You are on page 1of 3

Guru sebagai pemimpin di sekola

Pendidikan adalah cara memanusiakan manusia. Lebih tepatnya, bagaimana membuat manusia
itu seutuhnya menjadi manusia. Penulis mengambil kata "Seutuhnya" bukan berarti manusia itu
harus menjadi manusia yang sempurna bak malaikat karena sejatinya tidak ada manusia yang
bisa sempurna. Kata "Seutuhnya" disini lebih mengarah sebagai proses pendewasaan diri baik
melalui karakter dan pola pikir sesuai tuntutan zaman.

Di lingkungan sekolah, tugas untuk memanusiakan manusia itu diemban oleh seorang guru. Guru
memiliki peran penting sebagai pemimpin pembelajaran untuk mendidik peserta didik dengan
segala sumber daya yang ada dengan pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Ini selaras dengan pendapat Ki Hajar Dewantara dengan konsepnya Filosopi Pratap Triloka; Ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Melalui filosopi Pratap
Triloka ini, guru dapat mengaplikasikannya sebagai pemimpin pembelajaran untuk mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada murid dengan harap dapat membentuk pemimpin-pemimpin di
masa depan

Lalu, apa yang menarik dari tiga konsep Filosopi Pratap Triloka ini yang berkaitan dengan
pemimpin pembelajaran di sekolah?

Ing ngarsa sung Tulada yang artinya di depan membeli teladan. Guru harus menjadi contoh baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Contoh baik ini yang akan ditularkan kepada warga
sekolah melalui sikap baik guru itu sendiri. Komunikasi yang baik, menghargai pendapat, santun,
berpikir positif, dan toleransi adalah diantara beberapa sikap baik yang muaranya akan
menimbulkan budaya positif di sekolah. Guru juga berusaha menanamkan jiwa karakter
kepemimpinan kepada peserta didik dengan memainkan peran sebagai pemimpin dalam setiap
perilaku pembelajaran.

Ing madya mangun karsa yang artinya membangun kemauan. Guru bisa mengenali potensi-
potensi yang dimiliki peserta didik. Bagaimana potensi itu digali dan mampu diterapkan oleh
mereka. Guru tidak boleh sekalipun bersikap seolah-seolah "meremehkan apa yang dimiliki
peserta didik" melainkan "mampu melihat setiap potensi yang dimiliki peserta didik". Disamping
itu, guru membawakan pengaruh positif kepada sesama rekan sejawat untuk terus berprestasi dan
berkarya di lingkungan sekolah. Seperti kata Mas Menteri, Nadiem Makarim, mengungkapkan
bahwa "Guru yang baik adalah guru yang mampu mendorong dan memotivasi murid dan rekan-
rekan lainnya untuk mengeluarkan potensi terbaik yang mereka miliki."

Tut wuri handayani yang artinya di belakang memberi dorongan. Disini guru sebagai penuntun
murid berdasarkan kodratnya. Lalu, menambahkan nilai-nilai dengan karakter dan pengetahuan
yang guru miliki. Motivasi murid, adalah kuncinya untuk terus mengembangkan potensi yang
dimiliki murid.

Pada praktiknya, tidaklah mudah menjadi seorang guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran
di sekolah. Penulis katakan 'tidaklah mudah' namun bukan berarti 'tidak bisa'. Oleh karena itu
setiap pengambilan keputusan yang diambil, guru mampu menerapkan nilai-nilai yang ada di
dalam dirinya dengan berdasarkan pada paradigma dan prinsip dilema etika. Ada pemikiran yang
matang dan logika yang runtun di setiap permasalahan, karenanya didukung dengan sembilan
langkah pengambilan keputusan yang tepat.

Penulis melihat tentu guru pernah dihadapkan dengan kondisi dilema etika dan bujukan moral.
Dilema etika merujuk kepada kondisi dengan mempertimbangkan nilai benar vs benar; kondisi
dimana ketika seseorang dihadapkan dua pilihan yang secara moral atau nilai benar namun
bertentangan. Sedangkan, bujukan moral yakni kondisi dimana seseorang dihadapkan dengan
kondisi benar vs salah; kondisi yang jelas untuk membuat keputusan benar vs salah.

Ditambah lagi, dalam pengambilan keputusan perlu adanya coaching (bimbingan). Penulis
merefleksikan bahwa sebagai guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik kepada
murid untuk mengenali karakter dan emosional mereka. Menjadi komunikasi yang asertif
kuncinya. Banyak mendengar dan memberikan pertanyaan yang menuntun murid sendiri untuk
mengenali diri mereka dan membuat komitmen apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Cobalah untuk banyak meluangkan waktu untuk murid jika mereka sedang butuh 'hal untuk
didengar', lalu liat cerahnya wajah mereka jika guru tersebut mampu 'mendengar dan menuntun'
mereka dengan bahagia.

You might also like