You are on page 1of 12

1

MODUL PERKULIAHAN

W142100052
Perancangan
Berbasis FPGA
Aljabar Boolean

Abstrak Sub-CPMK

Pendekatan matematika Sub-CPMK 1.2 Mampu menjelaskan


terhadap fungsi-fungsi logika. parameter gerbang logika dengan
Dengan pemanfaatan Aljabar operating point yang
Boolean, sebuah fungsi merepresentasikan range HIGH dan
logika dapat disederhanakan. LOW.
Beberapa aplikasi
penyederhanaan dengan
Aljabar Boolean akan
dibahas secara umum.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc.


Teknik Teknik Elektro
02
Simbol dan Notasi dalam Aljabar
Boolean
Aljabar Boolen atau aljabar biner digunakan untuk kalkulasi angka biner yang
tentu saja amat berbeda dengan kalkulasi bilangan desimal. Dalam kalkulasi desimal
dikenal 10 macam simbol, yaitu ‘0’, ‘1’, ‘2’, ‘3’, ‘4’, ‘5’, ‘6’, ‘7’, ‘8’ dan ‘9’. Sedangkan dalam
kalkulasi biner hanya dikenal 2 simbol saja, yaitu ‘0’ dan ‘1’. Angka 0 sampai dengan 99
pada bilangan desimal cukup diwakili dengan 1 atau 2-digit saja angka desimal, tetapi
pada bilangan biner, angka 4 harus diwakili dengan 3-bit angka biner atau angka biner.
Pada tabel 3.1. dapat dilihat penyetaraan antara angka desimal, angka biner, dan angka
heksadesimal. Angka heksadesimal digunakan untuk menyingkat penulisan angka biner,
dari 4-bit angka biner menjadi 1-digit saja angka heksadesimal. Angka biner antara 0000
sampai 1001 disebut juga BCD, Binary Code Decimal.

Tabel 3.1. Penyetaraan antara Bilangan Desimal, Biner dan Heksadesimal


Desimal Biner Heksadesimal
0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1
2 0 0 1 0 2
3 0 0 1 1 3
4 0 1 0 0 4
5 0 1 0 1 5
6 0 1 1 0 6
7 0 1 1 1 7
8 1 0 0 0 8
9 1 0 0 1 9
10 1 0 1 0 A
11 1 0 1 1 B
12 1 1 0 0 C
13 1 1 0 1 D
14 1 1 1 0 E
15 1 1 1 1 F

Selain berbeda dalam simbol, operator yang digunakan untuk aljabar desimal
berbeda dengan aljabar biner atau aljabar Boolean. Dalam aljabar boolean hanya dikenal
2 saja operator dasar, yaitu AND dan OR. Selain itu, operator XOR dan XNOR juga kerap
digunakan. Pada Tabel 3.2. dapat dilihat 4 operator yang digunakan dalam aljabar
boolean disertai gambar komponennya dalam rangkaian.

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
2 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tabel 3.2. Operator Aljabar Boolean
Contoh

Nama Notasi Simbol Persamaan Rangkaian


Operator Boolen Digital

A
AND · F  A.B B
F

A
F  A B
F
OR + B

A
XOR  F  A B B
F

A
XNOR  F  AB B
F

Prinsip-prinsip Aljabar Boolean


Karena notasi aljabar dalam boolean amat berbeda dengan aljabar desimal, maka
hukum-hukum yang berlaku juga amat berbeda. Pada Tabel 3.3 dapat dilihat 4 postulat
dan 7 teorema yang digunakan dalam aljabar boolean. Dapat kita lihat, bahwa operasi
AND setara dengan operasi OR, tidak ada yang harus didahulukan dalam kalkulasi,
kecuali jika diberi tanda kurung, yang di dalam kurung didahulukan.
Selain itu, meskipun pada tabel tersebut hanya diberi contoh yang berisi 1, 2 atau
3 variabel saja, secara umum, ini berlaku juga untuk persamaan boolean yang memiliki
lebih dari 3 variabel. Misalnya postulat komutatif, AB = BA juga berlaku umum untuk 3, 4,
5 variable dst. Artinya peletakkan input dalam gerbang yang sama boleh acak, tidak
mempengaruhi nilai output gerbang tersebut, baik gerbang tsb dalam bentuk AND, OR,
NAND, NOR, XOR maupun XNOR.

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
3 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tabel 3.3. Postulat dan Teorema dalam Aljabar Boolen

Untuk memudahkan memahami dan mengingat prinsip-prinsip dalam aljabar


boolean, berikut ini diberikan contoh-contoh dalam bentuk gambar. Gambar 3.1 adalah
contoh postulat komutatif 3 variabel, yaitu A, B, dan C. Berurutan dari kiri ke kanan adalah
postulat komutatif yang berlaku untuk gerbang AND, NAND, OR, dan XOR. Walapun
contoh pada Gambar 3.1. ini hanya terdiri dari 3 input, postulat ini berlaku umum untuk n-
input.

A A A A
B F B F B F B F
C C C C

C C C C
B F B F B F B F
A A A A

B B B B
A F A F A F A F
C C C C

(a) (b) (c) (d)

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.1. Komutatif

Pada Gambar 3.2 dapat dilihat contoh postulat distributif untuk gerbang AND (a)
dan gerbang OR (b). Meskipun pada contoh (a) hanya ada 2-input pada gerbang OR,
postulat ini tetap berlaku umum untuk n-input. Begitu pula bit A, B dan C bisa berupa
rangkaian digital tersendiri, bukan hanya 1-bit input.

A A
F F
B B

C C

A A

B B
F F

A A

C C

(a) (b)
Gambar 3.2. Distributif

Gambar 3.3 adalah contoh untuk teorema identitas (a), komplemen (b), paksaan
‘0’ dan ‘1’, dan idempoten (d). Meskipun dalam contoh ini A hanya berupa 1-bit input,
dalam penerapannya, A bisa berupa fungsi yang terdiri dari beberapa gerbang.

1 A 0 A
A 0 0 A
A A A A

0 A 1 A
A 1 1 A
A A A A

(a) (b) (c) (d)


Gambar 3.3. (a) Identitas, (b) Komplemen, (c) ‘0’ dan ‘1’, (d) Idempoten

Sama dengan yang telah dijelaskan pada Modul 2 tentang teorema de morgan,
tetapi kali ini terdiri dari 3-input seperti tampak pada Gambar 3.4. Hal ini berlaku umum

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
5 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
untuk n-bit input. Selain itu A, B, dan C dapat berupa fungsi Boolean yang terdiri dari
banyak gerbang.

A A
B F B F
C C

A A
B F B F
C C

Gambar 3.4. de morgan

Gambar 3.5 adalah contoh untuk teorema asosiatif. Sebuah gerbang dengan n-
input dapat diganti dengan beberapa gerbang yang sama yang hanya memiliki 2-input. Ini
hanya berlaku untuk gerbang AND dan OR saja.
Gambar 3.6 adalah contoh hilangnya 1 gerbang karena fungsinya sudah terwakili
oleh 2-gerbang yang lain. Tentu saja ini untuk pola yang sama. Setiap input, A, B, dan C
dapat berupa fungsi Boolean tertentu, bukan hanya 1-bit.

A A
F F
B B

C C

C C
F F
A A

B B

B B
F F
A A

C C

A A
B F B F
C C

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
6 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.5. Asosiatif

A A

B B

A A
F F
C C

B B

C C

A A

B B
F F
A A

C C

Gambar 3.6. Konsensus

A A
A A
A A

B B

Gambar 3.7. Absorpsi

Penyederhanaan dengan Aljabar


Boolean
Berikut ini adalah contoh penyederhanaan dengan aljabar Boolean. Perhatikan
persamaan Boolean berikut,

F  ( A  C ).B  ( A  C ).C  B.C

Gambar rangkaiannya adalah seperti tampak pada Gambar 3.8 berikut ini. Dari gambar

tersebut terlihat bahwa gerbang AND paling bawah atau BC dapat dihilangkan terkait
teorema konsensus, sehingga persamaan Booleannya menjadi:

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
7 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
F  ( A  C ).B  ( A  C ).C

Karena ( A  C).C  A.C  CC  AC  C  ( A  1).C  C

Maka F  ( A  C ).B  ( A  C ).C  ( A  C ).B  C  ( A  C  B )  C

Dengan de morgan ( A  C ).B  ( A  C )  B )  A  C  B

Hasil akhirnya F  ( A  B  C )  C

Rangkaian hasil penyederhaan ini tampak pada Gambar 3.9.

A
C

A
C F

C
B
C

Gambar 3.8. Gambar untuk persamaan Boolean F  ( A  C ).B  ( A  C ).C  B.C

A
B
C
F
C

Gambar 3.9. Gambar untuk persamaan Boolean F  ( A  B  C )  C

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
8 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Contoh lainnya,
F  AB  A.B  AC  AD  B
F  A( B  B )  A(C  D )  B ; setelah penyederhanaan distributif
F  A  A(C  D)  B ; setelah distributif
F  A B ; setelah absorpsi

A
B

A
B

F
A
C

A
D

A
F
B

Gambar 3.10. Terkait Persamaan Boolean F  AB  A.B  AC  AD  B , sebelum dan


sesudah penyederhanaan

Contoh berikutnya,
F  ( B  A)( B  A)( A  C )( A  D ) B

F  ( B.B  A)( A  CD ) B ; setelah penyederhanaan distributif


F  A( A  CD) B ; setelah distributif
F  A.B ; setelah absorpsi

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
9 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
A
B

A
B

F
A
C

A
D

A
F
B

Gambar 3.11. Terkait F  ( B  A)( B  A)( A  C )( A  D ) B , sebelum dan sesudah


penyederhanaan

Operasi Topeng (Masking)


Dalam manipulasi bilangan biner, ada 3 macam masking, yaitu dengan gerbang
AND, gerbang OR dan masking dengan gerbang XOR.

1. Masking dengan Gerbang NAD


Tujuan masking jenis ini adalah untuk memaksa bit-bit tertentu menjadi ‘0’,
sedangkan bit lainnya dibiarkan apa adanya. Misalnya, A = 10110110 di AND dengan B =
11110000, hasilnya B = 10110000 seperi tampak pada gambar di bawah ini. Terlihat
bahwa 4-bit LSB (kanan) pada A berubah menjadi ‘0000’, sedangkan 4-bit lainnya, yaitu
4-bit MSB (kiri) tetap ‘1011’.

A= 1 0 1 1 0 1 1 0

B= 1 1 1 1 0 0 0 0 AND
C= 1 0 1 1 0 0 0 0

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
10 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Masking dengan Gerbang OR
Tujuan masking jenis ini adalah untuk memaksa bit-bit tertentu menjadi ‘1’,
sedangkan bit lainnya dibiarkan apa adanya. Dari gambar di bawah ini tampak bahwa 4-
bit MSB (kiri) dipaksa menjadi ‘1111’, sedangkan 4-bit LSB (kanan) dibiarkan apa adanya,
tetap ‘0110’.

A= 1 0 1 1 0 1 1 0

B= 1 1 1 1 0 0 0 0 OR
C= 1 1 1 1 0 1 1 0

3. Masking dengan Gerbang XOR


Tujuan masking jenis ini adalah untuk membalik (toggle) bit-bit tertentu dari ‘0’
menjadi ‘1’ atau sebaliknya, sedangkan bit lainnya dibiarkan apa adanya. Pada contoh
berikut ini, 4-bit LSB (kanan) dibiarkan tetap ‘0110’, sedangkan 4-bit MSB (kiri) dibalik dari
‘1011’ menjadi ‘0100’.

A= 1 0 1 1 0 1 1 0

B= 1 1 1 1 0 0 0 0 XOR
C= 0 1 0 0 0 1 1 0

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
11 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
M. Moris Mano and Michael D. Ciletti, Digital Design, 4th Ed., Prentice Hall Inc., USA
2007
Albert Paul Malvino, Elektronika Komputer Digital, 2nd Ed., Penerbit Erlangga, Jakarta,
1983

2021 Perancangan Berbasis FPGA Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
12 Rachmat Muwardi, B.Sc., ST., M.Sc. http://pbael.mercubuana.ac.id/

You might also like