You are on page 1of 21

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Akuntansi penjualan konsinyasi menjadi sangat penting bagi

perusahaan dagang yang sebagian besar kegiatannya adalah menjual barang-

barang konsinyasi atau barang–barang titipan, karena penjualan konsinyasi

merupakan salah satu cara yang dipilih oleh perusahaan untuk memperluas

daerah pemasaran dalam memasarkan produk yang dimilikinya disamping

cara–cara lain seperti penjualan tunai, kredit dan penjualan angsuran.

1. Penjualan Konsinyasi

a. Definisi Penjualan

Menurut Kusnadi (2000:19) definisi penjualan adalah “Penjualan

adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang

atau jasa yang dijual”

Dalam hal ini Apotek Tanjung memperoleh pendapatan usaha

dari penjualan barang dagangan berupa obat-obatan dan penjualan jasa

berupa layanan kesehatan. Penjualan secara umum adalah kegiatan

penyerahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan timbal

balik produsen mendapatkan uang yang berupa kas tunai atau piutang,

sedangkan konsumen mendapatkan barang atau jasa dalam kegiatan

normal perusahaan.

6
7

b. Definisi Konsinyasi

Beberapa ahli mengemukakan pendapatan mengenai definisi

konsinyasi. yaitu:

Menurut Hadori Yunus (2013:141) definisi konsinyasi adalah

“Konsinyasi merupakan suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang

memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu

untuk dijualkan dengan memberikan komisi (tertentu)”.

Menurut Dewi Ratnaningsih (2015:77) definisi konsinyasi adalah

“Konsinyasi adalah penitipan barang oleh pemilik ke pihak lain untuk

dijualkan dengan harga dan syarat yang diatur dalam perjanjian”.

Menurut Maria (2011:16) definisi konsinyasi adalah “Suatu

perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan

sejumlah barang tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi

tertentu”.

c. Definisi Penjualan Konsinyasi

Utoyo Widayat (1999:125) menyatakan bahwa penjualan

konsinyasi adalah pengiriman atau penitipan barang dari pemilik

kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjualan dengan

memberikan komisi. Hak milik barang, tetap masih berada pada pemilik

barang sampai barang tersebut terjual.

Pengertian penjualan konsinyasi secara umum adalah kegiatan

menitipkan barang oleh pengamanat (pihak yang menitipkan barang)


8

kepada komisioner (pihak yang dititipkan barang) dengan perjanjian

yang sudah disepakati bersama.

Penjualan konsinyasi memiliki beberapa perbedaan perlakuan

akuntansi dengan penjualan regular. Menurut Hadori Yunus (2013:141)

ada 4 karakteristik yang merupakan perbedaan perlakuan akuntansi

antara transaksi penjualan konsinyasi dan penjualan regular. Keempat

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

a) Karena hak milik atas barang–barang masih berada pada


pengamanat, maka barang–barang konsinyasi harus dilaporkan
sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang – barang konsinyasi
tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak
komisioner (consignee).
b) Pengiriman barang–barang konsinyasi tidak mengakibatkan
timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk
mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun
bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual kepada
pihak ketiga.
c) Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan
barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat
komisioner berhasil menjualnya kepada pihak ketiga, kecuali
ditentukan lain dalam perjanjian di antara kedua belah pihak yang
bersangkutan.
d) Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban
untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang–barang komisi
yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus
diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang
tersebut kepada pihak ketiga.

2. Perjanjian Konsinyasi

Alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara

lain:
9

a. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk

memasarkan barang-barang tersebut atau keharusan menjual dengan

rugi.

b. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktuasi harga dapat dihidarkan.

c. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-

barang konsinyasi yang diterima atau dititpkan oleh pengamanat.

Menurut Hadori Yunus (2013:143), ada beberapa ketentuan dalam

perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara tertulis yang

menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua pihak. Ketentuan

yang diatur dalam perjanjian itu biasanya meliputi : komisi penjualan,

syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan piutang

dan tanggungjawab atas kerugian karena piutang tidak dapat ditagih,

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka penerimaan,

penyimpangan dan penjualan barang, penyelesaian kepada pengamanat

dan bentuk serta jangka waktu (periode) laporan-laporan yang harus

disajikan kepada pihak pengamanat. Selain ketentuan-ketentuan yang

diatur serta sepsifik di dalam perjanjian, hubungan kerjasama di dalam

transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur

oleh Undang-undang (hukum) yang berlaku di dalam dunia perdagangan,

antara lain:

Tentang hak-hak Komisioner :

1) Komisioner berhak untuk mendapatkan komisi dan penggantian biaya

yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan


10

jumlah yang diatur dalam perjanjian di antara kedua pihak. Komisi

dan biaya–biaya yang mendapatkan penggantian biasanya

dikurangkan langsung dari hasil penjualan sebelum penyelesaian

keuangan dengan pengamanat dilaksanakan.

2) Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberikan hak

untuk memberikan jaminan (garansi) kualitas barang yang dijualnya.

3) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner

berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan

seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang

sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasan-

pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

Tentang kewajiban-kewajiban Komisioner :

1) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-

barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

diatur dalam perjanjian.

2) Mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administrasi

terhadap barang-barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-

barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.

3) Membuat laporan secara periodik tentang barang–barang yang

diterima, barang–barang yang berhasil dijual dan barang– barang yang

masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan

seperti dinyatakan dalam perjanjian.Laporan periodik disebut juga

“Perhitungan Penjualan” harus disajikan informasi mengenai barang-


11

barang yang diterima dari pengamanat, barang–barang yang laku

dijual dalam periode laporan, biaya–biaya yang bersangkutan dan

menjadi tanggung jawab pengamanat, jumlah yang terhutang dan

jumlah pembayarannya kepada pengamanat.

3. Akuntansi Penjualan Konsinyasi bagi Pihak Komisioner


Menurut Dewi Ratnaningsih (2015:82) Akuntansi yang
diselenggarakan oleh komisioner harus menyediakan informasi untuk :
a. Identifikasi barang milik pengamanat; dan
b. Menentukan utang-piutang antara komisioner dan pengamanat; dan
c. Menyusun laporan perhitungan penjualan yan menyajikan jumlah
barang yang diterima, jumlah barang yang terjual, hasil penjualan,
biaya yang dibayar oleh komisioner dan menjadi tanggungjawab
pengamanat, uang muka dari komisioner dan jumlah pembayaran atau
jumlah yang terutang kepada pengamanat.

Akuntansi oleh komisioner dapat diselenggarakan dengan metode

terpisah atau tidak terpisah dari transaksi penjualan biasa.

1) Metode Terpisah

Dalam metode terpisah semua laba ataupun rugi yang diperoleh

dari kegiatan konsinyasi disajikan secara terpisah dari laba atau rugi

biasa. Untuk memisahkan pendapatan dan biaya digunakan satu

rekening yang dapat menampung semua pendapatan dan biaya yang

terkait dengan kegiatan konsinyasi yaitu rekening “Barang Komisi”.

Saat terjadi pengeluaran biaya terkait dengan kegiatan konsinyasi maka

barang komisi didebit sebaliknya apabila terjadi pendapatan pada

kegiatan konsinyasi maka barang komisi dikredit.

a) Penerimaan barang–barang konsinyasi dari pengamanat

Komisioner hanya mencatat penerimaan barang–barang konsinyasi


12

dengan suatu memorandum dalam buku harian atau buku pembantu

yang dibuat tersendiri.

b) Ongkos angkut penerimaan barang–barang konsinyasi

Tidak dipengaruhi oleh pihak pengamanat sehingga tidak dilakukan

pencatatan.

c) Penjualan barang barang konsinyasi

Pihak komisioner mencatat penjualan konsinyasi dengan mendebit

rekening piutang dagang (kas) dan mengkredit barang-barang

komisi.

d) Ongkos angkut penjualan

Pihak komisioner mencatat ongkos angkut penjualan dengan

mendebit rekening barang barang komisi dan mengkredit rekening

kas.

e) Pembayaran uang muka penjualan konsinyasi oleh komisioner

Pihak komisioner mencatat pembayaran uang muka dengan

mendebit rekening uang muka pengamanat dan mengkredit

rekening kas.

2) Metode Tidak Terpisah

Dalam metode tidak terpisah semua laba/rugi yang diperoleh dari

kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba/rugi dari kegiatan

regular.

a) Penerimaan barang–barang konsinyasi dari pengamanat


13

Komisioner hanya mencatat penerimaan barang–barang konsinyasi

dengan suatu memorandum dalam buku harian atau buku pembantu

yang dibuat tersendiri.

b) Ongkos angkut penerimaan barang -barang konsinyasi

Tidak dipengaruhi oleh pihak pengamanat sehingga tidak dilakukan

pencatatan.

c) Penjualan barang–barang konsinyasi

Pihak komisioner mencatat penjualan barang-barang konsinyasi

dengan mendebit rekening persediaan barang dagang dan

mengkredit rekening utang pengamanat, selain itu pihak

komisioner juga mencatat rekening piutang dagang (kas) disebelah

debit pada sebelah kredit rekening penjualan. Untuk pencatatan

dengan menggunakan metode perpetual rekening harga pokok

penjualan disebelah debit sedangkan persediaan barang dagangan

disebalah kredit.

d) Ongkos angkut penjualan

Pihak komisioner mencatat ongkos angkut penjualan dengan

mendebit rekening hutang dagang dan mengkredit rekening kas.

e) Pembayaran uang muka penjualan konsinyasi oleh komisioner

Pihak komisioner mencatat pembayaran uang muka dengan

mendebit rekening uang muka pengamanat dan mengkredit

rekening kas.
14

Tabel 1
Contoh umum Format Perhitungan Penjualan

Toko "VISIANA"
Jl. Gunungsari 15

Medan

No : BK - 25
Tgl : 31 Des 1980

PERHITUNGAN PENJUALAN

Perhitungan penjualan untuk : 3 unit Meja & Kursi. Model UK


- 150.

Penjualan untuk :
PT WIJAYA FURNITURE
JL. DAHLIA NO.3. YOGYAKARTA

Penjualan :
- 3 unit Meja dan Kursi.Model UK-150 Rp1.500.000

Biaya - biaya :
- Ongkos angkut lokal Rp 75.000,-
- Biaya perakitan Rp 30.000,-
- Komisi Penjualan Rp 300.000,-
Rp 405.000,-

Penerimaan :
- Dikirim cek sebesar Rp 1.395.000,-

Sisa barang belum terjual : 7 unit

Sumber : Hadori Yunus (2013 : 154)


15

Tabel 2
Perbedaan rekening dan pencataan

Metode Terpisah Metode Tidak Terpisah


Rekening yang dibutuhkan:
-Barang Komisi -Piutang kepada Pengamanat
-Pendapatan Komisi -Utang Kepada Pengamanat
-Piutang Kepada Pengamanat
-Utang Kepada Pengamanat
Penerimaan barang dari pengamanat:
MEMO MEMO

Uang muka yang dibayar:


Barang Komisi......................xxx Utang kepada Pengamanat......xxx
Kas..............................................xxx Kas............................................xxx

Kas/ Piutang Dagang..............xxx


Penjualan...................................xxx
Mejual barang komisi: (sebesar harga jual)
Kas/Piutang Dagang............xxx Beban Pokok Penjualan/Pembelian
Barang Komisi...........................xxx xxx
Utang kepada
Pengamanat.............xxx
(sebesar harga jual-komisi)
Membayar/mengakui biaya yang
menjadi tanggungjawab pengamanat:
Barang Komisi..................xxx Utang kepada Pengamanat....xxx
Kas/Utang Biaya......................xxx Kas/Utang Biaya......................xxx
Melaporkan hasil perhitungan
penjualan dan mengirimkan
pembayaran ke pengamanat:
Barang Komisi..................xxx Utang kepada Pengamanat...xxx
Pendapatan Komisi..................xxx Kas..........................................xxx
Kas..........................................xxx

Sumber: Dewi Ratnaningsih (2015:84)


16

4. Barang Konsinyasi yang Belum Terjual Akhir Periode

Dalam menjalankan usaha tidak selalu berjalan dengan lancar.

Adakalanya permintaan terhadap barang yang dijual menurun begitu juga

dengan barang–barang konsinyasi. Karena kemungkinan bergesernya

nilai kebutuhan serta minat konsumen terhadap barang–barang

konsinyasi, yang berakibat tidak terjualnya barang–barang konsinyasi

secara penuh oleh pihak komisioner, padahal jangka waktu perjanjian

penjualan kosinyasi berlangsung dan melampaui akhir periode

akuntansi.Barang titipan yang masih ada pada konsinyi dan belum terjual

sampai dengan saat penyusunan laporan keuangan, maka persediaan

tersebut akan dicantumkan sebagai persediaan akhir oleh pengamanat

(konsinyor).Nilai persediaan akhir tersebut adalah sebesar harga pokok

ditambah biaya-biaya yang telah dikeluarkan yang menjadi bagian dari

persediaan baik oleh konsinyor maupun konsinyi secara proporsional.

Oleh karena itu, pada akhir periode akan ada penyesuaian yaitu

memasukkan biaya selain harga pokok ke dalam nilai persediaan oleh

konsinyor sedang konsinyi tidak melakukan catatan penyesuaian karena

barang tersebut bukan persediaannya. Arifin Sabeni (1992: 205)

5. Barang-barang Konsinyasi Yang Dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada

pengamanat (konsinyor), maka rekening barang-barang konsinyasi harus

dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Bila

biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang


17

tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan dan biaya

pengiriman kembali), harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode

yang bersangkutan. Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi

sebagai bagian harga pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak

perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaat

di masa yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena

rusak karena manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya,

maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya

perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka

biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode

yang bersangkutan. Hadori Yunus (2013:160)

6. Uang Muka dari Komisioner

Perjanjian konsinyasi kemungkinan dengan persyaratan akan

adanya uang muka yang harus dibayar oleh komisioner untuk barang-

barang komisi (titipan) yang diterimanya. Apabila hal ini terjadi maka

terhadap uang muka yang diterimannya itu harus dicatat sebagai “Uang

Muka dari Komisioner”. Jumlah uang muka yang diterima oleh

pengamanat tidak boleh dikredit pada rekening Barang-barang

Konsinyasi. Uang Muka yang diterima dari komisioner harus disajikan

sebagai hutang di dalam neraca sampai dengan perhitungan penyelesaian

atas barang-barang yang telah laku dijual dibuat oleh komisioner yang

bersangkutan. Hadori Yunus (2013:161)

7. Masalah Akuntansi bagi Komisioner


18

Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komisioner tergantung


kepada, Hadori Yunus (2013:146) :
a. Apakah transaksi-transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah
sehingga pendapatan dan laba konsinyasi ditentukan secara pisah
dari laba (rugi) dari kegiata penjualan regular.
b. Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari
transaksi-transaksi penjualan regular dari perusahaan komisioner,
sehingga tidak dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi)
dari penjualan regular.

8. Masalah Akuntansi bagi Pengamanat

Prosedur akuntansi yang diikuti oleh pengamanat (konsinyor)


tergantung pada, Hadori Yunus (2013:150) :
a. Rekening–rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi (hasil
penjualan, harga pokok penjualan dan biaya–biaya yang
bersangkutan) diselenggarakan dalam dua alternatif sebagai
berikut:
1) Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan
regular.
2) Tidak diselenggarakan secara terpisah dari
transaksi penjualan regular.
b. Metode administrasi barang–barang dagangan dalam hal ini juga
terdapat dua alternatif sebagai berikut :
3) Metode Perpetual
4) Metode Fisik

9. Penyajian Laporan Laba Rugi atas Penjualan Konsinyasi

Laporan Keuangan khususnya Laporan Laba Rugi pada suatu

perusahaan dalam pencatatan dan penyajiannya hendaknya sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan yang lazim diterima umum, karena hal itu

dapat memberikan kemudahan bagi para pemakai informasi laporan

keuangan baik dari pihak intern maupun ekstern perusahaan sebagai

dasar dalam mengambil keputusan serta sebagai penilaian akan

keberadaan pengurus dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.
19

Laba rugi penjualan konsinyasi dapat disajikan dalam laporan

laba rugi tidak terpisah antara penjualan regular maupun penjualan

konsinyasi, apabila cara ini yang dipakai maka laba rugi bersih antara

penjualan regular dan penjualan konsinyasi tidak tampak, sedangkan

laporan laba rugi yang disajikan secara terpisah baik untuk penjualan

regular maupun penjualan konsinyasi akan tampak jelas berapa laba rugi

bersih antara penjualan regular dengan penjualan konsinyasi.

Untuk perusahaan dagang yang memiliki persentase barang

konsinyasi lebih besar dibandingkan barang regular sebaiknya

menyajikan laporan laba ruginya secara terpisah.


20

Tabel 3
Bentuk Laporan Laba Rugi yang disajikan secara terpisah
:
PT Jaya Jakarta
Laporan Laba - Rugi

Penjualan Penjualan
Jumlah
Konsinyasi Regular
Hasil Penjualan Xxx Xxx xxx

Harga Pokok Penjualan (xxx) (xxx) (xxx)

Laba Kotor Penjualan xxx Xxx xxx

Biaya Usaha :
Biaya Penjualan xxx Xxx xxx

Biaya Adm (xxx) (xxx) (xxx)

Jumlah biaya usaha Xxx Xxx xxx

Laba usaha Xxx Xxx xxx

Sumber : Hadori Yunus (2013 : 162)

10. Retur Penjualan

Pengembalian barang dari pihak komisioner yang diakibatkan

rusak, cacat dan lain–lain. Retur penjualan dari barang konsinyasi akan

termasuk beban yang dikeluarkan oleh pengamanat atau beban lainnya

oleh komisioner.

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pihak

pengamanat, maka rekening-rekening barang–barang konsinyasi harus

dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-


21

biaya yang berhubungan dengan aktifitas untuk menjual barang tersebut

(ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan, dan pengiriman

kembali) harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang

bersangkutan. Hadori Yunus (2013:160)

Laba rugi penjualan dicatat secara terpisah dengan penjualan

regular, dimana pencatatan persediaan dengan metode perpetual dan fisik.

Pertama dilakukan jurnal dibuku pengamanat untuk harga pokok penjualan

yang diretur dengan mendebit rekening persediaan barang dagangan dan

mengkredit rekening konsinyasi keluar. Kedua beban yang berhubungan

dengan retur barang konsinyasi diperlukan analisis dengan memisahkan

beban yang dibebankan atas retur barang.

Laba rugi penjualan konsinyasi tidak terpisah dengan penjualan

regular, medote pencatatan persediaan sebagai berikut :

a. Metode Perpetual

Buku pengamanat untuk mencatat harga pokok penjualan barang

konsinyasi, rekening persediaan barang dagang didebit dan rekening

persediaan barang konsinyasi dikredit. Beban atas retur barang

konsinyasi tidak ada jurnal. Buku komisioner tidak ada jurnal atas

retur tersebut.

b. Metode Fisik

Retur atas barang konsinyasi tidak perlu dilakukan jurnal baik

pada buku pihak pengamanat maupun buku pihak komisioner.


22

Laba rugi penjualan konsinyasi secara terpisah dengan penjualan

regular, pencatatan persediaan dengan metode perpetual dan metode

fisik sama yaitu :

Pada buku pengamanat rekening persediaan barang dagangan

dicatat sebelah debit pada sebelah kredit dicatat rekening konsinyasi

keluar. Beban atas retur barang konsinyasi dicatat sebelah debit dan

rekening konsinyasi keluar dicatat sebelah kredit. Buku komisioner

tidak ada jurnal atas retur tersebut.

Laba rugi penjualan konsinyasi tidak terpisah dengan penjualan

regular. medote pencatatan persediaan sebagai berikut :

c. Metode Perpetual

Buku pengamanat untuk mencatat harga pokok penjualan barang

konsinyasi, rekening persediaan barang dagang didebit dan rekening

persediaan barang konsinyasi dikredit. Beban atas retur barang

konsinyasi tidak ada jurnal. Buku komisioner tidak ada jurnal atas

retur tersebut.

d. Metode Fisik

Retur atas barang konsinyasi tidak perlu dilakukan jurnal baik

pada buku pihak pengamanat maupun buku pihak komisioner.

Laba rugi penjualan konsinyasi secara terpisah dengan penjualan

regular, pencatatan persediaan dengan metode perpetual dan metode

fisik sama yaitu :


23

Pada buku pengamanat rekening persediaan barang dagangan

dicatat sebelah debit pada sebelah kredit dicatat rekening konsinyasi

keluar. Beban atas retur barang konsinyasi dicatat sebelah debit dan

rekening konsinyasi keluar dicatat sebelah kredit. Buku komisioner

tidak ada jurnal atas retur tersebut.

11. Persediaan

a. Definisi Persediaan

Rudianto (2009:236) menyatakan bahwa “Persediaan adalah

sejumlah barang jadi, bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki

perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut”.

Kasmir (2008:41) menyatakan bahwa “Persediaan adalah

sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaan dalam suatu

tempat(gudang). Persediaan merupakan cadangan perusahaan untuk

proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhklan”.

b. Pengakuan Kepemilikan Persediaan

Salah satu permasalahan yang sering kali dihadapi oleh suatu

entitas terkait dengan pengakuan kepemilikan atas persediaan. Adapun

klasifikasi dari pengakuan persediaan mencakup :

1) Barang yang ada pada suatu entitas dan merupakan miliknya.

2) Barang yang ada pada suatu entitas tapi bukan miliknya.

3) Barang milik suatu entitas tapi tidak ada di entitas tersebut.

Pada klasifikasi dua dan tiga menjadi kesulitan perusahaan

dalam menentukan perpindahan hak kepemilikan atas persediaan.


24

Kesulitan penentuan pengakuan terjadi pada barang dalam transit dan

barang konsinyasi.

1) Barang dalam transit

Apabila barang dikirim dengan Shipping term FOB

destination. maka biaya transportasi akan dibayar oleh penjual

dan hak kepemilikan tidak beralih hingga pembeli menerima

barang tersebut. sehingga pengakuan persediaan tetap berada pada

penjual selama periode transit. Sedangkan menggunakan FOB

shipping point, maka biaya transportasi akan dibayar oleh

pembeli dan hak kepemilikan beralih ketika barang dikirimkan,

sehingga pengakuan persediaan berada pada pembeli ketika

periode transit.

2) Penjualan Konsinyasi

Barang konsinyasi akan tetap menjadi milik pemilik barang

dan pemilik barang tetap akan mencatat barang tersebut pada

persediaannya. Pihak penjual yang dititipkan barang tersebut

tidak mengakui barang tersebut dalam persediaannya.

Pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan dilakukan

oleh pemilik barang dengan mengungkapkan jumlah barang yang

dikonsinyasikan.
25

B. Hasil Penelitian Terdahulu


Tabel 4
Hasil Penelitian Terdahulu

Identitas Muhammad Noor Ragil Arpah


Penelitian Ichsan A03 130044 A03 140008
A03 110038 Politeknik Negeri Politeknik Negeri
Politeknik Negeri Banjarmasin Banjarmasin
Banjarmasin

1. Judul Akuntansi Akuntansi Penjualan Akuntansi Penjualan


Penjualan Konsinyasi pada Konsinyasi pada
Konsinyasi pada Lapan Lapan Mart Apotek Tanjung
KPRI Medika Banjarmasin Banjarmasin
Rantau
2. KPRI Medika Lapan Lapan Mart Apotek Tanjung
Institusi/Perus Rantau Banjarmasin Banjarmasin
ahaan yng di
teliti
3. KPRI Medika Lapan Lapan Mart Apotek Tanjung
Permasalahan Rantau adalah Banjarmasin adalah Banjarmasin adalah
sebagai pihak sebagai pihak sebagai pihak
konsinyi, tidak konsinyi, tidak konsinyi, tidak
melakukan melakukan melakukan
pencatatan secara pencatatan secara pencatatan secara
terpisah padahal terpisah padahal terpisah padahal
barang yang barang yang barang yang
dijualnya lebih dijualnya lebih dijualnya lebih
banyak barang banyak barang banyak barang
konsinyasi, yaitu konsinyasi, yaitu konsinyasi, yaitu
55% untuk barang- 57% untuk barang- 71% untuk barang-
barang konsinyasi barang konsinyasi barang konsinyasi
dan 45% untuk dan 43% untuk dan 29% untuk
barang-barang barang-barang barang-barang
regular. Sehingga regular. Sehingga regular. Sehingga
tidak diketahui tidak diketahui tidak diketahui
secara jelas berapa secara jelas berapa secara jelas berapa
jumlah laba/rugi jumlah laba/rugi jumlah laba/rugi
antara penjualan antara penjualan antara penjualan
barang-barang barang-barang barang-barang
regular dan regular dan regular dan
penjualan barang- penjualan barang- penjualan barang-
barang konsinyasi. barang konsinyasi. barang konsinyasi.
4. Tujuan 1. Untuk Untuk mengetahui Untuk mengetahui
Penelitian mengetahui teknis pencatatan perlakuan
26

teknis pencatatan dan penyajian laba akuntansi atas


dan penyajian (rugi) yang penjualan
laba (rugi) yang dilakukan Lapan konsinasi pada
dilakukan KPRI Lapan Mart Apotek Tanjung
Medika Rantau. Banjarmasin Banjarmasin
2. Untuk
Mengetahui
apakah KPRI
Medika Rantau
melakukan
pencatatan dan
penyajian laba
rugi sesui dengan
prinsip
Akuntansi yang
lazim diterima.
5. Metode Menggunakan Menggunakan Menggunakan
Penelitian penelitian penelitian penelitian
kepustakaan, kepustakaan, kepustakaan,
peneitian lapangan peneitian lapangan peneitian lapangan
(teknik wawancara (teknik wawancara (teknik wawancara
dan teknik dan teknik dan teknik
dokumentasi) dan dokumentasi) dan dokumentasi) dan
teknis analisis data. teknis analisis data. teknis analisis data.
6. Hasil Tidak jelasnya laba Tidak jelasnya laba Tidak jelasnya laba
Penelitian (rugi) yang (rugi) yang diperoleh (rugi) yang diperoleh
diperoleh atas atas penjualan atas penjualan
penjualan konsinyasi dan konsinyasi dan
konsinyasi dan berapa laba (rugi) berapa laba (rugi)
berapa laba (rugi) atas penjualan atas penjualan
atas penjualan regular karena regular karena
regular karena penyajian laba (rugi) penyajian laba (rugi)
penyajian laba tidak secara terpisah. tidak secara terpisah.
(rugi) tidak secara
terpisah.
Sumber: Muhammad Noor Ichsan (2014), Ragil (2016), Arpah (2017)

You might also like