Professional Documents
Culture Documents
Trauma Mata Fisik Akibat Radiasi Sinar Ultraviolet
Trauma Mata Fisik Akibat Radiasi Sinar Ultraviolet
Pembimbing :
dr. Hadi Soesilo, Sp.M
Penyusun :
Atinul Kulsum 2019.04.20059
Atria Oyu Oktawigati 2019.04.20060
Judul referat “Trauma Mata Fisik Akibat Radiasi Sinar Ultraviolet” telah
diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas baca dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan
Mata.
Mengetahui,
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Trauma Mata Fisik Akibat Radiasi Sinar Ultraviolet” dengan lancar.
Referat ini disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSAL Dr Ramelan
Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang
bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.
Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
a. dr. Hadi Soesilo, Sp.M, selaku Pembimbing Referat.
b. Para dokter Spesialis Mata RSAL dr Ramelan Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di Departemen Kesehatan Mata RSAL
dr. Ramelan Surabaya.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................5
3.1 KESIMPULAN............................................................................
3.2 SARAN.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kebutaan, 2,3 juta kasus trauma mata mengalami penurunan visus
bilateral, dan 19 juta kasus trauma mata mengalami penurunan visus
unilateral setiap tahunnya Di Indonesia, trauma mata merupakan
penyebab kebutaan tersering setelah katarak, glaukoma, kelainan
refraksi, gangguan retina dan kelainan kornea. Trauma mata
termasuk permasalahan kesehatan yang sering terjadi di Asia
Tenggara (Nofityari dkk, 2019).
Trauma okuli dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma
tumpul, trauma kimia, trauma termal, trauma fisik, extra ocular foreign
body, dan trauma tembus berdasarkan mekanisme trauma. Trauma
okuli dapat terjadi di berbagai tempat, di rumah tangga, di tempat
kerja, maupun di jalan raya. Nirmalan dan Vats mendapatkan angka
kejadian trauma okuli terbesar terjadi di rumah. Trauma okuli dapat
menyebabkan kelainan ringan pada mata bahkan sampai kebutaan.
Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat
ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua
organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis
yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat
menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya
benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi
dari struktur jaringan bola mata (Djelantik dkk, 2010).
Sinar Ultraviolet adalah penyebab paling umum dari cedera
radiasi pada mata. Kornea menyerap sebagian besar radiasi
ultraviolet. Kerusakan radiasi ultraviolet pada epitel kornea bersifat
kumulatif. Mata memiliki beberapa mekanisme untuk proteksi organ
dalam sensitifnya terhadap efek bahaya dari sinar ultraviolet, antara
lain alis, bulu mata, namun, ini sifatnya terbatas dalam hal proteksi
terhadap UV pada suatu kondisi ekstrim seperti refleksi sinar UV dari
salju, air, atau pasir dan gerhana matahari. Karena keterbatasan yang
dipadu dengan paparan ekstrim terhadap sinar UV, maka terjadi
2
peningkatan insiden penyakit akibat paparan sinar UV (Koyfman,
2019; Willmann, 2017).
Penentuan diagnosis dan langkah selanjutnya dapat dilakukan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oftamologi yang dilakukan
secara teliti untuk mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi,
serta kelainan yang disebabkan. Selain itu dapat pula dilakukan
pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maupun
indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan.
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri (Vaughan, 2018).
3
18. Bagaimana epidemiologi kerusakan makula akibat sinar UV?
19. Bagaimana patofisiologi kerusakan makula akibat sinar UV?
20. Apa gejala dan tanda kerusakan makula akibat sinar UV?
21. Bagaimana diagnose kerusakan makula akibat sinar UV?
22. Bagaimana penatalaksanaan kerusakan makula?
23. Bagaimana preventif kerusakan makula?
1.3 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet, dimana bersifat membasahi bola mata terutama kornea
(Guyton, 2013).
2. Kornea
Fungsi dari kornea adalah menerima serta meneruskan cahaya
yang masuk kemata dan memberikan perlindungan terhadap bagian
sensitif mata yang ada di bawahnya. Cahaya yang diterima kornea
akan diteruskan ke bagian dalam mata yang kemudian berakhir di
retina (Guyton, 2013).
3. Aqueous humor
Cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik
mata anterior dan posterior. Aqueous humor berfungsi membawa
oksigen dan nutrisi ke sel-sel lensa, kornea, iris. Aqueous humor
memiliki tingkat askorbat yang tinggi terhadap ultraviolet induced
oksidatif produk misalnya radikal bebas (Guyton, 2013).
4. Lensa
Lensa mata ini mempunyai peran yang penting yaitu mengatur
letak bayangan supaya jatuh tepat di bintik kuning (Guyton, 2013).
5. Iris
Fungsi dari iris adalah memberikan warna mata, dan mengatur
perbesaran pupil (kondisi ini dilakukan untuk membatasi banyaknya
jumlah cahaya yang dapat masuk ke iris). Letaknya sendiri berada di
tengah bola mata dan tepat di belakang kornea (Guyton, 2013).
6. Pupil
Fungsi dari pupil adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Fungsinya ini hampir sama dengan diagfragma pada kamera atau alat
potret. Pupil ini berbentuk seperti celah bulat yang letaknya berada di
tengah iris (Guyton, 2013).
6
7. Otot mata
Otot ini berfungsi untuk mengatur besar dan kecilnya lensa, selain
itu juga berfungsi sebagai penyangga lensa kristalin (Guyton, 2013).
8. Vitreous humor
Bentuknya seperti cairan bening dan biasanya mengisi rongga
mata. Fungsinya meneruskan cahaya dari lensa menuju ke retina
(Guyton, 2013).
9. Retina
Lapisan yang terdapat di bagian belakang dinding bola mata
dimana disitu tempat bayangan akan dibentuk. Istilah lain dari bagian
ini adalah selaput jala, dimana bagian ini adalah bagian yang peka
terhadap cahaya. Terlebih pada bintik kuning, retina sendiri memiliki
fungsi untuk menangkap cahaya dan kemudian meneruskannya
sampai ke saraf mata. Kemudian cahaya akan diterima di ujung-ujung
saraf yang ada di bagian selaput jala (Guyton, 2013).
10. Bintik kuning
Lengkungan yang terdapat di retina dan merupakan bagian yang
paling peka (Guyton, 2013).
11. Syaraf optik
Syaraf ini berfungsi untuk meneruskan rangsang cahaya yang
datang dari retina menuju ke otak. Tugasnya sendiri memang untuk
meneruskan rangsang cahaya supaya sampai ke otak. Saraf optic
membawa semua informasi yang akan diproses di dalam otak. Pada
akhirnya kita dapat melihat suatu objek atau benda (Guyton, 2013).
7
2.3. Trauma Mata Fisik
2.3.1. Definisi
Trauma pada mata yang disebabkan antara lain oleh radiasi cahaya
UV dan listrik (WHO, 2015).
2.3.2. Klasifikasi
Trauma mata dapat dibagi menjadi (Ilyas, 2014):
1. Trauma mekanik
Trauma tumpul (contusio oculi)
Trauma tajam (perforasi trauma)
2. Trauma fisik
Trauma radiasi sinar inframerah
Trauma radiasi sinar ultraviolet
Trauma radiasi sinar X dan terionisasi
3. Trauma kimia
Trauma asam
Trauma basa
Radiasi Ultraviolet terdiri dari sinar dengan energi tinggi yang berasal
dari matahari yang sifatnya “invisible”. Lebih dari 99% radiasi UV diabsorpsi
oleh struktur mata anterior, meskipun beberapa dari itu bisa mencapai retina
yang peka terhadap cahaya. Adanya radiasi UV dalam sinar matahari tidak
berguna untuk penglihatan. Ada beberapa alasan yang patut
dipertimbangkan dimana absorpsi UV oleh mata bisa berkontribusi terhadap
perubahan terkait usia pada mata dan beberapa penyakit mata serius (WHO,
2015)
8
Ultraviolet adalah bagian dari spectrum radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang mulai 100nm hingga 400nm. Ada 3 tipe atau
region yaitu:
1. UVA 315-400nm
2. UVB 280-315nm
3. UVC 100-280nm
9
germicidal. Paparan kronik terhadap intensitas akut dari UVC bisa
menyebabkan formasi katarak dan kerusakan retina (WHO, 2015).
Definisi
Etiologi
10
Sign and Symptoms
Diagnosis
Preventif
Manajemen
11
Kompres dingin dan basah pada mata dan air mata buatan bisa
membantu gejala local ketika gejala timbul. NSAID tetes mata secara
luas digunakan untuk mengurangi inflamasi dan nyeri pada mata,
namun belum diuji dengan trial yang paten. Medikasi nyeri sistemik
diberikan bila nyeri parah. Penyembuhan biasanya cepat (24-72jam)
jika sumber injuri dihilangkan. Peghindaran injuri selanjutnya dengan
menghindari isolasi di kamar gelap, melepas lensa kontakm tidak
mengusap mata, serta sunglasses hingga gejala membaik (Brozen,
2014).
2. Katarak
Definisi
Epidemiologi
12
Etiologi
a. Kabur
Pasien pada umumnya datang saat kekeruhan lensa terjadi
pada kedua mata meski derajat katarak kedua mata berbeda.
Kekaburan yang dirasa bersifat perlahan dan penderita merasa melihat
melalui kaca yang buram. Pada tahap awal kekeruhan lensa penderita
dapat melihat bentuk akan tetapi tidak dapat melihat detail (Budiono,
2013).
b. Silau
Katarak menyebabkan gangguan pembiasan lensa akibat
perubahan bentuk, struktur dan indeks bias lensa (Budiono, 2013).
13
c. Gangguan penglihatan warna
Lensa yang bertambah kuning atau kecoklatan akan
menyebabkan gangguan diskriminasi warna, terutama pada spectrum
cahaya biru (Budiono, 2013).
Diagnosis
a. Anamnesa
Riwayat terpapar sinar matahari langsung
Riwayat pekerjaan dan sosial
Riwayat keadaan mata sebelumnya, apa ada riwayat glaukoma,
operasi, ablation retina, atau penyakit mata lainnya
Riwayat mengenai penyakit dahulu (misal diabetes, hipertensi)
Keluhan mengenai penglihatan, Lapangan pandang, nyeri pada
satu atau dua mata (RI Cho, 2009)
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan visus
Pemeriksaan pupil : Ukuran, bentuk, simetris, reaksi terhadap
cahaya
Pemeriksaan Oculi Externa
Pemeriksaan segmen mata anterior
Pemeriksaan segmen anterior mata dilakukan
menggunakan slit lamp untuk dapat mendeteksi jejas pada
konjungtiva, sclera, kornea, iris, lensa. Pada kornea dan
konjungtiva dilihat apa terdapat injeksi, pendarahan, laserasi,
kemosis. Inspeksi iris (warna, defek serta apakah bentuknya
irregular). Pada lensa dapat ditemukan subluksasi, dislokasi,
pembengkakan, katarak. (RI Cho, 2009).
14
Penatalaksanaan
a. Teknik pembedahan :
ICCE (Intracapsular Cataract Extraction)
Prosedur ini mengeluarkan massa lensa beserta
kapsulnya. ICCE dilakukan jika ada dislokasi lensa ke anterior
dan zonula dalam keadaan tidak stabil.Namun cara ini mulai
ditinggalkan karena mempunyai komplikasi yang relatif tinggi
oleh karena lebar insisi yang dibutuhkan cukup lebar (Khurana,
2007).
ECCE (Extracapsular Cataract Extraction)
Pada prosedur ini, massa lensa dikeluarkan dengan
merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul
bagian posterior. Kapsul bagian posterior memungkinkan
menjadi tempat implantasi lensa buatan. ECCE dilakukan jika
kapsul lensa masih intak dan masih disangga oleh zonula
dengan baik (Khurana, 2007).
15
Phacoemulsification (Phaco)
Teknik ini paling sering digunakan di negara
berkembang. Dimana membutuhkan alat khusus untuk
mengemulsifikasi lensa. Setelah di emulsifikasi, lensa akan
mudah di aspirasi. Keuntungannya tentu lebar insisi lebih
pendek. (Khurana, 2007).
Gambar 2.11Teknikpembedahankatarakphacoemulsification
16
- Flexible : Lensa tipe ini bisa dilipat dengan forceps atau
injector, sehingga insisi yang dilakukan lebih kecil. Terbuat
dari silikon, atau akrilik, atau hidrogel (Khurana, 2007).
b. Komplikasi operasi
Ruptur dari kapsul posterior : komplikasi ini bersifat
serius karena dapat terjadi resiko kehilangan vitreous body,
yang bisa menyebabkan perdarahan dan lepasnya retina.
Suprachoroidal Haemorrhage
Endophtalmitis (Khurana, 2007).
c. Prognosis pembedahan
Baik, pada 90% pasien yang menjalani pembedahan
menunjukkan peningkatan visus secara signifikan (Khurana,
2007).
Preventif
katarak secara umum tidak dapat dicegah karena penyebab
utama terjadinya katarak adalah faktor usia, namun dapat
diakukan pencegahan pada hal-hal yang memperberat
seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan
langsung terhadap sinar ultraviolet dengan menggunakan
kacamata gelap dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan (seperti asam vitamin a,c dan e) secara teori
bermanfaat.
Bagi perokok, diusahakan berhenti merokok karena rokok
memproduksi radikal bebas yang meningkatkan resiko
katarak. Selanjutnya, juga dapat mengkonsumsi makanan
bergizi yang seimbang. Memperbanyak porsi buah dan
17
sayuran. Lindungi juga diri dari penyakit diabetes.
(Mahendra, 2014)
Definisi
Trauma yang terjadi akibat sinar infra merah pada saat menatap
gerhana matahari. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar
infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat
pemanggangan kaca akan mengeluakan sinar infra merah pada saat
menatap gerhana matahari.
Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi
18
kebutaan. Ketika keadaan mulai gelap akibat matahari semakin tertutup oleh
bulan, pupil secara otomatis akan membuka lebih lebar dan memungkinkan
lebih banyak cahaya masuk agar mata bisa melihat. Saat hal tersebut bisa
membuat mata menjadi tidak sensitif.
Saat matahari tiba-tiba mulai muncul kembali, pupil mata masih dalam
posisi terbuka lebar dan sulit berkedip. Sehingga sinar matahari yang intens
dalam jumlah besar akan langsung 'menghantam' retina dan menyebabkan
retinopathy, bahkan kebutaan bila orang tersebut tidak segera berpaling dari
matahari.
Diagnosa
Anamnesis
19
Pemeriksaan Fisik
Slit lamp
Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan
Pencegahan
20
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
21
bisa melihat. Saat hal tersebut bisa membuat mata menjadi tidak
sensitif.
3.2 SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
Djelanitik, Sukartini dkk. 2010. The Relation of Onset of Trauma and Visual
Acuity on Traumatic Patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 7 No. 3: 85-90.
Guyton and Hall. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
23