Professional Documents
Culture Documents
TINAJAUAN TEORITIS
3. Etiologi
Dapat ditemukan berbagi jenis tumor ganas nasofaring antara lain berbagi
jenis karsinoma epidermoid, adenokarsinoma, karsinoma adenoid kistik dll
serta berbagi jenis sarkoma dan limfoma malignum. Yang paling sering
ditemukan kira-kira 90 % adalah karsinoma epidemoid. Penyebab karsinoma
ini masih nelum diketahui lebih jelas. Kemungkinan bear penyebabnya adalah
suatu jenis virus yang disebut virus Epstein – Bar, akan tetapi selain dari itu
juga terdapat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor ganas ini, antara
lain:
Faktor ras
Banyak ditemukan pada ras mongoloid terutama daerah Cina bagian
selatan, malaysia, Singapura dan Indonesia.
Faktor Genetik
Sering tumor ini atau tumor pada organ lain ditemukan pada beberapa
generasi sutu keluarga
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi adalah keadaan gizi, polusi dll.
Faktor Kebudayaan
Kebiasaan hidup, cara memasak makanan serta pemakaian berbagai
bumbu masakan memengaruhi pertumbuhan tumor ini.
Faktor Geografis
Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrka Utara, Eskimo dan Yunani.
Timbul bercak-bercak
kehitaman
Kerusakan integritas
Perubahan pola
napas hidung
Ke kanul
tracheostomi
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Dispneu
Gangguan
oksigenasi
6. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan maka ditentukan tindakan
yang akan diambil sebagai penanggulangannya, yaitu:
a. Terapi radiasi
Hasil yang memuaskan dapat dicapai dengan terapi radiasi pada pasien
yang hanya mengalami satu gangguan pita suara yang sakit dan normalnya
dapat digerakkan (sat tonasi) selain itu pasien ini masih mempinyai suara
yang hampir normal. Beberapa mungkin mengalami kondritis (inflamasi
kartilago) atau stenosis, sebagian kecil dari mereka yang mengalami
stenosis nantinya membutuhkan laringektomi. Terapi radiasi digunakan
untuk preopertif untuk mengurangi ukuran tumor.
b. Pemakaian sitostatika
Pemakaian sitostaika belum memuaskan biasanya jadwal pemberian
sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk,
disamping harga obat ini yang relatif mahal, sehingga tidak terjangkau
oleh klien. Pengobatan untuk kondisi ini bervariasi sejalan dengan
keluasan malignasinya.
7. Dampak Ca Nasofaring Terhadap Sistem Tubuh lain
a. Sistem respiratori
Faring merupakan saluran nafas bagian atas sebagai jalan udara dari dan
ke paru-paru sewaktu bernafas. Jika ada pembesaran pada daerah tersebut
bisa saja mengakibatkan tersumbatnya saluran pernafasan, bila hal ini
teradi akan mengakibatkan jalan nafas tidak efektif ditandai dengan
adanya perubahan frekuensi nafas dan adanya stridor, jika hal ini makin
berat maka bisa saja dilakukan tindakan trakheostomi untuk kelancaran
pernafasan klien.
b. Sistem cardiovaskuler
Tekanan darah bisa naik dan bisa juga turun tergantung dari keadaan klien.
Trombositopenia sering terjadi akibat supresi sumsum tulang setelah
kemoterapi atau terapi radiasi.
c. Sistem pencernaan
Pada Ca Nasofaring yang sudah membesar biasanya terjadi gangguan
menelan sehingga diberikan makanan cair .
d. Sistem persyarafan
Jika Ca berinfiltrasi dapat menyebabkan penekanan pada nervus IX, X,
dan XI sehingga uvula tidak dapat bergetar dan dapat mengakibatkan
aspirasi, juga terjadi penurunan pengecapan pada klien.
e. Sistem penglihatan
Jika Ca bermetastase ke rongga tengkorak kemungkinan nervus III, IV dan
VI akan terganggu seperti reaksi pupil terhadap cahaya melambat,
pergerakan bola mata tidak teratur, untuk melihat kekiri atau kekanan akan
sulit atau tertahan dan juga akan terjadi penurunan penglihatan.
f. Sistem pendengaran
Sistem pendengaran akan terganggu bila Ca bermetastase ke nervus VIII
sehingga klien akan mengalami gangguan pendengaran atau telinga
berdenging.
g. Sistem perkemihan
Bila hasil pemeriksaan darah untuk fungsi ginjal menunjukan kelainan
kemungkinan Ca sudah bermetastase ke ginjal.
h. Sistem muskuloskeletal
Metabolisme yang meningkat pada Ca tonsil, asupan nutrisi yang
berkurang mengakibatkan pembentukan energi menurun sehingga energi
yang digunakan untuk melakukan kontraksi berkurang dan klien terbatas
dalam pergerakan.
i. Sistem integumen
Ca nasofaring bila dilakukan terapi akan terjadi perubahan warna kulit di
area penyinaran. Sensitifitas kulit mungkin menurun, bila dilakukan
tindakan kemoterapi integritas kulit akan terganggu.
j. Sistem reproduksi
Biasanya dengan adanya perasaan nyeri pada klien dapat menyebabkan
gangguan pada seksualitas.
yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur yang memerlukan pendekatan,
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya
hidup, misalnya pada penderita Ca tonsil adanya kebiasaan merokok,
minum alkohol, terpapar zat-zat kimia, riwayat stomatitis yang lama,
oral hygiene yang jelek, dan yang lainnya.
• Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan
genogram.
c. Pola aktivitas sehari-hari
d. Pemerikasaan fisik
Jika Ca sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka klien akan
mengalami kesukaran bernafas, apalagi klien dilakukan Trakheostomi,
produksi sekret akan menumpuk dan mengakibatkan jalan nafas tidak
efektif dengan adanya perubahan frekuensi nafas dan stridor.
3) Sistem cardiovaskuler
Kekuatan otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan dalam
mobilisasi leher karena adanya pembengkakan bila Ca sudah terlalu
parah.
6) Sistem endokrin
Mungkin ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila ada
metastase pada kelenjar tiroid.
7) Sistem persyarafan
8) Sistem urinaria
danekstensi tumor.
• Pemeriksaan biopsi.
• Pembedahan
• Radiasi
• Chemoterapy
2. Diagnosa keperawatan
respon manusia (status kesehatan, pola interaksi, baik aktual maupun potensial
kesehatan).
Berdasarkan hasil studi kepustakaan dari berbagai literatur, didapatkan
a. Insisi bedah
b. Pembengkakan jaringan
b. Pembentukan oedema
b. Ketidakmampuan berbicra
keterbatasan aktifitas.
3. Perencanaan
Tujuan :
Jalan nafas efektif dengan kriteria evaluasi :
• Jalan nafas efektif.
Intervensi :
• Tinggikan kepala 300 – 450 .
a. Insisi bedah.
b. Pembengkakan jaringan.
Tujuan :
Nyeri hilang dengan kriteria evaluasi :
• Klien terlihat rileks dan tidak mengeluh nyeri.
Intervensi :
• Sokong kepala dan leher dengan bantal.
c. Insisi bedah.
d. Pembengkakan jaringan.
Tujuan :
Menentukan waktu penyembuhan yang tepat komplikasi dengan kriteria
evaluasi :
• Luka didaerah pemasangan gastrostomy bersih.
• Klien dan keluarga mengatahui cra perawatan kulit daerah radioterapi.
Intervensi :
• Beri penjelasan tentang perawatan pada area eritematosa :
salep deodorant.
a. Hambatan fisik.
b. Ketidakmampuan berbicara.
Tujuan :
Klien dapat menytakan kebutuhannya dengan cara efektif dengan kriteria :
• Klien dapat merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat.
Intervensi :
• Berikan cara-cara yang tepat dan kontinue untuk memenuhi
memanggil perawat.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan adekuat dengan kriteria evaluas:
• Berat badan meningkat.
Intervensi :
• Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang pentingnya makan
bagi klien.
• Anjurkan untuk makan makanan kecil dan tingkatkan sesuai
toleransi.
Tujuan :
Klien dapat melakukan personal hygiene secara mandiri dengan kriteria
evaluasi :
• Klien mengetahui tentang pentingnya perawatan diri.
Intervensi :
• Berikan informasi pada klien tentang pentingnya perawatan diri
Tujuan :
Kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi dengan kriteria evaluasi :
• Klien tidak tampak sayu.
tidur.
Intervensi :
• Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat tidur bagi klien.
tidur.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan melihat
respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan proses yang