You are on page 1of 11

PORTOFOLIO

CEDERA KEPALA BERAT

Disusun oleh :
dr. Paramitha Wijaya

Pembimbing :
dr. Dani Sagitha

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT Anna Medika
2019-2020

1
BERKAS PORTOFOLIO MEDIK

Nama Peserta: Paramitha Wijaya dr.


Nama Wahana: RS Anna Medika
Topik: Ilmu Kesehatan Anak – Kejang Demam Kompleks + ISPA (Rhinitis)
Tanggal (kasus) : 20 juli 2020
Nama Pasien : An A No. RM :
Tanggal Presentasi : Pendamping:
20 Juli 2020 dr. Ridho Kurnia
Tempat Presentasi : Ruang Rapat
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
√ Pustaka
√Diagnostik √Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi √ Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Ibu pasien mengatakan kejang dirasakan sejak 1 jam SMRS. Kejang disertai
demam. Kejang dirasakan mendadak. Lamanya kejang dirasakan kurang lebih 20
menit. Kejang yang dirasakan hanya 1 kali. Kejang muncul saat bayi sedang menete
dan tiba-tiba timbul kejang yang diawali dengan mata melotot lurus kedepan lalu di
ikuti dengan tangan dan kaki kaku menjulur lurus. Mata pasien tidak mendelik ke
atas,samping maupun bawah. Ibu pasien mengatakan bahwa sebelum kejang pasien
menangis, ketika sedang kejang pasien tidak sadar dan hanya mengerang lalu setelah
kejang paien menangis kembali. Keluhan kejang baru pertama kali dirasakan oleh
pasien.
Tujuan :
 Mengetahui diagnosis, dan penatalaksanaan pada kejang demam kompleks

Bahan bahasan : √Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit


Cara membahas : Diskusi √Presentasi dan diskusi  Email Pos
Data pasien : Nama : Tn R, 58 tahun No. register :
Nama RS : RS Anna Telp : - Terdaftar sejak: 20 juli 2020
Medika
Data utama untuk bahan diskusi

2
1. Diagnosis/gambaran klinis: Kejang Demam Kompleks + ISPA (Rhinitis)
2. Riwayat pengobatan: Pasin belum berobat sebelumnya
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Riwayat Kejang demam (-).
4. Riwayat keluarga: Riwayat Kejang demam (-)
5. Riwayat Pekerjaan: -
6. Lain-lain: Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 8 kg
Keadaan Umum : CM
GCS : Kompos Mentis
Tanda vital : Respirasi : 35 x/menit
Nadi : 120 x/menit, regular isi cukup Suhu : 36,5º
Sp.O2 tanpa O2: 100%
Kepala : lingkar kepala : LK/U : < 0 SD z score (normal
Konjungtiva : anemis -/- Sklera : ikterik -/-
Hidung : sekret +/+
Leher : KGB dan tiroid : tidak teraba membesar
Peningkatan JVP (-)
Toraks : Pulmo: Bentuk dan gerak simetris
VBS kanan = kiri sonor, Ronchi -/-, Wheezing -/-,
Cor : Kardiomegali (-) Bunyi jantung : S1-S2 murni regular, S3 (-), S4
(-),
murmur (-).
Abdomen : Datar Lembut, Bising usus (+) normal, Hepar/Lien tidak teraba
membesar
Ekstremitas : Edema -/-, Sianosis -/-, CRT <2 s
Neurologis : Cranial nervus III,IV, VI, VII, XI, XII t.a.k.
Refleks fisiologis +/+, patologis -/-
Motorik
5 5
5 5
Daftar Pustaka:
1. Johnston MV. Seizures in childhood. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
3
Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007. hlm.2457-8
2. Shinnar S. Febrile seizures. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, penyunting.
Pediatric neurology, principles & practice. Edisi ke-3. London; Mosby; 1999.
hlm. 676-81.
3. Soetomenggolo TS. Kejang demam. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S,
penyunting. Buku ajar neurologi anak. Edisi ke-2. Jakarta; BP IDAI; 2000. hlm.
244-51.

Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis dan penatalaksanaan Kejang Demam Kompleks + ISPA (Rhinitis)

PEMBAHASAN
1. Subyektif
Pasien kejang dirasakan sejak 1 jam SMRS. Kejang disertai demam.
Kejang dirasakan mendadak. Lamanya kejang dirasakan kurang lebih 20 menit.
Kejang yang dirasakan hanya 1 kali. Kejang muncul saat bayi sedang menete
dan tiba-tiba timbul kejang yang diawali dengan mata melotot lurus kedepan lalu
di ikuti dengan tangan dan kaki kaku menjulur lurus. Mata pasien tidak
mendelik ke atas,samping maupun bawah. Ibu pasien mengatakan bahwa
sebelum kejang pasien menangis, ketika sedang kejang pasien tidak sadar dan
hanya mengerang lalu setelah kejang paien menangis kembali. Keluhan kejang
baru pertama kali dirasakan oleh pasien.

2. Obyektif
• Kepala : lingkar kepala : LK/U : < 0 SD z score (normal)
Hidung: sekret +/+
Neurologis : Cranial nervus III,IV, VI, VII, XI, XII t.a.k.
Refleks fisiologis +/+, patologis -/-
Motorik
5 5
5 5

Dilakukan pemeriksaan darah rutin dan GDS, didapatkan hasil sebagai berikut :
4
Hb: 12,5 g/dl
Ht: 16,9 %
Leukosit: 8.000/mm3
Trombosit: 335.000/mm3
Diff. Count 0/0/0/60/36/4
GDS 102 mg/dl

• Elektrolit darah (Na +, Ca+, K+) : Tidak dilakukan


• Pungsi lumbal : Tidak dilakukan

3. Assesment
Dari anamnesis didapatkan pasien mengalami kejang disertai demam
sejak 1 jam SMRS, lamanya kejang dirasakan kurang lebih 20 menit yang
diakibatkan demam yang didahului batuk berdahak. Riwayat kejang demam
sebelumnya tidak ada. Riwayat kejang dema di keluarga tidak ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Hidung: hidung sekret +/+..
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang (darah
rutin, GDS) dalam batas normal.
Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh > 380C, yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. KD
biasanya terjadi pada usia 6 bulan - 5 tahun (age dependent). Kejang disertai demam
pada anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam tidak termasuk ke dalam kejang
demam.

Epidemologi

Kejang demam biasanya terjadi pada usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun, dengan
insiden puncaknya usia 18-22 bulan. Laki-laki lebih sering dibanding perempuan
dengan perbandingan 1,4:1 sampai 1,2:1. Terdapat 2-4% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum usia 5 tahun, di negara-negara Asian angka kejadian lebih tinggi
(7% Jepang)

5
Faktor Risiko Kejang Demam

Faktor risiko utama kejang demam adalah usia, demam dan genetik. Panas pada kejang
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran respiratorik, otitis media, diare, dan
infeksi saluran kemih. Selain itu demam setelah imunisasi dapat menyebabkan kejang,
imunisasi sering menyebabkan KD adalah pertusis dan campak dan biasanya terjadi
pada anak yang mempunyai faktor risiko genetik.

Sebagian besar KD muncul pada 24 jam pertama panas, biasanya terjadi saat
akselerasi panas badan meningkat, 75% anak mengalami KD saat suhu tubuh mencapai
390C dan 25% saat suhu tubuh 40 0C. Anak mengalami KD pada suhu yang relatif
rendah mempunyai risiko mengalami KD multipel dan harus mendapat pengawasan.

KD jarang terjadi pada usia di atas 5-7 tahun, tetapi KD pada usia <6 bulan sering
dapat dibuktikan bukan KD, melainkan meningitis. Anak <6 bulan yang mengalami
kejang disertai demam harus dicurigai meningitis bakterialitis.

Frekwensi KD meningkat pada keluarga dengan riwayat KD, anak yang


mempunyai saudara kandung KD mempunyai risiko KD 2-3x lebih besar. Telah
ditemukan beberapa lokus pada kromosom 8q, 2q22-23, 9p sebagai penyebab KD.

Manifestasi Klinik

Sebagian besar KD adalah umum tonik-klonik, orang tua sering melaporkan bentuk
kejang adalah kaku, kelojotan, nafas berhenti, tatapan mata kosong, kebiruan/pucat dan
ngompol, diikuti oeh periode post-iktal singkat (tidur/mengantuk). KD tidak pernah
dilaporkan dengan bentuk mioklonik, spasme atau nonkonvulsive.

Berdasarkan manifestasi klinisnya KD dapat di bagi 2, yaitu :

1. KD sederhana: bentuk kejang umum, durasi singkat <15 menit diikuti oleh
periode post-iktal singkat, dan tidak berulang dalam 24 jam/ episode penyakit.
2. KD komplek : apabila ditemukan salah satu dari

6
- Bentuk kejang fokal
- Durasi > 15 menit
- Berulang lebih dari 1x dalam 24 jam/episode penyakit.
Sebagian besar KD adalah sederhana, dan 1/3 nya komplek. Sekitar 7,4% durasi
kejang >5 menit dan 4,3% > 30 menit. Sebagian anak (0.4%) dengan kejang fokal dapat
mengalami Todd hemiplegi yang bersifat sementara dan akan normal kembali dalam
beberapa jam, namun dapat juga dalam beberapa hari.

KD komplek biasanya terdapat pada anak yang mengalami perkembangan


telambat atau dengan kelainan neurologi dan mempunyai risiko KD berulang lebih
tinggi dibanding KD sederhana. KD komplek mempunyai risiko lebih tinggi menjadi
epilepsi dikemudian hari. Sekitar 30-40% anak KD akan mengalami KD berulang pada
tahun pertama, risiko untuk KD berulang adalah apabila:

1. KD pertama tejadi pada usia <1 tahun

2. Adanya riwayat keluarga KD

3. Waktu yang singkat anatra onset demam dengan kejang dan suhu relatif tidak

tinggi.

Gabungan dari beberapa faktor diatas diatas dapat meningkatkan risiko kejang demam
berulang dari 15% pada yang tanpa risiko menjadi 30% bila ada 1 faktor dan menjadi
40% bila lebih dari 1 faktor risiko.

Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis KD, harus disingkirkan kemungkinan infeksi susunan


saraf pusat seperti meningitis. Kejang disertai demam dapat disebabkan oleh keadaan
lain seperti sepsis atau ensefalopati akut lain (sindrom Reye, malaria). Anak panas
badan tinggi dapat tampak menggigil hebat, disertai pucat dan bibir kebiruan, yang
disalahartikan sebagai kejang demam.

Pemeriksaan Penunjang

7
Pemeriksaan laboratium darah rutin, elektrolit, dan gula darah dilakukan atas indikasi
untuk mencari penyebab lain seperti infeksi respiratorik akut, otitis media, diare.

Pemeriksaan lumbal pungsi dilakukan apabila terdapat kecurigaan meningitis.


Pungsi lumbal sebaiknya dilakukan pada anak , <1 tahun yang mengalami kejang
demam sederhana, sebab tanda dan gejala meningitis pada usia ini dapat tidak
ditemukan. Pada usia 12–18 bulan pungdi lumbal dianjurkan karena pada usia ini tanda
dan gejalanya minimal. Pada kelompok usia >18 bulan pungsi lumbal tidak perlu
dilakukan kecuali terdapat gejala meningitis seperti tanda rangsang meningeal positif
(kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kernig).

EEG tidak perlu dilakukan karena tidak praktis, dan EEG tidak dapat memprediksi
rekurensi maupun kemungkinan epilepsi dikedian hari.

Terapi

Pada saat anak datang dalam keadaan kejang, maka lakukanlah langkah-langkah
berikut:

- Baringkan anak pada posisi netral, dengan letak kepala semi ekstensi, kemudian
bersihkan mulut dari makanan/muntahan dan bebaskan jalan napas serta berikan
oksigen bila diperlukan
- Segera hentikan kejang dengan pemberian obat anti kejang kerja cepat yaitu
diazepam secara rektal atau intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgbb. Bila kejang
masih berlangsung, pemberian diazepam dapat diulangi 2-3x pemberian.
- Bila dengan pemberian diazepam kejang masih berlangsung, berikan fenobarbital
loading dose 20mg/kgbb secara intravena, dengan kecepatan tidak lebih dari 50
mg/menit. Dosis rumatan diberikan 12 jam kemudian, 4-5 mg/kgbb/hari dibagi 2
dosis.
- Bila kejang belum terkendali, dapat diberikan fenitoin dosis 20 mg/kgbb secara
intravena dengan monitoring elektrokardiografi dan tekanan darah karena efeknya
terhadap jantung. Kecepatan pemberian fenitoin tidak melebihi 1 mg/kgbb/menit
atau 50 mg/menit. Dosis rumatan 4-6 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis.
Pemberian anatipiretik pada saat demam sangat dianjurkan, walau tidak ada bukti
bahwa antipiretik saja dapat mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Untuk

8
menurunkan suhu badan, juga dapat dilakukan pemberian kompres air hangat. Tidak
dibenarkan pemberia kompres dengan alkohol atau air es.

Pada anak yang mengalami kejang demam, juga diberikan antikejang intermiten
yaitu diazepam dosis 0,3-0,5 mg/kgbb setiap 8 jam pada saat demam. Pemberian
diazepam tersebut dapat diberikan selama demam, biasanya 2-3 hari.

Obat anti kejang rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sbb:

Yaitu kejang >15 menit, ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebeluma tau sesuda
kejang dan kejang ersipat fokal/parsial. Pada keadaan tersebut dapat dipertimbangkan
pemberian fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis atau asam valproat 20-40
mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis terus menerusselama 1 tahun. Pemberia obat tersebut
dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam.

Prognosis

Kejang demam mempunyai prognosis yang baik, apabila sisa setelah kejadian demam,
hal ini lebih disebabkan oleh penyakit demam yang mendasarinya atau kelainan
neurologik yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini banyak dilaporkan adanya
sekuel KD berupa sklerosis daerah mesial temporal (hipokampus) setelah KD lama >15
menit yang berlanjut menjadi epilepsi di kemudian hari.

Risiko epilepsi pada angka KD bekisar antara 2-7% (2-10 kali lebih tinggi
dibanding populasi umum). Risiko epilepsi meningkat pada anak KD yang mempunyai
keterlambatan perkembangan atau kelainan neurologis sebelumnya, riwayat epilepsi dan
riwayat KD komplek.

4. Plan
Diagnosa : Kejang Demam Kompleks + ISPA (Rhinitis)
Penatalaksanaan pada kasus ini:

9
1. 02 2 liter/menit pernasal kanul tiap kejang
2. Parasetamol syr 3x ¾ cth, 80mg-120mg
3. Diazepam perectal bila kejang 5 mg
4. Pencegahan diazepam dosis 0,3-0,5mg/kgBB/kali, 2,4-4 mg saat demam
5. Ambroxol sirup 2x1/3 cth (9,6-12,8mg)hari

Follow Up
Pukul 08.30
S/ Kejang (-) demam (-),
pilek (+) minimal
O/ Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda Vital :
- N: 122x/m
- S :37.0 C
- RR : 35 x/m
A/ Kejang Demam kompleks e.c ISPA (Rhinitis)
P/ Parasetamol : 10-15 mg/kg/BB/pemberian
80mg-120mg
Dosis syr 5 ml : 3 x sehari = 3-5 hari ( 3x3/4 cth) prn
• Antikonvulsi
Diazepam perectal bila kejang 5 mg
Pencegahan : diazepam dosis (0,3-0,5 mg/kgBB/ 2.4 – 4 mg saat demam
• Mukolitik
Ambroxol sirup (1,2 – 1,6 mg/kgbb/hari) = 9,6-12,8 mg/hari ( 2x 1/3 cth)

10
Pukul 08.30
S/ Kejang (-) demam (-),
pilek (-)
O/ Keadaan umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda Vital :
- N: 120x/m
- S :36.5 C
- RR : 35 x/m
A/Kejang Demam kompleks e.c ISPA (Rhinitis)
P/ Parasetamol : 10-15 mg/kg/BB/pemberian
80mg-120mg
Dosis syr 5 ml : 3 x sehari = 3-5 hari ( 3x3/4 cth) prn
• Antikonvulsi
Diazepam perectal bila kejang 5 mg
Pencegahan : diazepam dosis (0,3-0,5 mg/kgBB/ 2.4 – 4 mg saat demam : STOP
• Mukolitik
Ambroxol sirup (1,2 – 1,6 mg/kgbb/hari) = 9,6-12,8 mg/hari ( 2x 1/3 cth) p.r.n :
STOP
Boleh pulang
Edukasi :

- Bila demam segera minum obat penurun panas,

- Bila kejang segera beri diazepam perectal

- Jangan memberi sesuatu lewat mulut saat kejang

11

You might also like