You are on page 1of 30

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA

DI KELURAHAN KALIJAGA

Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :

Nur Dzakaria Peadnarah 421J0048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gerontologi merupakan studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini. Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana
dan mengapa terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat
menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan
pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan,
dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat
menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang
terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia
memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna. Dalam konsteks
keperawatan keluarga, lansia merupakan saah satu tahapan perkembangan suatu
keluarga. Tahap perkembangan keluarga lansia merupakan tahap dimana sebuah
keluarga mengalami tahap akhir dari siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, yang terus berlangsung hingga salah
satu dari anggotanya meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
Masalah mayoritas yang sering dihadapi oleh para lansia biasanya adalah sosial
ekonomi, ksehatan dan spiritual. Beerdasarkan pembahasan tersebut maka perlu
adanya penegasan dari fungsi perawat keluarga untuk melakukan asuhan
keperawatan keluarga tahap lansia yang komprehensif dan bersinambung degan
tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan lansia serta
meningkatkan usia harapan hidup lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi fokus pembahasan dari penulisan
makalah ini adalah bagaimana penjelasan mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada tahap perkembangan keluarga lansia.
1.3. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih mendetail
lagi mengenai mata kuliah keperawatan keluarga dalam mengenal proses asuhan
keperawatan pada keluarga lansia.
1.4. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga.
2. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pada tahap lanjut usia
3. Melakukan proses asuhan keperawatan keluarga secara holistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut


2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga merupakan unit pelayanan perawatan. Sebab keluarga sebagai unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal satu rumah tangga yang saling ketergantungan
(Depkes, 2008).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tinggal satu rumah karena
ada hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan yang
berinteraksi satu sama lain lain serta dengan perannya masing-masing dalam
membentuk kebudayaan dan perilaku kesehatan (Friedman, 2010).
2.1.2 Tipe dan Bentuk Keluarga
Tipe keluarga sebagai berikut (Friedman, 2014) sebagai berikut :
1) Tradisional
a) Nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b) Dyad family (keluarga tanpa anak)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan.
d) Childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
e) Extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, bibi, orang tua (kakek nenek)
dan keponakan.
f) Commuter family
Kedua orang tua berkerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang berkerja di luar kota biasa
berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir pekan atau pada waktu
tertentu.
g) Single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Contoh
dapur, kamar mandi dan lain-lain.
j) Blended family
Duda atau janda karena penceraian yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari hasil perkawinan sebelumnya.
k) Single adult
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan seperti : Penceraian atau ditinggal mati.
2) Non tradisional
a) Unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah.
b) The step-parent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah. Sosialisasi anak dengan
aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
d) Nonmarital heterosexsual cohabitting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan orientasi seksual hidup bersama
sebagaimana ‘marital patners’
f) Cohabiating family
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
sementara waktu, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
i) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis individu yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
masalah kesehatan mental.
j) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.1.3 Peran keluarga
Friedman (2010) menyebutkan beberapa peran dalam keluarga sebagai berikut :
1) Motivator
Keluarga sebagai penggerak tingkah laku seseorang dengan melalui
dukungan yang diberikan kepada setiap anggota keluarga dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan dukungan
keluarga terutama dari segi emosional.
2) Edukator
Keluarga merupakan sumber efektif dalam meningkatkan derajat
kesehatan dengan berbakal ilmu pengetahuan (informasi) tentang kesehatan
dalam upaya memberikan pendidikan kepada anggota keluarga yang sakit.
3) Fasilitator
Sarana yang dibutuhkan anggota keluarga yang sakit untuk memenuhi
kebutuhan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program tersebut.
4) Motivator
Keluarga sebagai penggerak tingkah laku seseorang dengan melalui
dukungan yang diberikan kepada setiap anggota keluarga dalam memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan dukungan
keluarga terutama dari segi emosional.
5) Edukator
Keluarga merupakan sumber efektif dalam meningkatkan derajat
kesehatan dengan berbakal ilmu pengetahuan (informasi) tentang kesehatan
dalam upaya memberikan pendidikan kepada anggota keluarga yang sakit.
6) Fasilitator
Sarana yang dibutuhkan anggota keluarga yang sakit untuk memenuhi
kebutuhan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan program tersebut.

2.1.4. Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu :
1) Fungsi afeksi
Fungsi afeksi merupakan fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan
memberikan cinta kasih, saling menerima serta saling menghargai dan
mendukung antar anggota keluarga. Fungsi ini akan memberikan penghargaan
terhadap kehidupan dalam keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi keluarga yang mengembangkan proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga. Fungsi ini digunakan sebagai tempat anggota keluarga untuk
saling berinteraksi dan belajar berperan di lingkungan sosial.
3) Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi merupakan fungsi keluarga untuk menjaga kelangsungan
generasi dan juga untuk kebeerlangsungan hidup masyarakat.
4) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan kebutuhan yang cukup
seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari dalan keluarga, pengaturan dalam
penggunaan pendapatan sebagai pemenuhan kebutuhan serta menabung untuk
persediab pemenuhan kebutuhan dimasa mendatang.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanaan praktek asuhan keperawatan
yaitu mempertahankan kesehatan anggota keluarga, merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit yang
mungkin dialami keluarga.
2.1.5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 2013) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat.
2.2 Konsep Lansia
2.2.1. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena
itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2015).
2.2.2. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium
Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi;
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
2.3. Konsep Diabetes Mellitus
2.3.1 Definisi Diabetes
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren
glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan
makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus
pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual
bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan pentalogi terapi diabetes melitus
meliputi terapi primer, yang terdiri dari penyuluhan kesehatan, diet diabetes,
latihan fisik dan terapi sekunder, yang terdiri dari obat hipoglikemi. Diabetes
Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan
bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik
(Cersosimo, 2015). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien
dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga
dan penggunaan obat-obatan (Samuel, 2016).
2.3.2 Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi Diabetes mielitus dan ganggguan toleransi glukosa menurut WHO, 2016 :
1. Clinical Classes
a. DM
 IDDM (DM Type 1)
DM jenis ini paling sering terdapat pada anak-anak dan dewasa muda, namun
demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur. Destruksi sel-sel pembuat insulin
melalui mekanisme imunologik menyebabkan hilangnya hampir seluruh insulin
endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk menurunkan kadar
glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari ketoasidosis diabetika
(KAD) dan mempertahankan kehidupan
 NIDDM ( DM Type 2 )
DM jenis ini biasanya timbul pada umur lebih 40 tahun. Kebanyakan
pasien DM jenis ini bertubuh gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin
dapat ditemukan pada banyak kasus. Produksi insulin biasanya memadai
untuk mencegah KAD, namun KAD dapat timbul bila ada stress berat.
Insulin eksogen dapat digunakan untuk mengobati hiperglikemia yang
membandel pada para pasien jenis ini.
2. Statistical Risk Classes.
a. Kedua orang tuanya pernah menderita DM.
b. Pernah menderita GTG kemudian normal kembali.
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram
2.3.3 Etiologi
Diabetes Mellitus mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan
gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
2.3.4 Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah
satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan
naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan
endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa
yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah
yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160
– 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan
berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah
astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh
dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
2.3.5 Manifestasi Klinis
1. Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :
a. Poliuria (banyak dan sering kencing)
b. Polipagia (banyak makan)
c. Polidipsi (banyak minum)
2. Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan :
a. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga.
b. Berat badan menurun
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh
2.3.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan melakukan modifikasi
diet berdasarkan kebutuhan individual.
2. Terapi Farmakologi
a. Terapi dengan Insulin
Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka
pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya. Alat yang digunakan untuk
menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik
insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin
(WHO, 2016). Dosis insulin dimulai dengan pemberian 10 unit/hari secara
subkutan atau 0,1 – 0,2 unit/KgBB/hari dalam dosis terbagi 2/3 pada pagi hari
dan sisanya pada malam hari.
b. Obat Antidiabetik Oral
a) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua
yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-
binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian
juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan
dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif
sedangkan metabolit gliburid bersifat aktif (Wing, 2011 ).
b) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu
enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan
karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan
menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial (ADA, 2010).
c) Glinid Repaglinide (Prandin)
adalah obat oral glukosa baru yang 32 dapat digunakan dalam penggunaan
monoterapi atau kombinasi dengan metformin untuk diabetes tipe 2. Serupa
dengan sulfonylurea utama yaitu dapat meningkatkan sekresi insulin pankreas
tapi sistem kerjanya terpisah pada sel β pancreas dan memiliki sistem kerja
lebih pendek, dan lebih cepat bereaksi daripada golongan sulfonilurea.
Megtilinida harus diminun cepat sebelum makan dan karena resorpsinya cepat,
maka mencapai kadar puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan
menurunkan glukosa darah secukupnya. Ekskresinya juga cepat sekali, dalam
waktu 1 jam sudah dikeluarkan tubuh (ADA, 2010).
c.. Self Monitoring
Pasien dengan diabetes perlu diedukasi untuk mendapat monitor dan
mencatat kadar gula darah harian menggunakan glucometer. Petugas kesehatan
perlu memberiokan edukasi mengebnaik kemungkinan komplikasi diabetes
dan gejalanya, tanda hipoglikemia serta penanganan pertamanya dan gejala
ketoasidosis diabetic yang memerlukan kunjungan segera ke rumah sakit.
d. Follow up dan Rujukan ke Rumah Sakit
Follow up secara teratur merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memantau keberhasilan terapi dan mengatur dosis serta pemilihan obat yang
diberikan. Follow up juhga bermanfaat untuk deteksi dini kemungkinan
komplikasi yang terjadi akibat diabetes mellitus tipe 2 (WHO, 2016).
Pemantauan keberhasilan terapi dilakukan dengan peemriksaan HbA1c setiap
3 bulan sekali dan bila kadar guka darah sudah terkontrol dengan baik dapat
diperpanjang 6 bulan sekali. Selain itu pemeriksaan mata juga perlu dilakukan
setiap tahun, pemeriksaan neurologis, kontrol tekanan darah < 130/80 mmHg,
pemeriksaan kaki, kadar kolesterol, serta fungsi ginjal (ADA, 2010). Pasien
dengan diabetes mellitus tipe 2 memerlukan perawatan di rumah sakit bila
pasien mengalami kejadian hiperglikemi berulang, penurunan kesadaran akibat
ketoasidosis diabetik maupun hipoglikemia berat karena pengobatan, serta jika
terjadi komplikasi seperyti gangrene kaki. Pasien yang memerlukan operasi
harus mendapat perhatian khusus mengenai stabilisasi gula darah saat puasa
preoperative.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian

A. Data umum
Nama Kepala Keluarga : Ny A
Usia : 68 th
Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pensiun

Alamat : Kelurahan Kalijaga

Perincian anggota keluarga

No Nam Umu Se Hubunga Pendidika Pekerjaa Status


Agama
. a r x n n n Kes/Ket

1. Tn D 72 L Islam Suami SMA - Riwaya


t DM

Genogram
Keterangan

: Suami Kepala Keluarga

: Istri

: Anak

: Menantu

: Anak Laki-laki

: Anak Perempuan

Tipe keluarga : Nuclear family

Budaya : Jawa

Agama : Islam

Status sosial ekonomi : Ny A mengatakan bahwa ia mendapatkan penghasilan dari


pensiunan suaminya ± 1.5000.000 perbulan dan penghasilan
tambahan dari anak-anaknya.

Aktivitas rekreasi : Ny A mengatakan bahwa aktivitasnya hanya menonton


televisi di rumah dan berbincang dengan tetangganya.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahapan perkembangan keluarga
Tahap perkembangan yang sedang dialami oleh Ny A adalah tahap perkembangan
Lansia. Semua anak-anaknya telah menikaH dan tinggal bersama keluarganya
masing-masing. Ny A mengatakan hambatan yang dirasakan saat ini adalah ia merasa
kesepian karena satu rumah hanya dengan suaminya saja, terkadang ingin berkumpul
bersama anak-anak dan cucu-cucunya.

2. Tugas tahapan perkembangan yang belum terpenuhi


Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti


Ny A mengatakan bahawa riwayat penyakit suaminya yaitu DM dan keluarganya
yang lainnya dalam keadaan sehat. Keluhan yang dirasakan Ny A terkadang pusing
dan lemas.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny A mengatakan keluarganya memiliki riwayat penyakit DM
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh Ny K adalah permanen dengan luas lahan 250 m 2 dan
milik sendiri. Jumlah jendela sudah memenuhi 10% dari total luas lahan, jarak sepi
tank dengan sumber air jauh, sumber air yang digunakan untuk mandi dan minum
berasal dari PDAM

Denah rumah

A
B C

F
D
E

Keterangan :
A : Teras depan
B : Ruang tamu
C : Kamar tidur
D : Kamar tidur
E : Kamar TV
F : Kamar mandi
G : Dapur

2. Karakteristik tetangga dengan komunitas


Ny A mengatakan tinggal di lingkungan yang aman, rukun dengan tetangga dan
warga desanya. Keluarga juga sering berbagi cerita, tolong menolong dan
berkerjasama satu sama lainnya.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga tidak pernah berpindah tempat sejak menikah menetap di kelurahan
kalijaga, biasanya untuk akses transportasi keluarga biasanya menggunakan
kendaraan roda 2.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny A mengatakan setiap minggu kumpul bersama ibu-ibu lainnya untuk kegiatan
pengjian. Keluarga dalam kesehariannya berinteraksi dengan warga menggunakan
Bahasa Indonesia. Keluarga juga mengatakan jarang datang ke posbindu.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga biasa berkomunikasi dengan Bahasa indonesia, untuk hubungan
komunikasi Ny A dengan suami dan anak-anaknya terjalin dengan baik, namun
komunikasi dengan beberapa anaknya dan cucunya yang tinggal di luar kota jarang
biasanya hanya melalui telefon.

2. Struktur kekuatan keluarga


Ny A mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan biasanya diserahkan
kepada suaminya dan terkadang keluarga menyelesaikan masalah dengan
musyawarah.

3. peran (formal dan informal)


 Ny A berperan sebagai Istri, ibu, dan nenek yang menyayangi suami, anak,
menantu, cucu, dan mengurus kebutuhan rumah
 Tn D berperan sebagai suami, ayah dan kakek yang mencari nafkah, menyayangi
keluarganya.
4. Nilai dan norma budaya
Nilai dan norma di keluarga tersebut menyesuaikan dengan ajaran agama yang
dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Ny A juga mengatakan terbiasa
menanamkan pada anak dan cucunya sikap hormat menghormati dan menyayangi
antar keluarga dengan tetangganya.

5. Sistem pendukung keluarga


Ny A mengatakan sistem pendukungnya yaitu Suami, anak, menantu, dan cucunya.
Ny A mengatakan bahwa anaknya sering mengirimkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.Jika keluarganya sakit selalu menggunakan fasilitas kehatan
yaitu puskesmas.

E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Ny A mengatakan selalu menjaga keharmonisan dengan suami dan anaknya. jika
sedang berkumbul dengan anak-anaknya ia selalu mengingatkan untuk saling
pengertian, menghormati dan menyanyangi. Di masa tua ia juga mengatakan tidak
ingin bergantung pada anaknya.

2. Fungsi sosialisasi
Ny A mengatakan bahwa ia hidup rukun dengan tetangga dan warga. Ny A juga
mengatakan mengikuti norma yang ada di sekitar masyarakat, sehingga dapat
berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat. Keluarga juga sering
berbagi cerita dan berkerjasama dengan penduduk lainnya.

3. Fungsi perawatan kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan kurang mengenal masalah kesehatan.ha lini dibuktikan
dengan masih kurang disiplinnya dalam menerapkan diet untuk penderita diabetes
dan tidak tahu dampaknya terhadap kesehatan.

b. Mengambil keputusan terhadap tindakan kesehatan


Keluarga mengatakan kalau ia sakit tidak segera berobat ke pelayanan
kesehatan tertapi beli obat di warung

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan


Keluarga mengatakan bahwa ia merawat semampunya. Apabila ada keluarga
yang sakit ia langsung berobat ke pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan
Keluarga beranggapan bahwa hanya dengan menyapu saja lingkungan sudah
bersih, kamar mandi dibersihkan 1 minggu sekali.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga mengatakan jika ada keluarga yang sakit tidak segera dibawa ke
pelayanan kesehatan. tetapi apabila semakin parah sakitnya akan dibawa ke
puskesmas.

4. Fungsi reproduksi
Ny A memiliki Dua anak perempuan yang sudah menikah. Anak pertama
bernama Ny K yang menikah dengan Tn L yang memiliki dua orang anak. Dan anak
kedua bernama Ny S yang menikah dengan Tn Z yang memiliki satu orang anak.

5. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan setiap harinya dibuktikan dari
penghasilan pensiunan suaminya dan penghasilan tambahan dari anak-anaknya
perbulan.

F. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stresor jangka panjang dan pendek
Keluarga mengatakan merasa kesepian karena ia hanya tinggal dengan suaminya.
Terkadang ia merindukan anak dan cucunya diluar kota karena ia jarang
berkomunikasi secara langsung.

2. Strategi koping yang digunakan


Jika ada masalah biasanya Ny A akna membeicarakannya dengan baik-baik
bersama anak-anaknya.

3. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


Biasanya Ny A hanya menelepon anak dan cucunya untuk melepas kerinduan.

4. Harapan keluaga pada perawat


Keluarga berharap bisa memberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan.

5. Persepi keluarga terhadap perawat


Keluarga menganggap seorang perawat adalah orang yang berkerja di kesehatan.

6. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapi


Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan. Baik itu masalah kesehatan suaminya Tn D yang menderita DM.

G. Pemeriksaan Fisik
No Jenis Pemeriksaan Ny A Tn D

1. Keadaan Umum Composmentis Composmentis


TD 130/80 mmhg 120/80mmhg
Nadi 100x/m 98x/m
Respirasi 20 x/m 22 x/m
Suhu 36,70c 36,60c
2. Kepala :
Rambut Rambut beruban Rambut beruban
berwarna putih, berwarna putih,
kulit kepala bersih kulit kepala bersih

Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak


Mata anemis, sklera anemis, sklera tidak
tidak ikterik, dan ikterik, dan fungsi
fungsi penglihatan penglihatan agak
agak berkurang berkurang

Hidung Hidung tampak Hidung tampak


bersih, tidak ada bersih, tidak ada
sekret dan fungsi sekret
normal

Mulut Mukosa bibir Mukosa bibir


lembab lembab

Telinga Pendengaran baik, Pendengaran


Serumen (-) kurang baik,
Serumen (-)

3. Leher : Tidak Ada Tidak Ada


Pembesaran
kelenjar dan vena
jugularis
4. Thorax Normal Normal
Paru
Jantung
5. Abdomen Tidak ada Tidak ada acites
acites
6. Etremitas Mengalami nyeri Normal
sendi pada
ektremitasbawah
hilang timbul
H. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
1. Riwayat kesehatan keluarga terdahulu
Ny A mengatakan suaminya memiliki riwayat gula darah atau Diabetes, namum
tidak berobat secara rutin dan tidak mengetahui pencegahan yang tepat untuk
suaminya.

2. Riwayat kesehatan keluarga sekarang


Saat dilakukan pengkajian, keluarga sedang menjalani pengobatan gula darah
tetapi tidak rutin. Namun 1 hari yang lalu Ny A memabawa suaminya ke praktek
dokter umum untuk cek gula darah karena Tn D merasa pusing, lemas dan hasil gula
darahnya yaitu 350 mg/dl

I. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Anggota Keluarga


No Aktivitas Ny K Tn P

1. Nutrisi Nasi, sayur, lauk pauk, Nasi, sayur, lauk pauk,


buah-buahan dan susu buah-buahan dan susu
2. Intake Cairan ± 7 – 8 gelas air putih’ ± 7 – 8 gelas air putih

3. Eliminasi 1x/hari 1x/hari

4. Mobilisasi Normal Aktivitas sehari-hari


terbatas
5. Personal Hygiene Mandi 2x/ hari, Mandi 2x/ hari,
Cuci rambut Cuci rambut
Gosok gigi 2x/hari. Gosok gigi 2x/hari.

J. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Kurang pengetahuan, Kurang pengetahuan


ketidaktahuan tentang bd ketidakmampuan
 Keluarga Ny A mengatakan penyakit DM keluarga mengenal
mengetahui penyakit di
masalah kesehatan
keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa
penyebabnya, hanya mengetahui
tanda dan gejala, serta tidak
mengetahui apa saja yang harus
dihindari untuk mencegah
terjadinya penyakit pada Tn D
 Keluarga Ny A mengatakan jika
keluarganya sakit ia tidak segera
membawakannya ke pelayanan
kesehatan
 Keluarga Ny A mengatakan
suaminya memiliki riwayat DM
tetapi pengobatannya tidak rutin

Do :

 Keluarga Ny A tidak bisa


menjawab pertanyaan pengertian,
pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
 Keluarga Ny A bertanya apa saja
makanan yang harus dihindari
untuk suaminya
Ds : Ketidakstabilan kadar
gula darah
2.  Keluarga Ny A mengatakan 1
hari yang lalu suaminya sakit
dengan keluhan pusing dan lemas
Do :

 Tn D tampak lemah
 TTV
TD 130/80 mmhg
S 36,70C
R 22x/m
GDS 350 mg/dl
K. Skoring Dan Prioritas Masalah
Kurang pengetahuan bd ketidaktahuan tentang penyakit

No. Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1. Sifat masalah 1 Ny A mengatakan


suaminya memiliki
 Risiko 2 riwayat DM
 Aktual
 Potensial 3

2. Kemungkinan masalah dapat diubah : 1 Dapat diatasi


dengan berobar
 Mudah 2 rutin dan dieet
 Sebagian
1 yang tepat agar
 Tidak dapat
dapat mengontrol
0 gula darah

3. Potensi masalah untuk dicegah : 2 Potensial masalah


dapat dicegah
 Tinggi 3 cukup, karena Tn
 Cukup
2 D berobat ke
 Rendah
1 Pelayanan
Kesehatan

4. Menonjolnya masalah : 1 Keluarga


menyadari
 Masalah berat harus degera ditangani 2 perlunya
 Ada masalah tetapi tidak perlu segera
1 perawatan DM
ditangani
karena
 Masalah tidak dirasakan
beranggapan
bahwa kesehatan
0
itu sangat penting

Jumlah 5
Ketidakstabilan kadar gula darah

No. Kriteria Skor Bobot Pembenaran

1. Sifat masalah 2 Tn D

 Risiko 2 Mengatakan
 Aktual pusing dan
 Potensial 3
lemas karena
1
gula darah tinggi

2. Kemungkinan masalah dapat diubah : 1 Keluarga belum


mengetahui
 Mudah 2 bagaimana cara
 Sebagian
1 merawat anggota
 Tidak dapat
keluarga yang
0 mengalami
masalah kesehatan
: DM

3. Potensi masalah untuk dicegah : 2 Potensial masalah


dapat dicegah
 Tinggi 3 cukup, karena Tn
 Cukup
2 D berobat ke
 Rendah
1 Pelayanan
Kesehatan untuk
mengecek gula
darahnya

4. Menonjolnya masalah : 2 Keluarga


menganggap
 Masalah berat harus segera ditangani 2 masalah kesehatan
 Ada masalah tetapi tidak perlu segera
1 tidak perlu segara
ditangani
ditangani dengan
 Masalah tidak dirasakan
berobat ke
pelayanan
0
kesehatan

Jumlah 7
L. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Masalah
No DIAGNOSA
1. Ketidakstabilan kadar gula darah

2. Kurang pengetahuan bd ketidakmampuan keluarga mengenal masalah


kesehatan DM
M. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakstabilan Setelah 1. Keluarga Verbal Mampu
 Cek TTV keluarga
kadar gula darah dilakukan diharapkan Psikomotor menjelaskan
tindakan mampu  Jelaskan cara perawatan
cara perawatann
keperawatan merawat anggota keluarga dengan
DM
selama 1-2 anggota penyakit DM
kali keluarga  Anjurkan untuk kontrol
‘’ kunjungan dengan kadar gula darah
rumah penyakit DM
diharapkan
kadar
glukosa
dalam darah
dapat
terkontrol

2. Kurang Setelah 1. Keluarga Verbal Mampu  Kaji pengetahuan


pengetahuan bd dilakukan dapat menjelaskan keluarga tentang
ketidakmampuan tindakan mengenal penyakit DM hipertensi terkait
keluarga keperawatan tentang Mampu pengertian, penyebab,
mengenal selama 1-2 masalah DM menjelaskan tanda dan gejala,
masalah kali penyebab DM pecegahan dan
kesehatan DM kunjungan Mampu komplikasi DM
rumah menyebutkan  Diskusikan tanda dan
diharapkan tanda dan gejala gejala DM serta faktor
pengetahtuan DM yang memperburuk DM
keluarga Mampu  Bimbing keluarga untuk
tentang DM menyebutkan mengulangi apa yang
meningkat cara telah diajarkan
pencegahan DM
Mampu
menyebutkan
salah satu dari
DM

2. Keluarga Verbal Keluarga mampu  Jelaskan komplikasi dari


dapat memutuskan penyakit DM
memutuskan tindakan yang  Jelaskan untuk
tindakan yang tepat untuk mengatasi resiko
tepat untuk mengatasi penyakit DM
mengatasi masalah DM
masalah DM dengan
membawa ke
pelayanan
kesehatan

 Keluarga
3. Keluarga Psikomotor mampu
mampu mengobati  Jelaskan mengenai
melakukan keluarganya perawatan di rumah
perawatan yang dengan melakukan
pada anggota mengalami DM kontrol secara rutin
yang terkena  Keluarga  Jelaskan cara menyusun
penyakit DM mampu menu yang benar untuk
menentukan nutrisi yang dianjurkan
status nutrisi dan yang tidak
sesuai dengan dianjurkan
standard
kesehatan
untuk lansia
yang
mengalami DM
 Keluarga
mampu Lakukan olahraga secara
memanfaatkan teratur
waktu untuk Jelaskan keluarga untuk
olahraga menghindari stress
Anjurkan lansia untuk dapat
beraktivitas sehari-hari

 Mampu Anjurkan lansia untuk


memodifikasi banyak istirahat
4. Keluarga Psikomotor lingkungan baik
dapat fisik maupun
memodifikasi psikologi
lingkungan
untuk
meningkatkan
kesehatan
keluarga
Keluarga Anjurkan keluarga untuk
membawa kontrol secara rutin ke
5. Keluarga Psikomotor anggota pelayanan kesehatan
dapat keluarga yang
menggunakan sakit ke tempat
fasilitas pelayanan
pelayanan kesehatan yang
kesehatan terdekat
secara tepat
untuk
‘mencegah
komplikasi
DM
N. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Sumatif
Diagnosa
No Tanggal, Waktu Implementasi Paraf
Keperawatan
Kamis,  Mengecek TTV keluarga Ny A Zaka
1.  Mengecek GDS keluarga Ny A
31 Maret 2022  Menjelaskan cara perawatan anggota
keluarga dengan penyakit DM
 Menganjurkan untuk kontrol kadar gula
Ketidakstabilan darah
kadar gula darah

2. Kurang pengetahuan Kamis,  Mengkaji pengetahuan keluarga tentang Zaka


bd ketidakmampuan hipertensi terkait pengertian, penyebab,
keluarga mengenal 31 Maret 2022 tanda dan gejala, pecegahan dan
masalah kesehatan komplikasi DM
 Mendiskusikan tanda dan gejala DM
DM
serta faktor yang memperburuk DM
 Membimbing keluarga untuk
mengulangi apa yang telah diajarkan
 Menjelaskan komplikasi dari penyakit
DM
 Menjelaskan untuk mengatasi resiko
penyakit DM
 Menjelaskan mengenai perawatan di
rumah dengan melakukan kontrol secara
rutin
 Menjelaskan cara menyusun menu yang
benar untuk nutrisi yang dianjurkan dan
yang tidak dianjurkan
 Melakukan olahraga secara teratur
 Menjelaskan keluarga untuk
menghindari stress
 Menganjurkan lansia untuk dapat
beraktivitas sehari-hari
 Menganjurkan lansia untuk banyak
istirahat
 Menganjurkan keluarga untuk kontrol
secara rutin ke pelayanan kesehatan

No Diagnosa Tanggal, Waktu Evaluasi Paraf


Keperawatan

Kamis, S = Keluarga Ny A mengatakan dapat Zaka


memahami apa yang sudah disampaikan
31 Maret 2022

O = Keluarga Ny A dapat menjelaskan


ulang apa yang sudah di sampaikan yang
mengenai : Pengertian DM, Pengobatan
DM, Perawatan DM, dan Pencegahan DM

A = Masalah teratasi
Ketidakstabilan
kadar gula darah

P = Anjurkan untuk kontrol rutin dan


Pengobatan DM

Kurang pengetahuan
bd ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
DM
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
DepartemKementerian Kesehatan RI. (2015). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia
di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI.
Friedman. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktik. Edisi ke-5. Jakarta : EGC
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Situasi dan analisis lanjut usia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. en Kesehatan R.I.
Kozier, B., et al. 2010. Fundamental Of Nursing: Concept, Process, and Practice. 7th
edition New Jercey: Prentice-hall, Inc
Mubarak W.I., Lilis I., Joko S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: Selemba
Medika
Potter, P.A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing : Konsep, Proses,
dan Praktis. Ed 7. St. Lous : Mosby Year Book
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Marta. Ollyvia F.D. 2012. Determinan Tingkat Depresi pada Lansia. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Universitas Indonesia. hal. 7-8, 22.
Miller C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Murwani A., Setyowati,S., & Riwidikdo, H. (2015). Asuhan Keperawatan
Keluarga. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Nugroho (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Ed. 3. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Setiati Siti, et al. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th rev. hal. 2014 – 1134
Jakarta : Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam 78 1
Stenly, M. Patricia Gauntlett Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan gerontik
edisi 2. Jakarta: EGC.
World Health Organitation. (2017). Proposes working definitition of An older
person in world.

You might also like