You are on page 1of 4

Faring adalah bagian sistem cerna yang terletak antara cavitas nasi dan cavitas oris, di

belakang laring, merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong
dengan bagian atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang
utama traktus resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari
dasar tengkorak dan terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebrata servikalis
ke-6. Diameter bagian terlebar mencapai 5 cm dan tersempit 1,5 cm Panjang dinding
posterior faring pada orang dewasa ±14 cm dan bagian ini merupakan bagian dinding faring
yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler,
pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. 4,5

Gambar 2.1 Anatomi Faring


Otot-otot dinding faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang
(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari musculus konstriktor faring superior,
media, dan inferior. Otot-otot ini terletak ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti
kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Di
sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemu pada jaringan
ikat. 4,5
Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan lumen faring. Kerjanya bersifat
involunter yang bertujuan mendorong makanan ke esofagus dan otot-otot ini dipersarafi oleh
Nervus Vagus. Otot-otot faring yang tersusun longitudinal terdiri dari M.Stilofaring dan
M.Palatofaring, letak otot-otot ini di sebelah dalam. M.Stilofaring gunanya untuk melebarkan
faring dan menarik laring sewaktu menelan dan berbicara, sedangkan M.Palatofaring
mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring.
M.Stilofaring dipersarafi oleh Nervus Glossopharyngeus dan M.Palatofaring dipersarafi oleh
Nervus Vagus. 4,5

Gambar 2.2 Otot-otot Faring


Faring mendapat vaskularisasi dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan,
yang utama berasal dari cabang arteri karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang
fausial) serta dari cabang arteri maksila interna yakni cabang palatine superior. Persarafan
motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini
dibentuk oleh cabang faring dari Nervus Vagus, cabang dari Nervus Glossopharyngeus dan
serabut simpatis. Cabang faring dari Nervus Vagus berisi serabu motorik. Dari pleksus faring
yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali M.Stilofaring yang
dipersarafi langsung oleh cabang Nervus Glossopharyngeus. 6
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior. Saluran limfa superior mengaalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar
getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening
jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir
ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah. Berdasarkan letaknya maka faring dapat
dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring dan Laringofaring (Hipofaring). 6
Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring. Faring memiliki batas atas yaitu
basis Kranii, batas bawah yaitu palatum mole, batas depan rongga hidung, dan batas belakang
vertebra servikal. Nasofaring mempunyai fungsi respiratorik. 1
Pada nasofaring terdapat
beberapa struktur penting seperti adenoid; jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan
resesus faring yang disebut fossa Rosenmuller; kantong ranthke, yang merupakan invaginasi
struktur embrional hipofisis serebri; torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas
penonjolan kartilago tuba Eustachius; koana; foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus
Glossopharyngeus, Nervus Vagus dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena
jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba
Eustachius. Jaringan adenoid terdiri dari jaringan limfoid, bertindaksebagai kelenjar limfe.
Pada usia anak-anak jaringan tersebut sering mencapai ukuran besar. 1,3
Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan
laringofaring. Orofaring berbatasan dengan palatum mole, tepi atas epiglotis, rongga mulut,
dan vertebra servikalis. Batas lateral palatum terdapat pilar anterior dan posterior, diantara
keduanya merupakan tempat kedudukan tonsil fausium. Struktur yang terdapat di rongga
orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring
anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramensekum. 3,4,5
Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring yang berbatasan
dengan epiglottis, kartilago krikodea, laring, dan vertebra servikalis. Mukosa laringofaring
dilapisi oleh epitel torak bersilia berlapis semu kecuali pada permukaan laring epiglotis,
permukaan anterior aritenoid dan pita suara dilapisi epitel gepeng berlapis. Terdapat banyak
kelenjar mukosa dan jaringan limfoid yang berkumpul sebagai folikel limfoid pada beberapa
daerah faring. Otot faring terdiri dari M.Konstriktor faringeus superior, media, dan inferior,
M. Stilofaringeus dan M. Palatofaringeus. 3

2.1.4 Fisiologi Faring


Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara, dan artikulasi Fungsi menelan merupakan suatu proses yang dibagi menjadi 3 fase,
yaitu :
1)fase oral,
2) fase faringeal dan
3) fase esophageal yang terjadi secara berkesinambungan. Pada proses menelan akan terjadi
pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, upaya sfingter
mencegah terhamburnya bolus selama fase menelan, mempercepat masuknya bolus makanan
ke dalam faring pada saat respirasi. Selain itu terjadi pencegahan masuknya makanan dan
minuman ke dalam nasofaring dan laring, kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut
untuk mendorong bolus makanan kearah lambung, dan usaha untuk membersihkan kembali
esophagus. 6
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur dengan
air liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini akan bergerak dari rongga mulut menuju
faring. Gerakan ini bersifat volunter. Fase faringeal terjadisecara refleks pada akhir fase oral,
yaitu perpindahan bolus makanan dari faring ke esophagus. Terjadi pergerakan faring dan
laring ke atas, aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu
plika ariepligotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi
M.Ariepliglotika dan M.Aritenoid obligus. Gerakan bersifat involunter. Fase esophageal ialah
fase perpindahan bolus makanan dari esophagus ke lambung. Terjadi kontraksi sfingter yang
lebih kuat sehingga makanan tidak kembali ke faring sehingga refluks dapat dihindari. 3
Dalam keadaan istirahat sfingter esophagus bagian bawah selalu tertutup dengan
tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung sehingga tidak akan terjadi
regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara refleks
ketika dimulainya peristaltik esophagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal.
Selanjutnya setelah bolus makanan lewat maka sfingter iniakan menutup kembali. 4
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang
faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula M.
Salpingofaring dan M. palatofaring, kemudian M. Levator veli palatine bersama-sama M.
konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring M. Levator veli palatine
menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak
yang tersisa ini diisi oleh tonjolan Passavant ( fold of Passavant ) pada dinding belakang
faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil
gerakan M. palatofaring (bersama M. Salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif M. Konstriktor
faring superior. 4,5

You might also like