You are on page 1of 12

Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli terhadap

Makanan Halal. Studi pada Konsumen Muslim di


Indonesia.
Irgiana Faturohman

Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012


E-mail:irgiana.faturohman.mpem415@polban.ac.id

ABSTRACT

Saat ini masih sedikit studi tentang makanan halal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi niat beli terhadap makanan halal di
kalangan umat Islam di Indonesia dengan menggunakan variabel Religiosity, Halal awareness,
Halal certification, dan variabel Halal marketing. Temuan penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan tingkat industri halal di Indonesia, sebagai negara yang memiliki mayoritas muslim,
Indonesia memiliki pasar potensial untuk menjadi pemeran utama dalam industri halal. Melalui
online kuisioner, telah didapat sebanyak 202 orang responden muslim dengan range usia 17-35
tahun. Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan partial squares structural equation
modeling analysis (PLS-SEM) untuk menguji setiap variabel dan SPSS untuk menguji data
deskriptif dari responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Religiosity, kesadaran halal,
dan sertifikasi halal memiliki pengaruh signifikan terhadap niat pembelian makanan halal,
sedangkan religiosity merupakan faktor yang paling berpengaruh.

Kata kunci:
Makanan Halal, Islam, Industri Halal, Minat Beli, Kesadaran, Sertifikasi Halal, Prilaku
Konsumen, Religiosity, Halal Marketing.

muslim merupakan pasar yang sangat


1. LATAR BELAKANG potensial untuk berbagai sektor.
Islam merupakan salah satu agama yang ada Sebagai sebuah agama yang mengatur
di dunia. Dalam ajaran yang komprehensif, pribadi seorang muslim, dalam Islam,
islam tidak hanya dipandang sebagai sebuah terdapat ajaran penting yang menjadi
agama saja, tetapi juga merupakan sistem landasan utama ketika seorang muslim akan
operasional yang berlaku bagi setiap pribadi mengkonsumsi sebuah produk, yaitu produk
muslim itu sendiri, sehingga mencakup tersebut harus yang diperbolehkan (halal)
semua aspek kehidupan yang berlaku dan baik (Thayyib). Kata “Halal” sendiri
dimana saja dan kapan saja [1]. merupakan kata original yang berasal dari
Pertumbuhan penganut agama islam bisa bahasa arab yang berarti diperbolehkan atau
dikatakan sangat pesat, data yang didapat diizinkan [3]. Aturan ini juga telah diatur
dari Pew Research Center Report [2] dan tertulis dalam Al-Quran surat Al-
menunjukan, di tahun 2010 populasi muslim Baqarah:168: “Hai sekalian manusia,
di dunia mencapai 1.6 milliar jumlah ini makanlah yang halal lagi baik dari apa
mewakili 23% penduduk yang ada di dunia, yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
jumlah tersebut menjadikan islam sebagai mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
agama terbesar kedua setelah agama kristen. sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
Jika merajuk pada trend ini yang akan terus yang nyata bagimu”. Konsep ini
berlanjut, populasi muslim di seluruh dunia mengindikasikan bahwa segala sesuatu yang
diperkirakan akan meningkat dua kali lebih dilakukan oleh seorang muslim harus sesuai
cepat, sehingga pada tahun 2050 akan dengan Syariah termasuk dalam hal
mencapai 2.8 miliar orang [2]. Berdasarkan mengkonsumsi sebuah produk.
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

882
Sejalan dengan adanya aturan tersebut, didapat dari Global Islamic Economic
permintaan terhadap produk halal terus Report (GEIR) [4] menunjukan pada tahun
berkembang semakin pesat, selain untuk 2017 Indonesia masih belum mampu berada
mengikuti syariah, saat ini mengkonsumsi pada peringkat 10 teratas di sektor industri
produk halal seolah sudah menjadi bagian makanan halal berdasarkan penilaian GIER
dari gaya hidup bagi setiap muslim yang ada indikator, dan berada dibawah negara asia
di dunia, menurut data yang dikumpulkan tenggara lainnya yaitu Malaysia dan
oleh Global Islamic Economic Report Singapura. Indikator ini digunakan untuk
(GEIR) [4] melaporkan pada tahun 2016, mengevaluasi negara-negara yang ada di
muslim di dunia pada sektor ini telah dunia tentang kesehatan dan perkembangan
menghabiskan lebih dari 2 triliyun dollar ekosistem industri makanan halal yang ada
AS, sementara sektor makanan halal (halal di negara tersebut. Indikator ini berkerja
food) menjadi sektor paling besar, dengan tidak hanya fokus pada keseluruhan dan
konsumsi mencapai 1.24 triliyun dollar AS, pertumbuhan tetapi juga untuk hal lainnya
angka ini meningkat 6.2% dari tahun seperti supply (daging, dan hewan hidup
sebelumnya. Data tersebut diprediksi akan lainnya), regulasi halal dari pemerintah,
terus meningkat, dan diharapkan akan kesadaran halal yang dilihat dari berita,
mencapai 2.55 triliyun dollar pada tahun artikel, dan event yang berkaitan dengan
2024 [5]. halal industri, dan yang terakhir adalah dari
interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakatnya.
Figur 1. Global Halal Food Market
Revenue
in 2014 – 2024. (USD) Figur 2. Global Halal Food Industry
Ranking

Indonesia sendiri merupakan negara yang


menjadi pusat muslim terbanyak yang ada di
dunia, hal ini disebabkan karena sebanyak
87.18% dari 237.641.326 penduduknya
adalah seorang muslim [6]. Data tersebut
mencerminkan bahwa negara Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan industri produk halal,
termasuk disektor industri makanan halal Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan
[7]. Statement ini terbukti dilihat dari jumlah bahwa negara Indonesia masih belum bisa
konsumsi masyarakat Indonesia terhadap mengembangkan industri makanan halal
makanan halal merupakan yang tertinggi di yang baik, meskipun terdapat banyak
dunia, Indonesia berada pada peringkat peluang, negara Indonesia masih nyaman
pertama diatas negara dengan mayoritas sebagai target pasar untuk makanan halal.
agama islam lainnya seperti Turkey,
Pakistan, Mesir, dan Bangladesh dengan Terdapat beberapa alasan yang
menghabiskan sekitar 169.7 juta USD [4]. membelakangi mengapa industri makanan
Disisi lain, meskipun negara Indonesia halal di Indonesia masih belum
menjadi negara dengan tingkat konsumsi berkembang. Menutut Rasyid [8]
makanan halal paling tinggi, perkembangan mengatakan bahwa kesadaran industri
industri makanan halal di Indonesia masih mengenai halal di Indonesia masih sangat
jauh dari kata maju, menurut laporan yang lemah, hal ini terlihat dari media dan artikel

883
yang memberi pembahasan tentang industri melakukan pembelian aktual dalam produk
halal sangat sulit untuk ditemukan. Lalu, atau layanan berdasarkan faktor internal dan
masalah kedua adalah dalam hal sertifikasi, eksternal. Definisi-definisi ini menyiratkan
menurut LPPOM MUI [9], saat ini industri bahwa niat beli adalah keinginan konsumen
di Indonesia masih menaruh sedikit untuk membeli produk atau layanan yang
perhatian terhadap pentingnya sertifikasi muncul berdasarkan keinginan dan
halal. Selanjutnya, perusahaan yang kebutuhan mereka rasakan. Variabel ini
memproduksi produk tersebut memiliki dapat diukur dengan pernyataan: Saya ingin
kontrol yang lemah untuk memastikan membeli, tidak ingin membeli, akan
bahwa produk tersebut telah memiliki membeli, tidak akan membeli, akan membeli
sertifikasi halal. Dalam lima tahun terakhir, kembali, atau tidak akan membeli kembali
LPPOM MUI telah memberi sertifikasi [13]. Penelitian ini mengadopsi penelitian
untuk produk hanya kepada 13.000 dari yang dilakukan oleh Hayat Muhammad et al
155.000 produk, hal ini mengindikasikan [14], dalam penelitian tersebut ditemukan
bahwa terdapat banyak produk yang bahwa niat beli dipengaruhi positif oleh
ditawarkan di Indonesia masih belum religiusitas, sertifikasi halal, pemasaran
memiliki sertifikasi halal, dan tentu hal ini halal, dan persepsi sosial masyarakat.
yang membuat produk tersebut tidak dapat
bersaing dalam dunia bisnis [9]. 2.2 Religiusitas

Negara Indonesia harus segera Dalam istilah tertentu, religiusitas adalah


pemujaan individu, pengabdian, dan
menyelesaikan masalah ini jika mereka ingin
keyakinan terhadap keilahian [15].
segera masuk untuk berkompetisi di
Religiusitas mengacu pada tingkat
lingkungan industri makanan halal secara
kepercayaan yang dipegang oleh seseorang,
global. Sertifikasi halal menjadi peran
penting dalam perumbuhan permintaan dipertahankan, dan digunakan sebagai
makanan halal di lingkup global, tindakan atas simbol identitas prilaku [16].
Hal ini dapat tercermin pada setiap prilaku
selanjutnya, informasi mengenai industri
individu, dan secara pragmatis bernilai bagi
halal harus diberikan kepada perusahaan
pemasar [17]. Dengan demikian, hal ini
untuk meningkatkan level kesadaran
merupakan komitmen pribadi terhadap
mereka. Berdasarkan hal tersebut, menarik
untuk dilakukan sebuah penelitian mengenai ketuhanan yang dapat mempengaruhi
prilaku konsumen di Indonesia terhadap komunikasi sosialnya, dan juga
keputusannya untuk mengkonsumsi produk
makanan halal untuk meningkatkan level
atau layanan [18]. Sehingga, dapat
industri halal di Indonesia. Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa religiusitas merupakan
riset ini bertujuan untuk mengeskplor secara
lebih jauh mengenai faktor apa yang paling sebuah kepercayaan, keyakinan yang
mempengaruhi minat beli konsumen di dipegang oleh seseorang terhadap keilahian
yang mempengaruhi tingkah prilakunya baik
Indonesia terhadap produk makanan halal
secara langsung maupun tidak langsung.
menggunakan variabel Religiusitas,
Kesadaran halal, Pemasaran halal, dan
Penelitian sebelumnya memperlihatkan
Sertifikasi halal.
bahwa tingkat religiusitas masing-masing
individu memiliki efek signifikan terhadap
2. TINJAUAN PUSTAKA niat pembelian makanan halal [14]. Sama
halnya dengan itu, penelitian yang dilakukan
2.1 Minat Beli oleh Marso dan Hasan [19] menemukan
bahwa religiusitas secara langsung
Terdapat beberapa definisi tentang niat beli. memberikan pengaruh positif terhadap niat
Pertama, Assael [10] mendefinisikan sebagai pembelian makanan halal. Temuan ini
kecenderungan konsumen untuk membeli menunjukkan bahwa komitmen keagamaan
atau mengambil tindakan terkait dengan memiliki hubungan positif dengan niat
produk dan diukur dengan seberapa jauh konsumen untuk membeli produk halal.
konsumen akan membelinya. Kedua, niat
pembelian disebut sebagai cara yang 2.3 Kesadaran Halal
digunakan konsumen sebelum mereka
melakukan pembelian [11]. Serupa dengan Kesadaran didefinisikan sebagai
itu, Zeithaml [12] menyatakan bahwa niat kemampuan untuk memahami, merasakan,
beli adalah keinginan konsumen untuk dan menyadari fenomena. Hal ini menjadi

884
konsep untuk mengekspresikan pemahaman [14]. Penelitian sebelumnya yang telah
dan persepsi tentang sesuatu [20]. Menurut dilakukan menunjukkan bahwa sertifikasi
Shaari dan Arifin [21] kesadaran halal halal digunakan untuk alat pemasaran oleh
mengacu pada tingkat pemahaman muslim perusahaan, dan memberikan pengaruh
terkait dengan isu-isu mengenai konsep positif terhadap niat beli makanan halal.
halal, termasuk apa itu halal, bagaimana
proses produksinya, dan prioritas untuk 2.5 Pemasaran Halal
mengkonsumsi makanan halal berdasarkan
standar islam yang telah ia pelajari [22]. Menurut Kotler and Amstrong [28],
Definisi-definisi ini menyimpulkan bahwa pemasaran mengacu pada proses sosial yaitu
kesadaran halal adalah pengetahuan untuk individu atau kelompok untuk mendapatkan
memahami tentang proses halal, dan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
mengasumsikan bahwa mengkonsumsi (produk atau jasa) yang memiliki nilai bagi
makanan halal penting bagi dirinya sendiri. mereka. Pemasaran halal adalah
pengembangan konsep pemasaran
Menurut Aziz dan Chok [20] Kesadaran konvensional dengan menambahkan aspek
halal memiliki pengaruh positif dalam hukum Islam (syariah) dalam keseluruhan
menjelaskan niat beli terhadap makanan proses pemasaran untuk menambah nilai
halal. Studi sebelumnya yang dilakukan oleh bagi konsumen [29]. Jadi, pemasaran halal
Yunus et. al [23] menemukan bahwa dapat diartikan sebagai proses sosial dari
kesadaran halal memiliki pengaruh konsumen untuk mendapatkan apa yang
signifikan terhadap niat pembelian makanan mereka butuhkan dan inginkan sesuai
halal meskipun produk tersebut diproduksi dengan syariah islam.
oleh perusahaan non-muslim. Hasil ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan Memahami perilaku konsumen muslim
oleh Nurcahyo and Hudransyah [24] sangat penting untuk memasuki pasar,
menunjukkan bahwa kesadaran halal termasuk bagaimama cara perusahaan
memiliki pengaruh positif terhadap niat beli. memasuki pasar makanan halal [30]. Salah
satu cara yang bisa digunakan untuk
2.4 Sertifikasi Halal memahami prilaku tersebut adalah dengan
melakukan pemasaran. Pemasaran
Sertifikasi halal mengacu pada jaminan bagi merupakan cara untuk mengevaluasi
seorang muslim dalam hal mengkonsumsi bagaimana perilaku mereka dengan
produk, termasuk makanan yang sesuai menggunakan strategi tertentu. Dengan
dengan aturan islam [25]. Ini merupakan hal demikian, perlu untuk melihat perilaku
penting yang dapat mempengaruhi konsumen muslim menggunakan 4p
keputusan konsumsi seorang muslim (product, price, place, dan promotion) dalam
mengenai apakah produk tersebut halal atau bauran pemasaran untuk memenuhi tujuan
tidak [14]. Oleh karena itu, sertifikasi strategi perusahaan terutama merajuk dalam
tersebut dapat memfasilitasi sorang muslim penggunaan strategi prmosi yang dilakukan
tidak hanya untuk menjamin tentang apa oleh perusahaan [31]. Studi sebelumnya
yang mereka makan telah sesuai dengan menunjukkan bahwa pemsaran halal
hukum Islam atau tidak, tetapi juga memiliki peran penting dan memberikan
memberikan kepercayaan bagi produsen pengaruh signifikan terhadap niat pembelian
bahwa produk yang mereka tawarkan telah makanan halal [20].
memenuhi standar halal [26]. Oleh karena
itu, lembaga halal dan sistem akreditasi 2.6 Kerangka Teori Konseptual
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (MUI atau Majelis Ulama
Indonesia).

Menurut Zailani et.al [27] sertifikasi halal


juga merupakan bentuk pengujian makanan
mulai dari persiapan, penyembelihan,
proses, dan pembersihan agar sebaik
mungkin. Ini menunjukkan perlunya
sertifikasi halal karena tampaknya menjadi
faktor penting dalam keputusan pembelian

885
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi faktor-faktor apa yang
paling membangun niat pembelian
konsumen dari produk makanan halal
menggunakan variabel Religiositas,
Kesadaran Halal, Pemasaran Halal, dan
Sertifikasi Halal.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer. Data didistribusikan
melalui quisionnaire online dengan
menggunakan skala likert 5-scale. Sampel
Figur 3. Model Riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah
muslim yang telah membeli produk
makanan halal dengan rentang usia 17-35
Gambar 3 mengilustrasikan kerangka kerja tahun. Jumlah data yang diperoleh sebanyak
konseptual yang digunakan dalam penelitian 202 responden yang tersebar di daerah Kota
ini berdasarkan data yang diperoleh. Model Bandung.
ini diadopsi dari Muhammad et. Al [14]
penelitian tersebut juga berkaitan dengan 3.3 Analisis Data
makanan halal. Bedanya, penelitian ini
hanya menggunakan empat variabel Data yang di dapat akan diolah
independen yaitu Religiusitas, Kesadaran menggunakan aplikasi SPSS 23 untuk
Halal, Sertifikasi Halal, dan Pemasaran analisis deskriptif sehingga menghasilkan
Halal dengan variabel dependen yang sama, jumlah frekuensi dan profil demografis dari
Niat Pembelian terhadap Makanan Halal. responden. Kemudian, peneliti akan
Peneliti bertujuan untuk mengetahui secara menggunakan aplikasi smartPLS 3 untuk
mendalam tentang niat pembelian konsumen menganalisis hubungan antar setiap variabel.
terhadap makanan halal menggunakan
variabel tersebut. Dari penjelasan tersebut 4. HASIL DATA ANALISIS
didapatkan hipotesis sebagai berikut: 4.1 Deskripsi Responden

H1 : Religiusitas memiliki pengaruh Table 1. Demographic characteristic of


positif terhadap minat beli makanan halal. the respondents
H2 : Kesadaran halal memiliki
pengaruh positif terhadap minat beli
Frekuensi Persentase
makanan halal
Jenis
H3 : Sertifikasi halal memiliki
Kelamin Laki-Laki 83 41,1%
pengaruh positif terhadap minat beli
makanan halal Perempuan 119 58,9%
H4 : Pemasaran halal memiliki Usia Usia 17-23 158 78,2%
pengaruh positif terhadap minat beli
Usia 24-35 34 16,8%
makanan halal.
Usia > 35 10 5%
Pendidik
3. METODE PENELITIAN an < SMA/K 139 68,8%
3.1 Desain Riset SMA/K 19 9,4%
Diploma/Sarjan
Suhartanto [32], menjelaskan bahwa desain a 44 21,8%
penelitian digunakan sebagai cetak biru dari Pekerjaa Pelajar/Mahasis
kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan n wa 127 62,9%
sebagai rancangan dalam memecahkan
permasalahan studi yang diangkat. Pegawai 55 27,2%
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Wiraswasta 5 2,5%
Penelitian ini menggunakan satu variabel Ibu Rumah
independen dan empat variabel dependen. Tangga 4 2%

886
Lain-lain 11 5,4% Table 2. Validity and Reliability results
Pendapat Latent Variables, Loadi AV
an < Rp 2.000.000 126 62,4%Indicatiors ng CR E
Rp 2.000.000 - 0,90 0,51
Rp 5.000.000 47 23,3% Religiosity 6 9
Believe in God 0,763
> Rp 5.000.000 29 14,4%
Believe that
Profil responden dalam penelitian ini Muhammad is the
diperlihatkan oleh Tabel 1 di atas. Total last prophet 0,765
responden yang berpartisipasi dalam Believe in existence
penelitian ini adalah 202 responden. heaven and hell 0,758
Pertama, dapat dilihat bahwa responden Always prayers. 0,804
didominasi oleh wanita dengan 119 Do fasting in
responden atau 58,9% dari sampel, diikuti Ramadhan 0,797
oleh laki-laki berjumlah 83 responden Pay zakat 0,646
(41,1%). Selain itu, kriteria usia responden Follow the islamic
didominasi oleh 17-23 tahun dengan total law 0,579
158 responden (78,2%); diikuti oleh 24-35 Avoid this that are
tahun dengan 34 responden, dan lebih dari haram 0,664
35 tahun adalah 10 responden. Selanjutnya, I will go hajj, if i
latar belakang pendidikan terdiri dari 139 can 0,678
responden lebih rendah dari SMA / K atau Halal 0,81 0,60
68,8%, kemudian responden dari SMA / K Awareness 7 3
dengan 19 responden, terakhir dari Diploma Understand what is
/ Sarjana dengan 44 responden. Selanjutnya, Halal 0,743
mayoritas pekerjaan responden adalah Make sure the
pelajar / mahasiswa dengan 127 responden product is Halal 0,861
atau mewakili 62,9%, dengan penghasilan MUI responsible to
mayoritas kurang dari Rp 2.000.000 give halal product 0,828
sebanyak 126 responden atau 62,4% dari Producer
sampel. responsible to
avalibility halal
4.2 Measurement Model food product 0,658
Buy Product only if
Sebuah kuisioner dapat dikatakan valid jika
have halal
indikator yang menyatakan sesuatu dapat
certification 0,617
diukur oleh kuisioner tersebut. Terdapat
Halal 0,80 0,50
beberapa persyaratan nilai minimum
Certification 1 5
indikator untuk memenuhi nilai reliabilitas,
Halal label is
jika jumlah nilai indikator memliki nilai
important 0,648
lebih besar dari > 0,7, tetapi dalam beberapa
Halal label is my
kasus jika nilai lebih besar dari > 0,4 sudah
consideration to
dapat diterima [33]. Selain itu, indikator
buy product 0,811
pengukuran harus konsisten sehingga
Prefer to buy halal
menunjukkan bahwa indikator tersebut dapat
certified product 0,762
dipercaya dan reliabel untuk diuji
Halal product have
reliabilitasnya. Persyaratan untuk
been tested by MUI 0,601
mengatakan bahwa hasilnya adalah reliabel
I know where is
dapat dilihat dari jumlah koefisien komposit
genuine halal logo
realiabilitas (CR) untuk setiap variabel yang
and not 0,723
nilainya harus lebih besar dari > 0,7 [33].
Halal 0,77 0,54
Kemudian, untuk uji validitas, nilai dari
Marketing 0 2
AVE harus lebih besar dari > 0,5 [34].
Brand is important
Berikut adalah hasil uji validitas dan
to buy halal food
realibilitas untuk penelitian ini, dapat dilihat
product 0,923
pada tabel 2.
Celebrity is
important to buy 0,720

887
halal food product dapat dilihat dari tabel 3 di atas semua nilai
Price influence the telah memenuhi persyaratan tersebut untuk
purchase of halal mengevaluasi model struktural.
food product 0,503
Halal Food
Purchase 0,89 0,68
Intention 6 4
Buy halal food is a
good idea 0,889 Table 4. Goodness of Fit Index
Continue to buy Varibles AVE R2 Q²
Halal Food 0,896 0,51
Will buy more halal Religiosity 9
food in the future 0,767 0,60
Will recommend to Halal Awareness 3
other about halal 0,50
food 0,755 Halal Ceritification 5
0,54
Halal Marketing 2
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat
0,68 0,39 0,23
bahwa setiap indikator yang digunakan
Purchase Intention 4 3 8
dalam penelitian ini untuk mengukur laten
varianel memiliki nilai lebih besar dari > 0,4 0,57 0,39 0,23
bahkan untuk beberapa indikator memiliki Average Score 1 3 8
nilai lebih dari > 0,7, hal ini menunjukkan 0,22
bahwa semua indikator dalam penelitian ini AVE × R2 4
valid dan dapat digunakan untuk melakukan GoF = √(AVE × 0,47
penelitian dan menguji hipotesis. R 2) 4
Selanjutnya, dapat dilihat bahwa nilai AVE
untuk variabel religiusitas, kesadaran halal, Selanjutnya adalah analisis tentang
sertifikasi halal, pemasaran halal, dan niat Goodness of Fit (GoF). Perhitungan ini
beli memiliki nilai lebih besar dari > 0,5, adalah untuk memastikan kesesuaian dari
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua model struktural yang digunakan dalam
variabel dalam penelitian ini valid dan penelitian [36]. Tabel 4 menunjukkan bahwa
reliabel. nilai Goodness of fit adalah 0,474, hal
tersebut mengindikasikan bahwa nilai GoF
Table 3. Heterotrait-monotrait ratio of dalam penelitian ini termasuk dalam
correlations (HTMT) kategori besar, sehingga model yang
diusulkan memiliki kualitas yang baik [37].
Serti Mi Selain itu, penilaian kualitas model yang
Kesa Pema
Religi fikas nat
daran saran didasarkan pada kemampuan untuk
usitas i Be
Halal Halal memprediksi konstruksi endogen dapat
Halal li
dilakukan dengan kriteria saveral: koefisien
Religius determinan (R2), redundansi yang divalidasi
itas silang (Q2), koefisien jalur, dan ukuran efek
Kesadar
(F2) [38].
an Halal 0,686
Sertifika 0,52
Tabel 4 secara singkat menunjukkan bahwa
si Halal 0,392 3
Pemasar 0,31 0,36
religiusitas, kesadaran halal, sertifikasi halal,
an Halal 0,158 9 3 dan pemasaran halal dapat memprediksi
Minat 0,68 0,47 39,3% (R2 = 0,393) niat pembelian makanan
Beli 0,605 6 3 0,183 halal. Selanjutnya, untuk menilai prediksi
relevansi, Henseler et.al [39] menyatakan
Cara lain untuk melakukan uji validitas bahwa jika nilai Q2 lebih besar dari 0 (nol)
descriminant adalah melalui uji heterotrait- itu memberikan bukti bahwa nilai telah
monotrait (HMTM). Tes ini terdeteksi dengan benar dan model memiliki
merekomendasikan bahwa nilai HMTM relevansi prediksi yang kuat. Selanjutnya,
pada setiap variabel harus tidak lebih besar tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Q2 adalah
dari <0,9 [35]. Berdasarkan kriteria tersebut, 0,238 yang lebih besar dari 0 (nol), sehingga

888
prediksi yang didapat dari model yang Dapat dilihat bahwa variabel religiusitas
diusulkan sudah fit dan bisa digunakan. memiliki nilai koefisien lebih besar dengan
0,326 dan t-nilai lebih besar dari 1,96
Table 5. Coefficient Determinant terhadap minat pembelian, hal ini
R Adjusted R mengindikasikan bahwa H1 telah diterima.
R Square square Kemudian, kesadaran Halal juga memiliki
Model 0,62 0,309 dalam nilai koefisien dan 3,506 dalam
1 7 0,393 0,381 nilai-t yang lebih besar dari 1,96, sehingga
H2 juga diterima. Sertifikasi Halal memiliki
Tabel 5 menunjukkan tentang hasil koefisien koefisien 0,155 dan jumlah nilai t juga lebih
determinan dalam penelitian ini. Dari tabel besar dari 1,96, hal ini menunjukkan bahwa
tersebut, dapat dilihat bahwa nilai R adalah H3 telah diterima. Di sisi lain, variabel
0,627 itu berarti bahwa hubungan antara terakhir atau H4 ditolak, ini ditunjukan
variabel religiusitas, kesadaran halal, dalam nilai t yang lebih kecil dari 1,96.
sertifikasi halal, dan pemasaran halal Artinya konsumen yang membeli produk
terhadap niat pembelian makanan halal makanan halal tidak mengaitkan niat dengan
memiliki hubungan yang kuat (nilai lebih aspek pemasaran yang digunakan dalam
besar dari> 0,5). Selanjutnya, dari kolom produk tersebut.
Adjusted R Square menunjukkan 0,381 atau
38,1% kontribusi niat pembelian terhadap 5. DISKUSI DAN KESIMPULAN
makanan halal dipengaruhi oleh variabel
religiusitas, kesadaran halal, sertifikasi halal, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan pemasaran halal sedangkan nilai sisanya faktor apa yang paling mempengaruhi niat
61,9% dipengaruhi oleh faktor lain di luar pembelian terhadap makanan halal
penelitian ini. menggunakan variabel religiusitas,
kesadaran halal, sertifikasi halal dan
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemasaran halal. Beberapa metode
niat pembelian makanan halal juga penelitian diadopsi dari studi sebelumnya
dipengaruhi oleh bahan makanan [40]. Studi tetapi dengan diterapkannya penyesuaian
lain juga menunjukkan bahwa persepsi terkait dengan kebutuhan untuk penelitian
sosial pribadi (Sikap, Norma Subjektif, ini. Temuan penelitian ini diharapkan dapat
Perilaku) memiliki pengaruh positif terhadap menambah informasi bagi pemerintah, dan
niat pembelian makanan halal[14]. khususnya untuk industri yang menawarkan
produk makanan halal sehingga dapat
Table 6. Hypothesis Testing. mengetahui tentang perilaku konsumen
Path Coefficient t-values p-values terhadap niat pembelian konsumen di sektor
results
makanan halal, selanjutnya, dapat
h1 R => PI 0,326 3,729 0,000 Accepted
meningkatkan tingkat persaingan industri
h2 HA => PI 0,309 3,506 0,000 halal mereka. Dalam penelitian ini
Accepted
h3 HC => PI 0,155 2,279 0,023 ditemukan beberapa temuan yang akan
Accepted
dibahas lebih lanjut dan mengacu pada studi
h4 HM => PI 0,004 0,071 0,944 Rejected
sebelumnya.
p value < 0.05
Pertama, saat ini masih sedikit studi yang
Metode bootstrap digunakan untuk dilakukan mengenai pengaruh religiusitas
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan terhadap niat pembelian makanan halal yang
dalam penelitian. Hair et al [41] menyatakan ada di Indonesia. Penelitian ini menemukan
bahwa untuk menggunakan nilai 5000 bahwa religiusitas memiliki pengaruh positif
sampel bootstrap. Level signifikansi yang terhadap niat pembelian makanan halal.
digunakan adalah 1,96 (p-value> 0,05). Pernyataan ini sesuai dengan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebelumnya dari Hasan dan Marso [19].
faktor apa yang paling mempengaruhi niat Berdasarkan temuan ini, hal tersebut
pembelian makanan halal di kalangan umat menunjukkan bahwa tingkat religiusitas
Islam dengan menggunakan variabel setiap muslim di Indonesia sangat penting
religiusitas, kesadaran halal, sertifikasi halal, untuk menentukan niat pembelian terhadap
dan pemasaran halal. Tabel 6 menunjukkan makanan halal. Selain itu, hal ini
tentang pengujian hipotesis dalam setiap mengungkapkan bahwa komitmen dan
variabel yang dilakukan dalam penelitian ini. persepsi keagamaan tentang produk halal

889
tergantung pada tingkat keimanan mereka, Selanjutnya, komitmen individu melalui
semakin tinggi tingkat keimanan yang religiusitas dapat berdampak pada promosi
dimiliki, semakin tinggi pula keinginan yang ditawarkan perusahaan. Umat Islam
untuk terus mengkonsumsi makanan halal. akan mengikuti keyakinan mereka
berdasarkan hukum Islam yang telah
Selanjutnya, structural relationship analisys
dipelajari sebelumnya.
menunjukkan bahwa kesadaran halal
memberikan pengaruh signifikan terhadap Berdasarkan termuan tersebut, dapat diambil
niat pembelian terhadap makanan halal. kesimpulan:
Temuan ini sejalan dengan studi sebelumnya
1. Variabel religiusitas, kesadaran
yang dilakukan oleh Aziz dan Chok [20]
halal, sertifikasi halal, dan
yang juga menghasilkan penelitian yang
pemasaran halal berkontribusi
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
38,1% pada niat pembelian
memberikan pengaruh terhadap niat beli.
makanan halal, sedangkan 61,9%
Hal ini memperlihatkan bahwa umat Islam
dipengaruhi oleh variabel lain di
saat ini telah lebih sadar akan apa yang
luar penelitian.
mereka konsumsi, dan mereka telah mencari
2. Religiusitas, sertifikasi halal,
informasi tentang konsep halal sebelum
kesadaran halal memiliki pengaruh
melakukan pembelian.
signifikan terhadap niat pembelian
Studi ini juga menegaskan bahwa sertifikasi makanan halal, sedangkan
halal memiliki hubungan yang signifikan religiositas menjadi variabel yang
pada niat pembelian makanan halal, hal ini paling mempengaruhi niat untuk
sesuai dengan temuan dari penelitian membeli.
sebelumnya yang dilakukan oleh 3. Pemasaran halal tidak memiliki
Muhammad et.al [14], penelitian tersebut pengaruh yang signifikan terhadap
mengatakan bahwa umat Islam sadar dan niat pembelian makanan halal.
menggunakan sertifikasi halal sebagai alat
untuk memastikan kualitas dan keamanan 6. IMPLIKASI PERUSAHAAN
tentang apa yang mereka konsumsi, mereka
Studi ini menunjukkan bahwa religiusitas,
percaya bahwa produk yang memiliki
kesadaran halal, dan sertifikasi halal
sertifikat halal telah diperiksa oleh otoritas
memiliki pengaruh signifikan terhadap niat
produk halal (MUI dalam kasus ini). Selain
pembelian makanan halal. Berdasarkan hal
itu, hal ini juga menunjukkan bahwa
tersebut, ada beberapa implikasi pada
sertifikasi halal menjadi pertimbangan
perspektif yang berbeda-beda yang berlaku
pertama dalam membeli produk makanan
untuk pemerintah dan industri yang
halal. Oleh karena itu, sertifikasi halal
diharapkan dapat meningkatkan tingkat
menjadi bagian peran penting yang
industri halal di negara Indonesia.
memberikan pengaruh positif bagi
konsumen muslim pada niat pembelian Pertama dalam sertifikasi halal, variabel ini
makanan halal di masa depan. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Yang terakhir, penelitian ini menemukan niat pembelian makanan halal. Pemerintah
bahwa pemasaran halal tidak memberikan harus lebih konsisten tentang regulasi, untuk
pengaruh positif terhadap niat pembelian memastikan lebih banyak perhatian bagi
makanan halal. Hal tersebut berbeda dengan industri bahwa sertifikasi halal adalah
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh elemen penting untuk menghadapi
Muhammad et.al [14] yang menunjukkan persaingan global dalam industri halal.
hubungan positif antara pemasaran halal dan Sejalan dengan masalah tersebut, di
niat pembelian makanan halal. Berdasarkan Indonesia masih banyak ditemui produk
temuan ini, konsumen muslim di Indonesia yang belum memiliki sertifikasi halal, ini
tidak terlalu memperhatikan merek, atau menandakan bahwa perusahaan belum
strategi promosi yang digunakan untuk terlalu memperhatikan hal ini. Pemerintah
mempromosikan produk halal. Apalagi harus segera menyelesaikan masalah
seberapa mahal harga makanan, mereka tersebut, sehingga produsen makanan yang
akan tetap membeli makanan tersebut karena masih belum mendapatkan sertifikat halal
didukung oleh adanya sertifikasi, karena hal akan segera mengajukan sertifikasi sehingga
itu dapat memastikan bahwa produk tersebut dapat go global dan bisa segera menarik
halal dan memiliki izin untuk dikonsumsi. lebih banyak konsumen muslim bahkan

890
konsumen non-muslim. Temuan ini juga DAFTAR PUSTAKA
jelas menyatakan bahwa sertifikasi halal
menjadi peran penting jika perusahaan ingin
meningkatkan tingkat level industri mereka [1] D. Hafidhuddin, Zakat dalam
dan jika ingin membidik pasar global. Perekonomian Modern (7th edn.).
Karena sertifikasi halal adalah persyaratan Jakarta: Gema Insani Pers, 2008.
penting bagi konsumen muslim, dan juga
menjadi pertimbangan bagi konsumen non- [2] "Pew Research Center," in Pew
muslim yang ingin mengkonsumsi produk Research Center, ed, 2017.
makanan yang lebih sehat. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk membangun [3] M. A. Khan, Islamic Economics
otoritas halal independen di Indonesia di and Finance: A Glossary (2nd edn).
samping MUI (Majlis Ulama Indonesia) London: Routledge, 2003.
dalam rangka untuk menjaga semua kegiatan
tentang industri halal, termasuk perizinan [4] T. Reuters, "Global Islamic Report
dalam pengajuan sertifikasi halal, sehingga 2017-2018," Dinar Standard,
nantinya lembaga independen ini akan Toronto2018.
terfokus untuk menciptakan lingkungan
yang sehat untuk industri halal di Indonesia. [5] "Hexa Research," in Hexa
Research, ed, 2017.
Kedua, studi ini menemukan bahwa
kesadaran halal memiliki pengaruh yang [6] Y. Andriyani, "Potensi Industri
signifikan terhadap niat pembelian makanan Halal Indonesia Besar, Kenapa
halal. Pemerintah dapat membuat acara halal Tertinggal?," in kompasiana.com,
untuk meningkatkan tingkat kesadaran dari ed, 2018.
konsumen Indonesia, hal ini bisa menjadi
cara untuk menarik konsumen muslim dan [7] Fatkhurohmah, "Pengaruh
non-muslim. Selanjutnya, acara ini juga Pemahaman Label Halal dan Faktor
dapat membantu produsen makanan Sosial terhadap Niat Membeli
memberikan informasi tentang produk yang Produk Kemasan Berlabel Halal,"
mereka tawarkan, khususnya tentang telah Universitas Negeri Yogyakarta,
adanya sertifikasi halal pada produk mereka. Yogyakarta2015.
Selain itu, perusahaan juga harus membuat
informasi menarik yang termasuk dalam [8] T. H. Rasyid, "Raising the
produk mereka tentang kelayakan produk Awareness of Halal Products
untuk dapat dikonsumsi. Among Indonesian Consumers:
Issues and Strategies," Indonesian
Journal of Agricultural Economics
7. LIMITASI DAN REKOMENDASI
(IJAE) Volume 1, pp. ISSN 2087 -
Peneliti menyadari bahwa laporan ini masih 409X 2010.
memiliki keterbatasan. Batasan pada
penelitian ini adalah sampel, sampel yang [9] "LPPOM MUI," in MUI (Majelis
digunakan masih tidak mewakili semua Ulama Indonesia), ed, 2014.
generasi umur, mayoritas responden ini
berasal dari generasi milenial dengan usia [10] H. Assael, Consumer Behavior 6th
17-23 tahun. Data yang dikumpulkan masih Edition. New York: Thomson
belum memenuhi persyaratan. Kemudian, Learning, 2001.
objek penelitian ini hanya menggunakan
konsumen muslim. [11] P. Kotler and K. Keller, Marketing
Management. 12th Edition. Upper
Untuk mendapatkan hasil yang lebih
Saddle River: Prentice Hall, 2006.
menarik, untuk penelitian selanjutnya,
peneliti menyarankan untuk mengubah objek
[12] V. Zeithaml, "Consumer
penelitian menggunakan konsumen non-
perceptions of price, quality, and
muslim. Selanjutnya, mencoba
value: a means-end model and
menambahkan beberapa variabel
synthesis of evidence," Journal of
menggunakan teori TPB untuk mengukur
Marketing, pp. pp. 52:2-22, 1988.
niat, sehingga hasilnya akan lebih rinci.

891
[13] I. Ajzen, "From intentions to Journal of International Food &
actions: A Theory of Planned Agribusiness Marketing, pp. Vol.
Behavior. In J. Kuhl & J. Beckman 25:1, pp. 1-23 2013.
(Eds.), Action-control: From
Cognition to Behavior," pp. pp. 11- [21] J. A. N. Shaari and N. S. b. M.
39, 1985. Arifin, "Dimension of Halal
Purchase Intention : A Preliminary
[14] H. Muhammad, A. A. Nabeel, and Study," 2010.
S. Z. Haider, "Factors affecting [22] N. A. Ahmad, T. N. T. Abaidah,
Halal purchase intention - evidence and M. H. A. Yahya, "A study on
from Pakistan’s Halal food sector," halal food awareness among
Management Research Review, p. Muslim customers in Klang,"
Vol. 38 Iss 6 pp, 2015. Klang, Malaysia2013.

[15] S. Nizar and R. Marzouki, [23] N. S. N. M. Yunus, N. M. Ariffin,


"Consumer attitudes and purchase W. E. W. Rashid, and N. M.
intentions toward Islamic Banks: Rashid, "Muslim's Purchase
the influence of religiosity," Intention towards Non-Muslim's
International Journal of Bank Halal Packaged Food
Marketing, pp. Vol. 33, pp. 143- Manufacturer," Procedia - Social
161, 2015. and Behavioral Sciences, pp. 145-
154, 2014.
[16] S. Mokhlis, "Consumer Religiosity
and the Importance of Store [24] A. Nurcahyo and H. Hudransyah,
Attributes," The Journal of Human "The Influence of Halal Awareness,
Resource and Adult Learning, pp. 4 Halal Certification, and Personal
(2), 122-132, 2008. Societal Perception Toward
Purchase Intention: A Study of
[17] H. Khraim, "Measuring Religiosity Instant Noodle Consumption of
in Consumer Research from Islamic College Student in Bandung,"
Perspective," International Journal Journal of Business Management,
of Marketing Studies, pp. 2 (2), pp. Vol. 6, No. 1, 2017: 21-31,
166-179, 2010. 2017.

[18] D. Suhartanto, N. H. Farhani, M. [25] S. Lada, H. G. Tanakinjal, and H.


Muflih, and Setiawan, "Loyalty Amin, " Predicting intention to
Intention towards Islamic Bank: choose halal products using theory
The Role of Religiosity, Image, and of reasoned action," International
Trust," International Journal of Journal Islamic and Middle
Economics and Management Eastern Finance and Management,
(IJEM), pp. 12 (1): 137-151, 2018. pp. 2(1), 66–76, 2009.

[19] Marso and H. Hasan, "Religiosity [26] S. Arif and R. Ahmad, "Food
and its Consequences in Halal Food quality standards in developing
Purchasing Behavior (An Empirical quality human capital: An Islamic
Evidence From Tarakan, Indonesia perspective," African Journal of
and Tawau, Malaysia)," The 8th Business Management, pp. Vol. 5
International Conference of the Iss. 31, pp. 12242-12248, 2011.
Asian Academy of Applied
Business, 2017. [27] S. Zailani, A. Omar, and S.
Kopong, "An exploratory study on
[20] Y. A. Aziz and N. V. Chok, "The the factors influencing the non-
Role of Halal Awareness, Halal compliance to Halal among
Certification, and Marketing hoteliers in Malaysia,"
Components in Determining Halal International Business
Purchase Intention among Non- Management, pp. 5(1), 1-12, 2011.
Muslims in Malaysia: A Structural
Equation Modeling Approach,"

892
[28] P. Kotler and G. Amstrong,
Principles Marketing. Toronto: [36] M. Tenenhaus, V. E. Vinzi,
Pearson Prentice Hall, 2008. Chatelin, and C. Lauro, "PLS path
modeling. Computational Statistics
[29] I. Solehudin and B. M. Mukhlish, & Data Analysis," pp. 48, 159-205.,
"Pemasaran Halal: Konsep, 2005.
Implikasi dan Temuan di
Lapangan," Lembaga Penerbit [37] A. Daryanto, K. D. Ruyter, and M.
Fakultas Ekonomi UI, Jakarta2012. Wetzels, "Getting a Discount or
Sharing the Cost: The Influence of
[30] J. A. J. Wilson, "Charting the rise Regulatory Fit on Consumer
of the halal market – tales from the Response to Service Pricing
field and looking forward," Journal Schemes," Journal of Service
of Islamic Marketing, p. Vol. 3 Iss: Research, pp. 13(2), 153-167, 2010.
3 2012.
[38] J. F. Hair, M. Sarstedt, L. Hopkins,
[31] "Carla Power," in Carla Power, ed, and V. G. Kuppelwieser, "Partial
2009. least squares structural equation
modeling (PLS-SEM) An emerging
[32] D. Suhartanto, Metode Riset tool in business research,"
Pemasaran. Bandung: Alfabeta, European Business Review, pp.
2014. 26(2), 106-121, 2014.

[33] J. F. Hair, M. Sarstedt, C. M. [39] J. Henseler, C. M. Ringle, and R. R.


Ringle, and J. A. Mena, "An Sinkovics, "The Use of Partial
assessment of the use of partial Least Squares Path Modeling in
least squares structural equation International Marketing," Advances
modeling in marketing research," in International Marketing, pp. 20,
Journal of the Academy of 277-320, 2009.
Marketing Science, pp. 40, 414-
433, 2012. [40] D. Waskito, "Pengaruh Sertifikasi
Halal, Kesadaran Halal, dan Bahan
[34] J. F. Hair, G. T. M. Hult, C. Ringle, Makanan Terhadap Minat Beli
and M. Sarstedt, A Primer on Produk Makanan Halal: Studi pada
Partial Least Squares Structural Mahasiswa Muslim di Yogyakarta,"
Equation Modeling (PLS-SEM) (2 Fakultas Ekonomi Universitas
ed.). Sage: Thousand Oaks, 2017. Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta2015.
[35] J. Hanseler, C. Ringle, and M.
Sarstedt, "A new criterion for [41] J. F. Hair, C. M. Ringle, and M.
assessing discriminant validity in Sarstedt, "PLS-SEM: Indeed a
variance-based structural equation Silver Bullet," Journal of
modeling," Journal of the Academy Marketing Theory and Practice, pp.
of Marketing Science, pp. 43(1), 19(2), 139-152, 2011.
115-135, 2015.

893

You might also like