You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah I

OLEH :
EMRITHA DELLA
14420212124

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………………………………) (……………………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ABDOMINAL PAIN
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Menurut (Cooper, 1999) dalam (Syamsiah & Muslihat, 2015)
Abdominal pain merupakan gejala utama dari acute abdomen yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan
istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan tanda-tanda dari nyeri
abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering terdapat
pada penderita dengan keadaan intraabdominal akut yang berbahaya.
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan
yang terasa disetiap regio abdomen. Nyeri abdomen ada dua yaitu,
nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan
region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi
merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang
terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi
penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai
serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling
sedikit 3 bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu
aktivitas sehari-hari.
2. Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya
serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang),
yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik).
Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang
dibawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat
dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2
golongan: organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik).
Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak ditemukan
bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik. Cara pendekatan
seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya. Untuk
memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga
kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
a. Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab
kelainan organik.
b. Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu
antara timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress
yang dialami anak.
c. Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya
ketegangan emosional meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu
terjadi
3. Etiologi
Terjadinya nyeri abdomen karena adanya perangsangan reseptor nyeri
abdominal oleh sejumlah stimulant mekanik maupun kimiawi
(Permana & MARS, 2020)
a. Stimulus mekanik pada nyeri abdomen akut
 Regangan sebagai stimulant utama
 Pembengkakan
 Kontraksi
 Kompresi
 Penarikan
 Pemutaran atau puntiran
b. Mekanisme penyebab nyeri abdomen akut
 Iskemia
 Kegagalan jaringan memperoleh oksi generasi adekuat
 Misalnya ada usus dan jaringan sekitarnya
 Distensi organ atau struktur disekitarnya
 Implitasi atau iritasi lapisan peritoneal karena substansi
kimiawi atau infeksius
 Regangan mekanik pada jaringan
c. Kemungkinan etiologi nyeri abdomen menurut usia
1) Anak-anak dan dewasa muda
 Gastroenteritis
 Apendisitis akut
 Trauma abdomen
2) Orang dewasa, paruh baya, dan lansia
 Gangguan empedu
 Obstruksi usus
 Diverkulitis
 Apendisitis
d. Kemungkinan etiologi nyeri abdomen menurut jenis kelamin
Sekitar 12% kasus pada perempuan disebabkan gangguan
patologik pelvik.
4. Patofisiologi
a. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui
karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian
naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis median ke garis/ ke
sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan
nyeri tersebut diteruskan.
b. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla
spinalis dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson
yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri
serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri.
c. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada
serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansia
gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme
sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran
rangsangan akut terhambat.
Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks
serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula
spinalis melaui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas
sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas
substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
d. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls
saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-
impuls saraf. Pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-
impuls lamban dan endogen opials system supresif.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik menurut (Tanto, 2014) dalam (Oktaviani, 2019)
yaitu :
a. Nyeri abdomen
b. Mual muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
7. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. DPL : Leukositosis, penyakit infeksi/inflamasi, anemia, keganasan
tersembunyi, PUD
b. LFT : biasanya abnormal pada kolangitis, dapat abnormal
kolesestitis akut
c. Amylase : Kadar serum >3x batas atas kisaran normal

d. ᵦ HCG ( serum) : Kehamilan ektopik ( kadar ᵦ HCG dalam serum


lebih akurat daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri
f. urine versi tengah ( MSU ) : infeksi saluran kemih (nitrit ++, darah
protein), batu ginjal (darah ++)
g. EKG : Infark Miokard
h. Rontgen thoraks ; vikus perforasi (udara Bebas)
i. Rongent Abdomen
 Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal)
 Pangkreatitis 9pelebaran jejenum bagian atas)
 Kolangitis (udara dalam cabang bilier)
 Colitis Akut (kolon mengalami dlatasi, edema dan
gambaran menghilang)
 Obstruksi akut (usus mengalami dilatasi)
 Batu ginjal
j. Ultrasonografi
Abses intraabdomen, kolesistitis, kelainan ovarium, trauma, dan
infeksi ginjal
k. EGD : PUD, gastritis
l. CT Scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan
m. IVU (urografi intravena) : batu Ginjal, Obstruksi Saluran Ginjal.
(Permana & MARS, 2020)
9. Penatalaksanaa
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3) Beri rasa aman
4) Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai
keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar.
Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer
energy.
5) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri.
6) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
7) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau
ertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle).
8) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri.
9) Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
10) Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk
melatih control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif
untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara
memasang elektroda pada pelipis.
b. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgesic
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat
pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif
diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik
yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata

b. Biodata Penanggungjawab
c. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
d. Riwayat Penyakit Sekarang
e. Riwayat Penyakit Masa Lalu
f. Riwayat Kesehatan keluarga
g. Riwayat Psikososial san Status Spiritual
h. Pola Kebiasaan Sehari – hari
Dalam anamnesis yang perlu ditanyakan ialah ;
 permulaan timbulnya nyeri (kapan mulai , mendadak, atau
berangsur)
 letaknya (menetap, pindah, atau beralih)
 keparahan dan sifatnya (seperti terstsuk, terbakar, tekanan,
irisan, bersifat kolik)
 perubahannya
 lamanya apakah berkala
 dan faktor yang mempengaruhi ( hal yang memperingan /
memperberat nyeri)
i. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan
umum, wajah, denyut nadi pernafasan, suhu badan dan
sikap baring. Perlunya pemeriksaan IPPA secara
menyeluruh
j. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk
mempermudah mengambil keputusan.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Kekurangan volume cairan
c. Intoleransi aktivitas
d. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri Akut Setelah diberikan 1. Jelaskan 1. klien mengetahui
asuhan kepada klien dan dapat mengikuti
keperawatan 2x24 tindakan yang tindakan yang akan
jam di harapkan akan di di lakukan
nyeri dapat lakukan. 2. lingkungan tenang
berkurang atau 2. Manajemen akan menurunkan
terkontrol dengan lingkungan : stimulus nyeri
kriteria hasil : lingkungan eksternal dan
1. Nyeri pasien tenang, batasi pembatasan
dapat berkurang pengunjung, pengunjung akan
2. Skala intensitas dan membantu
nyeri berkurang istirahatkan meningkatkan
2 -3 klien kondisi okisigen
3. Pasien tampak 3. Ajarkan dan (O2) ruangan
tenang dorong pasien 3. Dengan tehnik
4. TTV tampak tehnik relaksasi nyeri dapat
normal (dalam relaksasi napas mengurangi nyeri
batas normal) dalam 4. Untuk menurunkan
4. Bantu pasien ketegangan atau
untuk spasme otot dan
mendapatkan untuk
posisi yang mendistribusikan
nyaman, dan kembali tekanan
gunakan bantal pada bagian tubuh
untuk 5. Kolaborasi dengan
membebat atau pemberian analgetik
menyokong sesuai indikasi dapat
daerah yang memblok lintasan
sakit bila nyeri, sehingga nyeri
diperlukan dapat berkurang.
5. Kolaborasi 6. Peningkatan nadi
pemberian menunjukkan
analgetik adanya nyeri.
6. Observasi 7. Untuk mengetahui
TTV intervensi
7. Observasi selanjutnya dan
skala nyeri untuk melihat
skala nyeri.

Kekurangan Setelah diberikan 1. Pantau dan 1. Takikardia, dispnea,


volume asuhan catat tanda- atau hipotensi dapat
cairan keperawatan 2x24 tanda vital mengindikasikan
jam di harapkan setiap 2 jam kekurangan volume
volume cairan tetap atau sesering cairan atau
adekuat dengan mungkin sesuai ketidakseimbangan
kriteria hasil : keperluan elektrolit.
1. Tanda-tanda sampai stabil. 2. Untuk mencegah
vital tetap stabil Kemudian vasodilatasi,
2. Warna kulit dan pantau dan terkumpulnya darah
suhu normal catat tanda- di ektremitas, dan
3. Kadar elektrolit tanda vital berkurangnya
tetap dalam setiap 4 jam. volume darah
rentang normal 2. Selimuti pasien sirkulasi.
4. Pasien hanya dengan 3. Haluaran urine yang
mempunyai kain yang tipis. rendah dan berat
turgor kulit Hindari terlalu jenis urine yang
normal dan panas. tinggi
membran 3. Ukur asupan mengindikasikan
mukosa lembab dan haluaran hopovolemia
setiap 1 sampai 4. Untuk mengganti
4 jam. Catat cairan dan
dan laporkan kehilangan darah
perubahan serta mempermudah
yang pergerakan cairan ke
signitifikan dalam ruang
termasuk urine, intravaskular, pantau
feses, dan catat keefektifan
muntahan, dan semua efek yang
drainase luka. tidak diharapkan.
4. Berikan cairan,
darah atau
produk darah,
atau ekspander
plasma
Intoleransi Setelah diberikan 1. Diskusikan 1. Untuk
Aktivitas asuhan dengan pasien mengkomunikasikan
keperawatan pasien tentang kepada pasien
akan menunjukkan perlunya bahwa aktivitas
tingkat peningkatan beraktifitas akan meningkatkan
aktivitas optimal 2. Identifikasi kesejahteraan fisik
dengan kriteria aktivitas- dan psikososial
hasil : aktivitas pasien 2. Untuk mrningkatkan
1. Pasien yang motivasinya agar
menyatakan diinginkan dan lebih aktif
keinginannya sangat berarti 3. Partisipasi pasien
untuk baginya dalam perencanaan
meningkatkan 3. Dorong pasien dapat membantu
aktivitas untuk memperkuat
2. Pasien membantu keyakinan pasien
mengindentifikas merencanakan 4. Untuk menurunkan
ifaktor-faktor kemajuan kebutuhan oksigen
terkontrol yang aktivitas yang tubuh dan mencegah
menyebabkan mencakup keletihan
kelemahan aktivitas yang 5. Untuk membantu
3. Tekanan darah, diyakini sangat meningkatkan
kecepatan nadi penting oleh aktivitas pasien
dan respirasi, pasien 6. Untuk meyakinkan
tetap dalam batas 4. Intruksikan dan bahwa frekuensinya
yang ditetapkan bantu pasien kembali
selama aktivitas untuk
4. Pasien beraktivitas
menyatakan rasa diselingi
puas dengan istirahat
setiap tingkat 5. Identifikasi dan
aktivitas baru minimalkan
yang dapat faktor-faktor
dicapai yang dapat
menurunkan
toleransi
latihan pasien
6. Pantau dan
respons
fisiologis
terhadap
peningkatan
aktivitas
(termasuk
respirasi,
denyut dan
iramma
jantung,
tekanan darah)
Resiko Tujuan : kebutuhan 1. Jelaskan 1. klien mengetahui
perubahan nutrisi tubuh dapat kepada klien dan dapat mengikuti
nutrisi tercukupi secara tindakan yang tindakan yang akan
kurang dari optimal dengan akan di di lakukan
kebutuhan kriteria hasil : lakukan. 2. untuk membantu
tubuh 1. Pasien makan 2. Beri mengkaji penyebab
secara mandiri kesempatan gangguan makan
tanpa di dorong pasien 3. untuk meningkatkan
2. Berat badan mendiskusikan nafsu makan pasien
pasien alasan untuk 4. untuk mengkaji zat
bertambah (kg) tidak makan gizi yang di
setiap minggu 3. Tentukan konsumsi dan
3. Pasien dan makanan suplemen yang
anggota keluarga kesukaan diperlukan
mengomunikasi pasien dan 5. Tindakan ini
kan pemahaman usahakan memberikan data
kebutuhan diet untuk akurat dan
khusus mendapatkan memberikan
makan pengendalian pada
tersebut, pasien tentang
tawarkan makanan yang akan
makanan yang dimakan dan pujian
merangsang atau penghargaan
indra yang di dapatkan
penciuman,
penglihatan
dan taktil
4. Observasi dan
catat asupan
pasien
5. Timbang berat
badan pasien
pada jam yang
sama setiap
hari. Beri
penguatan
penambahan
berat badan
dengan pujian
atau
penghargaan

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Oleh
karena itu, jika intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam
perencanaan dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka
tindakan tersebut dikatakan implementasi keperawatan (Oktaviani,
2019).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Oktaviani,
2019).
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Oktaviani, M. D. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Abdominal pain Di Ruang


Bougenville 3 RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus.

Permana, L. W., & MARS. (2020). Buku Ajar Kedikteran:Nyeri Abdomen Akut.

PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia. jakarta selatan:


DPP PPNI.

PPNI, T. p. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta selatan:


DPP PPNI .

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik


Terhadap Tingkat Nyeri Akut PadaPasien Abdominal Pain Di IGD RSUD
Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume III, No. 1, April 2015,
11-12.

You might also like