Professional Documents
Culture Documents
Kelompok MPM
Kelompok MPM
Nuryanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surkarta
Pada awal abad 20, Komunikasi berhasil menjadikan dirinya sebagai suatu disilpin
ilmu tersendiri. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya penemuan-penemuan baru di
bidang sains dan tehnologi ditambah dengan adanya peran Dunia I dan II yang menggunakan
komunikasi terutama propaganda dalam strategi memenangkan perang.
Pada dekade 1990-an, kepopuleran ilmu komunikasi di Indonesia mengalami zaman
keemasan. Setiap institusi pendidikan tinggi, terutama yang diselenggarakan oleh pemerintah,
yang menawarkan program studi mereka. Keterbatasan akan pengetahuan karakter dari ilmu
komunikasi akan tampak jika ditanyakan masuk katagori apakah ilmu komunikasi dalam
rumpun ilmu yang dikembangkan di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik?
Hal ini tidak mengherankan karena ilmu komunikasi termasuk kategori ilmu yang
baru saja lahir pada abad 20. Itupun melalui proses yang cukup Panjang dan dipelopori oleh
beberapa pakar yang disilpin ilmunya berasal dari berbagai macam kecabangan ilmu social
Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 Seperti sosiologi, sastra/linguistic,
antropogi, matematika dan sebagainya. Salah satu pakar yang dikenal sebagai pendiri ilmu
komunikasi adalah Wilbur Schramm. Namun sosok tokoh ini, baik pribadi maupun
pemikirannya tidak banyak dipelajari oleh mahasiswa ilmu komunikasi. Artikel ini
mendiskusikan usaha dan pemikiran Wilbur Schramm untuk menjadikan studi komunikasi
sebagai suatu disilpin ilmu yang mandiri di independen.
Kehidupan Pribadi
Wibur lang schramm lahir di marietta, kota kecil di perbatasan sebelah selatan negara
bagian ohio, amerika serikat pada tanggal 5 agustus 1907. Nenek moyangnya berasal dari
schrammsburg jerman, yang mengalami kesulitan pada waktu perang dunia I. Mereka pindah
ke amerika yang pada waktu itu merupakan negara terbuka yang menerima banyak imigran.
Ayah schramm membuka praktek sebagai pengacara di mareitta.
Sejak lahir schramm mempunyai gangguan di organ bicaranya. Ia mengalami gagap
dan kesulitan berbicara sehingga membuat rasa malu bagi dirinya dan keluarganya. ayahnya
memupus harapan agar anak laki-lakinya ini kelak menjadi praktisi hukum seperti dirinya.
Menyadari akan kelemahanya, schramm selalu menghindar berbicara di depan umum. namun
dibalik kelemahanya itu dia memiliki kelebihan di bidang seni dan kecerdasan di atas rata-
rata. ketika adik perempuanya mengalami kesulitan bermain piano dan selalu salah dalam
menekan tuts piano, schramm membantu dan memainkan partitur yang sedang dihadapi
adiknya.
Musik yang dimainkan schramm membuat adiknya tercengang karena kakaknya
memainkan piano dengan sempurna padalah ia tidak pernah diajar oleh seorang guru musik.
Selain itu ia mahir bermain flute dan kepiawaian ini di tunjukkan ketika wisuda di marietta
college tahun 1928 yang sekaligus dia berhasil meraih yudisium dengan peringkat summa
cumlaude di bidang sejarah dan politik. schramm juga dikarunia bakat menulis.
dari hari ke hari schramm belajar hidup dalam kegagapan dan menerima dirinya apa
adanya. kesulitan dalam berbicara nantinya akan membawa dampak pada kehidupanya,
terutama ketika berkarir di bidang komunikasi. dengan terapi bicara dan kepercayaan diri
yang tinggi, schramm dapat mengatasi masalahnya sedikit demi sedikit. walau kesulitan
dalam berbicara,schramm sangat mudah untuk menulis dan ia memperoleh uang untuk
sekolah dengan menjadi reporter olahraga paruh waktu di Marietta Register.
Schramm melanjutkan kerja paruh waktu di koran Bostom Herald sambil kuliah
Mengambil Master of Art (MA) di Universitas Havard di bidang peradapan Amerika tahun
1930. Di kota Boston, tempat Universitas Havard, schramm juga menjadi pemain flute di
Boston Civic Symphony dan pemain profesional baseball. Dari kesibukan ini ia mampu
menabung untuk menyelesaikan studinya. Ketika di Havard ia terpengaruh oleh sosok yang ia
kagumi seorang filosof bernama Alfred North Whitehead yang kebetulan juga seorang yang
gagap dalam berbicara.
Schramm berencana melanjutkan studi di Havard setelah memperoleh gelar MA
walaupun biaya kuliahnya cukup mahal yakni $500 per semester. Selama ini ia telah
mengumpulkan uang dengan kerja paruh waktu dan ditambah dengan uang beasiswa. Namun
akhirnya ia tidak jadi melanjutkan studi di Harvard. Ada dua alasan mengapa ia memutuskan
meninggalkan Harvard. Pertama, karena terjadi depresi ekonomi yang menyebabkan
semuanya menjadi mahal sehingga uang tabungannya tidak mencukupi kebutuhan studi di
Harvard; dan Kedua, ia mendengar kalau ada ahli ternama di Amerika di bidang kegagapan
Prof Lee Edward Travis yang sedang melakukan riset di Universitas Iowa.
Schramm kemudian mendaftarkan diri ke Universitas Iowa yang biaya kuliahnya
relatif lebih murah daripada di Universitas Harvard. Ia mengambil doctor (Ph.D) di bidang
sastra inggris, selain kuliah di Iowa itulah schramm mengikuti terapi dan konseling dalam hal
berbicara. Sedikit demi sedikit ia mampu mengatasi kegagapanya. Terapi kegagapan yang
dialami schramm membuka matanya untuk memutuskan minatnya dibidang komunikasi dan
melakukan riset eksperimen dalam perilaku berbicara.
Schramm memperoleh Ph.D tahun 1932 kemudia ia mengambilpost doctoral juga di
Universitas Iowa selama 2 tahun dibawah bimbingan Prof Carl E Sheashorecdi jurusan
Psikologi. Schramm mulai mengarjakan riset eksperimen bidang audiologi dan mulai
bersentuhan dengan pendekatan kuantitatif.
Selama tahun 1935-1942 Schramm menjadi asisten profesor di Jurusan Bahasa
Inggris di Universitas Iowa University. Ia dipercaya sebagai Director Iowa Writers’
Warkshop, suatu bengkel kerja para penulis. Bengkel kerja ini berisi kelompok mahasiswa
pascasarjana yang bekerja secara intens dengan Schramm untuk melatih kemampuan mereka
dalam menulis fiksi. Bagi Schramm, bengkel kerja ini yang nantinya menjadi pilot project
untuk program doktoral bidang komunikasi yang dibuka di Iowa, kemudian di Illinois dan di
Stanford.
Keberadaan Schraam di Universitas lowa berawal dari serba kebetulan. Kebetulan ada
depresi besar sehingga uangnya tidak cukup untuk melanjutkan kuliah di Universitas Harvard
dan kebetulan ada ahli terapi kegagapan yang sedang mengadakan eksperimen di Universitas
lowa. Kebetulan lagi ketika itu Kurt Lewin, seorang imigran dari Universitas Berlin yang ahli
di bidang psikologi sedang berada di lowa. Schraam diundang untuk bergabung dengan club-
nya Lewin yang berjumpa seminggu sekali di kafe lowa, tepatnya di Round Window
Restaurant, untuk mendiskusikan teori yang sedang dibangun Lewin.
Walaupun dididik dalam bidang sejarah dan ilmu politik, juga humaniora ketika
mengambil Ph.D. di bidang Sastra Inggris, Schraam mendapat pengetahuan mendalam di
bidang teori ilmu sosial dan penelitian sosial. Post doctoral-nya di bidang psikologi dan
kedekatannya dengan Kurt Lewin menjadikan bekal kelak untuk mendirikan studi disiplin
ilmu komunikasi.
Perang dunia II membawa dampak luar biasa bagi kehidupan Schraam dan juga bagi
studi komunikasi. Pada waktu itu banyak berdatangan ilmuan imigran dari Jerman atau Eropa
ke Amerika Serikat untuk menghindari kekejaman Hilter. Mereka ini antara lain Kurt Lewin,
Paul Lazarsfeld, dan Theodore Adorno. Mereka digabungkan dengan ilmuan Amerika seperti
Carl Hovland dan Harold Laswell untuk melakukan riset komunikasi. Mereka bertemu secara
periodik dan informal di Washington untuk membicarakan komunikasi terutama dalam
mengatasi dampak Perang Dunia II.
Ketika Perancis jatuh dan Hitler mulai mendominasi Eropa, ilmuan sosial di Amerika
serikat mulai was-was, apalagi ketika Amerika benar-benar terjun ke kancah perang di Eropa
dan Asia Pasifik. Perang Dunia II menyatukan para ilmuan sosial di Amerika karena mereka
mempunyai musuh dan kepentingan yang sama. Keprihatinan selama Perang Dunia II
menyebabkan mereka saling berinteraksi dan melahirkan pendekatan yang multidisipliner,
termasuk di dalamnya adalah studi komunikasi.
Pemerintah Federal Amerika Serikat melakukan beberapa tipe penelitian komunikasi
selama Perang Dunia II yang pada akhirnya membawa pengaruh terhadap ragam studi
komunikasi di Amerika. Di Angkatan Darat, Carl Hovland dan kawan-kawannya melakukan
evaluasi terhadap film-film tentang latihan militer dimana mulai dikembangkan tradisi riset
persuasi. Di Kongres, Lasswell melakukan analisis ini tentang propaganda sekutu dan
Jerman. Kemudian di Massachusetts Institute of Technology, Norbert Wiener menulis laporan
populer tentang apa yang ia lakukan yaitu riset yang berkaitan dengan cara bagaimana
meningkatkan akurasi meriam anti pesawat terbang.
Penelitian ini nantinya akan meretas menjadi Teori Sibernetik. Di laboratorium
perusahaan Bell, Claude Shannon melakukan analisa kriptografik yang nantinya akan
menjadi Teori Informasi. Sedangkan Schraam bertugas membuat draf untuk pidato-pidato
Presiden Rossevelt di radio. Pekerjaan ini dibawah kendali Office of Facts and
Figures/Office of War Information (OFF/OWI) yang bertanggung jawab terhadap propaganda
perang baik untuk konsumsi nasional maupun luar negeri.
OFF didirikan pada bulan Oktober 1941 dengan tujuan menggelorakan moral publik
Amerika dalam situasi perang. Schram direkrut menjadi direktur pendidikan. Kantor ini
akhirnya merubah kehidupan Schraam secara drastis dari ambisinya bergelut di bidang
pekerjaan intelektual menjadi praktisi yang bergelut dalam pembuatan keputusan untuk
masalah-masalah praktis. Dari seorang sastrawan yang humanis menjadi ilmuan sosial.
Pada bulan Juni 1942 ketika OFF berganti nama OWI, lembaga ini mempunyai 400
pekerja dengan alokasi budget sebesar $1.5 juta. Divisi terbesar adalah Biro Penyelidikan
(Bureau of Intelligence) yang tugasnya mengukur opini publik pada masa perang. Biro ini
banyak melakukan survei terhadap berbagai macam hal yang hasilnya nanti menjadi bahan
pertimbangn pembuat keputusan. Selain itu, biro ini juga merancang tindakan-tindakan
counter propaganda yang dilancarkan oleh musuh.
Kesimpulan
Wilbur Schramm adalah sosok intelektual Amerika Serikat yang berhasil membuat
komunikasi sebagai disiplin ilmu yang mandiri dan independent. Pada waktu itu, awal abad
20, fenomena komunikasi dikaji dari berbagai disiplin ilmu social sehingga komunikasi
merupakan kajian interdisipliner.
Untuk menncapai reputasi sebagai ilmu yang mandiri maka harus didukung literatur
tentang bidang ilmu tersebut dan program yang disediakan untuk mempelajari ilmu tersebut
secara sistematis. Untuk hal yang pertama Schramm menerbitkan beberapa buku teks puluhan
tulisan komunikasi di jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu Schramm juga mendirikan program S3
yang pertama mempelajari ilmu komunikasi.
Posisi Schramm sebagai takar komunikasi ditempuh melalui perjuangan yang cukup
berat dan berliku. (1) Sejak kecil Schramm adalah anak yang gagap yang mempunyai
gangguan dalam berbicara. Dalam kondisi semacam ini sulit dibayangkan jika karir Schramm
justru di bidang komunikasi. Hal ini dicapai dengan kerja keras, percaya diri dan tekun
melalukan terapi berbicara. (2) Latar belakang akademik Schramm cukup bervariasi yakni
sejarah, ilmu politik, sastra inggris dan psikologi dengan nilai cemerlang yang memberi bekal
terhadap kajian komunikasi. (3) Faktor kebetulan ketika Schraam dipertemukan dengan
ilmuwan sosial lainnya sewaktu perang dunia II ketika melakukan survai opini publik. Disini
Schraam bersinggungan dengan ilmu-ilmu sosial dan pendekatan-pendekatan kuantitatif yang
menginspirasi untuk membuat kajian komunikasi sebagai disiplin yang mandiri.
Ada tiga hal utama sumbangan Schramm terhadap ilmu komunikasi. (1) Ia
memperkenalkan paradigma positivisme dalam kajian komunikasi sehingga menjadi suatu
disiplin ilmu yang alamiah. (2) Ia berhasil menyederhanakan fenomena komunikasi yang
rumit dan kompleks melalui berbagai model sehingga mudah dicerna oleh pembelajaran ilmu
komunikasi. (3) Praktis dari ilmu komunikasi ketika ia memperkenalkan komunikasi
pembangunan ketika ia menjadi konsultan komunikasi di beberapa negara berkembang dan
ketika ia menjadi direktur di East West of Communication Institute di Hawai tahun 1970-an.