Professional Documents
Culture Documents
Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi Medik
I. Definisi
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
1
masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang
memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan
adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat
penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita
seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.
II. Sejarah
2
dalam peningkatan pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan
di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.
3
Bayu Santoso, Sp. RM, dan dr. Angela BM Tulaar, Sp. RM, berdasarkan
SK No.265/PB/A.4/10/90.
4
Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak
penyakitnya yang mungkin membawa kecacatan.
IV. Filosofi
V. Gangguan Fungsi
5
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut
maka penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi
dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial,
edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang kearah tercapainya
kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu
sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya
rehabilitasi fisik merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya
impairment, disability, dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan
yang ada.
Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
6
Pelayanan Ortotis-Prostetis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu
guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
7
amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medik,
tidakterbatasi kepada mempercepat penyembuhan luka, penguatan
otot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar
yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih keterampilan
sesuai dengan kemampuan yang ada, dan lain sebagainya.
Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera
setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-
masing anak.
Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit
dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi
medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau
mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus
tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh
prioritas dalam rehabilitasi.
Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan
kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri,
sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya
dari provider.
Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah
disiapkan sebelumnya, dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai
anak/peserta didik secara konsisten.
Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan
kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
Prinsip pentahapan
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang
minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal
8
(luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat
maupun hasil yang diharapkan.
Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerus
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu
dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi,
tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi
bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang
kesulitan dan hambatannya, dan sebagainya.
Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan
kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu,
misalnya keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan
sebagainya.
9
memerlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan
tunadaksa memerlukan latihan ADL, dan sebagainya.
10
agar anak segera terpecahkan permasalahannya.Dalam hal ini perlu
disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
11
VIII. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
12
dan melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu
semua tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.
13
4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain-
lain
5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism,
keterlambatan perkembangan
6. Mengurangi nyeri, kaku diberbagai bagian tubuh
X. Tim Rehabilitasi
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu, diantaranya:
Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program
rehabilitasi.
Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk
mencegah komplikasi serta memperpendek masa pemulihan.Latihan
buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama
fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal.
Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan
sensorik yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program
fisioterapi secara individu sesuai keadaan pasien.
Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun
program yang berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
(AKS) misalnya cara makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri
sendiri, dan lain-lain.
Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan
penderita dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat
serta sumber daya yang dipunyainya.
Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah
komunikasi.
Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas,
termasuk keluarganya.
Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang
telah disesuaikan guna memperbaiki aktivitas.
14
Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang
memadai mengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting
untuk mengetahui gangguan fungsional yang sebenarnya.
Rohaniawan.
Ada delapan syarat sebagai pegangan untuk dijadikan kode etik dalam
pelayanan rehabilitasi, yaitu:
1) Memegang teguh rahasia klien dan rahasia-rahasia lain yang
berhubungan dengan klien.
2) Menghormati klien karena klien punya harga diri dan merupakan
pribadi yang berbeda dengan pribadi yang lain.
3) Mengikutsertakan klien dalam masalahnya.
4) Menerima klien sebagaimana keberadaannya.
5) Menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
6) Tidak membedakan pelayanan klien atas dasar syarat dan status
tertentu.
7) Memperlihatkan sikap merendahkan diri, sederhana, sabar, tertib,
percaya diri, tidak mengenal putus asa, kreatif, lugas dan berani
berkata benar.
8) Tidak egois, tetap berusaha memahami kliennya, kesulitan klien,
kelebihan dan kekurangannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16