Keperawatan Anak

You might also like

You are on page 1of 13

PRINSIP KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :
JENIFER HONTONGLALIU (19142010043)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA
MANADO
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan sehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam tugas ini kami membahas mengenai “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Kecemasan ”
Tugas ini dibuat dengan beberapa bantuan dari beberapa pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. 0leh karena itu
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yag telah
membantu dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih ada banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca
untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang perawat adalah individu yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi peran perawat
pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan adalah tersedianya sarana dan prasarana
pyang dapat memperlancar kegiatan seperti peralatan medik (obat-obatan, set infus, kateter),
peralatan keperawatan (materi pencegahan infeksi, pencegahan trauma), dan peralatan
pendukung keperawatan (Herymrt, 2008: 56).
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami
berbagai kejadian yang menunjukkan pengalaman yang sangat trauma dan penuh stress
(Nursalam, 2005: 25).
Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya harus
berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang terapeutik karena bertujuan
sebagai terapi bagi anak. Perawatan atrumatik pada anak tidak terlepas dari peran serta orang
tua (Supartini.2004:22).
Lingkungan fisik dan psikososial Rumah Sakit dapat menjadi stressor bagi anak untuk
menimbulkan trauma. Prinsip dasar dari perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh setiap
perawat anak terdiri dari 5 komponen yang meliputi menurunkan atau mencegah perpisahan
keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak,
mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungn fisik. Selain itu perilaku petugas dan ruangan perawatan anak tidak
dapat disamakan seperti orang dewasa (Hidayat, 2005: 32).
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP ANAK

a. Paradigma keperawatan anak


Paradigma keperawatan anak menurut (Supartini, 2004) dikelompokkan 4 komponen
yaitu:
1. Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperwatan anak adalah individu yang berusia antara 0
sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan
yang spesifik (fisik, psikologik, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
2. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat adalah
keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang harus dicapai
sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya.
3. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan eksternal yang dapat
mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan interna, yaitu genetik (keturunan),
kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan adanya predisposisi atau
resistensi terhadap penyakit. Lingkungan eksternal yaitu status nutrisi, orang tua, saudara
sekandung (sibling), masyarakat atau kelompok sekolah dan lain-lain.
4. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat dapat
membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik dengan cara
membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui perannya sebagai
pembela, pemulih atau pemelihara kesehatan, koordinator, kolabolator, pembuat
keputusan etik dan perencana kesehatan.

b. Asuhan yang berpusat pada keluarga


Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasnya hubungan antara orang tua dan anaknya,
orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk meneruskan peran dan tugasnya
merawat anak selama di rumah sakit. Perawat juga mempunyai peran penting untuk
meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anaknya ( Supartini, 2004).Elemen
pokok yang berpusat pada keluarga menurut (Supartini, 2004).
1. Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda antara yang satu dan yang
lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon
terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula. Demikian pula
orang tua mempunyai latar belakang individu yang berbeda dalam berespon
terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit.
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya.
Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa nyaman
apabila berada di samping orang tuanya, terlebih lagi pada saat menghadapi situasi
menakutkan seperti dilakukan prosedur invasive. Dengan demikian, tujuan asuhan
akan tercapai dengan baik apabila ada kerja sama yang baik antara perawat dan
orang tua.
3. Kerja sama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep dasar
asuhan keperawatan anak yaitu perawat dapat melakukan asuhan keluarga dan
keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan.
4. Keberhasilan dari pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan
untuk mendukung kerja sama yang aktif dari orang tua. Kesepakatan untuk
menggunakan pendekatan Family centred tidak cukup hanya dari perawat, tetapi
juga seluruh petugas kesehatan yang lain.

c. Prinsip-prinsip perawatan anak


Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak menurut (Hidayat, 2005).
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini
mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, karena
anak mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawatan anak misalnya anak tidak merasakan gangguan
psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sabagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang .
B. PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat mempunyai peran dan fungsi
sebagai merawat anak di antaranya :
a. Pemberian perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan anak, sebagai
perawat anak, pemberian pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi
kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asa, asi, dan asu.
b. Sebagai advocat keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat juga mampu sebagai
advocat keluarga sebagai pembelah keluarga dalam beberapa hal seperti dalam
menentukan hal sebagai klien.
c. Pencegaan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga
setiap dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus selalu mengutamakan
tindakan pencegahan timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau
masalah yang di derita.
d. Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat harus mampu berperan
sebagai pendidik, sebab beberapa pesan atau cara mengubah perilaku pada anak atau
keluarga harus selalu dilakukan dengan pendididkan kesehatan khususnya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan
yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat
e. Konseling
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu
untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun keluarga.
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintergrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalama masalalu. Pemecahan masalah di fokuskan pada
masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
f. Kolabora
Kolaborasi merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan
dilaksanakan oleh perawat dengan tim kesehatan lain. Dalam hal ini perawat bersama
klien, keluarga, tim kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan
yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien,
pemberian dukungan, paduan keahlian dan keterampilan dari berbagai profesional
memberi pelayanan kesehatan.
g. Pengambil keputusan etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang sangat penting sebab
perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu disamping anak,
maka peran sebagai pengambil keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti
akan melakukan tindakan pelayan keperawatan.
h. Peneliti
Peran ini snagat penting yang harus dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai
peneliti perawat harus melakukan kajian – kajian keperawatan anak, yang dapat
dikembangkan untuk perkembangan teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti
dapat dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak (wong,D.
L,1995).
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inofator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreaktifitas, insiatif, cepat tangkap terhadap
rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian.
Penelitian, pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan,
menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektivitas tindakan yang telah
diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengarahkan orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan spirasi individu,
keluarga, kelompok da masyarakat.
Beberapa peran penting seorang perawat anak menurut Nursalam (2005:57) yaitu sebagai
pendidik baik secara langsung dengan member penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada
orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak
memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat
melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan, serta sikap keluarga dalam
hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit. Suatu waktu anak dan keluarganya
mempunyai kebutuhan psikologis berupa dukungan atau dorongan mental.
Sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan
orang tuanya membutuhkan. Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat
keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada
hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan asuhan
keperawatan, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat yang paling mengerti
tentang layanan keperawatan anak. Oleh karena itu, perawat anak harus dapat meyakinakan
pemegang kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang
diajukan dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Menurut Hidayat (2005:77) sebagai perawat anak dalam melaksanakan perannya sebagai
perawat anak harus memahami prinsip-prinsip dalam perawatan anak yang antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini
mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, karena
anak mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangannya.
3. Pelayanan keperawatan amnak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian.
4. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensif dalam
memberikan asuhan keperawtan anak, misalnya anak tidak merasakan gangguan
psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dengan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal).
6. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Pada masa yang akan dating kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang.
C. PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK PADA ANAK

1. Definisi Perawatan Atraumatik Pada Anak


Menurut Hidayat ( 2005:12) atraumatic care adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut difokuskan
dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak.
Perhatian khusus pada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang,
sangat penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan.
Dengan demikian, atraumatic care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan
keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan
dengan melihat prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan adanya trauma
(Hidayat, 2005:10).
Menurut Wong (2005:22) atraumatic care merupakan ketetapan dan kepedulian dari
tim pelayanan kesehatan melalui intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor
yang dialami oleh anak dan keluarga di Rumah Sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan
atraumatik juga disebut dengan perawtan yang terapeutik yang meliputi pencegahan
trauma, hasil diagnose, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi yang akut maupun
kronis. Stressor lingkungan yang sering dialami oleh anak adalah lingkungan Rumah
Sakit yang tidak nyaman bagi mereka yang mengakibatkan anak stress selama dirawat di
Rmah Sakit.
2. Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak
Pada umumnya anak yang dirawat di Rumah Sakit akan timbul rasa takut baik pada
dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman mendapatkan
imunisasi. Dalam bayangannya, perawat tau dokter akan menyakiti dan menyuntik. Selain
itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orang tua dan saudaranya.
Lingkungan di rumah tentu berbeda bentuk dan suasanya dengan ruang perawtan. Reaksi
pertama selain ketakutan, tidak mau makan dan minum bahkan menangis. Untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memberikan perawatan atraumatik. Ada beberapa
prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh perawat anak menurut Hidayat
(2005:44), yaitu:
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dengan orang tua
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih saying, gangguan tersebut kan menghambat
proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bila anak dirawat di Rumah Sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang
tuanya, maka ia kan merasa ditolak oleh keluarganya dan mengakibatkan anak cenderung
emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak bereaksi negative waktu
pulang ke rumah. Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran
bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan
materiil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika
dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari keluarga dapat dilakukan
dengancara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
memperbolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika
tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat setiap saat
dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan mempertahankan kontak
dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru,
teman sekolah dan lain-lain (Supartini, 2004:66).
b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak akan selalu
berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala
hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi
perawatan anak. Intervensi keperawtan difokuskan pada upaya untuk mengurangi
ketergantungan dengan cara member kesempatan anak mengambil keputusan dan
melibatkan orang tua.
c. Mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan
anak. Proses pengurangan nyeri tidak bias dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai teknik, misalnya: distraksi, relaksasi, dan imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada
anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk
meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengancara
mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
memberikan dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih dahulu
sebelum melakukan persiapan fisikanak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan
dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.
Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan seperti
meningkatkan hubungan anatara anak, keluarga dan perawat karena bermain merupakan
alat komunikasi yang efektif antara perawat dank lien. Aktivitas bermain yang terprogram
akan memulihkan perasaan mandiri pada anak dan bias mengekspresikan perasaan anak.
Pertimbangan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila
melihatnya. Dalam kondisi seperti itu tawarkan pada anak dan orang tua untuk
mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh
individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Kekerasan
pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau indivisu pada mereka yang
belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis terganggu
(Sugiarno, 2007:11). Kekerasan pada anak menimbulkan gangguan psikologis yang
sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila hal tersebut terjadi pada saat anak dalam
proses tumbuh kembang, maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidaka dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawtan yang berulang-ulang
dalam pemasanagan IVFD.
e. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik Rumah Sakit yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak
selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan
dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan ruangan tersebut
memelukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding
brupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal berwarna dan bercorak
binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna serta tangga yang pengangannya
berwarna ceria. Wong (2005:221) mengungkapkan ada 3 prinsip perawatan atraumatik
yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya
adalah mencegah atau meminimalkan stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur
yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak
nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah
dampak perpisahan orang tua dan anggita keluarga yang lain, bersikap empati keluarga
dan anak yang sedang dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi
sakit yang dialami anak.

3. Pencegahan Kecelakaan Pada Anak


Menurut Sacharin (1996:77) ada beberapa cara pencegahan kecelakaan terhadap anak, yaitu:
a. Jatuh dari tempat tidur
Hal ini merupakan kecelakaan yang umum terjadi pada anak-anak di bangsal Rumah
Sakit. Tempat tidur harus dirancang sehingga bagian sisi tempat tidur dapat dikunci
dan cukup tinggi sehingga anak yang mulai berjalan tidak dapat memanjat keluar.
Oleh karena itu perawat harus menjamin bahwa sisi tempat tidur
terkunci setelah menyelesaikan suatu tindakan.

b. Mandi
Teseduh air panas dan tenggelam merupakan konsekuensi dari perencanaan
dan prosedur yang sembrono. Oleh karena itu suhu air harus aman bagi anak.
Untuk mencegah tenggelam maka diperlukan pengawasan yang konstan selama
mandi. Tidak selalu memungkinkan untuk mencegah anak masuk kamar mandi,
karena hal ini sebagian besar tergantung pada penataan bangsal.

c. Obat-obatan
Penyimpanan obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hokum yang
mengikat semua perawat. Selama pembagian obat harus di bawah pengawasan
perawat.

d. Peralatan (Rumah Sakit)


Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat dipakai dan
secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman seperti thermometer, mainan dari
Rumah Sakit, spuit, dan lain-lain.

4. Pengelompokan Masalah Keperawatan Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

a. Masalah fisik
Masalah fisik yang terjadi bias berupa perubahan tanda-tanda vital: suhu,
pernapasan, nadi dan tekanan darah, gangguan terhadap kebutuhan cairan dan nutrisi,
gangguan terhadap aktivitas dan istirahat, penurunan respon imun.
b. Masalah psikis
Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adaklah perasaan tidak berdaya
karena perpisahan dengan keluarga atau pengasuh (care giver), protes, apatis,
penolakan, cemas, serta takut terhadap lingkungan baru (alat-alat, peraturan, dan
sikap petugas kesehatan). Masalah social yang sering terjadi pada anak adalah
perasaan terisolasi dan suka menyendiri. Sedangakan masalah ketergantungan bias
berupa perasaan bersalah dan memerlukan pertolongan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan
keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik , yang bertujuan sebagai terapi bagi anak.
Pentingnya atraumatic care adalah bahwa walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pediatric telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap
menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sampai saat ini belum
ada teknologi yang dapat mengatasi masalah yang timbul sebagai dampak dari perawatan
tersebut. Hal itu memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan, khususnya perawat
dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dan orang tua.
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh perawat anak
dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan stressor
fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan,
ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap
dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga yang lain,
bersikap empati keluarga dan anak yang sedang dirawat serta memberikan pendidikan
kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami anak.
DAFTAR PUSTAKA

Herymrt.(2008).“Pelayanan Rumah Sakit yang


Bermutu”.http://app.healthsciencepro.gov.sg/nursing/research-local_research.asp
diakses tanggal 23 Desember 2010

Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Sacharin, R.N. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Sugiarno. (2007). “ Aspek Klinis Kekerasan Pada Anak dan Upaya Pencegahannya”.
http://etd.eprints.kekerasan-pada-anak.umsu.ac.id/907/ diakses tanggal 7 Desember
2010

Supartini. Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wong, D.L. 2005. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta: EGC

You might also like