You are on page 1of 59

HUKUM ACARA PIDANA

MUHAMMAD AGRA S. YUSUF, S.H.

Kejaksaan Negeri Tangerang Selatan


Tangerang selatan, Maret 2022
Hukum Acara Pidana
• Dasar Hukum:
• Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
• Kumpulan Undang-Undang mengenai Tindak Pidana Korupsi:
• UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
• UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;
• UU No. 30 Tahun 2001 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
• Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
• Dengan berlakunya KUHAP ini, maka Herzien Indonesisch
Reglement (HIR), dalam bahasa Indonesia Reglemen
Indonesia diperbaharui (RID) bagian pidana dinyatakan
tidak berlaku lagi.
• Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
• Undang-undang No. 8 tahun 2004 tentang Peradilan Umum.
Hukum Acara Pidana (2)
• Fungsi Hukum Acara Pidana:
• Mencari dan menemukan kebenaran;
• Pemberian keputusan oleh Hakim;
• Pelaksanaan keputusan oleh Jaksa.

• Ada 3 asas besar dalam Hukum Acara Pidana:


• Yang berkaitan dengan peranan;
• Yang berkaitan dengan keadaan peradilan;
• Yang berkaitan dengan penyelenggaraan.
Asas-Asas
Hukum Acara Pidana
1. Yang berkaitan dengan peranan:
• Prakarsa oleh Polisi/Jaksa.
• Asas-asas oportunitas.
• Hak untuk mengeyampingkan perkara demi kepentingan umum
• Kedua pihak wajib didengar keterangan-keterangannya oleh
Hakim.
• Acara pemeriksaan dalam sidang pengadilan dilakukan
dengan perdebatan lisan atau langsung.
• Keputusan Hakim wajib dilandasi dengan alasan-alasan yang
rasional obyektif, setelah mendengar kedua pihak termasuk
saksi a charge(yang meringankan) dan saksi a de charge (yang
memberatkan).
• Hakim bersifat aktif.
• Asas Akusator artinya pada asas akusator ini para pihak diakui
sebagai subyek dan kedudukannya sederajat, pemeriksaan
tidaklah bersifat rahasia (terbuka untuk umum). Tersangka
sudah dapat didampingi oleh Penasehat Hukum.
• Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
• Praduga tak bersalah (Presumption of innocence).
• Semua orang diperlakukan sama didepan hakim.
Asas-Asas
Hukum Acara Pidana
2. Yang berkaitan dengan keadaan Peradilan:
• Sidang pengadilan dilakukan terbuka untuk umum.
Keputusan Hakim harus selalu dinyatakan dengan pintu
terbuka. Ada pengecualian untuk anak dibawah umur dan
tindakan-tindakan asusila.
• Peradilan bertahap.
• Tingkat Pertama pada Pengadilan Negeri.
• Tingkat Banding pada Pengadilan Tinggi.
• Tingkat Kasasi pada Mahkamah Agung.

3. Yang berkaitan dengan penyelenggaraan:


• Peradilan diselenggarakan oleh Majelis Hakim (Ketua dan Anggota).
• Dilakukan oleh Hakim karena jabatannya yang tetap.
Alur Hukum Acara Pidana
06. Upaya Hukum
Hak terdakwa atau penuntut umum untuk 01. Peristiwa Pidana
tidak menerima putusan pengadilan yang
berupa perlawanan atau banding atau Simons: “perbuatan salah dan
kasasi, atau hak terpidana untuk melawan hukum yang diancam
mengajukan permohonan peninjauan pidana dan dilakukan seseorang
kembali, atau hak Jaksa Agung untuk yang mampu bertanggung jawab.”
mengajukan kasasi demi kepentingan
hukum dalam hal serta menurut cara yang 02. Penyelidikan
diatur dalam undang-undang
Serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan
05. Pemeriksaan
suatu peristiwa yang diduga
Sidang Pengadilan sebagai tindak pidana guna
- Praperadilan menentukan dapat atau tidaknya
- Surat Dakwaan – Eksepsi –Put Sela
dilakukan penyidikan menurut
- Pembuktian
- Tuntutan (Requisitoir) cara yang diatur dalam undang-
- Pledoi - Replik – Duplik undang
- Vonis Hakim : Bersalah, Bebas, Lepas 03. Penyidikan
04. Penuntutan Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
Tindakan penuntut umum untuk menurut cara yang diatur dalam undang-
melimpahkan perkara ke pengadilan negeri undang untuk mencari Serta mengumpulkan
yang berwenang dalam hal dan menurut bukti yang dengan bukti itu membuat terang
Cara yang diatur dalam hukum acara tindak pidana yang terjadi guna menemukan
pidana dengan pemintaan supaya diperiksa tersangkanya
dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan
PENYELIDIKAN
&
PENYIDIKAN
MUHAMMAD AGRA S. YUSUF, S.H.
Pasal 1 butir 5 KUHAP
Untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yg diduga sbg tindak
pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan.

Pasal 5 Ayat (1) KUHAP


Kewenangan Penyelidik dapat dibagi menjadi

Penyelidikan
2 (dua) bagian yaitu:
a. Kewenangan berdasarkan kewajiban
(hukum),
b. Kewenangan berdasarkan Perintah
Penyidik.

Penyelidikan ‘monopoli tunggal’ Polri


Walaupun didalam KUHAP tidak disebutkan Kejaksaan
sbg Penyelidik, namun dalam Keputusan Presiden
Nomor 86 Tahun 1999, Pasal 17 menyebutkan Kejaksaan
berwenang melakukan penyelidikan tindak pidana
korupsi.
Pasal 1 butir 2 KUHAP
Penyidikan lebih menekankan unt
mengumpulkan bukti-bukti dimana dgn bukti
tsb suatu peristiwa pidana dapat menjadi
terang & menemukan siapa pelaku TP tsb.

Kapan saat dimulainya Penyidikan? Penyidikan /


Penyidik dianggap telah memulai melakukan
penyidikan sejak ia menggunakan “Upaya
Paksa”, yaitu wewenangnya yang diatur dalam
Opsporing /
Pasal 7 Ayat (1) KUHAP yaitu Penangkapan,
Penahanan, Penggeledahan, Penyitaan, dan
Pemeriksaan. Investigation
Penyidik PNS (Pasal 6 ayat (1)b KUHAP)
Wewenang PPNS bersumber pada ketentuan
undang-undang pidana khusus yang menetapkan
pemberian wewenang penyidikan pada ketentuan
pidana yang diatur didalamnya.

Contoh: Bappebti, Bapepam,


Upaya Paksa/pembatasan hak
asasi seseorang/ @ segala bentuk tindakan yang
dpt dipaksakan oleh APH thd kebebasan bergerak
seseorang atau untuk memiliki dan menguasai suatu
barang, atau thd kemerdekaan pribadinya untuk tdk
mendapat gangguan thd siapapun.
1. Penangkapan;
2. Penahanan;
3. Penggeledahan;
4. Penyitaan; dan
5. Pemeriksaan.
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
1, Penghentian Penyidikan Yang Diatur Dalam Undang-Undang
Apabila tidak ditemukan kebenaran menurut hukum, dengan alasan:
▪ Tidak terdapat cukup bukti (Pasal 183 KUHAP);
▪ Peristiwa yang disangkakan bukan tindak pidana;
▪ Dihentikan demi hukum:
➢ Pasal 75 KUHP, pencabutan pengaduan dlm hal delik aduan
➢ Pasal 76 KUHP, nebis in idem
➢ Pasal 77 KUHP. tersangka meninggal dunia
➢ Pasal 78 KUHP. daluwarsa

2. Penghentian Penyidikan Di Luar Undang-Undang (Diskresi), Pasal 7 ayat


(1) huruf j KUHAP
Untuk membatasi penyidik melakukan diskresi maka harus
dipenuhi persyaratan bahwa tindakan yg dilakukan harus benar-benar
diperlukan, unt keperluan tugas sbg penegak hukum, hrs mencapai sasaran
atau tujuan hukum pidana, dan hrs wajar atau seimbang.
PRAPENUNTUTAN
& PENUNTUTAN
Prapenuntutan
Adalah tindakan jaksa (penuntut
umum) untuk memantau
perkembangan penyidikan
setelah menerima pemberitahuan
dimulainya penyidikan dari
penyidik, mempelajari atau
meneliti kelengkapan berkas
perkara hasil penyidikan serta
memberikan petunjuk guna
dilengkapi oleh penyidik untuk
dapat menentukan apakah berkas
perkara tersebut dapat
dilimpahkan atau tidak ke tahap
penuntutan.
Penuntutan Tindak Pidana
“ Tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke pengadilan
negeri yang berwenang dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam hukum acara pidana
dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan.”

(Pasal 1 angka 7 KUHAP)


PENUNTUTAN
Penuntut umum mempunyai wewenang, antara lain:

1. Membuat surat dakwaan;


2. Melimpahkan perkara ke pengadilan;
3. Mengajukan tuntutan pidana thd
bersalah tidaknya terdakwa;
4. Menghentikan penuntutan.
PENYERAHAN TERSANGKA DAN
BARANG BUKTI (TAHAP II)
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
• BA-15, BA-18 dan label BB
• Sprint Penahanan (T-7)
• Berita Acara Penahanan
• Tanda terima tersangka dan
barang bukti
PENERIMAAN BERKAS
TAHAP II
• Penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
• Penelitian Tersangka (BA-15):
• Identitas (mencegah error in persona);
• Keterangan tersangka dalam BAP
• Status tersangka (residivis atau bukan)
• Fungsi BA-15:
• Bahan pertimbangan untuk ditahan atau tidak;
• Alat bukti apabila tersangka mungkir di persidangan;
• Penelitian Barang Bukti :
• Barang bukti harus sama dalam surat-surat sbb (Surat
JAMPIDUM No.: B-401/E/9/1993 tgl. 8-9-1993 ):
• SP Penyitaan
• BA Penyitaan
• Permohonan ijin / persetujuan Penyitaan
• Ijin / Persetujuan Penyitaan
• Daftar Barang Bukti
• Resume
PELIMPAHAN PERKARA
KE PENGADILAN
Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri dengan permintaan agar
segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan (Pasal 143 KUHAP)
Surat pelimpahan perkara memuat hal-hal :
a. Membaca berkas perkara nomor register dan tanggal yang dibuat oleh penyidik
dalam perkara terdakwa (dengan identitas lengkap), penjelasan tentang tanggal
penahanan oleh penyidik dan penuntut umum, jenis tahanan.
b. Pertimbangan penuntut umum bahwa hasil penyidikan dapat dilakukan penuntutan
dengan dakwaan telah diancam dengan pidana sebagaimana diuraikan dan diancam
dengan pidana dalam pasal yang disebut dalam surat dakwaan. Pertimbangan
bahwa pemeriksaan perkara tersebut termasuk dalam wewenang pengadilan negeri
yang disebutkan nama pengadilan negerinya.
c. Dengan mengingat pasal 137 jo pasal 143 jo pasal 81 jo pasal 152 KUHAP
d. Penetapan untuk melimpahkan perkara terdakwa (disebut namanya) ke pengadilan
negeri (sebut nama pengadilan) dengan acara pemeriksaan biasa dan meminta
untuk segera mengadili perkara tersebut atas dakwaan sebagaimana dimaksud
dalam surat dakwaan yang dilampirkan.
e. Permintaan agar ketua pengadilan negeri menetapkan hari persidangan untuk
mengadili perkara tersebut dan menetapkan pemanggilan terdakwa dan saksi-saksi.
Di samping itu juga permintaan untuik mengeluarkan penetapan untuk menahan
terdakwa
f. Surat pelimpahan perkara diberi tanggal dan ditandatangani oleh penuntut umum
g. Turunan surat pelimpahan perkara disampaikan kepada penyidik, terdakwa atau
penasihat hukum.
PEMERIKSAAN
SIDANG PENGADILAN
PEMBACAAN DAKWAAN OLEH JPU

Fungsi Surat Dakwaan


1 Bagi Hakim
Merupakan dasar & sekaligus
2 Bagi JPU
Merupakan dasar pembuktian /
membatasi ruang lingkup analisis yuridis, tuntutan pidana,
pemeriksaan, dasar pertimbangan dan penggunaan upaya hukum.
dalam penjatuhan putusan.

Bagi Terdakwa/PH
3 Merupakan dasar untuk
mempersiapkan pembelaan.
Pasal 14 huruf d KUHAP
Penuntut Umum mempunyai wewenang
membuat Surat Dakwaan.

Pasal 137 KUHAP Dasar


PU berwenang melakukan penuntutan
terhadap siapapun yang didakwa melakukan
Pembuatan
suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya
dengan melimpahkan perkara ke Pengadilan
Surat Dakwaan
yang berwenang mengadili.

Pasal 140 Ayat (1) KUHAP


Pembuatan Surat Dakwaan dilakukan oleh Penuntut
Umum bila ia berpendapat bahwa dari hasil penyidikan
dapat dilakukan penuntutan.
Merupakan penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta
perbuatan terdakwa yg terungkap sebagai hasil
penyidikan dengan cara merangkai perpaduan antara
fakta-fakta perbuatan tersebut dengan unsur-unsur
tindak pidana sesuai ketentuan undang-undang pidana
ybs.
Bentuk Surat Dakwaan

Dakwaan Tunggal
Hanya satu tindak pidana yang Dakwaan Kumulatif
didakwakan
Digunakan apabila kpd terdakwa didakwakan
bbrp tindak pidana sekaligus & tindak pidana
Dakwaan Alternatif tsb masing2 berdiri sendiri (Concursus Realis)
Disusun atas beberapa lapisan yang satu
mengecualikan dakwaan pd lapisan yg lain Dakwaan Kombinasi / Gabungan
Mrpk perkembangan baru dlm praktik
i Subsidiair
Dakwaan sesuai dgn perkembangan di bid
Digunakan apabila suatu tindak pidana kriminalitas yg smakin variatif baik dlm
menyentuh bbrp ketentuan pidana, tp blm dpt bentuk maupun modus operandi yg
diyakini kepastian ttg kualifikasi & ketentuan digunakan
pidana yg lbh tepat dpt dibuktikan
Pertama
Primair Primair
Pasal 362
KUHP
“ATAU” Subsidiair Subsidiair “DAN”
Lbh Subsdr ATAU
Kedua
Persiapan Pembuatan Surat Dakwaan
01. Penelitian Berkas Perkara
06. Konsep Surat Dakwaan Difokuskan pada terpenuhinya
Matrik surat dakwaan yg telah kelengkapan formil & materiil, guna
tersusun mrpk esensi dakwaan mengetahui sejauh mana fakta2 hasil
yg berfungsi sbg kendali dlm penyidikan dapat mendukung
merumuskan konsep surat perumusan surat dakwaan beserta
dakwaan. upaya pembuktiannya.

05. Diskusi Surat


Dakwaan 02. Menelaah
Apabila ditemui keraguan Ketentuan Pidana
dlm pembuatan surat Guna menetapkan ketentuan
dakwaan, agar dipecahkan pidana yang paling mantap &
melalui dinamika kelompok tepat untuk diterapkan dalam
dlm bentuk diskusi dgn Surat Dakwaan.
jaksa senior.
04. Matrik Surat
Dakwaan 03. Pemilihan Bentuk
Flow chart: kualifikasi & ketentuan
Surat Dakwaan
pidana yg dilanggar, unsur2 tindak Bentuk surat dakwaan seperti
pidana, alat bukti yg mendukung apa yang paling tepat untuk
pembuktian setiap unsur pasal yg tindak pidana yg dilakukan
didakwakan, & barang bukti yg terdakwa.
melengkapi upaya pembuktian.
PEMBUKTIAN PIDANA OLEH JPU

Tujuan Pembuktian:
PENGERTIAN: TUJUAN PEMBUKTIAN:

 ARTI SEMPIT: DEPAN  TINDAK PIDANA APA YANG DILAKUKAN?


PERSIDANGAN  BAGAIMANA TINDAK PIDANA
DILAKUKAN?
 SIAPA YANG MELAKUKAN?
 ARTI LUAS: SEJAK PENYIDIKAN
 APAKAH PELAKU BERSALAH DAN
DAPAT MEMPERTANGGUNGJAWABKAN
PERBUATANNYA?
PERSIDANGAN PIDANA
5

4 PUTUSAN

REQUISITOIR – PLEIDOI
3 REPLIK-DUPLIK

2 PEMBUKTIAN: SAKSI2, SURAT, AHLI, K.TDW

1
EKSEPSI /JAWABAN/PUT.SELA

PEMERIKSAAN ID TERDAKWA,
PEMBACAAN S.DAKWAAN
SIDANG PEMBUKTIAN
Pemeriksaan
Pemeriksaan Tanggapan/
Silang oleh
SAKSI (+ Brg Pertanyaan
Hakim, JPU,
Bukti) Psl.160 Terdakwa
PH.

Pemeriksaan Pemeriksaan
Tanggapan/ AHLI (+ Brg
Silang oleh
Pertanyaan Bukti)
Hakim, JPU,
Terdakwa
PH.

Pemeriksaan Dinyatakan
Pemeriksaan
AB Ket. Ditutup oleh
AB SURAT
Terdakwa Hakim
SISTEM PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI
Negatieve Wettelijk Bewijs Theory
2 Alat Bukti yang sah + Keyakinan Hakim

KUHAP Pasal 183 jo.184 = Negatieve WBT


• Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana, kecuali setidaknya
berdasar 2 alat bukti yang sah, dan dari AB sah tersebut
menimbulkan keyakinan hakim bahwa Terdakwa bersalah.
• In France = Conviction La Raisonee

ALAT BUKTI PASAL 184 KUHAP:


a. KET. SAKSI,
b. KET. AHLI,
c. SURAT,
d. PETUNJUK,
e. KET. TERDAKWA
ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI:
SYARAT SAH DAN PENGECUALIAN

 Syarat Sahnya:
1. Syarat Formil
(Psl 160, 171, 185)
2. Syarat Materil
(Psl. 1 butir 26- 27)

 Pengecualian:
1. Absolut (Psl.171)
2. Relatif
(Psl. 168 jo.169 & 170)
ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI
MACAM / KATEGORI:

1. Deskundige: Arsitek,
Ahli ekonomi, Ahli Pajak
2. Getuige Deskundige:
Dokter Forensik
3. Zaakundige: Ahli Racun
/ Balistik
TATA CARA PEMERIKSAAN AHLI

Identitas • Sesuaikan dengan BAP


Ahli atau ID

Sumpah • Sesuai dengan agama


/keyakinan

Pertanyaan • MH / JPU
/ PH
PERTANYAAN AHLI (DARI JPU)

4 Tanggapan
Terdakwa
3
PH/Terdakw
a
2

JPU
1

MH
PERTANYAAN AHLI (DARI TERDAKWA)

Tanggapan
PH MH JPU
TDW
ALAT BUKTI SURAT

 Pengertian:
Pasal 187 KUHAP

 Kategori:
1. Resmi (Psl.187 a,b,c)
2. Tak Resmi (Psl 187 d)

Kekuatan Pembuktian?
PEMERIKSAAN SURAT / BARANG BUKTI

Pasal 181 KUHAP


• Hakim Ketua Sidang memperlihatkan kepada
Terdakwa segala barang bukti dan menanyakan
kepada Terdakwa apa terdakwa mengenal benda
tersebut;
• Jika perlu diperlihatkan juga kepada saksi;
• Atau hakim ketua membacakan BB / BAP / Surat
kepada Terdakwa / Saksi dan meminta keterangan
atas Surat / BB tersebut.
ALAT BUKTI PETUNJUK
• Pengertian:
Pasal 188 ayat (1) KUHAP

• Sumber Petunjuk:
Pasal 188 ayat (2).

• Penilaian Alat Bukti Petunjuk:


Pasal 188 ayat (3)
ALAT BUKTI KETERANGAN TERDAKWA

1. Pengertian: Pasal 189 Ayat (1) KUHAP


2. Isi Keterangan Terdakwa:
Sangkalan (sebagian atau seluruhnya)
Pengakuan (sebagian atau seluruhnya)
3. Syarat Keterangan Terdakwa: Pasal 189 Ayat (1)
4. Keterangan Terdakwa di Luar Sidang: 189 (2)
5. Pengakuan Terdakwa: Psl 189 (3),(4) KUHAP
PEMBACAAN REQUISITOIR OLEH JPU

Fungsi Surat Tuntutan

1
Bagi Hakim
Menjadi bahan atau memberi
corak terhadap putusan yg akan
2 Bagi JPU
Sebagai landasan apakah
terdakwa dituntut pemidanaan,
dijatuhkan
Menjadi bahan penilaian thd
atau pelepasan dr segala tuntutan
fakta2 yg ditemukan unt menjadi hukum, atau pembebasan.
bahan keyakinannya. Sebagai tolak ukur perlu atau
tidaknya melakukan upaya hukum.
Bagi Terdakwa/PH
3 Menjadi bahan terdakwa/PH dlm mempersiapkan pembelaannya agar
ia dapat mencounter argumentasi yg dibuat oleh Penuntut Umum
dlm tuntutannya apabila dirasa tdk memenuhi rasa keadilan.
Pasal 182 (1) KUHAP
Setelah pemeriksaan persidangan perkara
pidana di depan pengadilan dinyatakan
selesai, JPU mengajukan tuntutan pidana.

Apakah semua jenis perkara


disertai surat tuntutan? Kapan Surat
Dalam praktik, perkara tindak pidana ringan
(tipiring) JPU langsung memajukan tuntutan
Tuntutan
pidana kepada hakim tanpa membuat surat
tuntutan, & tuntutan pidana cukup ditulis dlm dimajukan?
formulir yg ada.

Surat tuntutan memuat bagian-bagian mana dari


ketentuan2 pidana yg didakwakan thd terdakwa yg telah
terbukti & disertai penjelasan dari setiap unsur delik yg
didakwakan & dgn demikian surat tuntutan adalah tindak
lanjut pemenuhan dakwaan sekaligus gambaran dari
tuntutan hukuman yang akan dimintakan kpd hakim.
SISTEMATIKA SURAT TUNTUTAN
▪ KEPJA No.518/A/JA/11/2001 tanggal 1 Nopember
2001, sedapat mungkin sistematika surat tuntutan
itu berisi:
1. Pendahuluan;
2. Identitas terdakwa;
3. Dakwaan;
4. Fakta-fakta persidangan;
5. Fakta hukum;
6. Analisa yuridis;
7. Kesimpulan;
8. Tuntutan;
9. Penutup.
UPAYA HUKUM
PIDANA

Putusan Pengadilan adalah....
Pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka,yg dapat berupa
Pemidanaan atau bebas atau lepas dari
Segala tuntutan hukum dalam hal serta
Menurut cara yang diatur dlm UU ini.”
-Pasal 1 butir 11 KUHAP-

32
PUTUSAN PEMIDANAAN

Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh


hakim jika ia telah memperoleh
keyakinan, bahwa terdakwa melakukan
perbuatan yang didakwakan dan ia
menganggap bahwa perbuatan dan
terdakwa dapat dipidana
PUTUSAN BEBAS
Putusan bebas (Vrijspraak), Pasal
191 (1) KUHAP
• Tidak terbukti adanya kesalahan
• Tidak adanya 2 alat bukti
• Tidak adanya keyakinan hakim
• Tidak terpenuhinya unsur tindak
pidana
PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA
TUNTUTAN HUKUM

Putusan Lepas dari segala


tuntutan hukum (onslaag van alle)
Pasal 191 (2) KUHAP
• Terbukti tetapi bukan tindak
pidana
UPAYA HUKUM
1. Biasa 2. Luar Biasa
• Verzet (upaya • Kasasi demi
hukum terhadap kepentingan
putusan eksepsi) hukum
• Banding (upaya
hukum terhadap • Peninjauan
putusan Kembali
pemidanaan)
• Kasasi
BANDING
Upaya banding dapat diajukan oleh
terdakwa/penasihat hukumnya atau oleh PU
karena tidak puas dengan putusan PN
Tidak ada pengaturan yang jelas mengenai
alasan pengajuan banding.
Pengecualian banding:
• Putusan bebas
• Lepas dari segala tuntutan hukum
berkenaan dengan kurang tepatnya
penerapan hukum
• Putusan dalam acara cepat
KASASI
Menurut perundang-undangan Belanda
ada tiga alasan pengajuan kasasi:
• Terdapat kelalaian dalam hukum acara
(vormverzuim)
• Peraturan hukum tidak dilaksanakan
atau ada kesalahan
• Tidak melaksanakan cara melakukan
peradilan sesuai undang-undang
KASASI DEMI KEPENTINGAN HUKUM

“Kasasi demi kepentingan


hukum hanya diajukan oleh
Jaksa Agung demi
kepentingan hukum dan tidak
merugikan pihak manapun.
(Pasal 259 KUHAP)”
PENINJAUAN KEMBALI (PK)

Permintaan PK dapat dilakukan dengan dasar


alasan:
1. Keadaan baru (Novum) yang seandainya
keadaan itu diketahui pada saat sidang
berlangsung dapat menjatuhkan putusan
bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum atau meringankan terdakwa
2. Adanya pertentangan alasan antara putusan
satu dengan yang lainnya
3. Kekhilafan hakim atau kekeliruan yang
nyata
PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM DAN
PENGAWASAN PUTUSAN HAKIM
KUHAP mengatur pelaksanaan
putusan pengadilan pasal 270 – 276:
• Putusan pengadilan oleh Jaksa
• Pidana mati
• Pidana berturut-turut
• Pidana denda
• Pengaturan barang bukti yang
dirampas oleh negara
• Ganti kerugian
• Biaya perkara
• Pidana bersyarat
GANTI RUGI
& REHABILITASI
Pengertian Ganti Rugi &
Rehabilitasi

“Ganti Rugi dan Rehabilitasi


disebabkan oleh penangkapan,
penahanan dan atau penuntutan
yang tidak sah tercantum dalam
UU Pokok Kekuasaan Kehakiman”
–Pasal 9-
GANTI KERUGIAN:
Ganti Rugi & Rehabilitasi Hak seseorang unt
mendapatkan pemenuhan atas
tuntutan yg berupa imbalan
sejumlah uang krn ditangkap,
ditahan, dituntut atau diadili
tanpa alasan berdasarkan UU
(Psl 1 butir 22 KUHAP)
REHABILITASI:
Seseorang berhak memperoleh
rehabilitasi apabila oleh
pengadilan diputus bebas atau
diputus lepas dari segala tuntutan
hukum yg putusannya telah
inkraht.
PRAPERADILAN
& KONEKSITAS
Pengertian Praperadilan

“Adalah salah satu kewenangan


pengadilan untuk pengawasan
horisontal atas penerapan upaya
paksa oleh Polisi/PPNS dan Jaksa,
penghentian penyidikan atau
penuntutan, ganti rugi dan
rehabilitasi” –Pasal 77-83 KUHAP-
Perkara Koneksitas (Pasal 89, 94 KUHAP)

“Adalah tindak pidana yang dilakukan


bersama-sama oleh mereka yang
termasuk dalam lingkungan peradilan
umum dan peradilan militer”
–Pasal 89 Ayat (1)KUHAP-
Penyidikan Perkara Koneksitas:
1. Penyidik Polri.PPNS terterntu;
2. Polisi Militer;
3. Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi

Wewenang Mengadili:
- Jika titik berat kerugian yg ditimbulkan oleh
TP itu terletak pd kepentingan militer, maka
diadili oleh pengadilan dlm lingkungan
peradilan militer, yaitu pengadilan militer /
Perkara
-
mahkamah militer;
apabila terjadi perbedaan pendapat antara
Jaksa dengan Oditur Militer ttg pengadilan
Koneksitas
yg berwenang mengadili, diputus oleh JA
bersama dengan Oditur Jenderal.

Penuntutan Perkara Koneksitas


Apabila perkara diajukan unt diadili di PN, maka BA yg
dibuat tim tetap oleh PU dibubuhi catatan bahwa BA tsb
telah diambil alih olehnya, dan oleh PU dibuatkan Surat
Dakwaan unt kemudian dilimpahkan ke PN/
Trims*

* Terima kasih

You might also like