hingga dia kawin dengan suami yang lain) dalam

ayat ini diartikan kawin dan telah melakukan senggama. Oleh sebab

itu, dalam masalah nikah tahlil, yaitu perkawinan sesorang

perempuan yang telah tertalak tiga (bain kubra) dengan seorang laki-

laki bukan mantan suaminya (dengan mantan suami telah

diharamkan karena telah talak tiga), di manaakibat perkawinan

dengan laki-laki lain tersebut, perempuan tadi menjadi halal kembali

(boleh dikawini) oleh mantan suami pertama.

Kedua, mengatakan sebaliknya dari pendapat pertama, yakni

arti hakikat dari nikah adalah akad, sedang arti majaz (kiasan) adalah

bersenggama. Sedang pendapat yang kegita, mengatakan bahwa arti

hakikat dari nikah ini musytarak atau gabungan dari pengertian akad

dan bersenggama.

Sedangkan secara fiqhi (dalam ilmu fikih), pengertian

nikah/kawin diungkapkan oleh para ulama dengan beragam sekali,

namun secara keseluruhan hampir sama antara satu dan lainnya,

yang dapat disimpulkan sebagai berikut : Perkawinan adalah akad

nikah yang ditetapkan oleh syari’at bahwa seorang laki-laki (suami)

dapat memanfaatkan dan bersenang-senang dengan kehormatan

28
Q.S. Al Baqarah (2): 230
26

(kemaluan) seorang istri dan seluruh tubuhnya.29

Secara terminologis ada beberapa definisi yang dikemukakan

ulama fiqih. Ulama mazhab Syafi’i mendefinisikan pernikahan

dengan akad atau perjanjian yang mengandung ketentuan kehalalan

hubungan seksual antara seorang laki-laki dan wanita dengan lafaz

nikah atau tajwiz, atau yang semakna dengannya.30

Dengan demikian, untuk lebih memperjelas, penulis

kemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan para imam

mazhab, yaitu :

a) Kelompok mazhab Hanafi mendefinisikan nikah/kawin sebagai

berikut :

Nikah itu adalah akad yang memfaidahkan kebolehan memiliki

dalan bersenang-senang dengan sengaja.

b) Kelompok mazhab Syafi’i mendefenisikan nikah/kawin dengan :

Nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum

kebolehan watha’ (bersenggama) dengan lafal nikah atau tajwiz

atau yang semakna dengan keduanya.

c) Kelompok mazhab Malik mendefinisikan nikah/kawin dengan

ungkapan :

Nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum semata-

mata untuk membolehkan watha’ (bersenggama), bersenang-

senang dan menikmati apa yang ada pada diri seorang wanita

29
Djaman Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: Dimas, 1993), h. 2
30
M. Abu Zahrah, al-Ahwal al-Syakhsiyyah, (Mesir : Dar al- Fikr, 1976), h. 18
27

yang boleh nikah dengannya.

d) Kelompok mazhab Ahmad bin Hanbal mendefinisikan

nikah/kawin dengan ungkapan :

Nikah adalah akad dengan mempergunakan lafal nikah atau

tajwij guna membolehkan manfaat dan bersenang-senang dengan

wanita.

Dewasa ini, sejalan dengan perkembangan zaman dan tingkat

pemikiran manusia, pengertian nikah (perkawinan) telah

memasukkan unsur lain yang timbul akibat adanya perkawinan

tersebut. Seperti pengertian yang di tuangkan dalam Undang-undang

Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974), yaitu:

Pasal 1

1. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 2

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing masing agamanya dan kepercayaan itu.31

Bunyi Pasal 1 dan 2 ayat (1) Undang-undang Perkawinan ini

secara gamblang menyebutkan tujuan perkawinan, yaitu membentuk

keluarga yang bahagia kekal yang didasarkan pada ajaran agama.

Tujuan yang diungkap dalam pasal ini masih bersifat umum yang
31
Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, Pasal 1 dan 2 ayat (1)
28

perinciannya dikandung pasal-pasal lain berikut penjelasan Undang-

undang tersebut dan peraturannya.

Dalam penjelasan Undang-undang Perkawinan ini di antaranya

disebutkan bahwa membentuk keluarga yang bahagia itu erat

hubungannya dengan keturunan, yang juga merupakan tujuan

perkawinan, dimana pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan

kewajiban orang tua.32

Dari pengertian pernikahan diatas dapat disimpulkan dengan

unsur-unsur perkawinan, yaitu :

1. Akad dengan lafal nikah atau perkawinan atau yang semakna

2. Tidak ada halangan syarak untuk menikahi wanita tersebut,

seperti wanita itu bukan muhrim

3. Saling tolong menolong

4. Menimbulkan hak dan kewajiban

5. Untuk menciptakan keluarga bahagia

6. Perkawinan adalah ibadah untuk selamanya (kekal) dan untuk

mendapatkan keridhaan Allah SWT..

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk membandingkan dengan penelitian lain sekaligus untuk

melihat posisi penelitian ini, maka perlu dilihat penelitian-penelitian yang

pernah dilakukan sebelumnya. Adapun beberapa penelitian tersebut sebagai

berikut :

32
Idris Ramulyo, S.H. Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Ind- Hillco, 1986) h.
2
29

Hasil penelitiaan Novi Hardianti Zahari, pada tahun 2020 yang berjudul:

Evektivitas Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah Calon Pengantin Dalam

Meningkatkan Kesiapan Menikah (Studi Deskriptif Pada Kementrian Agama

Bandung). Bimas Kementerian Agama sebagai pelaksana yang memiliki peranan

yang besar dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah ini, sehingga akan

lebih baik jika pelaksana dapat melaksanakan evaluasi dimulai dengan menilai

kesesuaian tujuan bimbingan dan kesesuaian kualiatas proses bimbingan perkawinan

pranikah agar pada pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah selanjutnya dapat

memaksimalkan persiapan sebelum bimbingan perkawinan pranikah diselenggarakan.

Kemudian dibuatnya instrumen evaluasi agar evaluasi lebih terukur dan perbaikan

yang dilakukan bukan hanya untuk calon pengantin tetapi untuk pelaksana

bimbimbingan perkawinan pranikah di Bimas Islam Kementerian Agama Bandung.

Kemudian mengenai Kondisi ruang belajar perlu diperhatikan oleh pelaksana agar

terciptanya pembelajaran yang nyaman bagi calon pengantin. Setelah peneliti

melakukan penelitian mengenai pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di

Kementerian Agama Bandung, dengan hasil yang menjelaskan bahwa ketepatan

perumusan tujuan bimbingan dan kualitas proses bimbingan tidak memiliki hubungan

yang signifikan dengan kesiapan menikah calon pengantin. Tetapi dilihat apabila

dilihat dari uji linier berganda yang telah dilakukan oleh peneliti menjelaskan

penelitian ini berimplikasi bahwa pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di

Kementerian Agama Bandung merupakan program yang positif dan bermanfaat bagi

calon pengantin untuk memberikan pengetahuan atau pemahaman dalam membina

suatu pernikahan dan upaya dalam mencegah terjadinya perceraian di Kota Bandung.

Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah di

Kementerian Agama Bandung akan semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan


30

bimbingan perkawinan untuk para calon pengantin sehingga dapat mencapai tujuan

dari pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah secara keseluruhan. 33

Hasil penelitian Ahmad Fahim Alwani Jumas, tahun 2021 yang berjudul:

Implementasi Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pranikah Nomor : 379 Tahun 2018

Terhadap Ketahanan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Pangkah Kabupaten

Tegal). Proses Pelaksanaan Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat yang

dilaksanakan di KUA Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, pelaksanaan kegiatan

tersebut sudah sesuai dengan keputusan dirjen bimas islam No 379 Tahun 2018.

Dampak atau efektifitas bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin

terhadap ketahanan keluarga dapat dinyatakan bahwa kegiatan bimbingan tersebut

sangat membantu masyarakat dalam memberikan pengetahuan dalam membangun

keluarga yang harmonis. Namun, diharapkan kepada pemerintah untuk lebih

mengoptimalkan pelaksanaan peraturan bimbingan pranikah karena sejatinya

peraturan tersebut memang bermanfaat, akan tetapi mengingat pelaksanaanya yang

tidak menyeluruh dan dilaksanakan hanya dalam waktu singkat menyebabkan materi-

materi yang disampaikan tidak dapat di terima secara keseluruhan. 34

Hasil penelitian Noviyani, tahun 2021 yang berjudul: Pelaksanaan

Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Dalam Mencegah Perceraian (Studi

Pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang. Hasil penelitian

menunjukkan Pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi calon pengantin di KUA

Kecamatan Sobang sudah pernah dilaksanakan namun dalam pelaksanaannya belum

efektif dan masih terdapat kekurangan. pelaksanaannya belum sesuai dengan

33
Novi Hardianti Zahari, Evektivitas Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah
Calon Pengantin Dalam Meningkatkan Kesiapan Menikah (Studi Deskriptif Pada Kementrian
Agama Bandung). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2020, h. 86
34
Ahmad Fahim Alwani Jumas, Implementasi Pedoman Penyelenggaraan Kursus
Pranikah Nomor : 379 Tahun 2018 Terhadap Ketahanan Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan
Pangkah Kabupaten Tegal), Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2021, h. 87
31

Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor 379 tahun 2018. Waktunya hanya

dilaksanakan satu tahun sekali dan kurang dari 16 jam pelajaran seperti yang

ditetapkan oleh Kemenag. Dalam penyampaian materi bimbingan hanya dengan

menggunakan metode ceramah dan tidak terdapat materi refleksi dan evaluasi. Dalam

hal tidak ada calon pengantin yang mendaftar bimbingan maka KUA Sobang tidak

melaksanakan bimbingan perkawinan. Pada tahun 2020 bimbingan perkawinan tidak

diselenggarakan karena adanya virus Covid-19 (Corona). Kepala KUA mengatakan

bahwa bimbingan secara online seben 35arnya ingin diterapkan di KUA, namun

masyarakat Sobang masih sulit menyesuaikan. Implementasi Dirjen Bimas Islam

Nomor 379 tahun 2018 belum berpengaruh terhadap tinggi rendahnya perceraian,

Dalam mengukur tingkat ketercapaian implementasi Dirjen Bimas Islam Nomor 379

tahun 2018 dalam mencegah perceraian masih sangat relatif. sebab kegiatan dan

pelaksanaannya belum berjalan sesuai dengan apa yang diterapkan dalam Dirjen.

35
Noviyani, Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin Dalam
Mencegah Perceraian (Studi Pada KUA Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang), Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021, h. 77
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu proses, prinsip dan prosedur yang berfungsi

untuk menghasilkan data dan analisis yang valid dalam usaha mencari

jawaban atas permasalahan yang ada. Penelitian merupakan kegiatan ilmiah

guna menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu

pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan sistematis.36 Dengan

demikian metode di jadikan sebagai landasan agar penelitian menemukan

hasil yang maksimal. Penelitian ini di fokuskan pada Implementasi

Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarkat Islam Nomor 189

Tahun 2021 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi

pasangan calon pengantin di BP4 Kota Pekanbaru. Penelitian yang

dilakukan dengan metode kualitatif ini meliputi :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (fild research)

dengan menggunakan kualitatif deskriptif. Penelitian ini merupakan

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diminati. 37

Penelitian dilakukan dengan mengambil sumber data BP4 Kota

36
Soetrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Gajah Mada, 1991), Jilid II, h. 4
37
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005). h. 4

31
33

Pekanbaru. Lalu dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat

menjawab persoalan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Badan Penasehatan Pembinaan

Pelestarian Perkawinan (BP4) Jalan Patimura Ujung Kantor Dinas

Pendidikan Kota Pekanbaru ( Depan Polisi Daerah Riau ).

3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah

kepala BP4 Kota Pekanbaru, pegawai BP4 Kota Pekanbaru yang

bertugas dan pasangan calon pengantin yang mengikuti pelaksanaan

bimbingan perkawinan.

b. Objek

Adapun objek dalam penelitian ini adalah, Keputusan

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun

2021 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi

pasangan calon pengantin di BP4 Kota Pekanbaru.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari jumlah subjek yang diteliti,

populasi disebut juga univers tidak lain dari daerah generalisasi yang

diwakili oleh sampel.38 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah terdiri dari Ketua BP4 Kota Pekanbaru, pengurus struktural,
38
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos, 1997), h. 83.
34

pemateri yang telah mengikuti Bimbingan Teknis Bimbingan

Perkawinan, dan peserta pasangan calon pengantin bimbingan

perkawinan di BP4 Kota Pekanbaru.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang akan diteliti. 39

Sampel berkaitan dengan proses memilih sejumlah subjek dari suatu

populasi untuk dijadikan sebagai responden penelitian. 40 Sampel dalam

penelitian ini ditetapkan dengan teknik purposif sampeling yaitu sampel

diambil berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian. Dan jumlah

sampel yang diambil adalah 24 orang, yaitu 1 orang sebagai Ketua BP4

Kota Pekanbaru, 5 orang pegawai struktural BP4 Kota Pekanbaru, 3

orang pegawai non struktural/ pemateri yang telah ter BIMPEK

(Bimbingan Teknis) bimbingan perkawinan dan 15 orang dari pasangan

pengantin di BP4 Kota Pekanbaru.

5. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk

dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. 41 Sumber data

primer peneliti ialah pengurus, narasumber dan peserta pasangan

pengantin di BP4 Kota Pekanbaru.

39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneitian: Suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta Revisi, 1996), h. 104.
40
Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014)
h. 143
41
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), h. 106.
35

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

resmi, brosur, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian,

hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan

peraturan perundang-undangan.42

c. Data Tersier

Sumber data tersier merupakan data pelengkap yang dapat

bersumber dari kamus, ensiklopedia, skripsi, jurnal dan makalah yang

disajikan dalam seminar Nasional maupun Internasional.43

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara pengamatan secara langsung terhadap kejadian kejadian yang

ditemukan di lapangan.44 Observasi yang dilakukan penelitian dalam hal

ini adalah terjun langsung ke lapangan yaitu BP4 Kota Pekanbaru.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data

maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data.45

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur, yaitu

wawancara yang terkesan interogasi, dan pertukaran informasi antara


42
Ibid, h. 106.
43
Saifudin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), cet. Ke-1,
h. 92
44
Ibid, h. 106
45
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), cet ke-6, h. 183
36

peneliti dan subjek yang diteliti sangat minim.46 Hal tersebut

dikarenakan, dalam melakukan wawancara peneliti mengajukan

pertanyaan yang telah disiapkan dan subjek hanya menjawab apa yang

peneliti tanyakan. Dalam hal ini subjek yang diwawancarai adalah ketua

BP4 Kota Pekanbaru, pegawai struktural dan non struktural BP4 Kota

Pekanbaru.

c. Angket/Kuisioner

Angket/kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada

responden dengan harapan memberikan respons atas pertanyaan

tersebut.47 Dalam hal ini subjek yang diberikan angket adalah pasangan

pengantin yang melakukan bimbingan pra nikah di BP4 Kota

Pekanbaru.

d. Studi Kepustakaan

Yaitu penulis mengambil buku-buku referensi yang ada kaitannya

dengan persoalan yang di teliti.48

e. Dukumentasi

Dekomentasi terdiri dari dua macam yaitu dokumentasi pribadi

dan dokumentasi resmi. Dokumentasi pribadi seperti buku harian

yang dibuat oleh subjek, surat pribadi yang dibuat dan diterima oleh

subjek yang diteliti, atau riwayat hidup. Sedangkan dokumentasi

46
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Fokus Groups Sebagai Instrumen
Penggali Data Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 63
47
Ibid, h. 139
48
Emzir, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2010),
h. 14.
37

resmi seperti Surat Keputusan (SK) dan surat-surat resmi lainnya. 49

Cara mengumpulkan data dengan cara mencatat, menyalin

dokumentasi yang sudah ada pada pelaksanaan bimbingan pra nikah

bagi pasangan calon pengantin di BP4 Kota Pekanbaru, serta

pengumpulan data dilakukan melalui internet, media cetak yang

berhubungan langsung dengan permasalahan, dan data juga

diperoleh melalui sumber buku yang berhubungan dengan

permasalahan penulis sebagai bahan pendukung.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa data secara

deskriptif kualitatif yaitu setelah semua data telah berhasil penulis

kumpulkan, maka penulis menjelaskan secara rinci dan sistematis

sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat dipahami secara jelas

kesimpulan akhirnya.50

Peneliti dalam menganalisis berkeinginan untuk memberikan

gambaran mengenai subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil

penelitian yang dilakukannya serta menggunakan pendekatan kualitatif

adalah suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analisis.51

8. Metode Penulisan

49
Tohoirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling:
Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi dengan Contoh Transkip Hasil
Wawancara Serta Penyajian Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
50
Dedi Mulyono, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 8
51
Mukhti Fajar, Dualisme Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), h. 180
38

Setelah data terkumpul dan falid, maka penulis akan mengelolah

data dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari yang bersifat umum

kepada yang bersifat khusus. Maksudnya adalah dari sebuah

judul kemudian diambil atau ditarik beberapa permasalahan dan

dijadikan beberapa bab.

b. Induktif, yaitu menarik kesimpulan dari yang khusus kepada

yang umum. Maksudnya mengumpulkan dari beberapa buku atau

referensi lainnya yang bersangkutan yang diteliti kemudian

diambil beberapa bagian.

c. Deskriptif, yaitu mengumpulkan data dan keterangan kemudian

dianalisa hingga disusun sebagaimana yang dikehendaki dalam

penelitian ini.52

B. Sistematika Penulisan

Untuk mengarahkan alur pembahasan secara sistematika dan

mempermudah pembahasan serta pemahaman, maka suatu karya ilmiah

yang bagus memerlukan sistematika. Hal ini akan menjadikan karya ilmiah

tersebut mudah dipahami dan tersusun rapi. Dalam penyusunan isi

penelitian ini, maka penulisannya dilakukan berdasarkan sistematika

pembahasan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini yang didalamnya memuat latar belakang masalah

untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa


52
Tohirin, Op. Cit, h. 67
39

penelitian ini perlu dilakukan dan hal apa yang

melatarbelakangi penelitian ini, kemudian dilanjutkan dengan

batasan dan rumusan masalah bertujuan untuk membatasi agar

penelitian ini lebih terfokus. Setelah itu tujuan dan kegunaan

penelitian bertujuan untuk menjelaskan pentingnya penelitian

ini. Adapun metode penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan

bagaimana cara yang akan dilakukan penulis dalam penelitian

ini dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM BADAN PENASIHATAN

PEMBINAAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)

KOTA PEKANBARU

Pada bab ini berisi penjelasan yang membahas Gambaran

Umum Lokasi Penelitian, yang meliputi Sejarah Biografis,

Geografis, Demografis dan Sosiologi Kantor Badan

Penasehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota

Pekanbaru.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG IMPLEMENTASI

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN

MASYARAKAT ISALAM NOMOR 189 TAHUN 2021

Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian impelementasi,

bimbingan pra nikah, syarat dalam proses bimbingan pra

nikah, manfaat bimbingan pra nikah, tujuan bimbingan pra

nikah.
40

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai

implementasi Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 tentang petunjuk

pelaksanaan bimbingan perkawinan bagi pasangan pengantin

di BP4 kota Pekanbaru, kendala dalam penerapan Keputusan

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189

Tahun 2021 tentang petunjuk pelaksanaan bimbingan

perkawinan bagi pasangan pengantin di BP4 kota Pekanbaru.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini akan di uraikan kesimpulan dan saran-saran

mengenai pengoptimalan pelaksanaan bimbingan perkawinan

sesuai dengan Kepdirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abu Zahrah, Muhammad. 1976. al-Ahwal al-Syakhsiyyah, (Mesir : Dar al- Fikr).

Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn,

dalam http://kertyawitaradya.wordpress (diakses pada tanggal 17 Mei

2021, jam 22.22 WIB)

Ali, Zainuddin. 2016. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika)

Al-Jazairy, Abdurrahaman Al-Jazairy. Al-Fiqh Ala Al-Mazahib Al-Arba’ah, Juz 4.

Alwani Jumas, Ahmad Fahim. 2021. Implementasi Pedoman Penyelenggaraan

Kursus Pranikah Nomor : 379 Tahun 2018 Terhadap Ketahanan

Keluarga (Studi Kasus di Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal),

Purwokerto: IAIN Purwokerto.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Peneitian: Suatu pendekatan praktik,

(Jakarta: Rineka Cipta Revisi).

Azwar, Saifudin. 1998. Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), cet.

Ke-1.

Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos)

BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan & Perkembangan (edisi ke-0.00). 1977, BP4 Pusat

Jakarta.

Departemen Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka).

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), h. 456

Emzir. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grapindo

40
42

Persada,).

Fajar, Mukhti. 2010. Dualisme Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar).

Hadi, Soetrisno. 1991. Metodologi Research, ( Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gajah Mada), Jilid II.

Hamid, Farida. Kamus ilmiah Populer Lengkap, Surabaya: Apollo.

Haryati, Sekretaris BP4 Kota Pekanbaru, Wawancara Pra Riset, 24 November

2021 Pukul 10.10 WIB.

Hasil Keputusan MUNAS BP4 ke XIV/2009 di Jakarta, 1-3 JUNI 2009.

Diterbitkan oleh Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan (BP4) Tahun 2009

Herdiansyah, Haris. 2013Wawancara, Observasi, dan Fokus Groups Sebagai

Instrumen Penggali Data Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Kementrian Agama Kota Pekanbaru, Arsip BP4 Pekanbaru, Pekanbaru, 2021

Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 189 Tahun 2021 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah

Keputusan Dirjen Bimas Islam No. 379 Tahun 2018 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Pranikah

Kompilasi Hukum Islam, dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan

Perkawinan di Indonesia (t.t: Wacana Intelektual, 2009)

Moloeng, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya).

Mulyono, Dedi. Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi


43

dan Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya).

Munir Amin, Samsul. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:Amzah,2015).

Noviyani. 2021. Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin

Dalam Mencegah Perceraian (Studi Pada KUA Kecamatan Sobang

Kabupaten Pandeglang), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nur, Djaman. 1993. Fiqih Munakahat, (Semarang: Dimas).

Pengertian Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam)

https://id.wikipedia.org/wiki/ Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam. (diakses pada tanggal 26 November 2021 pukul 15:02 WIB).

Prasetyo, Bambang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada), cet ke-6.

Q.S. Al Baqarah (2): 230


Q.S. Ar Ruum (30): 21
Q.S. Az Zariyat (51) : 49
Ramulyo, Idris. 1986. Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: Ind- Hillco).

Sabiq Sayyid. 1993. Fiqh al-Sunnah, alih bahasa oleh Moh. Thalib, Fikih

Sunnah Jilid VI, Cet. 8, (Bandung: Alma’arif.

Santoso, Rudi. https://rudisantosomhi.wordpress.com/2013/12/30/dasar-hukum-

tentang-bp4/ diakses pada 27 November 2021 Jam 08.09 WIB

Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Pekanbaru: Suska Pr ess, 2008).

Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: CV. Andi

Offset)

Syukir, Asumsi. 1993. Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas).

Tohari Munawar, Tohari. 1922. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan


44

Konseling Islam. (Yogyakarta: UII Press.

Tohoirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling: Pendekatan Praktis Untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi

dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara Serta Penyajian Data,

(Jakarta: Rajawali Pers).

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan LN. Tahun 1974 No.

1, dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan di

Indonesia (t.t: Wacana Intelektual, 2009).

Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, Pasal 1 dan 2 ayat (1)

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling Perkawinan,(Yogyakarta: Andi

Yogyakarta, 2000).

Zahari , Novi Hardianti. 2020. Evektivitas Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan

Pranikah Calon Pengantin Dalam Meningkatkan Kesiapan Menikah

(Studi Deskriptif Pada Kementrian Agama Bandung). Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.


RENCANA PEMBAHASAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Batasan Masalah

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II : GAMBARAN UMUM BP4 KOTA PEKANBARU

A. Sejarah BP4 Kota Pekanbaru

B. Visi dan Misi BP4 Kota Pekanbaru

C. Struktur Pengurus BP4 Kota Pekanbaru

D. Letak Geografis BP4 Kota Pekanbaru

E. Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyrakat Islam

Nomor 189 tahun 2021

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG IMPLEMENTASI

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN

MASYARAKAT ISALAM NOMOR 189 TAHUN 2021

A. Pengertian Impelementasi

44
46

B. Pengertian Bimbingan Perkawinan

C. Pengertian Pernikahan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Keputusan Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon Pengantin di

BP4 Kota Pekanbaru

B. Kendala Dalam Penerapan Keputusan Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 189 Tahun 2021 Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Bagi Calon

Pengantin di BP4 Kota Pekanbaru

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

You might also like