You are on page 1of 12

KESIMPULAN LAPORAN PENDAHULUAN KELOMPOK 5

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase Keperawatan Maternitas

Di susun oleh:

IRMAWATI TOHAMBA

14420212131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
A. Abortus
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi
oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Ada beberapa faktor penyebab abortus yaitu :
1. Faktor maternal : abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya
disebabkan oleh abnormalitas zigot, atau plasenta.
2. Faktor maternal : kelainan anatomi uterus, infeksi, penyakit metabolic,
faktor imunologi.
3. Faktor paternal : translokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus.

Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai


berikut :

a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium/tidak bau bususk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak
jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak
jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada
perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

Berdasarkan kejadiannya dapat dibagi atas dua kelompok :

a. Aborsi spontan
Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun
medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja
dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat
Pemeriksaan Penunjang abortus :

a. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah kehamilan.
b. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup

Penatalaksanaan :

a. Istirahat baring
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya
aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
b. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
c. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila
klien tidak panas dan empat jam bila pasien panas.
d. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan
antiseptic untuk mencegah infeksi terutama saat masih
mengeluarkan cairan coklat.
B. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the
Membranes (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
terjadinya proses persalinan pada kehamilan aterm. Sedangkan Preterm
Premature Rupture of the Membranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban
pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kejadian ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada 10 - 12% dari
semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya 6 -1 9%, sedangkan
pada kehamilan preterm 2 - 5%. Laporan lain mendapatkan ketuban pecah
dini terjadi pada sekitar 6 - 8% wanita sebelum usia kehamilan 37 minggu
dan secara langsung mendahului 20 - 50% dari semua kelahiran prematur.
Insiden KPD di seluruh dunia bervariasi antara 5 - 10% dan hampir 80%
terjadi pada usia kehamilan aterm.
Penyebab terjadinya ketuban pecah dini masih belum di ketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah : Infeksi, Servik yang inkompetensia, Tekanan intra
uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) dan
Kelainan letak.
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas
pada daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput
ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat
terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen.
Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta,
fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas.
Adapun menurut Norma (2017) tanda dan gejala ketuban pecah
dini meliputi: Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning,
hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, Dapat disertai
demam apabila sudah terdapat infeksi, Janin mudah diraba, pada
pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
Pada pemeriksaan inspekulo tampak selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering atau tampak air ketuban mengalir, Keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina dengan bau manis dan tidak seperti bau
amoniak, Bercak vagina yang banyak, Nyeri perut, Denyut jantung janin
bertambah cepat yang merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Pemeriksaan pada kasus ketuban pecah dini dapat di lakukan
dengan dua car yaitu : Pemeriksaan Labolatorium dan Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG).
C. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional (GDM) pada saat kehamilan adalah
sebuah tanda diabetes yang berkelanjutan dan perempuan dengan usia
subur akan semakin berisiko tinggi untuk mengalami diabetes yang
menetap. Secara sederhana, diabetes pada kehamilan itu terbagi menjadi 2,
yaitu diabetes yang sudah ada sebelum ibu mengandung yang dinamakan
dengan diabetes progestional dan hadir pada saat ibu mengandung disebut
dengan diabetes gestational. Diabetes mellitus gestasional (DMG)
didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama
kali ditemukan pada saat hamil. Jadi dapat disimpulkan bahwa diabetes
gestasional adalah keadaan diabetes yang pertama kali ditemukan pada
saat ibu hamil yang beresiko tinggi tetap mengalami diabetes setelah
melahirkan (Rahayu, et al., 2016).
Selama masa kehamilan ibu hamil mengalami peningkatan hormon
yaitu HPL (Human Placental Lactogen), estrogen, dan resistensi insulin
yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu dari gula
darah rendah. Selama kehamilan, hormon inilah menyebabkan
terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih
tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat
insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa untuk memproduksi
sumber energi ke seluruh tubuh. Biasanya, pankreas ibu mampu
memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah normal) untuk
mengatasi efek hormon kehamilan. Namun, jika pankreas tidak dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan
hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan
DMG (Rahayu, et al., 2016).
D. Sulosio Plasenta
Solusio plasenta merupakan lepasnya plasenta (organ yang
memberi nutrisi kepada janin) dari tempat perlekatannya di dinding uterus
(rahim) sebelum bayi dilahirkan. Solusio plasenta juga merupakan
terlepasnya sebagian atau keseluruhanplasenta dari implantasi normalnya
(korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir
(Wulandari, 2018).
Plasenta yang terlepas semuanya disebut Solusio Plasenta Totalis.
Plasenta yang terlepas sebagian disebut Solusio Plasenta Parsial. Plasenta
yang terlepas hanya sebagian kecil pinggir plasenta disebut Ruptura Sinus
Marginalis (Armini et al., 2016).
Solusio Plasenta dibagi menjadi tiga : Solutio Plasenta ringan,
Solutio Plasenta sedang, Solutio Plasenta berat.

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam


desidua basalis yang kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis
yang melekat pada mometrium sehingga terbentuk hematoma desidual
yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran
plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut (Armini et al., 2016).
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro
plasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga
pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus
tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi
optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang
mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban (Armini et al., 2016).
E. Fisiologi Ibu Hamil
Kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari
ovulasi (pelepasan ovum) dan terjadi migrasi spermatozoa dari ovum.
Pada saat terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan placenta, dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Armini et al.,2016).
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin lama
kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari,
dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2002).
Perubahan fisiologi Adapun perubahan yang terjadi selama kehamilan
menurut bagian obstetri dan ginekologi dijelaskan sebagai berikut
(Rohmah, 2010) :
1. perubahan pada uterus
2. Perubahan vagina dan vulva
3. Perubahan pada payudara
4. Perubahan sistem kardiovaskuler
5. perubahan sistem pernafasan
6. Perubahan anatomi ginjal
7. Perubahan sistem integument Sistem musculoskeletal
8. Perubahan sistem neurologi
9. Perubahan sistem pencernaan
10. Perubahan sistem endokrin

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga


professional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas
pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik
diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil
tidak memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai dengan
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001).

F. Hiperemesis Grafida
gravidarum ialah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) di
mana penderita mengalami mual-muntah yang berlebihan, sedemikian
rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara
keseluruhan. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama
haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu14. Mual muntah
terjadi hampir 80% pada ibu hamil. Tingkatan hiperemesis gravidarum
dibagi menjadi tiga tingkatan, tingkat pertama kedua, kertiga Apabila
berkelanjutan bisa mengakibatkan kekurangan karbohidrat dalam lemak,
dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Penyebab gestosis-hiperemesis
gravidarum tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga terdapat beberapa
faktor, kemungkinan masuknya villi khorealis ke dalam sirkulasi darah
ibu, terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan
kenaikan human chorionic gonadothropin. Jika terus dibiarkan tanpa
penanganan, hyperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi
berupa robeknya saluran kerongkongan penyakit hati, kejang, koma,
bahkan kematian gagal ginjal, pankreatitis, thrombosis vena dalam.
Emboli paru, central pontine myelinosis, rhabdomyolisis, defisiensi
vitamin k dan avulsi limpa.

G. Infeksi Kehamilan
Infeksi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin di seluruh dunia, terdapat barier plasenta yang
memungkinkan bayi tetap terjaga dari transmisi penyakit yang berasal dari
ibunya TORCH adalah akronim untuk sekelompok infeksi kongenital yang
dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan dan kematian pada
neonatus. Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari
empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus
dan Herpes. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan
kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang
beraneka ragam. Beberapa jenis infeksi yang umum dialami oleh wanita
yang akan ataupun sedang hamil dan infeksi ini biasanya ditularkan ke
calon bayi sehingga menyebabkan cacat. Oleh sebab itu, sangat penting
dilakukan diagnosis dini agar dapat dilakukan pencegahan atau
pengobatan lebih awal.
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma,
Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti
ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan
lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya
penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa
disebabkan oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan
sayuran, daging setengah matang dan lainnya.
H. Preeklamsia dan eklamsia
Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan
proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan. Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang
mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang
terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma. Eklampsia adalah
penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita
dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio. Faktor resiko
terjadinya preeklamsia yaitu primigravida, morbid obesitas, usia
kehamilan, riwayat hipertensi, dan usia. Faktor resiko eklamsia, yaitu
genetic, imunologik, ischemia region utero placenta, radikal bebas,
kerusakan endotel, trombosit dan kurang kalsium. klasifikasi preeklamsia
atau hipertensi dalam kehamilan terbagi 3, yaitu preeklamsia ringan,
preeklamsia sedang, dan preeklamsia berat. Klasifikasi eklamsia yaitu
eklamsia gravidarum, eklamsia parturientum, dan eklamsia puerperium.
Ada beberapa manifestasi preeklamsia,yaitu bertambahnya berat badan,
pembengkakan, tekanan darah tinggi, proteinuria, serta gejala lain yaitu
gangguan penglihatan, nyeri epigastric, sakit kepala, mual dan muntah,
penurunan gerakan janin dan ukuran janin lebih kecil tidak sesuai dengan
usia kehamilan ibu. Konvulsi eklamsia dibagi menjadi 4 yaitu tingkat aura,
tingkat kejang tonik, tingkat kejang klonik, dan tingkat koma. Pemeriksaan
penunjang: pemeriksaan darah lengkap, tes urin, Tes fungsi hati , tes asam
urat, dan radiologi. Komplikasi yang dapat terjadi pada preeklamsia yaitu
kurangnya aliran darah menuju ke plasenta, terlepasnya plasenta, sindrom
HELLP, dan eklampsia. komplikasi pada eklamsia yaitu solutio plasenta ,
hipofibrinogemia, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru,
nekrosis hati, sindrome hellp, dan kelainan ginjal. diagnosa keperawatan
yang sering muncul nyeri akut, pola napas tidak efektif, gangguan
mobilitas fisik, dan resiko infeksi.
I. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang
dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba
dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. faktor-
faktor yang memegang peranan dalam kehamilan ektopik yaitu faktor
tuba, faktor abnormalitas, faktor ovarium, faktor hormonal, faktor lain
termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD. Pada umumnya
penderita menunjukkan gejala-gejala yaitu amenorhoe, nyeri perut bagian
bawah, Gejala kehamilan muda, Level hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) rendah, Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua,
serta pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks
digoyangkan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.
Pemeriksaan penunjang yaitu hitung darah lengkap, pengecekan serum β-
hCG, ultrasonografi, laparoskopi, kuldosintesis. Penatalaksanaan untuk
kasus ektopik terganggu yaitu setelah diagnosis ditegakkan, segera
lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat. ketersediaan
darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif,
karena sumber perdarahan harus dihentikan, upaya stabilisasi dilakukan
dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau
RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2 L dalam dua jam pertama
(termasuk selama tindakan berlangsung), bila darah pengganti belum
tersedia, berikan auto transfusion, serta atasi anemia dengan tablet besi
(SF) 600 mg per hari. Diagnosa keperawatan yang biasa muncul
kehamilan ektopik yaitu Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan
konsentrasi hemoglobin d.d CRT>3 detik, akral dingin dan warna kulit
pucat, Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, suhu tubuh
meningkat dan klien merasa lemah, Nyeri akut b.d rupture tuba fallopi d.d
klien mengeluh nyeri, klien tampak meringis, bersikap protektif, frekuensi
nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, dan
diaphoresis, Ansietas b.d persiapan operasi d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yg dihadapai, tampak gelisah, tampak tegang, anorexia,
frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, muka tampak pucat, diaphoresis dan serig berkemih, Berduka
b.d kehamilan extrauterine d.d merasa sedih, tidak menerima kehilangan,
merasa tidak ada harapan, menangis, tidak mampu berkonsentrasi, dan
merasa tidak berguna, serta Risiko infeksi d.d penumpukan darah di
cavum doughlas, dan tindakan invasive (laparoscopy/laparotomy).
J.

You might also like