You are on page 1of 15

ESSAY KESEHATAN GLOBAL

MULTI PARADIGMA VAKSINASI COVID-19

Oleh :
Kelompok11
1) Aannisah Fauzaania 10012682125045
2) Kurnia Aini 10012682125078
3) Dinda Andini Putri 10012682125081
4) Riana Agny betry 10012682125089
5) Imat Rahmatilah 10012682125047
6) Gusrinety 10012682125064
7) Maisaroh10012682125027

Dosen Pengampu :
Najmah, SKM., MPH., Ph. D

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Vaksinasi Covid 19, Paksaan Atau Kesadaran?

(Perspektif Penyebab Keraguan Masyarakat Terkait Vaksinasi Covid-19)

Aannisah Fauzaania
(10012682125045)

Vaksinasi Covid-19 ternyata masih membawa sederet keraguan di hati masyarakat


Indonesia. Sejak awal dipublikasi oleh pemerintah pusat, tak sedikit ungkapan penolakan dari
masyarakat yang terang-terangan disampaikan baik secara langsung maupun melalui media
sosial. Tak hanya penolakan, berbagai teori konspirasi pun akhirnya kemudian ikut bermunculan
sehingga semakin meningkatkan keraguan publik untuk percaya dan mau divaksin. Dalam
sebuah obrolan ekslusif bersama beberapa tetangga di kompleks perumahan saya, mereka bahkan
berpikiran untuk mencari cara agar tidak perlu divaksin sebab keyakinan yang kuat bahwa
kesehatan dan kematian telah digariskan dengan takdir Tuhan. Sebagian lainnya mengatakan
bahwa jika memang kartu vaksin harus menjadi syarat administrasi seluruh kepengurusan
identitas, maka mereka bersedia untuk membayar saja agar tetap bisa mendapatkan kartu vaksin
namun tanpa harus diinjeksi cairan yang belum jelas isi kandungan dan dampaknya.

Pandemi ini merupakan masalah kita bersama. Kenyataan yang harus diterima dengan
saling berlapang dada, serta upaya pemulihan dan perbaikan yang harus ditopang seluruh elemen
bangsa. Ya, Pandemi COVID 19 dengan ribuan kasus terdeteksi memang sangat berpengaruh
dan semakin menambah beban morbiditas dan mortalitas negara secara signifikan bagi Indonesia
di seluruh sektor, khususnya kesehatan dan ekonomi. Sejak awal muncul, COVID-19 terdeteksi
telah menyebabkan lebih dari 43.140.173 kasus yang konfirmasi dan lebih dari 1.155.235
kematian pada 25 Oktober 2020. Jumlah ini tentu bukan total kasus yang bisa dianggap remeh,
tingginya lonjakan kasus ditambah lagi dengan peningkatan mortalitas secara berkala membuat
Indonesia bahkan seluruh dunia menderita kepanikan global saat di awal-awal Covid-19 muncul.
Sebagai langkah konkrit intervensi penanggulangan penyebaran corona virus, pemerintah
Indonesia kemudian menyiapkan Vaksin COVID-19. Pemerintah Indonesia disebut telah
membuat peta jalan untuk vaksinasi COVID-19 yang akan diupayakan agar dapat segera tersebar
merata. Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa rencana vaksinasi COVID-
19 di Indonesia akan dilaksanakan dalam dua periode. Selain itu, akses dan distribusi vaksin
yang merata dalam skala besar dan adil untuk masyarakat dipastikan menjadi prioritas ketika
tersedia vaksin yang aman dan efektif. Ketersediaan ini sekaligus untuk meningkatkan derajat
kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap proses vaksinasi untuk menekan angka penyebaran
covid-19 yang terus melonjak. Distribusi vaksin yang selalu tersedia akan memberikan sebuah
paradigm bahwa pemerintah Indonesia memang serius dalam menangani permasalahan pandemi
di Indonesia ini.

Namun, bersamaan dengan tekad kuat pemerintah untuk mendistribusikan vaksin secara
merata, dalam sejumlah literatur review ditemukan bahwa terdapat keraguan yang kuat bagi
masyarakat terhadap kesediaan diri untuk divaksin. Padahal keraguan masyarakat dalam
penerimaan vaksinasi COVID-19 dapat menjadi penghambat upaya global dalam mengendalikan
Pandemi. Lantas, mengapa banyak keraguan terkait pelaksanaan vaksin muncul di tengah-tengah
masyarakat? Tulisan ini akan membahas faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi keraguan
masyarakat terhadap kesadaran dan kesediaan untuk menerima vaksinasi COVID-19.

Maraknya informasi hoax dan minimnya pengetahuan terhadap urgensi vaksin saat ini
menjadi fokus penyebab utama terhadap munculnya beragam keraguan masyarakat. Padahal,
penyebaran informasi yang salah melalui berbagai saluran dapat berdampak besar pada
penerimaan vaksin COVID-19. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes RI Siti Nadia
Tarmizi menyatakan hasil survei sebanyak 33 persen responden belum yakin bahkan menolak
vaksin sebagai upaya pencegahan COVID-19. Sementara itu, sejumlah masyarakat menyebutkan
kekhawatiran terhadap isi kandungan vaksin serta tidak mengetahui dan tidak percaya bahwa
vaksin dapat mengurangi angka penyebaran COVID-19. pemberitaan bahwa vaksin COVID-19
tidak mengandung boraks dan formalin. Salah satu portal berita juga menyebutkan bahwa berita
tersebut masuk ke dalam daftar hoax vaksin. Pihak produsen pun menyatakan bahwa vaksin
diproduksi tidak menggunakan pengawet serta bahan lain misalnya boraks, formalin atau
merkuri.
Faktor lain yang juga berpengaruh kuat terhadap rendahnya target cakupan vaksinasi
COVID-19 ialah masyarakat masih percaya dengan teori konspirasi elite global yang
menyebutkan bahwa kewajiban untuk melakukan vaksinasi dibuat bukan sebagai upaya
penanggulangan pandemi, namun hanya sebagai upaya untuk menarik keuntungan pribadi secara
korporasi bagi elite global. Dalam scenario yang dijelaskan oleh teori konspirasi, pemerintah
menjalin kerja sama secara tersembunyi dan hanya diketahui pihak internal dengan Negara
tertentu untuk membantu menyebarkan virus di tengah masyarakat. Pasca masyarakat kemudian
tumbang akibat banyaknya jumlah morbiditas akibat virus, Negara tertentu tersebut kemudian
membuat vaksin sebagai obat dan menawarkan diri kembali sebagai pemasok vaksin. Vaksin
kemudian dibeli dan diedarkan untuk masyarakat. Dari scenario tersebut, uang hasil keuntungan
kemudian dibagikan sama rata pada seluruh elit global pemiliki teori konspirasi.

Hal ini berkaitan pula dengan fenomena yang terjadi di sebuah kota beberapa waktu lalu.
Disebabkan oleh tingginya keraguan masyarakat terhadap penerimaan vaksin covid
menyebabkan minimnya jumlah pendaftar vaksin. Sementara itu, beberapa bulan setelahnya
pasca pemberitahuan bahwa kartu vaksin menjadi syarat khusus administrasi publik akhirnya
membuat ratusan orang kemudian mau menghadiri vaksinasi massal yang diadakan di sebuah
sekolah di Kota Pempek. Saat pelaksanaan berlangsung, saya memperhatikan bahwa petugas
memang disiapkan untuk dibagi dalam bebrapa titik poin agar ada yang mengarahkan
masyarakat dari mulai datang, proses pendaftaran, vaksinasi, hingga pencatatan hasil vaksin. .
Namun, banyaknya masyarakat yang hadir tanpa mendaftar dahulu sebelumnya juga membuat
volume petugas yang melayani menjadi tidak seimbang. Alih-alih menyusun kursi pengunjung
secara zig zag agar dapat menerapkan social distancing secara optimal namun akibat banyaknya
masyarakat yang hadir kerumunan manusia tentu tak dapat dielakkan lagi.

Saat menghampiri beberapa orang, mereka menjawab jika tak cepat maka vaksin
dikhawatirkan akan habis dan harus menunggu lama kembali untuk mendapatkannya. Hal ini
yang kemudian menjadi pertanyaan baru bagi kita, apakah keraguan masyarakat yang
sebelumnya terjadi disebabkan oleh kekhawatiran terhadap isi vaksin hilang begitu saja sebab
tertutup oleh tuntutan keharusan adanya kartu vaksin? Jika kita telaah lebih mendalam, kejadian
ini tentu tak lepas dari kurangnya komunikasi yang berkesinambungan serta edukasi urgensi
vaksin yang ternyata belum dapat diterima dengan baik sepenuhnya selama ini. Mungkin
memang ada sebagian masyarakat yang mengerti dan memahami hakikat vaksinasi. Namun, tak
sedikit pula jumlah masyarakat awam yang hanya mengetahui bahwa vaksin adalah obat covid
dari luar negeri sehingga pantas dicuigai. Tak sedikit pula pola pikir satu orang yang primitive
kemudian berhasil mempengaruhi seluruh anggota keluarganya agar menolak untuk divaksin.
Akibatnya, setelah Covid-19 berhasil mnyerang, sekeluarga tersebut mesti menjalani isolasi
mandiri secara keseluruhan agar tak menjangkit ke tetangga yang ada disekitarnya.

Pada kesimpulannya, keraguan yang kuat bagi masyarakat terhadap kesediaan diri untuk
divaksin dapat berdampak signifikan bagi upaya dunia dalam pengendalian pandemi. Keraguan
untuk menerima vaksin yang berkembang di tengah masyarakat disebabkan oleh sejumlah faktor
antara lain: salah persepsi, kecemasan sebab khawatir isi kandungan vaksin, faktor ekonomi,
ketidaktahuan terhadap urgensi vaksin, dan munculnya laporan tentang penyakit autoimun
setelah vaksinasi. Berbagai poin keraguan untuk menerima vaksin ini kemudian dikoarkan secara
berkala sehingga menyebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat akhirnya menurun lebih
curam lagi. Publik secara luas pasti merasa ketakutan dan dalam lingkup yang lebih dekat akan
menimbulkan rasa tidak percaya yang kuat terhadap tata kelola pemerintah pusat terkait
penanganan pandemic ini.

Berdasarkan sejumlah faktor di atas, oleh karena itu diperlukan perbaikan kembali
terhadap proses komunikasi dan penyebarluasan informasi yang akurat dan intens terkait
pentingnya vaksin COVID-19 antara petugas kesehatan dan masyarakat. Saluran dan channel
official terkait COVID-19 perlu dibentuk secara khusus di setiap wilayah sebagai information
centre sekaligus sumber terpercaya yang dapat diakses secara transparan kapan saja oleh
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan sejumlah kader juga perlu untuk
mulai diimplementasikan agar masyarakat memiliki rasa tanggung jawab untuk berkontribusi
dalam meningkatkan derajat kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan, maupun
komunitasnya. Pemberdayaan masyarakat dapat digunakan sebagai poin kunci yang urgent
dalam menangani masalah kesehatan di daerahnya. Petugas kesehatan bekerjasama dengan tokoh
masyarakat setempat membuat kebijakan bahwa salah satu langkah konkrit dalam menjaga
bangsa untuk kembali sehat ialah dengan berkontribusi terhadap upaya pencegahan dan
penekanan penyebaran covid-19 melalui dukungan dalam proses vaksinasi.
NAMA : MAISAROH
NIM : 10012682125027
TUGAS SESI : 5 SORE
DOSEN PENGAMPU : DR. NAJMA IDRIS, MPH. Phd
JUDUL ESSAY: MENGAPA MASYARAKAT ANTUSIAS DI VAKSINASI
COVID-19

Pada awal maret 2020virus Copid-19 masuk ke Indonesia, rasa takut mencekam di
pikiran saya karena takut terinfeksi Copid-19,profesi saya adalah tenaga kesehatan setiap hari
melayani pasien secara langsung dan terus menerus kontak sama mereka, dari pasien yang sakit
dengan keluhan macam-mcam yaitu demam, Ispa, batuk filek ringan dan berat, gejala tersebut
tetap dilayani, namun ada rasa khawatir saya akan risiko yang bakal terjadi, atau mungkin saja
saya sudah terpapar, itulah kekhawatiran utama saya, cepat atau lambat kemungkinan saya pasti
tertularkan oleh virus tersebut, mengapa demikian, karena yang namanya virus adalah cepat
sekali menyebar dan menular siapa saja baik secara langsung maupun tidak langsung, virus juga
tidak terlihat dengan kasat mata, secara psikologis, rasanya berat sekali dengan segala risiko
yang terjadi dalam pekerjaan sebagai tenaga kesehatan, rasa takut ini adalah hal manusia.

Di tengah masa pandemi Copid-19, saya sebagai tenaga kesehatan harus bekerja
profesional dalammenjalani tugas dan tanggung jawab saya, karena kita sebagaipelayanan publik
pasukan garda terdepan yang beresiko tinggi harus bekerja keras yaitu harus kuat, harus sehat,
harus hebat dan harus ikhlas melayani pasien karena tidak ada pilihan lain yang ada hanya
bekerja dalam situasi berisiko tinggi dalam menjalani tugas sebagai nakes ditengah masa
pandemi virus Copid-19 ini, Jadi sekarang ini bukan situasi yang baik-baik saja yang melanda
pikiran setiap manusia yaitu dari tenaga kesehatan , non kesehatan, Pemerintah dan Swasta,
bahkan seluruh dunia.

Kemudian hari terus berlalu dengan rutinitas tetap berjalan lancar di tengah pandemi
Copid-19semua teman-teman tanpa mengenal lelah dan tanpa mengenal waktu, rangkaian
kegiatandi Puskesmas tetap dijalani sesuai tugasnya masing-masing dengan protokol kesehatan
yang diutamakan. Pada bulan desember akhir tahun 2020 ada kabar gembiramengenai vaksin
Copid-19 yaitu dari negara Cina yang memproduksinya. Walaupun negara kita Indonesia
menginfor vaksin tersebut, itu adalah bagian uasaha dan langka Pemerintah kita sebagai
solusinya bahwa pembelian vaksin tersebut mempertimbangkan keamanan dan mutu yang mana
vaksinasi ini sudah di rekomendasi dari WHO. Mengenai Vaksin ini, Pemerintah Indonesia akan
memberikannya ke pada seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat luas, kabar baik ini sangat
menyenangkan bagi kita semua karena ada langka dan upaya pemerintah dalam
penanggulanganVirus Copid-19 yang cepat menyebar, namun vaksin Copid-19 ini semua adalah
langka yang tepat pemerintah untuk menyelamat nyawa manusia di Tanah air tercinta Indonesia
Raya. Pelaksanaan vaksinasi secara Nasional di Indonesia telah dimulai Launching yaitu oleh
Presiden RI dan perangkatnya, dilanjuttenaga kesehatan mendapatkan jatah vaksinasi tahap awal,
diikuti petugas publik esensial, kemudian lanjut masyarakat umum lainnya secara gratis. Sejak
awal pelaksanaannya, program vaksinasi ini, semua mendapatkan perhatian khalayak luas
dengan harapan program vaksinasi ini adalah bisa mendapat kekebalan Immunitas dari dalam
tubuh terhadap serangan Virus Copid-19.
Awal pelaksanaan Vaksin Copid-19di Puskesmas tempat saya bertugas diberikan untuk
umum, program tersebut, masih banyak pertanyaan yang ada di benak mereka mengenai
vaksinasi Covid-19,masyarakat merasa takut. Mengapa masyarakat takut di vaksinasi copid-
19karena kurang percaya isi kandungan Vaksin Copid-19 dan juga takut efek sampingnya. Tetapi
sebagai nakes kita harus bisa meyakini masyarakat tentang vaksinasi manfaat dan kegunaan
vaksin tersebut.
Pada awal kegiatan sosialisasi berjalan pada program promosi kesehatantentang, kita
mengenal dengan mereka adalah pengertian Imunisasi yaitu  suatu upaya pembentukan
kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terkena penyakit
yang sama, tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan . Vaksin adalah produk biologis
yang berisi antigen yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
atau kekebalan tubuh secara aktif terhadap penyakit tertentu , maka dari itu masyarakat tahu dan
mengerti betapa pentingnya divaksin copid-19 sehingga mereka termotivasi dan terbuka
pikirannya, setelah itu mereka sadar dan barulah datang beramai-ramai ke puskesmas
untukvaksinCopid-19, mereka sangat antusias, semangat sekali mengikuti rangkaian jalannya
vaksinasi, dari mengambil nomor antrian, menunggu dengan sabar dari pagi sampai sore proses
berjalannya vaksisnasi, ada yang ketiduran di teras puskesmas, ada yang menunggu di bawah
tenda yang telah di sediakan kursi oleh pihak puskesmas, kemudian pada pelaksanaan vaksin di
berikan ada tahapan yang harus di jalani dari menyerahkan KTP sebagai administrasi awal
pendaftaran berjalan ONLINE, kemudian lanjut ke meja dua untuk di anamnese sebagai syarat
untuk dilanjut meja ke 3 yaitu meja pelaksanaan vaksinasi, kemudian meja empat, yaitu
menunggu hasil kartu vaksin keluar atau selesai, warga di istirahat sebagai observasi pasca
vaksinasi minimal setengah jam kemudian sembari kartu vaksin selesai, warga di persilahkan
pulang kerumah mereka masing-masing.Tenaga kesehatan merasa kewalahan kelelahan dalam
melayanivaksinasi tersebut, karena banyak dan terus menerus tetapi semuanya berjalan lancar
dan tertib.
Fenomena yang terjadi sekarang yaitu pandemi virus copid-19 yang menyebar begitu
cepat sekali membuat banyak nyawa melayang, sehingga dengan adanya program pemerintah
dalam memberikan vaksinasi copid-19kepada masyrakat Indonesia adalah bertujuan untuk
menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity), agar semua warga masyarakat menjadi lebih
sehat dan produktif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya tanpa ada gangguan sehingga
dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Mengapa masyarakat antusias untuk divaksinasi copid-19 antara lain yaitu dipengaruhi
beberapa faktor yaitu karena mereka mau hidup sehat dan terlindungi dari virus copid-
19.Kemudian mereka tidak mau sakit akibat copid-19, mereka mau hidup normal seperti sebelum
ada copid-19 yaitu bisa keluar masuk daerah atau bepergian bisa liburan, bisa silaturahmi dengan
keluargayang jauh, kalau lebaran bisa saling mengunjungi dan mudik, lebaran bisa sholat
berjamaah dimasjid kemudian banyak lagi manfaatnya yaitu sebagai syarat dalam administrasi
lainnya.
Berharap semoga copid-19 cepat hilang dimuka bumi ini, dan kepada pemerintah semoga
target dan capaian pelayanan vaksin copid-19 cepat selesai 100 persen dan berjalan dengan
lancar agar kita bisa hidup sehat dan juga kepada masyarakat selalu menjaga protokol kesehatan
dan berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu PHBS.upaya perlindungan yang bisa kita lakukan
adalah disiplin 3M : Mencuci tangan dengan sabun, Memakai masker dengan benar, serta
menjaga jarak dan jauhi kerumunan.
Pada kesimpulannyaPada awal maret 2021 Copid-19 masuk ke Indonesia rasa takut
mencekam. Pada akhir tahun 2020 ada kabar gembira dan pemerintah ada solusinya bahwa
Vaksinasi akan di berikan seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat luas, kabar baik ini sangat
menyenangkan bagi kita semua karena ada langka dan upaya pemerintah dalam penanggulangan
Virus Copid-19 yang cepat menyebar, pemberian vaksin copid-19 ini diberikan kepada
masyarakatsecara gratis. Masyarakat beramai-ramai datang ke Puskesmas untuk divaksin mereka
sangat antusias dan semangat, pelayanan vaksinasi copid-19 semuanya berjalan lancar. program
pemerintah dalam memberikan vaksinasi copid-19ini adalah dengan tujuan untuk menciptakan
kekebalan kelompok (herd immunity) agar masyarakat menjadi lebih produktif dalam
menjalankan aktivitas kesehariannya dan mengurangi dampak yang ditimbulkan. Fakato-faktor
yang mempengaruhi masyarakat mengapa mereka antusias untuk divaksinasi copid-19 adalah
ingin hidup sehat dan terlindungi dari virus copid-19, tidak mau sakit akibat copid-19, mereka
mau hidup normal, bisa silaturahmi dengan keluarga yang jauh, dan juga bisa sebagai syarat
dalam administrasi lainnya.Kita berharap dan berusaha semoga copid-19 cepat hilang dimuka
bumi ini.
VAKSINASI COVID-19 PADA SUKU ANAK DALAM (SAD) BATIN IX DESA BUNGKU
KECAMATAN BAJUBANG
KABUPATEN BATANG HARI PROVINSI JAMBI
GUSRINETY

NIM.10012682125064

Covid-19 adalah pandemi yang berlangsung sejak akhir2019 dan masuk ke Indonesia sejak awal
2020. Di Indonesia Tingkat kejadian kasus meningkat di awal Maret. Semua pihak bekerja keras untuk
memutus rantai penyebaran virus covid-19. Beberapa langkah telah dilambil seperti melakukan gerakan
3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak yang kemudian menjadi 5M yaitu
ditambah dengan mengurangi mobilitas serta menghindari kerumunan. Pemberlakuaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB)pada April 2020 berlaku di Jakarta dan berlanjut menjadi PSBB Transisi yang
melibatkan beberapa provinsi serta beberapa kota besar guna menekan peningkatan kasus karena
karantina wilayah dianggap kurang efektif. Pada tahap lanjut upaya pemutusan rantai ini semakin ketat
dengan ada nya PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ) Darurat serta PPKM level 4
sampai tahun 2021 ini.

Angka kesakitan dan kematian yang tinggi membuat gerakan pencanangan vaksinasi massal
kepada seluruh masyarakat semakin di kejar kesiapannya.Pada awal Tahun 2021 Vaksinasi mulai
dicanangkan untuk menekan laju penyebaran virus yang semakin tinggi. Nakes menjadi sasaran target
awal dari vaksinasi karena merupakan garda terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien-pasien
yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.Selanjutnya sasaran
vaksinasi adalah TNI dan POLRI yang juga memiliki peran yang tinggi dalam lintas sektor saat bertugas
dimasa pandemi,danterus berlanjut kepada pelayan publik lainya serta masyarakat umum,lansia, Ibu
Hamil dan anak usia 12 tahun keatas.Vaksinasi dilakukan dengan admistrasi yang teratur dan terukur
yaitu dengan menggunakan NIK ( Nomor Induk Kependudukan) yang tertera di KTP (Kartu Tanda
Penduduk) atau KK (Kartu Keluarga). Namun tidak semua penduduk indonesia memiliki NIK dan KK,
sehingga data tidak dapat di entri dan akan mengacaukan hasil data capaian. Pada 27 Juli 2021 Presiden
Joko Widodo meminta pihak berwenang untuk menghilangkan hambatan seperti kurangnya NIK untuk
populasi rentan negara, termasuk suku asli, dengan melakukan entrian manual sehingga membuat tim
vaksinator segera menetukan langkah vaksinasi kepada SAD (Suku Anak Dalam).

Suku Anak Dalam Batin IX( SAD Batin IX )Merupakan suatu komunitas adat terpencil yang
mendiami pedalaman hutan Desa Bungku Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi.
Keberadaannya yang minoritas membuat kelompok ini semakin terasing. Kehidupan
Melanggu( berpindah untuk berkebun) yang masih dijalani membuat kelompok ini minim dengan
informasi karena jarang berkontak dengan dunia luar. Jumlah merekapun tidak dapat dipastikan karena
berada dibawah kelompok yang berbeda dan sering berpindah-pindah.Bahkan tidak jarang sampai
kekabupaten tetangga atau provinsi tetangga. Kelompok Suku Anak Dalam Batin IX sebagian berada
dikawasan hutan binaan PT.REKI (Restorasi Ekosistem) yang merupakan perusahaan yangbergerak
dalam bidang restorasi hutan, yang mempunyai tugasmelestarikan hutan dan isinya. Mereka
mendapatkan dana pembinaan dari donatur dunia untuk kelangsungan kelestarian hutan dunia dan
Suku Anak Dalam Batin IX yang berada di kawasan hutan tersebut.

Pada masa pandemi berlangsung kehidupan Suku Anak D alam yang jauh dari kata baik pun ikut
mendapat perhatian khusus. Kegiatan pembinaan dari UPTD Puskesmas Penerokan dan bagian khusus
pengelola SAD (Suku Anak Dalam ) dari perusahaan tidak bisa melakukan kontak dengan SAD karena
banyak petugas terkonfirmasi.Namun UPTD Puskesmas Penerokan yang memiliki wilayah kerja hingga
ke Desa Bungku tetapberusaha memutus rantai penyebaran Covid-19 yang dikhawatirkan terjadi pada
Suku Anak Dalam. Kendala lain yang muncul adalah Kegiatan Pelayanan kesehatan dimasa pandemi
mulai sulit untuk dijalani karna mereka menolak untuk berkontak dengan Tenaga Kesehatan, dan perlu
usaha yang keras agar petugas Medis/Paramedis dapat kembali kekelompok mereka. Pendekatan
dengan ketua kelompok di maksimalkan, dengan perlahan menjelaskan terkait kondisi dunia saat Covid-
19melanda dan mungkin saja akan terjadi pada mereka yang akan menyebabkan musnahnya kelompok.
Pertanyaan muncul dari salah satu SAD ,apa yang harus kami lakukan agar dapat bertahan?, dan
kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Untuk dapat bertahan dari anacaman kepunahan karna Covid-
19,setiap orang wajib di berikan vaksinasi Sebanyak 2 kali. Mereka mengingat kembali masa dimana
kami pernah datang untuk melakukan vaksinasi pada bayi dan balita mereka,dan mereka bilang anak-
anak menjadi sakit setelah divaksin. Mereka menolak untuk ikut divaksin karna berpikir akan mengalami
sakit juga seperti anak-anak. Dengan gigih kami berusaha menjelaskan bahwa kami sudah divaksin dan
kami tidak sakit. Dengan pendekatan yang baik akhirnya disepakati bahwa mereka mau diberi vaksindan
dimulai dari satu kelompok. Pada tahap awal kami berhasil memvaksin sekitar 21 orang,dan mendapat
respon yang positif bahwa mereka tidak sakit,tidak demam setelah di vaksin dan mereka bersedia
untukmenjalani proses selanjutnya (vaksin dosis ke 2).

Pada tanggal 19 Oktober 2021,UPTD Puskesmas Penerokan Kembali datang untuk melakukan
vaksinasi Covid-19 dosis ke 2 untuk Suku Anak Dalam. Pada kegiatan yang dilaksanakan di Kantin PT.REKI
ini kunjungan dosis 1 pun meningkat. Banyak warga Suku Anak Dalam yang datang dan ingin divaksin.
Tercatat dalam hari pelaksanaan ada sekitar 102 dosis baik dosis 1 dan 2 yang di vaksin ,merupakan
Suku Anak Dalam yang berasal dari Sungai Kelompang, Simpang Macan Luar, Glinding,Tanding, Kapas
Tengah dan ini merupakan tahap lanjut yang sangat menggembirakan bagi kami petugas kesehatan dan
juga Pemerintah Daerah Kabupaten Batag Hari. Terdapat beberapa pemukiman Suku Anak Dalam yang
belum dikunjungi antara lain Tanah Menang, Sosial, Ujung Aspal, Sungai Beruang dan Kunangan Jaya.
Harapan kita semua Masyarakat Suku Anak Dalam Juga harus mencapai Herd Immunity terhadap
penyakit Covid-19 ini dengan melakukan vaksinasi sedini mungkin.Nobody’s Safe Until Everybody’s
Vaccinated…Salam Vaksinasi…
Foto1. Saat melakukan screening Vaksinasi, SAD Didampingi oleh Pengawas Lapangan,karena
bahas mereka yang kurang dimengerti oleh Tenaga Kesehatan

Foto 2. Tim Squad Vaksinasi Suku Anak Dalam yang selalu bahagia dan caria menjalankan tugas
mulia (foto menikmati udara segar Hutan Harapan)
Vaksinasi covid 19 pada ODGJ (orang dengan gangguan jiwa)

Kurnia Aini

Indonesia dari awal tahun 2020 mengalami pandemi covid 19. Tidak hanya Indonesia bahkan dunia
mengalami hal yang sama. Angka positive rate covid 19 sempat mengalami dua kali puncak gelombang
yang mengakibatkan tingginya angka kematian. Hal ini tentu saja mendapatkan perhatian khusus oleh
pemerintah RI dan banyak pihak lainnya. Kegiatan mengkampanyekan 5M yaitu memakai masker,
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, mengurangi mobiisasi dan menghindari
kerumunan. Hal ini bertujun sebagai langkah preventif penularan covis 19 agar tidak mudah meluas.

Selain protokol kesehatn 5M, kebijakan lockdown dan PPKM level 4 Pemerintah RI, Pemerintah tingkat
Provinsi sampai tingkat Kabupaten menggalakkan kegiatan pemberian vaksin covid 19. Dengan sasaran
pertama yaitu tenaga kesehatan, TNI POLRI dan pegawai yang memberikan pelayanan langsung ke
masyarakat setelah itu sasaran selanjutnya adalah Lansia dan masyarakat umum dari mulai usia 12
tahun. Pemberian vaksinasi covid 19 bertujuan membentuk Herd Imunnity skala luas. Herd immunity
adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular (dalam hal ini covid 19) sehingga
memberi perlindungan tidak langsung atau kekebalan kelompok terhadap penyakit menular tersebut.

Pandemi covid 19 dapat menginfeksi siapa saja. Dari bayi, anak, deasa sampai lansia. Dari kelompok
sosial mana saja bisa terinfeksi covid 19. Termasuk ODGJ yaitu singkatan dari Orang Dengan Gangguan
Kejiwaan. ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang menyebabkan perubahan pada
cara berpikir, perasaan, emosi, hingga perilaku mereka sehari-hari. Contoh perubahan perilaku tersebut
seperti ; mengkonsumsi barang yang berasal dari kotak sampah, berbicara sendiri, merusak fasilitas atau
barang-barang disekitarnya, menyakiti dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak mengenakan pakaian di
fasilitas umum.

Jenis ODGJ diantaranya ; gangguan kecemasan, gangguan obsessif kompulsif, post traumatic stress
disorder, gangguan kepribadian, gangguan bipolar, depresi, dan skizofrenia. Opini yang berkembang di
masyarakat bahwa ODGJ kebal terhadap beberapa penyakit termasuk Covid 19. Opini tersebut salah.
Pertengahan tahun 2020 rumah sakit jiwa di Sumatera Selatan merawat pasien ODGJ dengan terinfeksi
Covid 19. Hal ini membuktikan bahwa ODGJ juga dapat trinfeksi Covid 19. Bahkan ODGJ rentan
menularkan dan ditularkan virus Covid 19. Karena ODGJ untuk memenuhi kebutuhan shari-hari saja
masih harus diawasi orang-orang di sekitarnya. ODGJ tidak mengetahui hal-hal yang dapat
membahayakan dirinya sendiri dan orang lain, sehingga protokoler kesehatan Covid 19 pun sering
diabaikan oleh ODGJ tersebut.

Kita dapat membayangkan jika satu pasien ODGJ saja yang terinfeksi Covid 19 mengabaikan protokoler
kesehatan yaitu tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tidak mencuci tangan, tidak menghindari
kerumunan, dan ODGJ sering berkeliaran karena mereka tidak mengetahui hal tersebut dapat
menularkan virus Covid 19.

Pengalaman salah satu Kepala Ruangan dan Staff Perawat dari ruang isolasi Covid 19 untuk pasien ODGJ,
tenaga kesehatan di ruangan tersebut mengalami banyak kendala dalam merawat dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien ODGJ dan terinfeksi Covid 19. Mereka cenderung marah apabila
diingatkan untuk memakai masker, mereka mengabaikan personal hygine termasuk mencuci tangan.
Belum lagi secara kejiwaan mereka masuk dalam kategori gelisah atau kegawat daruratan psikiatri, yang
artinya pasien tersebut dalam fase gaduh gelisah. Setelah mengkonsumsi obat yang diresepkan Dokter
Spesial Jiwa, serta menerima asuhan keperawatan jiwa barulah pasien-pasien tersebut dikataan tenang
atau pulih secara kejiwaan. Difase ini, pasien-pasien baru dapat diedukasi mengenai protokoler Covid
19. Belum lagi tantangan menghadapi beberapa pasien ODGJ yang memiliki IQ di bawah rata-rata atau
border line.

Untuk itu pemberian vaksinasi pada ODGJ sangatlah diperlukan. Pada bulan Juli 2021 Rumah Sakit Jiwa
di Provinsi Sumatera Selatan mengadakan vaksinasi Covid 19 pada pasien-pasien ODGJ di rawat inap
maupun di rawat jalan. Tentu saja pasien-pasien yang dapat diberikan vaksin sudah melalui pemeriksaan
oleh psikiater yang merawat pasien tersebut. Pasien ODGJ dipastikan tenang secara kejiwaan, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pasien mengamuk saat pemberiaan vaksinasi. Pasien-pasien tersebut
juga didampingi oleh pihak keluarga pada saat pemberian vaksin. Keluarga sebagai orang dalam hal ini
sebagai pemberian persetujuan vaksin pada ODGJ.Tahapan-tahapan yang dilalui pasien ODGJ sama
seperti tahapan pemberiaan vaksin pada orang non-ODGJ.

Tahapan tersebut yaitu ; pendaftaran. Pada tahap ini pasien yang dimana Pasien yang didampingi
keluarga akan didata terutama Nomor Induk Kepegawaian dan di input dalam aplikasi Pcare. Tahapan
selanjutnya adalah screening. Ditahap screening yang dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi
tekanan darah, perhitungan denyut nadi dan pernapasan serta pengukuran suhu. Setelah pemeriksasn
tanda-tanda vital pasien menuju meja selanjutnya dan diperiksa oleh dokter yang bertugas. Pasien akan
di anamnesa mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, dan mengecek persetujuan dari
doter spesialis jiwa yang merawat pasien tersebut. Setelah itu tahapan nya adalah pemberian vaksin.
Pasien yang tenang secara kejiwaan akan diberitahu dan diedukasi tentang manfaat vaksin terhadap
kesehatan dan pentingnya tetap menjaga protokol kesehatan meski telah divaksinasi. Dosis dan jenis
vaksin untuk pasien ODGJ pun sama dengan orang non-ODGJ. Dan tahap terakhir adalah observasi.
Pasien ODGJ yang telah divaksin menuggu 15 menit untuk diobservasi adakah Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi {KIPI}. Jika tidak ada pasien diperbolehkan pulang dan mendapat kartu vaksinasi.

Harapan terbesar dari pemberian vaksin pada ODGJ adalah menimbulkan kekebalan tubuh terhadap
virus Covid 19 sehingga ODGJ dapat terhindar dari infeksi Covid 19. Tentu saja setelah pemberiaan
vaksin, ODGJ dan keluarga tetap di edukasi untuk menjalan protokol Covid 19.

Pada bulan Juli terdapat puncak Gelombang kedua dari pesatnya angka Positive Rate yang meningkat
tajam. Kenaikan angka positive rate ini tidak hanyak dirasakan oleh provinsi Sumatera Selatan bahkan
seluruh Indonesia. Wisma atlit sebagai tempat isolasi bagi orang yang terinfeksi Covid 19 dengan gejala
ringan sampai sedang. Sedangkan rumah sakit adalah tempat sebagai tempat rujukan yang menangani
pasien-pasien yang terinkesi Covid 19 dengan gejala sedang sampai berat. Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Rumah sakit rujukan Second line pun mengalami overload.

Kapasitas yang disediakan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan adalah !0 Tempat Tidur.
Dan pada bulan Juli 10 tempat tidur terisi penuh.. Sehingga Rumah sakit menambah kapasitas sebanyak
20 tempat tidur. Dokter penanggung jawab pada pasien ODGJ mengambil keputusan bahwa jika ada
pasien yang hasil screeningnya melaui pemeriksaan antigen positif maka pasien tersebut dirawat di
ruang isolasi covid sampai dengan hasil satu dan dua pemeriksaan PCR dinyatakan negatif. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya perluasan penularaan covid 19 dan mengobservasi kondisi fisik
pasien tersebut.

Setelah pemberian vaksinasi dosis satu dan dosis dua menunjukan hasil yang cukup signifikan. Semenjak
bulan September Penurunan angka rawat inap isolasi covid di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan menurun drastis. Begitu pun di rawat jalan. Hal ini membawa kegembiraan tersendiri
bagi semua pihak. Bahkan sepanjang bulan Oktober ruang islasi Covid 19 di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan tidak ada pasien ODGJ yang di rawat dalam ruang isolasi covid. Tujuan
pemberiaan vaksin adalah terbentuknya Herd Imunnity sepertinya mulai terlihat nyata.

Harapan saya pemberian vaksin covid 19 pada pasien ODGJ dan pasien umum akan terus berlangsung
meskipun penurunan angka Positif Rate sudah terjadi. Dukungan dari Pemerintah berupa pemberian
vaksin pada ODGJ, pengobatan dari psikiater, serta hal terpenting yaitu perhatian, kasih sayang dari
pihak keluarga adalah support system terbaik untuk pasien-pasien ODGJ di zaman pandemi Covid 19.
Semoga dengan terlaksananya pemberian vaksin pada ODGJ dapat menurunkan angka positive rate dan
memutus mata rantai penularan covid 19.
Dokumentasi Pemberian Vaksin Covid 19

You might also like