Professional Documents
Culture Documents
Tygjnnnnnnnnnnnn
Tygjnnnnnnnnnnnn
Di Susun Oleh :
S1-ILMU KEPERAWATAN
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Makalah Teknik Inspeksi, Palapasi, Auskultasi, Perkusi”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Sri Hartini
S. Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pengampu KD2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Sri Hartini, S.Kep,.Ns,.M.Kes. selaku Dosen
pembimbing mata kuliah KD2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami membutuhkan kritik dan saran agar lebih membangun kesempuraan makalah ini.
A. Latar Belakang
Pengkajian adalah proses pengumpulandata secara sistematis yang bertujuanuntuk
menentukan status kesehatan danfungsional klien pada saat ini dan wktusebelumnya, serta
untuk menentukanpola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya
(Potter,Perry,2009:838).
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorangahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akanmembantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagiankepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksadengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkindiperlukan seperti test neurologi.Dengan petunjuk yang didapat selama
pemeriksaan riwayat dan fisik, ahlimedis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni
sebuah daftar penyebabyang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri diri penilaian kondisi pasiensecara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam
prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan
pertama kali
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik?
2. Bagaimana konsep teori pada teknik pemeriksaan?
3. Apa manfaat dari pemeriksaan fisik?
4. Apa indikasi pemeriksaan fisik?
5. Apa Tujuan dari pemeriksaan fisik?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik?
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan fisik bahkan teori teori dari teknik
pemeriksaan seperti Inspeksi, Palapasi, Perkusi, dan Aukultasi. Selain itu, tujuan pembuatan
makalah ini juga untuk mengetahui manfaat, tujuan, indikasi, serta prosedur pemeriksaan
fisik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemeriksaan fisik atau Physical Examination adalah tes rutin yang dilakukan oleh
penyedia perawatan primer Anda atau Primary Care Provider(PCP) untuk memeriksa
kesehatan Anda secara keseluruhan. PCP dapat berupa dokter, praktisi perawat, atau asisten
dokter. Tes ini juga dikenal sebagai pemeriksaan kesehatan. Anda tidak harus dalam kondisi
sakit untuk melakukan pemeriksaan ini. Pemeriksaan fisik dapat menjadi saat yang tepat
untuk mengajukan semua pertanyaan kepada PCP tentang kesehatan Anda atau
mendiskusikan segala perubahan atau masalah yang Anda alami. Ada beberapa tes yang dapat
dilakukan selama pemeriksaan fisik berlangsung. Hal ini juga bergantung pada usia atau
riwayat medis atau keluarga Anda, PCP juga dapat merekomendasikan pengujian tambahan.
B. Konsep Teori
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien
dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010).
Pemeriksaan thorax meliputi empat tahapan, yaitu mengamati, meraba, mengetuk, dan
mendengarkan suara jantung serta paru-paru dengan stetoskop. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai keempat tahapan tersebut:
1. Inspeksi (pengamatan)
Pada tahapan ini, pemeriksaan bisa dilakukan dengan melihat bentuk dan ukuran
dada, warna kulit di area dada, serta cara bernapas dan penggunaan otot-otot dada.
Pada pemeriksaan ini, dapat dinilai adanya kelainan tulang dada, baik cekung
maupun menonjol, serta kelainan tulang belakang. Dapat dinilai juga posisi dan
penggunaan otot bantu pernapasan yang khas pada pasien asma dan pasien dengan
penyakit paru obstruktif kronis.
2. Palpasi (perabaan)
Palpasi adalah metode pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter dengan
melakukan perabaan pada permukaan tubuh dengan tangan dan jari. Pada palpasi dada,
dokter akan menilai tekstur, pergerakan, serta getaran dan aliran udara pada dinding
dada. Pada pemeriksaan ini, dokter akan merasakan perbedaan tekstur di area dada.
Misalnya bila tulang dada teraba lunak, cekung, atau menonjol, dokter bisa mencurigai
adanya patah tulang iga. Dokter juga bisa merasakan tekstur seperti busa pada dinding
dada, yang dikenal dengan istilah krepitasi. Ini menandakan adanya udara di bawah
kulit.
Selain itu, dokter mungkin akan meletakkan telapak tangan pada permukaan dada,
kemudian meminta Anda untuk bernapas, berhitung, atau mengucapkan kata-kata
tertentu. Tujuannya adalah untuk merasakan getaran dari aliran udara pada paru- paru.
3. Perkusi (ketukan)
Perkusi dada dapat dilakukan oleh dokter dengan mengetuk jari pada sejumlah
area di permukaan dada maupun punggung atas. Bunyi dari ketukan ini bisa
menandakan kondisi organ di bawahnya.
Bunyi ketukan akan lebih kencang dan bergaung pada bagian tubuh yang berisi
udara, dan akan lebih lemah dan redup pada bagian tubuh yang padat atau berisi air.
Dengan pemeriksaan ini, dapat terdeteksi gangguan paru-paru, seperti efusi pleura dan
pneumothoraks, serta kelainan jantung, seperti kardiomegali.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan bunyi dari dalam
tubuh dengan menempelkan stetoskop di area tertentu. Pemeriksaan bunyi jantung
dilakukan pada dada sebelah kiri, sedangkan pemeriksaan bunyi paru-paru dilakukan
pada seluruh bagian dada. Bunyi jantung sehat memiliki irama yang teratur, dan tidak
ada bunyi tambahan. Sementara pada paru-paru yang sehat, akan terdengar suara napas
yang normal, tanpa ada mengi, stridor, atau suara napas abnormal lainnya.
Pemeriksaan fisik thorax seperti yang telah dijelaskan di atas akan membantu dokter
dalam menilai kondisi organ-organ di dalam rongga dada, sehingga diagnosis dapat
ditegakkan. Bila masih ragu atau mencurigai adanya kondisi tertentu, dokter dapat
merekomendasikan pemeriksaan lanjutan, seperti Rontgen dada dan elektrokardiogram
(EKG), untuk memastikan diagnosis.
C. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun
bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
Persiapan
1. Posisi klien: duduk/ berbaring
2. Pencahayaan yang cukup/lampu
3. Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan
ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku
Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger),
tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
1) Pemeriksaan kepala
Tujuan :
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
Lampu
Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.·
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak
rapuh.
2) Pemeriksaan wajah
- Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
- Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik,
simetris.
- Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
- Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
3) Pemeriksaan mata
Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi mata
b) Mengetahui adanya kelainan pada mata
Persiapan alat :
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik),
penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
- Normal : simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink,
dan sclera berwarna putih.
- Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.
Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi deteil dan kontour
beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus
sentralis dekat.
- Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat
benda benda yang letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
- Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk
melihat benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada
keadaan ini mata harus akomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan
diperiksa dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk
mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh
dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping. Dalam klinis
visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf
Snellen yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil
pemeriksaan tersebut visusnya e”20/20 maka tajam penglihatannya
dikatakan normal dan jika Visus <20 adalah="" anomaly="" bermacam=""
dikatakan="" kelainan="" kurang="" macam="" maka="" peglihatan=""
pembiasan.="" penglihatanya="" penurunan="" penyebab="" refraksi=""
salah="" satunya="" seseorang="" span="" tajam="">
4) Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat :
a) Arloji berjarum detik
b) Garpu tala
c) Speculum telinga
d) Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah
di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai
tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti
tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun
hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan
berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan
berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi
berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan
berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30
bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah).
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
7) Pemeriksaan leher
Tujuan :
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat :
- Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
- Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris,
tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
- Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi.
- Normal: arteri karotis terdengar.
- Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas,
konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak,
konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba).
- Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
- Auskultasi : bising pembuluh darah.
b) System kardiovaskuler
Tujuan :
Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung
Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar
Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Persiapan alat :
Stetoskop
Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
- Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis
- Palpasi: denyutan
- Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.
- Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke
tengah dada, dan dari atas ke bawah sampai bunyi redup).
- Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke arah kiri dari garis mid
sterna, pada RIC 4,5,dan 8.
- Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell
dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung.
- Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub),
tidak ada bunyi jantung tambahan (S3 atau S4).
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.
i) Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)
- Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi
dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
- Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
- Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
- Normal: teraba jelas
- Tes reflex :tendon patella dan archilles.
- Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Pemeriksaan rectum :
Tujuan :
a) Mengetahui kondisi anus dan rectum
b) Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
c) Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
d) Memeriksa kangker rectal dll
Alat :
a) Sarung tangan sekali pakai
b) Zat pelumas
c) Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris,
edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada
edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula
ani pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan
testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula
ani, pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
- Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang
di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan
hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
1) Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan
dengan mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik
meningkatkan evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis
dan perilaku. Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji
kondisi dapat di gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan
yang di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian
fisik dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
2) Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format
khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil
sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa
kembali informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian fisik
dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama dengan
langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:
Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien
Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi oleh perawat.
Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang
kemajuan atau kemunduran klien
Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien
Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan
rencana
Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang
baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang
sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat
penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar
maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus
dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
DAFTAR PUSTAKA